SYAHADA SYAHIDI
BAB I
HAKIKAT PENGENALAN DIRI.
Assalamu Alaikum Warohmartullohi wabarokatuh (semoga keselamatan, rohmah/welas asih kasih saying dan cinta berserta berkah-NYA kan berlaku pada anda…………………….
Tema pada saat ini yg saya mau saya uraikan adalah SANGAT2 RAHASIA, Beruntunglah, Berbahagialah & Bersyukurlah kpd ALLAH SWT, Karena penjelasannya TIDAK ADA DI BUKU2 LAINNYA, Dan ilmu2 AgamaNYA ALLAH SWT tidak gampang ditemukan & tidak sebanding dengan harta & Material yang ada di muka bumi ini, maka tunduk sujud syukurlah KepadaNYA semoga penjelasan ini menjadi HIDAYAH bagi anda,……..AMIN
ini adalah kekuatan cahaya Dzikir yg ada pada diri manusia dgn 4 tingkatan ingatan fokus pada ALLAH SWT Sang Maha Bercahaya.
Makin dalam & fana (hampa) suatu fokus dzikir maka makin terlenalah Sang Hamba oleh fenomena kegaiban alam Nur Ilahiah. karena jika ingin mengenali ALLAH pahamilah tentang Gaib sesungguhnya ALLAH pun sifatNYA GAIB & Perkenalanmu KepadaNYA Takkkan habis sampai seumur hidupmu di dunia ini.
Seorang Hamba terkadang tidak menyadari bahwa ia sebenarnya masih di dunia sehingga menerawang melintasi alam kegaiban nur Ilahiah yang tak ada batas akhirnya membutuhkan power energi cahaya dzikir yg kuat.
Jika sang Hamba berpikir bijak ia pasti kembali ke dunia ibarat orang yang lagi menyelam melihat cakrawala keindahan bawah laut tidak terlalu lama lalu ia kembali ke permukaaan dasar laut untuk persiapan oksigennya kembali.
Begitulah tehnik berzikir yang bijaksana.
Ketahuilah secara realita banyak saudara2 kita yang ERROR oleh fenomena alam kegaiban ALLAH SWT ketika mengosongkan pikiran & masuk dalam alam kefanaan (hampa) melalui dzikir 4 tingkatan Syariat-Tarekat-Hakikat-Ma’rifat.
Padahal kalau ditelaah secara hakikat Alam fenomena visual kegaiban ALLAH SWT Takkan Habis oleh masa, batas, ruang & waktu ibaratnya kalo menghitung ilmu2-NYA ALLAH SWT takkan habis biarpun laut dijadikan tinta untuk menulis ayat2 ilmu ALLAH SWT Yang Maha Luas PengetahuanNYA Di Alam Jagat Raya (Q.s Al Kahfi : 109). Pohon dijadikan pena utk menulis ilmu2 Allah takkan pernah habis ilmu-Nya (Lukman:27)
Berikut ini adalah tuntunan2 dzikir:
• Dzikir Syariat : “La Ilaha Illallah” diucapkan berulang2 dgn lisan sampai masuk kedalam hati sehingga lisan/mulut tak berucap lagi, rahasia dzikir ini terdiri dari 12 huruf yg sama maknanya dengan Waktu 12 jam, dzikir ini selalu dikumandangkan oleh para malaikat bumi (Malaikatul Ahyar) ketika ALLAH SWT menciptakan setiap makhlukNYA di muka bumi.
• Dzikir Tarekat : “ALLAH”ALLAH”ALLAH” diucapkan berulang2 di dalam hati saja dengan pengosongan pikiran fana (hampa) lalu fokus pada nama tadi sehingga nama ALLAH tadi membuat & menciptakan alam bayangan hidup didepan mata anda sendiri, jangan kaget & takut oleh fenomena tersebut karena para jin syetan selalu mengintai anda tetapi berlindunglah Kepada ALLAH SWT yang Maha Menjaga Orang Beriman dgn ayat & doa : audzu billahi minas syathanir rajim…………… La ilaha illallah anta subhanaka inni kuntu minaz zhalimin……….lalu lafazkan… ALLAHU SALAMUN HAFIZHUN WALIYYUN WA MUHAIMIN ( Allah Yang Maha sejahtera, Maha Memelihara, Maha Melindungi lagi Maha Menjaga Hambanya yg beriman).
• Dzikir Hakikat : “HU”HU”HU (DIA ALLAH) diucapkan dalam hati saja dengan keadaan fana (hampa) melalui perantaraan tarikan Nafas ke dalam sampai ke perut, usahakan perut tetap keras biarpun nafas telah keluar, dalam bahasa ilmu tenaga dalam ini adalah metode pemusatan power lahiriah dari perut, dalam istilah cina yin & yang ini adalah penyembuhan/pengobatan pada diri secara bathiniah dan kesemuanya itu benar adanya karena pusat perut adalah sumber daya energi kekuatan manusia secara lahiriah & bathiniah serta secara hakikat dzikir”HU” sebenarnaya tempatnya pada pusat perut dengan perantaraan cahaya nafas yg sangat berharga pada manusia.
• Dzikir Ma’rifat : ” HU”AH”-“HU”AH”-HU”AH” atau HU-WAH” (Dia ALLAH Bersamaku”) sebenarnya bunyi dzikir ini sudah perpaduan antara hakikat & ma’rifat, dzikir tersebut dilantunkan dalam hati saja dengan gerakan nafas “HU” masuk kedalam “AH” keluar nafas, pada para sufi (wali Allah) ini adalah dzikir kenikmatan, kecintaan ( Mahabbatullah) yang sangat luas faedah hidayahnya & karomahnya sehinngga dapat menyingkap tabir rahasia2 Allah Swt pada gerakan kehidupan ini.
• Dzikir rahasia ma’rifat : ” Hu”wallahu Ahad (Allah Maha Tunggal)
Pada penjelasan diatas tentang dzikir sebenarnya kalau bicara tentang tingkatan pemahaman Agama dengan ilmun2NYA ALLAH SWT terdiri 7 fase tingkatan :
1. Syariat : mentaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-NYA
2. Tarekat : Jalan spritual (kebatinan) menuju kepada-NYA
3. Hakikat : Mengetahui arti makna sesuatu pada kehidupan TAPI hamba itu diam pada orang awam KARENA itulah ikatan janjinya kepada ALLAH SWT.
4. Ma’rifat : Mengetahui pengenalan dirinya kepada ALLAH SWT. seperti yang dikatakan para Ahli Sufi Waliyullah “Man Arafa Nafsahu Faqod Arafa Rabbahu” Brgsiapa mengenal dirinya, niscaya pasti mengenali Tuhan-Nya, jadi maknanya kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenali ALLAH setelah engkau Mengenali-Nya maka bersatulah wujud hakikimu BERSAMANYA… “Subhanallah Wabihamdihi”.
5. Musyahadah : Penyaksian fenomena kegaiban NUR ALLAH SWT Di langit & di bumi, ia menyaksikan-NYA bersama para wali2 ALLAH & nabi2 ALLAH & Khususnya Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW
6. Mukasyaf : Terbukanya Hijab Tabir rahasia2 Allah seluruhnya di langit & di bumi, para mukasyaf saat ini hanya terdiri dari 111 orang saja di seluruh dunia & setiap ada wafat ada yang menggantikan Wali tersebut, jadi berbahagialah hamba yang telah menemukannya & menemuinya. karena mereka biasanya gak terkenal dan gak diketahui, gak sama dgn ustad2 yg “kondang” terkenal.
7. Mahabbah : Kecintaan kepada ALLAH SWT dengan penglihatan pada setiap gerakan nafas & hidupnya ada kasih sayang TuhanNYA Yang Maha Pemberi Nan Maha pemurah, tingkatan ini hanya ALLAH SWT saja yang tahu tentang kedudukan hambanya, karena Maqom Kecintaan sendiri itu ada pada ke ikhlasan, kesabaran, istiqomah, Tawakkal, Keyakinan, Ketakwaan, tapi ketahuilah saudara Wali-NYA saat ini yang mencapai tingkatan MAHABBAH cuma berjumlah 11(sebelas) orang saja Di dunia ini & setiap ada yg kembali kehadirat-NYA akan ada yg menggantikannya (sama para Mukasyaf), maka sangat Berbahagialah di dunia & Akherat orang2 yang telah menjumpainya.
BAB II.
Dzikir diatas hanya untuk sebagai pengantar “Keyakinan” bagi org2 yg berjalan di jalan Tasawuf & Yg sudah mengenali hakikat dirinya dan Allah Subhanahu Wa Ta’Ala.
Karena Di zaman sekarang ini banyak sekali perbedaan2 antar umat Islam dgn pemahaman2 ISLAM yg radikal, Bid’ah, menambah2 Ayat Al-quran & Al-hadist, dan yg saling meng-klaim bahwa “Alirannya lah yg terbaik” dimata Allah, padahal Firman Allah: “Inna Dina Indallahil Islam” Agama yg diridhoi-diterima Allah adalah agama ISLAM.
Apakah ISLAM itu ? maksudnya (Ingin Selamat Laksanakan Ajaran Muhammad) yg gak diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW jangan di ikuti. Dan semua Ajaran2 Baginda Nabi Muhammad SAW sudah tertera di dalam Al-Quran & Al-Hadist sebagai petunjuk & pedoman kehidupan di dunia sampai di akherat kelak.
ISLAM adalah agama perdamaian, saling memberikan rasa cinta & kasih kepada sesama muslim yg beriman & seluruh manusia, Agama FITRAH, dan dengan tidak ada pemaksaan masuk ke dalam agama ISLAM, kecuali org tersebut sdh ikhlas & Ridha bahwa Allah SWT sebagai Tuhan nya & Baginda Rasulullah sebagai Nabinya.
Dalam Uraian Pemahaman dzikir diatas saya telah bercerita panjang, tentang Rahasia2 sesuatu, tapi YAKINLAH itu semua KHUSUS bagi saudara2ku yg berbudi baik nan pekerti luhur & beriman, bertaqwa yg mau memegang TEGUH SYAHADAT & ISLAM (Ingin Selamat Lakukan Ajaran Muhammad)
Memang Pemahaman2 Dzikir diatas KHUSUS bagi org2 BENAR2 YAKIN & SUNGGUH2 ingin “MENGENAL DIRINYA” & “MENGENAL ALLAH SWT” Al Khaliq- Pencipta Alam semesta jagad raya. & pencipta lahir dan batin kita, jasmani-ruhani kita, Nampak dan Tiada Nampak, NYATA & GAIB, Logika dan Non Logika.
Karena org beriman selalu memandang TAJALLI kekuasaan Allah Swt secara NYATA pada AINUL YAKIN (Pandangan keyakinan) yg bergerak pd alam semesta & kekuasaan HAQQUL YAKIN (Pandangan mata hati) yg bernuansa secara GAIB yg bergerak dlm batin dan pd unsur Bayang2 kekuasaan ALLAH.
Diatasnya HAQQUL YAKIN masih ada lagi KAMALUL YAKIN (kesempurnaan keyakinan) dan keyakinan ini bisa dirasakan setelah kita telah BERJUMPA dgn ALLAH di akherat nanti, Namun ada juga bagi org2 khusus Dicintai-NYA yg telah diberi hidayah KAROMAH-NYA & yg telah dibukakan hijab-NYA pada “KAMALUL YAKIN” di dlm dunia.
Dan Dialah orang2 yg mau ber-makrifat kepada ALLAH SWT & Orang2 tersebut selalu memandang pada kefanaan (hampa) bahwa dimuka bumi ini semua Fana “tidak ada” yg ADA cuma “WAJAH ALLAH & GERAK ALLAH SEMATA (LAA ILAHA ILLALLAH) & ini di abadikan dlm surah Ar-Rahman:26-27.
“Kullu Man Alaiha Fanin, Wa Yabqa Wajhu Rabbika Dzal Jalali Wal Ikram”.
Semua pasti binasa (TIADA), yg kekal hanya WAJAH TUHANMU yg Maha memiliki keagungan & kemuliaan.
Karena Semua punya akhir & Masanya Masing-masing……………………..
Adapun Tentang Makrifat:
1. AWALUDIN MA’RIFATULLAH Artinya :Awal agama adalah mengenal Allah.
2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFAT Artinya :Tidak syah shalat tanpa mengenal Allah.
3. MAN ARAFA NAFSAHU FAQOD ARAFA RABBAHU Artinya :Barang siapa mengenal dirinya niscaya dia pasti akan mengenal Tuhannya.
4. ALASTUBIRABBIKUM QOLU BALA SYAHIDNA Artinya :Bukankah aku ini Tuhanmu ? Betul engkau Tuhan kami,kami menjadi saksi.(QS.AL-ARAF 172)
5. AL INSANNU SIRRI WA ANNALLAHU SIRRUHU Artinya :Manusia itu rahasiaKU dan akupun ALLAH rahasia baginya.
6. WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN Artinya :Aku ALLAH ada didalam Jiwamu mengapa kamu sendiri tidak dpt melihat (Q.s. Adz-Dzariyat:21)
7. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya :Aku ALLAH lebih dekat dari urat nadi lehermu.
8. LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH Artinya :Aku tidak akan menyembah Allah bila aku tidak melihatnya lebih dahulu.
9. INNAHU ALIMUN BIZATISH SHUDUR Artinya: Sesungguhnya AKU ALLAH maha mengetahui segala isi hati (Q.s AL MULK:13).
10. WA HUWA MA AKUM AINAMA KUNTUM Artinya: AKU ALLAH berada dimana saja kamu berada. (Q.s AL HADID:4).
11. “KEMANAPUN ENGKAU HADAPKAN WAJAHMU DISITULAH WAJAH ALLAH” (Al-baqarah : 115).
BAB III.
HAKIKAT NUR MUHAMMAD.
Dalam kitab Hikayat Nur Muhammad diceritakan bahwa tubuh manusia (anak Adam) mengandungi tiga unsur, yakni jasad, hati dan roh. Di dalam roh terdapat hakikat, di dalam hakikat tersimpan rahasia, rahasia itulah yang dinamakan makrifah Allah. Di dalam makrifah pula ada zat yang tidak menyerupai sesuatu pun.
Rahasia atau makrifah Allah ini dinamakan Insan Kamil. Insan Kamil dijadikan dari Nur yang melimpah dari zat Haqq Ta’ala.
Menurut riwayat, sumber cerita tentang kejadian Nur Muhammad ini bermula dari biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Ibnu Ishaq (sejarawan Islam). Dalam biografi tersebut, Ibnu Ishaq ada mencatat riwayat yang menyatakan bahwa Allah telah menciptakan Nur Muhammad dan Nur itu telah diwarisi melalui generasi nabi-nabi hingga ia sampai kepada Abdullah bin Abdul Muthalib dan turun kepada Nabi Muhammad Saw.
Kemudian terdapat sejumlah hadis yang menerangkan tentang Nur tersebut, antaranya, “sesungguhnya yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah cahaya-ku (Nur Muhammad)………”.
Beragam pandangan terhadap hadis ini, ada yang menyatakan maudhu’ (tertolak), dhaif (lemah), bersumber dari falsafah Yunani, tetapi ada pula yang menyatakan bahwa riwayat tersebut boleh diterima karenanya sanadnya bersambung.
Hadis tersebut cukup panjang matannya dan diringkas sebagai berikut: “Dan telah meriwayatkan oleh Abdul Razak dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah ra, beliau berkata: “Ya Rasulullah, demi bapaku, engkau dan ibuku, khabarkanlah daku berkenaan awal-awal sesuatu yang Allah telah ciptakan sebelum sesuatu! Bersabda Nabi Saw: “Ya Jabir, sesungguhnya Allah menciptakan sebelum sesuatu, Nur Nabi-mu daripada Nur-Nya’.
Maka jadilah Nur tersebut berkeliling dengan Qudrat-Nya sekira-kira yang dihendaki Allah. Padahal tiada pada waktu itu lagi sesuatu pun; tidak ada lauh mahfuzh, qalam, sorga, neraka, Malaikat, langit, bumi, matahari, bulan, jin dan manusia; tiada apa-apa yang diciptakan, kecuali Nur ini.
Dari nur inilah kemudian diciptakan-Nya qalam, lauh mahfuzh dan Arsy. Allah kemudian memerintahkan qalam untuk menulis, dan qalam bertanya, “Ya Allah, apa yang harus saya tulis?” Allah berfirman: “Tulislah La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.” Atas perintah itu qalam berseru: “Oh, betapa sebuah nama yang indah dan agung Muhammad itu, bahwa dia disebut bersama Asma-Mu yang Suci, ya Allah.” Allah kemudian berkata, “Wahai qalam, jagalah kelakuanmu ! Nama ini adalah nama kekasih-Ku, dari Nur-nya Aku menciptakan arsy, qalam dan lauh mahfuzh; kamu, juga diciptakan dari Nur-nya. Jika bukan karena dia, Aku tidak akan menciptakan apa pun.”
Ketika Allah telah mengatakan kalimat tersebut, qalam itu terbelah dua karena takutnya akan Allah dan tempat dari mana kata-katanya tadi keluar menjadi tertutup, sehingga sampai dengan hari ini ujung nya tetap terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari rahasia ilahiah yang agung.
Maka, jangan seorangpun gagal dalam memuliakan dan menghormati Nabi Suci, atau menjadi lalai dalam mengikuti contohnya (Nabi) yang cemerlang, atau membangkang dan meninggalkan kebiasaan mulia yang diajarkannya kepada kita.………dan seterusnya.
Beliau memulai penjelasannya dengan ungkapan yang sangat dikenal dalam dunia tasawuf, di mana untuk mengenal Tuhan seseorang harus terlebih dahulu mengenal akan dirinya.
Maksudnya, untuk sampai kepada pengenalan terhadap Tuhan, haruslah terlebih dahulu dipahami dua hal. Pertama, ia harus terlebih dahulu mengenal asal mula akan kejadian dirinya sendiri, dari mana, di mana dan bagaimana ia dijadikan? Kedua, ia harus terlebih dahulu mengetahui apa sesuatu yang mula-mula dijadikan oleh Allah Swt. Kedua perkara di atas menjadi prasyarat kesempurnaan bagi para penuntut (salik) dalam mengenal (makrifah) kepada Allah.
Adapun yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah Nur Muhammad Saw yang kemudiannya dari Nur Muhammad inilah Allah jadikan roh dan jasad alam semesta.
Bermula dari Nur Muhammad inilah maka sekalian roh (dan roh manusia) diciptakan Allah sedangkan jasad manusia diciptakan mengikut kepada dan dari jasad Nabi Adam as. Karena itu, Nabi Muhammad Saw adalah ‘nenek moyang roh’ sedangkan Nabi Adam as adalah ‘nenek moyang jasad’.
Hakikat dari penciptaan Adam as sendiri adalah berasal dari tanah (Nur Turab), tanah berasal dari air, air berasal dari angin, angin berasal dari api, dan api itu sendiri berasal dari Nur Muhammad.
Sehingga pada prinsipnya roh manusia diciptakan berasal dari Nur Muhammad dan jasad atau tubuh manusia pun hakikatnya berasal dari Nur Muhammad. Jadilah kemudian ‘cahaya di atas cahaya’ (QS. An-Nuur 35), di mana roh yang mengandung Nur Muhammad ditiupkan kepada jasad yang juga mengandung Nur Muhammad.
Bertemu dan meleburlah kemudian roh dan jasad yang berisikan Nur Muhammad ke dalam hakikat Nur Muhammad yang sebenarnya. Tersebab bersumber pada satu wujud dan nama yang sama, maka roh dan jasad tersebut haruslah disatukan dengan mesra menuju kepada pengenalan Yang Maha Mutlak, Zat Wajibul Wujud yang memberi cahaya kepada langit dan bumi, dan yang semula menciptakan, sebagaimana mesranya hubungan antara air dan tumbuhan, di mana ada air di situ ada tumbuhan, dan dengan airlah segala makhluk dihidupkan (QS. Al-Anbiya 30).
Pengenalan terhadap hakikat Nur Muhammad inilah maqam atau stasiun yang terakhir dari pencarian akan makrifah kepada Allah, Martabat Nur Muhammad inilah martabat yang paling tinggi, dan pengenalan akan Nur Muhammad inilah yang menjadi ‘kesempurnaan ilmu atau ilmu yang sempurna’.
tokoh-tokoh tasawuf yang juga membahas dan menyinggung tentang wacana ini;
Al-Hallaj yang mencetuskan teori hulul misalnya menyatakan bahwa Nur Muhammad mempunyai dua bentuk, yakni Nabi Muhammad yang dilahirkan dan menjadi cahaya rahmat bagi alam “tidaklah engkau diutus wahai (Muhammad Rasulullah Saw) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (martabat al-a’yanu’l Kharijiyyah) dan yang berbentuk Nur (martabat a’yanu’l Thabitah).
Nur Muhammad adalah cahaya semula yang melewati dari Nabi Adam ke nabi yang lain bahkan berlanjut kepada para imam maupun wali; cahaya melindungi mereka dari perbuatan dosa (maksum); dan mengaruniai mereka dengan pengetahuan tentang rahasia-rahasia Illahi.
Allah telah menciptakan Nur Muhammad jauh sebelum diciptakan Adam as. Lalu, Allah menunjukkan kepada para malaikat dan makhluk lainnya, bahwa: “Inilah makhluk Allah yang paling mulia”. Oleh itu, harus dibedakan antara konsep Nur (Muhammad) sebagai manusia biasa (seorang Nabi) dan Nur Muhammad secara dimensi spiritual yang tidak dapat digambarkan dalam dimensi fisik dan realiti.
Menurut sufi, Muhyiddin Ibn Arabi, Nur Muhammad sebagai prinsip aktif di dalam semua pewahyuan dan inspirasi. Melalui Nur ini pengetahuan yang kudus itu diturunkan kepada semua nabi, tetapi hanya kepada Ruh Muhammad saja diberikan jawami al-qalim (firman universal).
Sedangkan menurut pencetus teori ‘insan kamil’, Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428 M) dalam karyanya, al-Insan al-Kamil fî Ma’rifat al-Awakhir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Mengetahui Allah Sejak Awal hingga Akhirnya), menyatakan bahwa Nur Muhammad memiliki banyak nama sebanyak aspek yang dimilikinya. Ia disebut ruh dan malak apabila dikaitkan dengan ketinggiannya.
Tidak ada kekuasaan makhluk yang melebihinya, semuanya tunduk mengitarinya, karena ia kutub dari segenap malak. Ia disebut al-Haqq al Makhluq bih, (al-Haqq sebagai alat pencipta), hanya Allah yang tahu hakikatnya secara pasti. Dia disebut al-Qalam al-A’la (pena tertinggi) dan al-Aql al-Awal (akal pertama) karena wadah pengetahuan Tuhan terhadap alam maujud, dan Tuhanlah yang menuangkan sebagian pengetahuannya kepada makhluk.
Adapun disebut al-Ruh al-Ilahi (ruh ketuhanan) karena ada kaitannya dengan ruh al-Quds (ruh Tuhan), al-Amin (ruh yang jujur) adalah karena ia adalah perbendaharaan ilmu tuhan dan dapat dipercayai-Nya. Oleh itu, menurut Al-Jili, lokus tajalli al-Haq yang paling sempurna adalah Nur Muhammad. Nur Muhammad ini telah ada sejak sebelum alam ini ada, ia bersifat qadim lagi azali. Nur Muhammad itu berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam berbagai bentuk para nabi, yakni Adam, Nuh, Ibrahim, Musa hingga dalam bentuk nabi penutup (khatamun nabiyyin), Muhammad Saw.
Banyak lagi penjelasan dan pembahasan tentang Nur Muhammad dimaksud. Karena, memang sejak awal kedatangan dan perkembangan Islam di ‘Bumi Nusantara’, wacana Nur Muhammad dalam berbagai konteksnya sehingga sekarang, telah menarik perhatian umat Islam. Hal ini paling tidak didukung oleh tiga faktor.
Pertama, terlihat dari banyaknya salinan yang beredar pada masa itu berkenaan dengan ‘Hikayat Nur Muhammad’ Misalnya, Hikayat Nur Muhammad naskah Betawi yang disalin pada tahun 1668 M oleh Ahmad Syamsuddin Syah. Menurut Ali Ahmad (2005) sehingga sekarang, sekurang-kurangnya terdapat tujuh versi Hikayat Nur Muhammad.
Kedua, apresiasi terhadap konsep Nur Muhammad telah mendorong lahirnya karya klasik ulama Nusantara yang secara khusus berisikan pembahasan tentang teori ini. Antaranya adalah kitab Asrar al-Insan fi Makrifah al-Ruh wa al-Rahman karya Nuruddin al-Raniri (Aceh), tiga kitab karangan Hamzah Fansuri (Barus-Aceh); Asrar al-‘Arifin, Syarab al-‘Asyiqin, dan al-Muntahi, serta Nur al-Daqa’iq oleh Syamsuddin al-Sumaterani (Pasai).
Dalam kitab Asrar al-Insan dijelaskan bahwa Allah menjadikan Nur Muhammad dari tajalli (manifestasi) sifat Jamal-Nya dan Jalal-Nya, maka jadilah Nur Muhammad itu khalifah di langit dan di bumi; Nur Muhammad adalah asal segala kejadian di langit dan di bumi. Di dalam kitab Asrar al-’Arifin dibincangkan teori wahdah al-wujud yang semula diperkenalkan oleh Abdullah Arif dalam Bahr al-Lahut dan Ibnu Arabi, kemudian dikembangkan lagi oleh Muhammad bin Fadhlullah al-Burhanpuri melalui teori Martabat Tujuh dalam kitab Tuhfah al-Mursalah ila Ruh al-Nabi. Kemudian, dalam al-Muntahi, Hamzah menyatakan bahwa wujud itu satu yaitu wujud Allah yang mutlak. Wujud itu bertajalli dalam dua martabat; ahadiyah dan wahidiyah. Dalam kitab Nur al-Daqa’iq juga dibahas tentang wujudiyah dan martabat tujuh.
Variasi teori Nur Muhammad dalam bentuk martabat tujuh boleh didapati pembahasannya dalam beberapa kitab yang ditulis oleh ulama Melayu Nusantara, antaranya adalah dibahas dalam kitab Siyarus Salikin yang dikarang oleh Syekh Abdul Shamad al-Palimbani; kitab Manhalus Syafi (Uthman el-Muhammady, 2003) yang dikarang oleh Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani; Pengenalan terhadap Ajaran Martabat Tujuh yang dikarang atau dinukilkan kepada Syekh Abdul Muhyi Pamijahan; dan kitab al-Durr al-Nafis yang di karang oleh Syekh Muhammad Nafis al-Banjari. Oleh itu, Syekh Muhammad Nafis al-Banjari dengan kitabnya Al-Durr al-Nafis ditegaskan oleh Wan Mohd Shagir Abdullah (2000) sebagai salah seorang ulama Banjar penganjur ajaran tasawuf Martabat Tujuh di Nusantara.
Dalam teori martabat tujuh dipahami bahwa dunia manusia merupakan dunia perubahan dan pergantian, tidak ada sesuatu yang tetap di dalamnya. Segalanya akan selalu berubah, memudar, dan setelah itu akan mati. Oleh karena itulah, manusia ingin berusaha mengungkap hakikat dirinya agar dapat hidup kekal seperti Yang Menciptakannya. Untuk mengungkap hakikat dirinya, manusia memerlukan seperangkat pengetahuan batin yang hanya dapat dilihat dengan mata hati yang ada dalam sanubarinya. Seperangkat pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu ma‘rifatullah.
Ilmu ma’rifatullah merupakan suatu pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman bagi manusia untuk mengenal dan mengetahui Allah. Ilmu ma‘rifatullah terbahagi menjadi dua macam, yaitu ilmu ‘makrifat tanzih’ (transeden) dan ‘ilmu makrifat tasybih’ (imanen). Tuhan menyatakan diri-Nya dalam Tujuh Martabat, yaitu martabat pertama disebut martabat tanzih (la ta‘ayyun atau martabat tidak nyata, tak terinderawi) dan martabat kedua sampai dengan martabat ketujuh disebut martabat tasybih (ta‘ayyun atau martabat nyata, terinderawi).
Yakni, martabat Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat Wahidiyyah (ke-’ada’-an asma yang meliputi hakikat realitas keesaan); Keempat, martabat Alam Arwah; martabat Alam Mitsal; martabat Alam Ajsam (alam benda); dan martabat Alam Insan.
Ketujuh proses perwujudan di atas, keberadaannya terjadi bukan melalui penciptaan, tetapi melalui emanasi (pancaran). Untuk itulah, antara martabat tanzih (transenden atau la ta‘ayyun atau martabat tidak nyata) dengan martabat tasybih (imanen atau ta‘ayyun atau martabat nyata) secara lahiriah keduanya berbeda, tetapi pada hakikatnya keduanya sama.
Seorang Sâlik yang telah mengetahui kedua ilmu ma‘rifatullah, baik Ma‘rifah Tanzih (ilmu yang tak terinderawi) maupun Ma‘rifah Tasybih (ilmu yang terinderawi), ia akan sampai pada tataran tertinggi, yaitu tataran rasa bersatunya manusia dengan Tuhan atau dikenal dengan sebutan Wahdatul-Wujûd.
Uraian tersebut dapat dianalogikan dengan air laut dan ombak. Air laut dan ombak secara lahiriah merupakan dua hal yang berbeda, tetapi pada hakikatnya ombak itu berasal dari air laut sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisah.
Ketiga, di Nusantara, Hikayat Nur Muhammad merupakan teks yang populer sekitar abad ke-14 M. Ini dibuktikan dengan tersebar luasnya kitab yang berjudul Tarjamah Maulid al-Mustafa bertahun 1351 M (Ali Ahmad, 2005), dan disinggungnya wacana ini dalam kitab Taj al-Muluk, Qishah al-Anbiya, Bustan al-Salatin, atau Hikayat Ali Hanafiah.
Membandingkan apa-apa yang digambarkan oleh Guru Sekumpul berkenaan dengan Nur Muhammad dengan uraian-uraian ulama terdahulu tampaknya tidak jauh berbeda sebagaimana pandangan umum para sufi dalam melihat Nur Muhammad sebagai yang terawal diciptakan dan kemudiannya menjadi sumber dari segala penciptaan.
Di samping itu, menurut Guru Sekumpul maqam Nur Muhammad adalah maqam paling tinggi dari pencarian dan pendakian sufi menuju makrifah kepada Allah, tiada lagi maqam atau stasiun paling tinggi sesudah ini. Kesimpulannya, berbahagialah orang-orang yang dapat menyandingkan penyatuan sumber asal mula penciptaannya dalam satu harmoni, yakni Nur Muhammad, sebab ia berada pada satu kedudukan yang tinggi dan terbukanya segala hijab yang membatasinya.
Penciptaan Ruh Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Saat Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan keputusan Ilahiah untuk mewujudkan makhluq, Ia pun menciptakan Haqiqat Muhammadaniyyah (Realitas Muhammad –Nuur Muhammad) dari Cahaya-Nya. Ia Subhanahu wa Ta’ala kemudian menciptakan dari Haqiqat ini keseluruhan alam, baik alam atas maupun bawah. Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian memberitahu Muhammad akan Kenabiannya, sementara saat itu Adam masih belum berbentuk apa-apa kecuali berupa ruh dan badan. Kemudian darinya (dari Muhammad) keluar tercipta sumber-sumber dari ruh, yang membuat beliau lebih luhur dibandingkan seluruh makhluq ciptaan lainnya, dan menjadikannya pula ayah dari semua makhluq yang wujud.
Dalam Sahih Muslim, Nabi (SAW) bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menulis Taqdir seluruh makhluq lima puluh ribu tahun (dan tahun di sisi Allah adalah berbeda dari tahun manusia, peny.) sebelum Ia menciptakan Langit dan Bumi, dan `Arasy-Nya berada di atas Air, dan di antara hal-hal yang telah tertulis dalam ad-Dzikir, yang merupakan Umm al-Kitab (induk Kitab), adalah bahwa Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam adalah Penutup para Nabi. Al Irbadh ibn Sariya, berkata bahwa Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Menurut Allah, aku sudah menjadi Penutup Para Nabi, ketika Adam masih dalam bentuk tanah liat.”
Maysara al-Dhabbi (ra) berkata bahwa ia bertanya pada Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam, “Ya RasulAllah, kapankah Anda menjadi seorang Nabi?” Beliau sall-Allahu ‘alayhi wasallam menjawab, “Ketika Adam masih di antara ruh dan badannya.”
Suhail bin Salih Al-Hamadani berkata, “Aku bertanya pada Abu Ja’far Muhammad ibn `Ali radiy-Allahu ‘anhu, `Bagaimanakah Nabi Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam bisa mendahului nabi-nabi lain sedangkan beliau akan diutus paling akhir?” Abu Ja’far radiy-Allahu ‘anhu menjawab bahwa ketika Allah menciptakan anak-anak Adam (manusia) dan menyuruh mereka bersaksi tentang Diri-Nya (menjawab pertanyaan-Nya, `Bukankah Aku ini Tuhanmu?’), Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam-lah yang pertama menjawab `Ya!’ Karena itu, beliau mendahului seluruh nabi-nabi, sekalipun beliau diutus paling akhir.”
Al-Syaikh Taqiyu d-Diin Al-Subki mengomentari hadits ini dengan mengatakan bahwa karena Allah Ta’ala menciptakan arwah (jamak dari ruh) sebelum tubuh fisik, perkataan Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam “Aku adalah seorang Nabi,” ini mengacu pada ruh suci beliau, mengacu pada hakikat beliau; dan akal pikiran kita tak mampu memahami hakikat-hakikat ini. Tak seorang pun memahaminya kecuali Dia yang menciptakannya, dan mereka yang telah Allah dukung dengan Nur Ilahiah.
Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengaruniakan kenabian pada ruh Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam bahkan sebelum penciptaan Adam; yang Ia telah ciptakan ruh itu, dan Ia limpahkan barakah tak berhingga atas ciptaan ini, dengan menuliskan nama Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam pada `Arasy Ilahiah, dan memberitahu para Malaikat dan lainnya akan penghargaan-Nya yang tinggi bagi beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam). Dus, Haqiqat Nabi Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam telah wujud sejak saat itu, meski tubuh ragawinya baru diciptakan kemudian. Al Syi’bi meriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya, “Ya RasulAllah, kapankah Anda menjadi seorang Nabi?” Beliau menjawab, “ketika Adam masih di antara ruh dan badannya, ketika janji dibuat atasku.” Karena itulah, beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah yang pertama diciptakan di antara para Nabi, dan yang terakhir diutus.
Diriwayatkan bahwa Nabi (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah satu-satunya yang diciptakan keluar dari sulbi Adam sebelum ruh Adam ditiupkan pada badannya, karena beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah sebab dari diciptakannya manusia, beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah junjungan mereka, substansi mereka, ekstraksi mereka, dan mahkota dari kalung mereka.
`Ali ibn Abi Thalib karram-Allahu wajhahu dan Ibn `Abbas radiy-Allahu ‘anhu keduanya meriwayatkan bahwa Nabi (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) bersabda, “Allah tak pernah mengutus seorang nabi, dari Adam dan seterusnya, melainkan sang Nabi itu harus melakukan perjanjian dengan-Nya berkenaan dengan Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam): seandainya Muhammad (SAW) diutus di masa hidup sang Nabi itu, maka ia harus beriman pada beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) dan mendukung beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam), dan Nabi itu pun harus mengambil janji yang serupa dari ummatnya.
Diriwayatkan bahwa ketika Allah SWT menciptakan Nur Nabi kita Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam, Ia Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan padanya untuk memandang pada nur-nur dari Nabi-nabi lainnya. Cahaya beliau melingkupi cahaya mereka semua, dan Allah SWT membuat mereka berbicara, dan mereka pun berkata, “Wahai, Tuhan kami, siapakah yang meliputi diri kami dengan cahayanya?” Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab, “Ini adalah cahaya dari Muhammad ibn `Abdullah; jika kalian beriman padanya akan Kujadikan kalian sebagai nabi-nabi.” Mereka menjawab, “Kami beriman padanya dan pada kenabiannya.” Allah berfirman, “Apakah Aku menjadi saksimu?” Mereka menjawab, “Ya.” Allah berfirman, “Apakah kalian setuju, dan mengambil perjanjian dengan-Ku ini sebagai mengikat dirimu?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah berfirman, “Maka saksikanlah (hai para Nabi), dan Aku menjadi saksi (pula) bersamamu.”(QS 3:81).
Inilah makna dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: `Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hukmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.’” (QS 3:81).
Syaikh Taqiyyud Diin al-Subki mengatakan, “Dalam ayat mulia ini, tampak jelas penghormatan kepada Nabi (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) dan pujian atas kemuliaannya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa seandainya beliau diutus di zaman Nabi-nabi lain itu, maka risalah da’wah beliau pun harus diikuti oleh mereka. Karena itulah, kenabiannya dan risalahnya adalah universal dan umum bagi seluruh ciptaan dari masa Adam hingga hari Pembalasan, dan seluruh Nabi beserta ummat mereka adalah termasuk pula dalam ummat beliau sall-Allahu ‘alayhi wasallam. Jadi, sabda sayyidina Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam), “Aku telah diutus bagi seluruh ummat manusia,” bukan hanya ditujukan bagi orang-orang di zaman beliau hingga Hari Pembalasan, tapi juga meliputi mereka yang hidup sebelumnya. Hal ini menjelaskan lebih jauh perkataan beliau, “Aku adalah seorang Nabi ketika Adam masih di antara ruh dan badannya.” Berpijak dari hal ini, Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah Nabi dari para nabi, sebagaimana telah pula jelas saat malam Isra’ Mi’raj, saat mana para Nabi melakukan salat berjama’ah di belakang beliau (yang bertindak selaku Imam). Keunggulan beliau ini akan menjadi jelas nanti di Akhirat, saat seluruh Nabi akan berkumpul di bawah bendera beliau.
Barokallah.
HAKIKAT SAHADAT & HAKIKAT SOLAT (MAKRIFATULLAH)...اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
pada 20hb November 2011 pukul 8.24 pagi
Sesungguhnya sahadat adalah merupakan rukun islam yang pertama dimana seseorang itu ingin menjadikan islam sebagai cara hidupnya haruslah terlebih dahulu mengucap dua kalimah sahadat i itu:-
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
Jadi sesungguhnya selagi sesorang itu tidak melafazkan dua kalimah sahadat maka selama itulah dia tidak boleh di iktiraf sebagai seorang islam.
Dalam pengertian syariat,dua kalimah sahadat itu ialah "aku menaik saksi bahawa tiada tuhan yang disembah melainkan Allah dan aku menaik saksi bahwa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah.
Sesungguhnya ramai diantara kita hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah sahadat itu tetapi jarang benar dikalangan kita cuba mengkaji atau sekurang2nya menyoal diri sendiri tentang hakikat pengertian hujung jatuhnya sahadat itu sendiri,kita lihat ibu bapa kita melafazkan sahadat maka kita pun turut berbuat demikian,namun begitu tak pernah bertanya kenapa kita
harus melafazkanya.??
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
Dan kenapa kita pula tidak boleh melafazkan satu bentuk penyaksian yang lain daripada dua kalimah sahadat.
Disamping itu tidak kurang pula dikalangan kita bertanya kenapa LA ILA HA IL LAALLAH itu boleh membawa pengertian "tiada tuhan yang di sembah melainkan Allah" sedangkan di dalam kalimah tersebut tidak pernah terdapat perkataan tuhan (RABB) dan tidak pula terdapat perkataan sembah (PAK BUDUU HU) tetapi di dalam pentafsiran erti baik bahasa oleh para ulama syariat ada perkataan "tuhan" dan "sembah" dan kenapa pula sahadat tersebut tidak boleh dikatakan begini......
لاربي فاعبدوني الا الله
yang mungkin lebih sesuai untuk diberi arti "tiada tuhan yang disembah melainkan Allah" tetapi islam tetap mengunakan lafaz sahadat dengan..لااله الاالله
yang membawa pengertian kepada tiada yang nyata hanya Allah. لا اله الا الله
TIADA NYATA HANYA ALLAH
Jadi boleh disimpulkan di sini bahawa pengertian yang dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh,tidak menepti daripada matlamat sebenar yang hendak dinyatakan oleh sahadat itu sendiri disamping itu soalnya apakah perkataan Allah di dalam sahadat itu boleh di samakan kepada tuhan dan apakah sebenarnya begitu..??
Begitu juga apabila kita melafazkan ..محمدارسول الله
itu apakah benar membawa satu pengertian kepada "Nabi Muhammad itu persuruh Allah" jika benar begitu kenapa Nabi Adam Alaihimusallam bapa sekalian manusia juga mengucap sahadatnya dengan mengkhabarkan sahadatnya itu dengan lafaz Muhammad Rasulullah dan seterusnya Nabi Ibrahim,Nabi Ismail dan rasul2,wali2 Allah sebelum zahir Nabi Muhammad saw mengucap dengan ucapan yang sama atau dalam hal yang lain ada dikalangan kita akan berkata nabi2 sebelum zahirnya Nabi Muhammad mengucap dengan cara lain, jika benar begitu apakah mereka difahamkan bahawa islam itu hanya baru ujud pada zaman Muhammad saw dan benarkah islam tidak pernah ujud sebelumnya,dan jika benar ucapan Muhammad RasuluLlah itu fahaman kepada Nabi Muhammad,kenapa pula Nabi Muhammad juga mengucap seperti kita mengucap sekarang,dan kenapa pula RasuluLlah tidak mengucap begini...
واشهدن لاربى فاعبدوني الا الله واشهدانا رسول الله
yang lebih sesuai membawa kepada pengerian "aku naik saksi tiada tuhan yang disembah melainkan Allah dan aku naik saksi bahawa akulah persuruh Allah"
Pendek kata banyaklah lagi persoalan2 yang harus ditanya oleh kita apabila kita melangkah dan berusaha mencari dan menggali pengertian sahadat yang benar,justeru itu marilah kita membincangkan bersama2 akan hakikat sahadat mengikut pandangan hakikat dan makrifat dan marilah kita sama2 menggali makna hujung jatuh sahadat itu sendiri agar kita sama2 dapat memahaminya dengan mendalam dan dapat pula berpegang dengan pemahaman kita itu.
Adapun kalimah sahadat itu adalah:-
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
dan sesungguhnya اشهدان لااله الاالله
adalah dinamakan sahadat tauhid dan..
واشهدان محمدارسول الله
adalah pula sahadat rasul.
Sebab kalimah..LAILAHAILLALLAH.. dinamakan sahadat tauhid adalah didalam kalimah tersebut kita bersaksi dengan penuh rasa bahawa tiada yang lain hanya Allah semata2 tiada bersekutu baginya dalam segala2 hal dan tiada sesuatu pun yang bercampur aduk denganya kecuali DIA sendiri,oleh itu kita bersaksi dengan diri kita sendiri tiada yang nyata pada kita hanya Allah semata2,kita nafi tubuh kita dan kita isbatkannya kepada Allah semata2 (diri batin kita)
Adapun kalimah واشهدان محمدارسول الله
itu dinamakan sahadat rasul,sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bahawa yang menyampaikan dan menanggung diri rahsia Allah adalah Muhammad iaitu diri zahir kita,dan dengan melafazkan kalimah tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dengan diri kita sendiri bahawa diri zahir kita tetap akan menanggung rahsia Allah dan akan menjaganya buat selama2nya.
Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri batin kita (ruhani),
dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (jasmani)
Diri batin adalah sebenar2 diri yang menyatakan rahsia tuhan dan untuk menyatakan diri rahsia Allah tersebut adalah diri zahir kita...jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahsia ketuhanan Allah Taala,oleh yang demikian diri zahir kita digelar HAKIKAT RASUL.
APABILA KITA MELAFAZKAN:-
لا اله الا الله
TIADA NYATA HANYA ALLAH
MAKNANYA: tiada nyata hanya Allah....dari sini jelaslah kalimah LAILAHALILLAH itu sudah terang diri batin kita,bila saja kita melafazkan kalimah tersebut dengan jelas kita memperakui dengan sesungguhnya bahawasanya tiada nyata hanya DIAlah Allah yang dikandung oleh tubuh zahir kita.
ADAPUN KALIMAH: MUHAMMADRASUL ALLAH pula menyatakan diri kasar kita kerana hakikat bentuk manusia itu berhakikat dengan huruf M U H A M M A D ,
justeru itu menakala kita melafazkan kalimah.
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
Maka kalimah yang telah dilafazkan itu adalah meliputi pada menyatakan diri batin dan diri zahir kita (ruhani dan jasmani) iaitu kita menyaksikan bahawa yang dikandung oleh diri kasar ini adalah diri rahsia Allah Taala dan diri kasar inilah merupakan sarung, seperti firman Allah yang bermakna :MANUSIA ITU ADALAH RAHSIAKU DAN AKULAH RAHSIANYA"
Allah Taala telah mengurniakan manusia untuk memegang dan bertanggungjawab terhadap rahsia yang ditanggung oleh manusia itulah Allah Taala memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia...seperti firman-Nya....
لقدخلقنا الانسان في احسن تقويم
sesungguhnya Aku kurniakan akan manusia itu satu kejadian yang sebaik2nya.
Kejadian manusia adalah satu2 kejadian yang paling rapi,elok tersusun pada zahir dan batin,duduknya kemuliaan manusia adalah kerana manusia sahajalah kejadian Allah yang sanggup memegang rahsianya,sedangkan sebelumnya Allah sendiri pernah menawarkan rahsia ini kepada langit,bulan,bukit untuk menanggungnya tetapi semuanya makhluk kejadian tersebut tidak mempunyai kesanggupan untuk menanggungnya:- seperti firman Allah yang bermaksud:" sesungguhnya rahsia aku ini pernah aku taruhkan kepada langit,bumi,gunung-ganang tetapi mereka enggan menerimanya kerana takut mengabaikannya,tetapi yang sanggup menerima adalah manusia".
Dari itu apabila kita mengucap akan kalimah
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
maka bererti kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahawa tiada yang nyata pada diri kita hanya Allah semata2 dan tubuh zahir kita ini adalah tukang penyata rahsia Allah semata2.
Adapun solat itu adalah berdiri menyaksikan diri kita sendiri,kita menyaksikan bahawa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahsia Allah Taala dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahsia Allah semata2,tiada satu jua pun yang kita punya kecuali hak Allah semata2,jika diibaratkan kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang hidup dengan mengharapkan siaran dari stastion besar semata2,dan perlu di ingat bahawa berfungsinya radio tersebut kerana dapat menerima gelombang siaran dari station besar,yang demikian jika habislah siaran atau rosaknya penerimaan siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akan dibuang menjadi sampah,maka begitulah kita.
Kita akan berguna di sisi Allah jika kita dapat menanggung amanah rahsia itu serta dapat berfungsi dan bertindak mengenal diri kita sendiri,kerana apabila kita berjaya dapat mengenal diri kita,maka dengan itulah pula kita dapat mengenal diri Allah itu sendiri...firman Allah dalam hadis qudsi.....
من عرف نفسه فقد عرف ربه
ertinya,barangsiapa mengenal dirinya maka kenallah tuhannya.
Oleh itu jika kita tidak mengenal diri kita,maka kita adalah lebih hina daripada sampah di sisi Allah.
Adapun sembahyang/solat itu bukanlah sekali ertinya menyembah kerana apabila disebut sembah,maka sudah tentu membawa pengertian bahawa ada yang menyembah dan ada pula yang kena sembah dan tiap tiap yang disembah sudah pasti ada di hadapan yang menyembah.
Justeru itu bagaimana halnya dengan Allah yang bersifat bersalahan dengan segala yang baharu, benda-benda itu ujud,ujud dihadapan untuk di sembah,dan jikalau Allah di hadapanya maka ertinya Allah bertempat,jika ini iktikad kita maka kafirlah kita jadinya.Lagi pun bagaimana boleh dikatakan sembahyang itu boleh disifatkan menyembah sedangkan manusia itu sendiri pun adalah diri rahsia Allah seperti
firman Allah dalam Hadis Qudsi;
الانسان سري وانا سره
ertinya : manusia itu adalah rahsiaKu dan diri Akulah rahsianya".
Oleh itu dapatlah disimpulkan bahawa solat/sembahyang itu sebenarnya adalah satu istiadat menyaksikan diri sendiri dan sesungguhnya diri kita itu adalah kepunyaan Allah semata-mata.Dan sayugia di ingatkan bahawa keadaan yang dinyatakan di atas bukanlah sekali kita boleh beriktikad bahawa Allah itu duduk di dalam diri kita,jika kita beranggapan begitu maka kafirlah jadinya dan keadaan yang diterangkan di atas juga bukan sekali-kali boleh beriktikad bahawa diri batin kita (ROH) itu tuhan dan bertuhankan diri,maka berbuat demikian kafir pula jadinya.
Perlu di ingatkan bahawa kita adalah sebagai kotak radio yang menerima gelombang radio dan rahsia radio,maka untuk menyatakan rahsia radio tersebut adalah station yang memancar siaranya ke kotak radio,maka berbunyilah radio seperti mana asalnya di station besar.Bergitu dengan Allah,Dia memuji diriNya dengan diri rahsiaNya yang dikandung oleh manusia.Seperti firman Allah didalam Hadis Qudsi yang bermaksud:
AKU SUKA MENGENAL DIRIKU SENDIRI,
LALU AKU JADIKAN MAKHLUK INI,
LALU AKU PERKENALKAN DIRI AKU,
KEPADA MEREKA DAN LALU MEREKA,
PUN MENGENAL AKU.
Bermula yang dimaksudkan dengan makhluk di dalam hadis qudsi di atas adalah manusia.
Adapun yang dikatakan sembahyang itu berdiri menyaksikan diri kerana semasa sembahyang kita wajib berkata :
"اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله ".
ertinya bersaksilah aku bahawa tiada yang nyata kecuali Allah (diri batin) dan bersaksilah aku bahawa Muhammad (diri zahir) itu adalah penyaksian Allah (diri batin).
Di sini terang dan jelaslah bahawa kalimah penting itu di lafazkan oleh kita bagi tujuan supaya menilik diri kita dengan matahati kita, bahawa akulah yang membawa rahsia Allah,dan kita menilik dengan mata zahir dan batin kita bahawa kita adalah Allah semata-mata tiada sesuatu pada kita hanya Allah semata-mata.
Ucapan penyaksian ini bukanlah sahaja dilafazkan oleh lidah malahan dikatakan bersama oleh semua anggota zahir dan batin kita,masing-masing serentak berdiri menyaksikan diri ini adalah Allah semata-mata,(بالحق الاالله )
Maka di saat melafazkan syahadah tersebut maka gementarlah seluruh tubuh jiwa raga orang arifin billah,maka disaat itu terasalah oleh mereka satu kelazatan yang amat sangat,tiada bahasa yang boleh diterangkan di sini kecuali diketahuilah sendiri oleh mereka yang mengalami dan sampai pula ke martabatnya.
Untuk menegaskan hal di atas Allah telah berfirman di dalam Al-Quran :
إنماالموءمنون الذين إذاذكرالله وجلت قلوبهم وإذاتليت عليهم ابته زادتهم ايماناوعلى ربهم يتوكلون :
ertinya "sesungguhnya bagi mereka yang beriman apabila sahaja disebut Allah nescaya gementarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatNya bertambah iman mereka kepada Allah mereka bertawakal.
Adapun اشهدان لااله الاالله ertinya bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah,iaitu bersaksilah aku dengan telingaku,mataku,otakku,kulitku,dagingku,kakiku, dan seluruh tubuhku yang zahir dan batin aku,tiada yang nyata kecuali Allah jua.Aku melihat dan mendengar dengan penglihatan Allah dan pendengaran Allah,tiada aku merasa ,Allah lah merasa,tiada aku berkehendak,Allah lah yang berkehendak, tidak aku berkuasa,Allah lah yang berkuasa...tidak....tidak...tidakkkk...HANYA ALLAH SEMATA-MATA.
Seperti firman Allah; فاءينما تولوا فثم وجه الله ..."Dimana sahaja kamu berhadap di situlah wajah Allah".
Cara ini adalah dengan kita menafikan diri kita yang zahir ini dan mengisbatkan diri kita yang batin (Allah).
Adapun واشهدان محمدارسول الله ertinya "dan bersaksilah aku bahawa diriku yang zahir ini adalah menanggung diri rahsia Allah semata-mata.
Di dalam kalimah ini kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahawa diri kita jasmani inilah yang menanggung dan membawa rahsia Allah (diri batin) dan diri kita yang zahir inilah juga yang menjadi dalil awal akan ujudnya Allah Tuhan semesta alam.
Dengan yang demikian fahamlah kita bahawa kalimah sahadat itu adalah kalimah hakikat yang menyatakan penyambungan diantara badan jasmani dengan badan ruhani kita,ianya tidak boleh dipisahkan dan diceraikan diantara satu dengan lain.
Oleh kerana kita faham dengan hujung jatuhnya kalimah sahadah itu adalah hakikat penyambungan diantara ruhani dengan jasmani,maka setengah ulama' berpendapat bahawa tidak wajar bagi kita untuk melafazkan kalimah sahadah tersebut secara mewakafkan bacaan dimana-mana bahagian kalimah dua kalimah sahadah tersebut,adalah tidak kita mewakafkan di kalimah ALLAH seperti yang diamalkan oleh kebanyakan orang jahil di dalam hakikat dua kalimah sahadah,kerana pada hakikatnya kita telah mengetahui bahawa tubuh kalimah dua sahadah tersebut adalah gabungan ruhani dan jasmani kita.
Adapun ucapan dua kalimah sahadah yang hanya disebut dilafazkan dimulut tanpa mengerti apakah sebenar hakikat sahadah tersebut adalah dinamakan sahadah tanda,hujung jatuh akan hakikat sahadah tanda ini adalah bertujuan supaya satu-satu masyarakat yang mengaku diri mereka islam,turut sama mengiktiraf bahawa manusia yang mengucap dua kalimah sahadah semacam tadi adalah berugama islam seperti mereka juga. tetapi sebenarnya sahadah sedemikian itu adalah kosong dan tidak memberi erti apa-apa serta tidak bermaya, ertinya jika di ibaratkan besi maka besi seperti inilah besi tawar yang tidak pernah mengerti apa makna tajam,ia hanya bergelar besi tetapi tidak berguna untuk apa-apa jua pun kerana perlu di tegaskan bergunanya besi bagi sebilah pisau adalah kerana tajamnya.Tajam itulah sebenar benar tubuh pisau itu,oleh sebab itu bagi mereka yang hanya mengerti melafazkan dua kalimah sahadah tetapi jahil daripada mengerti hakikat sahadah maka manusia begini adalah manusia islam minannas dan ianya bukan sekali kali islam minallah,oleh itu untuk menjadi islam minallah maka seseorang itu haruslah mengerti dan mengetahui dan memahami serta dapat duduk pada hakikat sahadah sebenarnya.
HURUF2 KALIMAT SAHADAT 24 HURUF MELAMBANGKAN 24 JAM SEHARI SEMALAM.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
لااله الأالله محمد رسول الله
ل ا ا ل ه ا ل ا ا ل ل ه م ح م د ر س و ل ا ل ل ه
Adapun kalimah sahadat ini hendaklah dijadikan darah daging kita pada siang malam selama 24 jam ertinya hidup kita,mati kita,bangkit kita dihari kiamat nanti adalah dengan kalimah sahadat :
لااله الأالله محمد رسول الله
لااله نحي وعليها,وعليا نموت وعليها نبعث ان شاء الله كان من الامنين
ertinya:hidupku didalam dunia ini,matiku dan bangkitku dihari akhir nanti didalam kalimah (sahadat) dan insallah aku menjadi orang yang amin.
disamping itu diingatkan bahawa didalam kalimah tauhid jiga mengandungi 24 huruf semuanya bagi menandakan kehidupan manusia 24 jam dalam sehari semalam sebagaimana yang dinyatakan dalam bab yang lalu bahawa kalimah sahadat itu adalah pada menyatakan perihal diri ruhani dan jasmani kita.Kalimah ini adalah tersangat penting didalam penghidupan kita untuk menuju kepada Allah Subhanahu wataala.
Oleh itu janganlah dipisahkan manusia samasekali dua kalimah sahadat didalam kehidupan kita,jika ingin menjadi manusia yang diredhai di dunia dan diakhirat dan jangan sekali2 kita mati tampa kalimah sahadat.
لااله الأالله محمد رسول الله
ل ا ا ل ه ا ل ا ا ل ل ه م ح م د ر س و ل ا ل ل ه
( 24 huruf)
(bagi mengisyaratkan kehidupan/penghidupan manusia 24 jam sehari semalam.)
Ahli Makrifat itu tidak mempunyai makrifat jika ia tidak mengenal Allah dari segala sudut dan dari segala arah mana saja ia menghadap. Ahli Hakikat hanya ada satu arah iaitu ke arah Yang Hakiki itu sendiri.
"Ke mana saja kamu memandang, di situ ada Wajah Allah" (Al-Qur-an)
"Ke mana saja kamu memandang", sama ada dengan deria atau akal atau khayalan, maka di situ ada Wajah Allah". Oleh itu dalam tiap-tiap ain [di mana] ada ain (Zat Ilahi) dan semuanya adalah "La ilaha illalLah" (TIADA NYATA HANYA ALLAH).
Dalam "La ilaha illalLah" semua wujud ada terkandung, iaitu Wujud Semesta Raya dan Wujud secara khusus; atau Wujud atau apa yang dianggap Wujud; atau wujud Hakiki dan Wujud makhluk.
Wujud makhluk tertakluk kepada kepada "La ilaha" yang bererti bahawa segala-galanya kecuali Allah adalah kosong(batil), iaitu dinafikan bukan diisbatkan. Wujud Hakiki termasuk dalam "illaLlah". Oleh itu semua kejahatan tertakluk di bawah "La ilaha" dan semua yang dipuji tertakluk di bawah "illaLlah".
Semua wujud terkandung dalam mengisbatkan Keesaan (La ilaha illaLlah) dan anda mesti memasukkkannya juga dalam menamakan hamba yang paling mulia (dalam mengatakan Muhammadun RasuluLlah).
"Muhammadun RasuluLlah" ini mengandungi tiga alam.
Muhammad itu menunjukkan Alam Nyata(Alam Nasut); iaitu alam yang boleh dipandang dengan deria(senses).
Rasul itu menunjukkan Alam Perintah(Alam Malakut); iaitu Alam batin berkenaan rahsia-rahsia tanggapan yang mujarad; dan ini terletak antara yang muhaddas dengan Yang Qadim.
Nama Ilahi(Allah) itu menunjukkan Alam Pertuanan(Alam Jabarut). Lautan darinya terpancar pengertian dan tanggapan.
"Rasul" itu sebenarnya pengantara yang muhaddas dengan Yang Qadim; kerana tanpa dia tidak akan ada wujud, kerana jika yang muhaddas bertemu dengan yang Qadim, maka binasalah yang muhaddas dan tinggallah Yang Qadim.
Apabila Rasul diletakkan pada tempatnya yang wajar pada kedua itu, maka barulah alam ini diperintahkan, kerana pada zhohirnya ia adalah hanyalah seketul tanah liat, tetapi batinnya ia adalah khalifah Allah.
Pendeknya, maksud mengisbatkan Tauhid itu tidaklah sempurna dan tidaklah meliputi tanpa diisbatkan Keesaan atau Tauhid Zat, Sifat dan Lakuan. Pengisbatan itu difahami dari "Muhammadun RasuluLlah".
Apabila seorang ahli Makrifat berkata "La-ilaha illaLlah" maka ia ketahui pada hakikatnya bukan hanya pada majazi sahaja, iaitu tidak ada jalan lain melainkan Allah. Oleh itu wahai saudaraku, janganlah hanya mengucapkan dengan mulut saja syahadah yang mulia ini, kerana dengan itu mulut sajalah yang akan mendapat manfaatnya. Dan ini bukanlah matlamat yang hendak dituju. Yang pentingnya ialah Mengenal Allah sebagaimana Ia sebenarnya.
"Allah itu dahulu seperti Ia sekarang jua tanpa sekutu, dan Ia sekarang seperti Ia dahulu jua".
Fahamilah ini, dan anda tidak akan dibebankan lagi dengan penafian, dan tidak ada yang tinggal bagi anda lagi melainkan pengisbatan agar apabila anda berkata anda akan berkata; "Allah, Allah, Allah". Tetapi kini hati anda dibebankan dan pandangannya lemah. Semenjak anda dijadikan anda hanya berkata; La-ilaha........ tetapi bilakah penafian itu akan berkesan?. Bahkan ia tidak berkesan kerana penafian itu hanya dengan lidah sahaja. Jika anda nafikan dengan Akal iaitu dengan Hati anda dan rahsia anda yang paling dalam, maka seluruh alam ini akan lenyap dari pandangan anda dan anda akan lihat Allah sendiri, bukannya diri anda sendiri dan juga makhluk-makhluk lain. Kaum Sufi menafikan wujud yang lain kecuali Allah. Maka mereka mencapai kedamaian dan kerehatan dan terus memasuki KalamNya. Mereka tidak akan keluar lagi. Tetapi penafian anda tidak ada langsung hujungnya............
Ghairullah(selain Allah) tidak akan lenyap dengan hanya mengatakan "tidak" dengan lidah sahaja; dan belum sempurna juga lagi dengan mata keimanan dan keyakinan, tetapi akan lenyap dengan pandangan secara langsung dan berhadapan muka.
"Sesungguhnya Allah itulah matlamat anda yang terakhir" (Al-Qur'an).
Dialah sumber segala-galanya. Maka anda tidak perlu lagi nafi dan tidak perlu isbat. Ini adalah kerana Yang Wajib itu telah memangnya isbat walaupun belum anda isbatkan, dan yang ghairullah itu sememangnya nafi walaupun sebelum anda nafikan.
Tidakkah anda ingin menemui guru yang dapat mengajar anda bagaimana menafikan ghairullah dan membawa anda kepada kedamaian di mana anda dapati tidak ada yang lain kecuali Allah?. Maka barulah anda hidup dengan Allah dan dapat menjadi penghuni "Dalam tempat tinggal orang-orang yang ikhlas di Majlis Tuhan Yang Maha Agung", dan ini adalah semuanya hasil daripada ingat anda dan makrifat anda bahawa "Tiada Tuhan selain Allah".
Anda tahu kata-kata Syahadah itu sahaja dan yang paling dalam yang anda tahu ialah berkata; "Tidak ada yang patut disembah melainkan Allah". Ini adalah pengetahuan orang-orang awam(biasa) tetapi apakah kaitannya dengan pengetahuan atau ilmu orang-orang Sufi?.
Pengetahuan anda yang sekarang itulah yang menghalang anda memahami pengetahuan orang-orang pilihan(Sufi). Masihkan anda menafikan pengetahuan yang didapati dari bimbingan guru menuju Hakikat, padahal mereka yang dipimpin itu memandang tidak yang wujud kecuali Allah? Mereka bukan sahaja mengenal Allah dengan Iman dan keyakinan saja, tetapi mereka memandang dengan cara pandangan yang terus tanpa halangan. Omong kosong tidak sama dengan melihat, bertemu muka.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Adapun yang dinamakan : PAHAM AL-FATIHAH, itu sebagai berikut
ALHAMDULILLAH : Artinya, Ya Muhammad, sembahyangmu itu aku jua memuji diriku.
RABBIL – ALAMIN : Artinya, Ya Muhammad, aku tahu lahir bathinmu.
ARRACHMANIRRACHIM : Artinya, Ya Muhammad, yang membaca fatihah itu,aku jua memuji diriku.
MALIKIYYAUMIDDIN : Artinya, Ya Muhammad, engkau jua ganti pekerjaanku,karena engkau tiada lain Aku.
IYAKANA’BUDU WAIYYA – : Artinya, Ya Muhammad, tiada yang sembahyang hanya aku dan yang ghaib Aku jua kerja sendirian.
KANASTAIN
IHDINASSYIROTOL – : Artinya, Ya Muhammad, tiada yang mengetahui akan daku,hanya
MUSTAQIM engkau jua.
SYIROTOLLAZINA AN’AMTA : Artinya, Ya Muhammad, sesungguhnya karenamu sekalian yang ada.
ALAIHIM
GHOIRILMAGDHUBI’ALAIHIM : Artinya, Ya Muhammad, tiada aku marah Aku kasih padamu dan
Sekalian umatmu. Aku mengatakan Rahasiaku padamu, dan engkau
Katakan rahasiamu pada sekalian umatmu.
WALADHOLLIN : Artinya, Ya Muhammad, jika tiada engkau kekasihku, maka tiada
RahasiaKU sekaliannya padamu.
AMIN : Artinya, Ya Muhammad, engkau ganti Rahasiaku, Allah nama bagi zat
Tuhan yang qadim
—ooOoo–
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
ADAPUN YANG DINAMAKAN ‘DINDING ASAL DIRI’ ITU ADALAH SEPERTI DISEBUT DIBAWAH INI :
AKU ALIF ALLAH.MASUKKU KEPADA LAM DJALALLAH. LENYAPKU DI GHOIRULLAH. HILANGKU KEPADA LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH.
———
PERPINDAHAN KEDUDUKAN NYAWA DITIAP-TIAP WAKTU
SUBUH berada di SULBI Nabinya ADAM Warnanya PUTIH.
ZOHOR berada di PUSAT Nabinya IBRAHIM warnanya KUNING.
ASHAR berada di JANTUNG Nabinya YUSUF warna MERAH.
MAGRIB berada di DADA Nabinya ISA warnanya BIRU.
ISYA berada di OTAK Nabinya MUSA Warnanya HITAM.
UNTUK DIBACA SEBELUM TAKBIRATUL IHRAM SEBELUM MEMBACA DOA PERTAMA
BAITULLAH,HU ALLAH, HU BAINA ALLAH, RAHASIA ALLAH.
Caranya kita hendak mengangkat TAKBIRATULIHRAM, Yaitu kita tarik napas dengan HU, hakikat kita AKU masuk kedalam.
— Tatkala kita mengangkat TAKBIR ingat ZAT – ALIF
— Tatkala kita RUKU ingat SIFAT – SIFAT
— Tatkala kita I’TIDAL ingat akan ASMA – LAM
— Tatkala kita SUJUD ingat akan AF’AL – HA
Yaitu sampai salam jangan lupa ;
ZAT – ALIF SIFAT – LAM ASMA – LAM AF’AL – HA
LA ILAHA ILLA ALLAH
1. Adapun ALIF itu ibarat SIFAT ALLAH, menjadi Rahasia kepada MUHAMMAD, menjadi CAHAYA kepada kita.
2. Adapun LAM AWAL itu ibarat SIFAT ALLAH, menjadi RUPA kepada MUHAMMAD, menjadi CAHAYANYA kepada kita.
3. Adapun LAM ACHIR itu ibarat ASMA ALLAH, menjadi ILMU kepada MUHAMMAD, menjadi IMAN kepada kita.
4. Adapun HA itu ibarat AF’AL ALLAH, menjadi KELAKUAN kepada MUHAMMAD, menjadi HATI kepada kita. Maka HU itu AKULAH ALLAH.
Leburnya MUHAMMAD kepada ALLAH. LA itu AKULAH Raja Dunia dan Akhirat.
ZAT – MA’RIFAT SIFAT – HAKIKAT ASMA – THARIKAT AF’AL – SYARIAT
Adapun ZATnya Adapun SIFATnya Adapun ASMAnya Adapun AF’ALnya
Nyata kepada nyata kepada nyata kepada nyata kepada
MA’RIFAT. HAKIKAT. THARIKAT. SYARIAT.
— Adapun SYARIAT nyata kepada kelakuan TUBUH INSAN.
— Adapun THARIKAT nyata kepada kelakuan HATI INSAN.
— Adapun HAKIKAT nyata kepada kelakuan NYAWA INSAN.
— Adapun MA’RIFAAT nyata kepada kelakuan FUAD INSAN.
Inilah rupa yang 4 perkara ini, jangan tidak diketahui risalah tersebut dibawah ini.
ZAT SIFAT ASMA AF’AL
MA’RIFAT HAKIKAT THARIKAT SYARIAT
RAHASIA NYAWA HATI TUBUH
MIM HA MIM DAL
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Adapun asal tubuh ( lembaga ) terdiri dari 4 ( empat ) nasar ialah :
1). TANAH 2). AIR 3). ANGIN 4). API
Kesemuanya ini daripada NUR MUHAMMAD ( Muhammad Al – qur’an ).
Adapun asal kejadian diri terdiri dari 3 perkara ialah :
1. BAPAK 2. IBU 3. TUHAN
- Urat besar – Rambut – Penglihat
- Urat kecil – Kulit – Pendengar
- Tulang – Daging – Pengrasa
- Otak – Darah – Pencium
-Nyawa
Ketiga perkara ini jumlahnya 13 ( tigabelas ) dan ini terhimpun dalam rukun 13 ( tigabelas – Rukun Sembahyang ( Hadist).
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
1. Bismillah 1. Kepala kita.
2. Arrachman 2. Mata kita.
3. Arrachim 3. Antara kedua mata kita.
4. Alhamdulillah 4. Muka kita.
5. Rabbil’alamin 5. Telinga kanan kita.
6. Arrachman 6. Telinga kiri kita.
7. Arrachim 7. Tangan kanan dan kiri.
8. Malikiyyaumiddin 8. Belakang kita.
9. Iyyakana’budu 9. Kulipak ( kulit ) kita.
10. Waiyyakanasta’in 10. Dada kita.
11. Ihdinasyirotol mustaqim 11. Urat lidah kita.
12. Syirotollazina an’amtaalaihim 12. Pusat kita.
13. Ghoirilmagdhubi alaihim 13. Empedu kita, Hati kita.
14. Waladdollin 14. Hati kura ( paru – paru ) kita.
15. Amin 15. Jantung kita.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
1. SYARIAT 2. THARIKAT 3. HAKIKAT 4. MA’RIFAT
Syariat tubuh Af’al Allah (diri terperiksa – Syariat Ilmu yaqin).
Tharikat hati Asma Allah (diri terperi – Tharikat Ainul yaqin).
Hakikat roh Sifat Allah (diri tadjali – Hakikat Hakkul yaqin).
Ma’rifat Rahasia Zat Allah (diri tadjali – Ma’rifat malul yaqin).
LA – ILAHA – ILLA – ALLAH – LAILAHAILLALLAH
LA : Jasmani yakni syariat tubuh ( Syariat itu perbuatan – Djalla ).
ILAHA : Rochani yakni tharikat hati ( Tharikat itu kataku – Jamal ).
ILLA : Hakikat nyawa ( Hakikat itu kediamanku – Qahar ).
ALLAH : Ma’rifat atau rahasia ( Ma’rifat itu rahasiaku – Kamal ).
LA : Menjadi ALCHAMDU atau ZAT Hayat.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Apabila kita hendak mancari/mengenal diri,maka hendaknya terlebih dahulu kita ketahui/kita kenal akan RAHASIA NUR MUHAMMAD karena rahasia Nur Muhammad itulah sebenar-benar diri.
“ RAHASIA NUR MUHAMMAD “ : Adapun yang bernama diri itu terbagi 2(dua) bagian, pertama diri yang lahir, kedua diri yang bathin. Adapun yang lahir berasal daripada ANAMIR ADAM yakni 4(empat) perkara:
1. API 2. ANGIN 3.AIR 4.BUMI
a. Adapun API itu terbit daripada yang bathin berhuruf ALIF, bernama ZAT, menjadi RAHASIA, hurufnya DARAH pada kita.
b. Adapun ANGIN itu terbit daripada yang bathin berhuruf LAM AWAL, bernama SIFAT menjadi NYAWA, hurufnya NAFAS pada kita.
c. Adapun AIR itu terbit daripada yang bathin berhuruf LAM ACHIR, bernama ASMA menjadi HATI, hurufnya MANI pada kita.
d. Adapun BUMI itu terbit daripada yang bathin berhuruf HA, bernama AF’AL menjadi KELAKUAN, hurufnya TUBUH pada kita.
Jadi jika demikian Diri kita yang lahir itu terbit daripada bayang-bayang diri kita yang bathin jua,yang berhuruf atau berkalimah ALLAH,dan jangan kiranya kita syak dan waham lagi.
Kemudian daripada itu hendaklah kita fikirkan pula diri kita yang sudah berhuruf atau berkalimat ALLAH itu,bagaimana hendaknya supaya jangan sampai tersalah sangka. Kemudian sesudah kita ketahui diri yang lahir itu,hendaknya kita ketahui pula diri yang bathin,siapa dan yang mana. Karena diri yang bathin itulah yang mengenal Tuhannya,seperti sabda Nabi Muhammad MAN ARAFA NAFSAHU FAQOD ARAFA RABBAHU : Artinya, barang siapa yang mengenal akan dirinya, maka dikenalnya akan Tuhannya.
Tetapi sebelum kita mengenal diri yang bathin,maka hendaknya lebih dahulu diri kita yang lahir itu,yang berwujud nama ALLAH itu. Kita matikan sebelum daripada mati,seperti firman Allah didalam Qur’an ; ANTAL MAUTU QOBBAL MAUTU, Artinya engkau matikan dirimu sebelum kamu mati.
Maka jikalau sudah kita matikan diri kita yang lahir,barulah nyata diri kita yang bathin,yang bernama sebenar-benarnya diri.
Adapun mematikan diri yang berhuruf atau berkalimah nama Allah itu demikian caranya : pertama manafikan hurufnya ALIF-LAM-LAM-HA.
1. ALIF – ALLAHUSSAMAWATUWAL ARD.
2. LAM – LILLAHISSAMAWATIWAL ARD.
3. LAM – LAHULMULQUSSAMAWATIWAL ARD.
4. HA – HUWAL AWALU WAL ACHIRU WAL ZAHIRU WAL BATHINU.
Jadi kalau diri kita yang lahir itu nyata sudah FANA,artinya berkali-kali tiada mempunyai apa lagi,seperti kata lafat :
“ MIN ADAMIN ILLA UJUDIN WAMIN UJUDINILLA ADAMIN “ Artinya, Daripada tiada menjadi ada dan daripada ada kembali kepada tiada.
Jadi maksudnya kita ini ( diri kita yang lahir ini ) sudah fana kepada diri yang bathin,artinya yang lahir ini sehelai rambutpun tiada mempunyai apa lagi,dan tiada boleh dikatakan ada lagi. Pada ILMUnya hanya diri yang bathin jua,ialah yang bernama MUHAMMAD. Seperti firman Allah didalam hadist qudsyi : CHALAQAL ASYIA LIAZLIKA WAHA OTUHALILAZLI, Artinya ; kujadikan engkau karenaku ya Muhammad.
Jadi jelaslah bahwa yang bernama MUHAMMAD itulah sebenar-benarnya diri yang bathin,dan hendaknya janganlah kita syak dan waham lagi,karena MUHAMMAD itulah yang ada mempunyai :
TUBUH, HATI, NYAWA, dan RAHASIA.
1. Adapun TUBUH MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM IHSAN yakni SYARIAT.
2. Adapun HATI MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM DJITSIH yakni THARIKAT.
3. Adapun NYAWA MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM MISAL yakni HAKIKAT.
4. Adapun RAHASIA MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM ROH yakni MA’RIFAT.
Maka sesudah demikian itu hendaklah MUHAMMAD itu pula yang mengenal TUHANNYA,tetapi belum lagi MUHAMMAD bisa mengenal Tuhannya,jika belum lagi fana TUBUHNYA, HATINYA, NYAWANYA, RAHASIANYA, ZATNYA, SIFATNYA, ASMANYA dan AF’ALNYA. Seperti firman Allah didalam Qur’an :
QUL HUALLAHU AHAD,Artinya ; Katakan olehmu Ya Muhammad,bahwasanya Allah Ta’ala ESA. ESA pada ZATNYA, ESA pada SIFATNYA, ESA pada ASMANYA, dan ESA pada AF’ALNYA.
Dan lagi firman Allah didalam Al – Qur’an :
“ WATAWAKKAL ALAL HAYYIL LAZILA YAMUTU “ Artinya,serahkan dirimu Ya Muhammad kepada Tuhanmu yang hidup dan tiada mati.
Maka keterangan MUHAMMAD meng – Esakan dan menyerahkan diri kepada Allah seperti tersebut dibawah ini,dan jangan syak dan waham lagi pada perkataan ini.
1. Adapun BATHIN MUHAMMAD,ZAT kepada Allah, RAHASIA kepada hamba.
2. Adapun AWAL MUHAMMAD, SIFAT kepada Allah, NYAWA kepada hamba.
3. Adapun ACHIR MUHAMMAD, ASMA kepada Allah, HATI kepada hamba.
4. Adapun ZAHIR MUHAMMAD, AF’AL kepada Allah, TUBUH kepada hamba.
Adapun yang disebut / dinamakan HAMBA itu tiada lain ialah MUHAMMAD jua dan jangan disangka bahwa yang disebut HAMBA itu KITA, itu salah karena kita ini pada ilmunya sudah tidak ada lagi.
Jadi RAHASIA, NYAWA, HATI dan TUBUH MUHAMMAD itupun tiada jua karena tubuh fana kepada Zatnya, Sifatnya, Asmanya, Af’alnya, yakni Allah jua,seperti firman Allah “ HUWAL AWWALU WAL AHIRU, WAL ZAHIRU WAL BATHINU “ Artinya ia jua Tuhan yang awal,tiada baginya berpermulaan dan ia jua achir yang tiada baginya berkesudahan dan ia jua yang Zahir serta ia jua yang Bathin.
Jadi Muhammad itu hanya sekedar nama jua. Adapun keterangan yang lebih jelas lagi yang lebih menentukan bahwasanya itu tiada mempunyai sesuatu melainkan hanya sekedar nama jua,adalah seperti tersebut dibawah ini :
1. Seperti yang dikatakan RAHASIA MUHAMMAD itu,yang sebenar-benarnya tiada lain daripada kezahiran Lima SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ Qala ” yaitu ; WJUD, QIDAM, BAQA, MUCHALAFATUHULILHAWADDIS, QIYAMUHU TA’ALA BINAFSIH.
2. Adapun yang dikatakan NYAWA MUHAMMAD itu,yang sebenar-benarnya tiada lain daripada kezahiran Enam SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ILAHA “ yaitu ; SAMA, BASAR, QALAM, SA’MIUN, BASHIRUN, MUTAKALLIMUN.
3. Adapun yang dikatakan HATI MUHAMMAD itu,yang sebenar-benarnya tiada lain daripada kezahiran Empat SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ILLA “ yaitu ; QODRAT, IRADAT, ILMU, HAYAT.
4. Adapun yang dikatakan TUBUH MUHAMMAD itu,ang sebenar-benarnya tiada lain daripada kezahiran Lima SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ALLAH “ yaitu ; QADIRUN, MURIDUN, ALIMUN, RAJAUN, WAHDANIAT.
Jadi yang bernama MUHAMMAD itu sebenar-benarnya adalah SIFAT TUHAN jua,yaitu SIFAT KEBESARAN, KEELOKAN dan KESEMPURNAAN, ialah yang dinamakan KALIMAH TAUHID yang mulia yaitu LAILAHAILLALLAH artinya tiada yang terdahulu hai MUHAMMAD dan tiaa yang terkemudian Ya MUHAMMAD.
Kemudian daripada itu hendaklah diketahui pula maksudnya Kalimah yang mulia itu supaya jangan syak dan waham lagi pada pengetahuan TAUHID dan MA’RIFAT.
Adapun kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH itu terbagi ddua bagian :
Pertama, LA ILAHA. Dan yang Kedua, ILLA ALLAH. Adapun LA ILAHA ialah SIFAT KEKAYAAN yang tiada ada kekurangannya,yaitu Allah Ta’ala. Dan ILLA ALLAH itu ialah SIFAT KEKURANGAN yang masih berkahendak,yaitu Muhammad.
Kemudian hendaklah diketahui pula yang bernama MUHAMMAD itu apa oleh ALLAH TA’ALA dan yang bernama ALLAH TA’ALA itu apa oleh MUHAMMAD supaya benar-benar bisa menjai TAUHID pada Kalimah yang mulia ini. Adapun MUHAMMAD ITU HAMBA. Artinya, Rahasianya oleh Allah Ta’ala,karena Allah itu adalah nama bagi ZAT yang wajibul wujud dan mutlak,yakni BATHIN MUHAMMAD.
TA’ALA itu adalah nama bagi SIFAT,yakni ZAHIR MUHAMMAD. Jadi ZAHIR dan BATHIN MUHAMMAD itulah yang bernama ALLAH TA’ALA. Dengan demikian maka patutlah kalimah yang mulia itu dinamakan Kalimah Tauhid artinya Kalimah ESA. Yaitu :
LAILAHAILLALLAH
Maka pada kalimah yang mulia inilah pertemuan HAMBA dengan TUHANNYA. Lagi pula kalimah yang mulia ini diumpamakan sebesar-besar gedung perhimpunan segala RAHASIA,segala ROH,segala NYAWA, segala ILMU dan segala ISINYA,segala ISLAM, segala IMAN,segala TAUHID dan MA’RIFAT,yang kesemuanya terhimpun didalam kalimah yang mulia ini.
Dan hendaklah diamalkan supaya mahir,seperti :
JAUMUN RASA JAUMUL MESRA. Artinya, Mesrakan pada siang dan malam yang terutama sekali didalam atau diwaktu sembahyang Lima Waktu. Karena diwaktu itulah Tuhan menurunkan petunjuk yang dinamakan WAHYU ( bagi para Nabi-Nabi dan Rasul-Rasulnya atau yang dinamakan ILHAM untuk manusia biasa seperti kita ). Dan jikalau kita sudah faham betul maksud bicaranya tentulah kita gemar dan rajin mengamalkannya Kalimah yang mulia ini.Karena sudah tahu betul dan terang betul bahwasanya kita ini tiada ada mempunyai sesuatu.
Jadi tiada boleh lagi dikatakan yang berkata-kata ini kita,karena apabila dikatakan yang berkata-kata ini adalah kita,berarti Tuhan fana kepada kita bukan kita fana kepada Tuhan. Maka yang demikian ini mustahil dan yang sebenar-benarnya kita jua yang fana kepada Tuhan ( ALLAH ).
Rupa niat Kanitah itu ialah niat dalam hati serta selamanya daripada takbirnya menyusun lafadz serta maknanya dan niat Tawasijah itu membagikan niat itu daripada suku-suku takbir daripada asal hingga Allahu akbar. Itulah niat yang batal keduanya.
Adapun niat Arifiyah itu ialah bahwa menghadirkan. Ialah yang pertama-tama sembahyang dengan Qasat, tha’arat, tha’ain. Terdahulu sedikit daripada Takbir,maka dimulai niat itu daripada Allahu dan disudahi dengan Akbar. Jangan terdahulu dan terkemudian.
Adapun niat Kamaliyah itu ialah masuk ia pada niat Arifiyah jua,karena niat Arifiyah itu 3(tiga) derajat didalamnya ialah :
1. DUNI,artinya segala yang wajib pada syara’ dikerjakan memadai akan dia.
2. WASTA’I,artinya yang sempurna.
3. QAAWI,artinya terlebih sempurna daripada yang amat sempurna,yaitu niat Nabi-Nabi dan Wali-Wali yang memakainya
HAKIKAT SOLAT & RAHSIA MA'ARIFAT
Di sini penulis persembahkan pula bicara berkenaan Rahsia Ma’rifat. Sebahagian daripada ilmu “petunjuk” daripada Allah Ta'ala kepada hambanya yang terpilih. Pegangilah dan hayatilah ianya di dalam setiap amalan. Sebagai panduan dan persediaan menghadapi-Nya. Insya-Allah….
Adapun Rahsia Ma’rifat itu adalah rahsia bagi diri, tiada siapa pun boleh menghuraikan di atas rahsia diri masing-masing melainkan orang-orang ahli Sufi dan Wali sahaja yang boleh menghuraikan.
Seperti kata Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. sesudah beliau menunaikan solat sunnat hajat, lalu ia berkata :
“Ya Tuhanku! Di manakah maqam yang yang lima itu di dalam diri hamba? Iaitu yang pertama Subuh, kedua Dzohor, ketiga ‘Asar, keempat Maghrib dan kelima Isya'.”
Maka tatkala itu bergerak-geraklah seluruh anggotanya maka diketahuilah beliau tentang kedudukan maqam yang lima itu. Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti daripada satu waktu kepada satu waktu.
1. Pada waktu Subuh maka bergerak-geraklah perumahan hatinya maka berkatalah ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya Subuh itu bermaqam di hati hamba.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah pada waktu Dzohor.
2. Apabila sampai pada waktu Dzohor, maka berdenyut lagi hatinya. Tatkala itu terasalah ia suatu benda yang pahit mengalir di batang lehernya. Maka berkatalah ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah aku bahawasanya waktu Dzohor itu bermaqamnya pada hempedu ku.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah ia pada waktu ‘Asar.
3. Apabila sampai pada waktu ‘Asar maka bergeraklah berhampiran dadanya sebelah kiri. Maka katanya lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Ketahuilah hamba bahawasanya waktu ‘Asar itu bermaqamnya pada paru-paru hamba.” Maka berzikirlah lagi ia sampailah pada waktu Maghrib tiada ia berhenti-henti.
4. Setelah sampai pada waktu Maghrib berdenyut-denyutlah di dalam dadanya. Setelah diperhatikan denyutan itu, maka ia berkata lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya waktu Maghrib itu bermaqam pada jantung hamba.” Maka berzikirlah ia daripada Maghrib sampailah ia pada waktu Isya’.
5. Setelah sampai pada waktu Isya’, maka berdenyut-denyutlah dadanya di sebelah kanan. Tatkala itu maka nyatalah ia waktu Isya’ itu pada limpanya. Maka bersyukurlah ia ke Hadhrat Allah Ta’ala. Katanya, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Dengan kerana Mu aku mengetahui akan segala-galanya.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sehingga sampai pada waktu Subuh. Maka kedengaranlah pada telinganya, “Ya Abdul Qadir! Di dalam lima waktu itu bahawasanya terhimpun ia di dalam waktu Subuh.”
Maka telah nyata kedudukan maqam lima waktu itu pada diri kita oleh itu tiada boleh dinafikan tiap-tiap sesuatu itu. Bukannya kehendak ilmu yang luas tiada suatu pun yang boleh mengisbatkan kepada kita. Hanya pada diri kita sahaja yang boleh menandakan suatu itu di alam ini.
Maka berkata seorang ahli Sufi (Syeikh Kiryani r.a.) kepada sahabat-sahabatnya bahawasanya, “Hamba dapat mengetahui akan maqam yang lima ini adalah wujudnya pada lima haqiqat. Yang dinamai ia pada tiap-tiap waktu ini.”
1. Waktu Subuh menyatakan wujudnya Allah.
2. Waktu Dzohor menyatakan wujudnya Af'al Allah.
3. Waktu ‘Asar menyatakan wujudnya Qauli.
4. Waktu Maghrib menyatakan wujudnya Insani.
5. Waktu Isya’ menyatakan wujudnya Rasuli.
Maka berkata sahabat-sahabatnya kepada Syeikh Kiryani r.a., “Ya tuan hamba! Bolehkah tuan hamba terangkan lagi bagaimana cerita lagi di atas maqam yang lima itu? Kerana tidak sekali-kali hamba memahami dengan kata-kata tuan hamba itu!”
Maka berkatalah Syeikh Kiryani r.a. kepada sahabatnya, “Ya sahabat ku! Tiliklah keadaan diri mu senyata dahulu agar kamu dapat ketahui akan maqam yang lima itu.”
Adapun tatkala asalnya maqam yang lima waktu itu adalah diambil daripada cerita baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu. Tertulis di dalam kitabnya yang bernama “Darul ulum addeen”. Bahawasanya datang seorang hamba Allah mengadap baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu dengan berkata, “Ya Khalifah Amirul Mu’minin! Kenapakah waktu subuh itu tidak disamakan lima rakaat tiap-tiap waktu? Mengapakah waktu Subuh dua rakaat sahaja dan Maghrib tiga rakaat, sedangkan waktu lainnya empat rakaat?”
Maka jawab oleh baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan hamba Sa’idah! Sebab-sebabnya waktu itu tidak sama akan rakaatnya, kerana mengikut kejadian alam ini. Tiada ia dijadikan oleh Tuhan dengan serentak. Melainkan dengan berperingkat-peringkat.”
Seperti sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku, mafhumnya :
“Ya Ali! Ketahuilah oleh mu bahawasanya tatkala asal waktu itu, diibaratkan tatkala embun tunggal setitik gugur ke bumi menandakan adanya satu waktu dua rakaat yakni Subuh. Maka tatkala asal manusia pun daripada satu yakni Adam. Inilah sebabnya Subuh itu dua rakaat. Menyatakan ia rakaat pertama itu kalimah Tauhid, yang kedua kalimah Rasul. Kalimah Tauhid itu asal daripada ibu sekalian amalan dan kalimah Tauhid juga asal daripada bapa, yakni bapa sekalian ilmu Laduni.”
“Inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku”! Maka bertanya lagi hamba Allah itu kepada baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan hamba Amirul Mu’minin! Apakah terkandungnya di dalam kalimah Tauhid dan kalimah Rasul?” Maka jawab baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun kalimah Tauhid itu nyata ia adanya Nur Muhammad iaitu Dzat Wajibal Wujud Kholiqul’alam.”
“Maka inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku!” Maka bertanya lagi Sa’idah, “Ya Amirul Mu’minin! Bagaimana pula dengan waktu-waktu yang lain itu?” Maka berkatalah baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun waktu-waktu yang lain itu mengikut cerita Rasulullah s.a.w. kepada ku adalah seperti berikut ini :
Waktu Dzohor 4 rakaat :
1. Rakaat pertama menandakan wujudnya Dzat Allah.
2. Rakaat kedua menandakan wujudnya Sifat Allah.
3. Rakaat ketiga menandakan wujudnya Asma’ Allah.
4. Rakaat yang keempat menandakan wujudnya Af'al Allah.
Waktu ‘Asar 4 rakaat, menyatakan kepada 4 alam :
1. Rakaat pertama menyatakan kedudukan di Alam Roh.
2. Rakaat kedua menyatakan kedudukan di Alam Mithal.
3. Rakaat ketiga menyatakan kedudukan di Alam Ajsam.
4. Rakaat keempat menyatakan kedudukan di Alam Insan.
Waktu Maghrib 3 rakaat, menyatakan kepada 3 diri :
1. Rakaat pertama menyatakan hal keadaan Diri Azali.
2. Rakaat kedua menyatakan hal keadaan Diri Terperi.
3. Rakaat ketiga menyatakan hal keadaan diri terdiri.
Waktu Isya’ 4 rakaat, menandakan 4 nama bagi diri yang batin :
1. Rakaat pertama menyatakan bersifat Wujud, mengesakan Dzat Allah.
2. Rakaat kedua menyatakan bersifat Ilmu, mengetahui akan Sifat Allah.
3. Rakaat ketiga menyatakan bersifat Nur, menyatakan ia akan Asma’ Allah.
4. Rakaat keempat menyatakan bersifat Syuhud, ma’rifat akan Af'al Allah.
Maka inilah yang dinamakan Rahsia Ma’rifat. Maka bertanya lagi hamba Allah itu kepada Baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Amirul Mu’minin! Sekiranya jikalau hamba beramal dengan tiada ketahui jalan ini, apa hukumnya?”
Maka jawab Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Siapa yang mengerjakan amalan dengan tiada mengetahui akan amalan itu adalah syirik semata-mata. Dan mereka ini dijatuhkan di dalam golongan orang yang fasiq. Walau bagaimana ‘alim sekalipun, fasiq jua hukumnya. Tiadalah ia berbau akan Syurga idaman.”
Rujuklah mereka yang arif billah...
Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Ma'rifat.
Rasulullah SAW bersabda: "Firman Allah Ta'ala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik." (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari).
"Guru Sufi berkata: "Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, Ia mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya.".
MENGENAL RASUL & ISLAM SIAPAKAH YANG MENGISLAMKAN KITA ? Sebelum sasaorang menjalani Amal Ibadat Agama Islam, maka pernahkah terlintas difikirannya soalan begini :- Kalau orang kafir masuk Agama Islam bergelar Muallaf, ada Imam yang mengislamkannya. Tetapi siapa pula yang mengislamkan diri aku ini ? Apakah yang dikatakan ISLAM itu ? Siapa pula yang membuat RUKUN ISLAM 5 PERKARA itu ? Maka umum mengetahui Agama Islam adalah Agama Allah yang disebarkan oleh RASUL AKHIR ZAMAN, Junjungan kita Nabi MUHAMMAD SAW. Tiada lagi Rasul selepas baginda. Jikalau tiada lagi Rasul selepas baginda kenapakah manusia Islam mengucap KALIMAH RASUL yang berbunyi :- Wa Ashhadu Anna Muhammadur Rasullullah. Dan aku bersaksi bahawa AKU MUHAMMAD Rasul Allah. Fikirkan baik baik istilah Arab AN-NA itu bermaksud AKU dalam Bahasa Melayu kita. Ulamak Syariat mengertikan AN-NA sebagai SESUNGGUHNYA. Aku katakan maksudnya ialah AKU atau SAYA. Bukankah Allah Berfirman : Tiada Rasul selepas Muhammad saw dan kenapa pula manusia menyatakan dirinya MUHAMMAD RASUL ALLAH ? Adapun tiap tiap soalan ada jawapannya jika difikirkan. Kalau difikirkan betul ..maka ikutlah, jika sebaliknya ..maka janganlah ikut jalan Wahdaniatullah ini kerana Allah telah Berfirman bermaksud :- Laisa alai la huda hum wa laa kin nallah hu adii mai ya sya’ Bukanlah kewajipanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah Yang Memberi Petunjuk Kerana itulah apa yang hendak diherankan kalau manusia TIDAK DIBERI PETUNJUK oleh Allah SWT. Guru yang turun dari langit pun tidak akan dapat berbuat apa apa untuk menyatakan yang ajaran ini dan itu salah dan yang ini betul dan yang itu salah. Pokok pangkalnya KEIMANAN sasaorang. IMAN itu YAKIN. Kalau yakin 100% Iman namanya. Jikalau 99% was was dan waham namanya. Maka untuk mendapatkan JALAN WAHDANIATULLAH kenalah yakin dan berilah tumpuan sepenuhnya dan minta Allah bukakan PINTU MAKRIFAH kita. Firman Allah bermaksud :- Allah Pelindung orang orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada CahayaNya. Yang menyampaikan Firman Allah adalah RASUL. Kalau Firman Allah tidak disampaikan oleh Rasul maka TIDAK ZAHIRLAH KALIMAH yang berjumlah 6,666 ayat menjadi 30 juzuk Al-Quran sebagai PANDUAN ORANG ISLAM yang beriman. Berbalik kepada soalan yang pertama tadi : SIAPAKAH YANG MENGISLAMKAN KITA ? Apakah jawapan anda ? Emak andakah, bapa andakah , kadhikah atau guru andakah ? Yang kita tahu lahir sahaja kita, ibu bapa kita daftarkan kelahiran kita di Balai Polis, Hospital, Pejabat Pendaftaran dsbnye... Masih bayi lagi SUDAH TERCATIT dalam Surat Beranak bahawa agama kita ialah Agama Islam….keturunan Melayu & dsbnye Maka nyatalah sekarang bahawa ISLAM KITA ialah ISLAM BERCATIT…… Jadi kita ialah ISLAM ZURIAT atau ISLAM KETURUNAN daripada keturunan kedua ibu bapa yang Islam. Maka untuk mengingatkan kembali SIAPA yang mengislamkan diri kita, maka Firman Allah kita baca 5 Kali sehari semalam ketika kita Solat dengan sedikit PINDAAN ULAMAK FEQAH kerana mereka TIDAK SETUJU dengan SATU KALIMAH didalam Al-Quran. Kerana itu maka GELAP GULITA lah manusia Syariat tentang SIAPA yang mengislamkan mereka. Firman Allah : Al – An’aam : 162 – 63 : Doa Iftitah Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk ( kerana ) Allah ( semata-mata ) ( iaiitu ) Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagiNya dan demikianlah yang diperentahkan kepadaku dan AKU ADALAH ORANG YANG AWAL ( Pertama ) ISLAM. Ini adalah DALIL NAQLI bahawa sebelum kita dilahirkan dari setitis air mani kita TELAHPUN ISLAM ( atau di-Islamkan ) Namun Ulamak Syariat yang tidak diberi ilham ( oleh Allah ) tetapi mendapat ganjaran saperti gaji, elaun dsb ( dari manusia ) untuk mengajar dan bersyarah agama TELAH PERASAN bahawa ayat diatas lebih sesuai maknanya, jika dibuang kalimah AWALUL ( aku telah awal awal Islam ) dan DIGANTI dengan kalimah MINAL sahaja yang membawa maksud Aku adalah orang orang Islam. Soalnya ialah jika kita tidak percaya kepada satu Kalimah atau makna satu ayat Al-Quran maka ianya seumpama kita tidak percaya kepada seluruh Al-Quran itu. Kalau tidak percaya kepada AlQuran, maka jadilah kita golongan Kafir Laknatullah. Maka inilah jawapan kepada soalan : SIAPAKAH YANG MENGISLAMKAN KITA ? Jawapannya ialah : ALLAH – LAH YANG MENGISLAMKAN KITA…bukan ibu bapa, bukan kadhi, atau imam atau guru kita. Alangkah bertuahnya kita. Memang Bertuah. BILAKAH KITA DI-ISLAMKAN ? Jawapannya ialah : SEBELUM MENJADI MANUSIA….bahkan sebelum menjadi air mani bapa kita lagi..KITA SUDAH AWAL AWAL ISLAM. ( Kita telah di-Islamkan oleh Allah semasa kita masih bertahap RUH belum lagi menjadi bayi atau manusia ) APAKAH ITU ISLAM – APA MAKNANYA KALIMAH ISLAM ? Alif – Shin – Lam Alif – Mim. HURUF HURUF UNTUK EJAAN KALIMAH ISLAM = Jawi ALIF = Allah SHIN = Salamun LAM ALIF = Laa Ilaha Illallah MIM = Muhammadur Rasullullah Yang Bermaksud :- Allah Mengucapkan SEJAHTERA kepada manusia yang menyatakan :- TIADA NYATA HANYA ALLAH dan MUHAMMAD itu MENYAMPAIKAN SIFAT BAGI DIRI ALLAH ( menyampaikan Haq Allah kepada Badan ) Nyata Islam itu terbahagi kepada 2 ( Dua ) Kalimah iaitu :- KALIMAH TAUHID dan KALIMAH RASUL TAUHID itu MENGESAKAN ALLAH dan Rasul pula menyampaikan CARA MANA HENDAK MENGESAKAN ALLAH. Rasul inilah INDUK segala Ilmu Ketuhanan. Manusia tidak Mengenal Allah, tetapi RASUL ( manusia itu ) KENAL SIAPA ALLAH. Maka Rasul inilah yang perlu dikaji dan dikenali terlebih dahulu kerana kenalnya manusia tentang erti bahawa Allah itu Tuhannya kerana Rasul yang memberitahu. SIAPAKAH RASUL ANDA ITU ? Firman Allah : Yunus : 47 bermaksud :- Dan tiap tiap umat mempunyai Rasul ( nya ) Firman Allah : Al-Baqarah : 213 yang bermaksud :- Manusia itu umat yang satu. Firman Allah : Ali-Imran : 144 yang bermaksud :- Muhammad itu tidak lain hanyalah saorang Rasul. Firman Allah yang terdapat didalam Al-Quran telah menerangkan bahawa tiap tiap umat yang dalam ertikata lebih jelas TIAP TIAP ORANG mempunyai Rasulnya sendiri. Maka Firman Allah ini manusia percaya . TETAPI ulamak Syariat tetap tidak menerimanya. Kerana apa ? Mereka kata itu DAHULU, sekarang mana ada lagi Rasul ? Bukankah Rasul sudah wafat ? Maka janganlah kita pertikaikan pendapat mereka itu. Ini adalah kerana bagi orang yang belajar SEJARAH NABI sememangnya Nabi Muhammad ibni Abdullah itu sudah wafat tetapi bagi orang YANG MENGKAJI AL-QURAN dari aspek KEIMANAN akan mendapat Petunjuk HAQ untuk mengenal akan NABI MUHAMMAD yang dikatakan telah wafat itu. Maka setiap yang Allah wujudkan dimuka bumi ini siap BERPASANGAN. Ada Dunia ada Akhirat. Pahala pasangannya Dosa, Loh pasangannya Kalam, Syurga pasangannya Neraka dan sebagainya. SIAPA PULA PASANGAN NABI MUHAMMAD ibni ABDULLAH ? Isterinyakah ? Ya kata Ilmu Syariat. BUKAN kata Ilmu Hakikat. Adapun yang disebut PASANGAN itu adalah KEMBARNYA seperti Dosa & Pahala. Maka jika dikatakan pasangan Nabi Muhammad adalah SITI KHADIJAH, maka ini amatlah tidak adil kepada isteri isteri baginda yang lain. JAWAPAN SEBENAR ialah :- RASUL ZAHIR = Nabi Muhammad ibni Abdullah RASUL BATIN = Nabi Muhammad Mustaffa Rasullullah Diatas Kebijaksanaan Allah Yang Maha Mengetahui, jika dihidupkan Nabi Muhammad tanpa wafat, nescaya umatnya TIDAK AKAN MENGENAL DIRINYA ALLAH itu. Maka Amanat Allah kepada rasul agar Rasul mengajar umatnya MENGESAKAN ALLAH semata-mata dalam segala Amal Ibadahnya. Firman Allah : Saba’ : 46 yang bermaksud :- Katakanlah sesungguhnya Aku hendak memperingati kepadamu SUATU HAL SAHAJA iaitu SUPAYA KAMU MENGADAP ALLAH berdua-dua atau SENDIRI SENDIRI. Kemudian kamu fikirkan ( lah ) Allah Berfirman kepada Rasul, maka Rasul sampaikan kepada umatnya. Bagi umat YANG MAHU BERFIKIR dalam Hal Ketuhanan akan dapat jawapannya. Bagi umat PAK TURUT yang hanya mengikut-ngikut akan dalam KERUGIAN. Kerugian bagaimanakah itu ? Pertama : Ikut Hukum Allah tetapi TIDAK KENAL siapakah Allah itu !. Kenal atau tidak dengan Allah ? ENTAH jawabnya, guru kata berfikir dalam dalam tentang Allah itu hukumnya HARAM. Maka haramlah Ilmu Ketuhanan itu. Kenapakah berfikir tentang Allah itu dikatakan haram ? Kalau kita tidak tahu akan Allah maka nyatalah hanya takut pada Hukum tetapi tidak takut akan Allah. Kalau kita takut akan Allah kenapakah kita tidak merapatkan diri kita kepada RasulNya dan bertanya kepada Rasul itu siapa itu Allah ? Tentu Syariat akan menjawab : Bukankah Rasul sudah wafat ? Balik balik wafat, wafat, wafat. Apakah wafat itu ? Wafai itu mati. Apakah mati itu ? Entah. Kalau hendak juga jawapannya akan aku terangkan tetapi dengarkanlah lafaz kita ikut Firman Allah :- Al-An Am : 163 yang bermaksud :- Tiada sekutu bagiNya dan demikianlah Yang Diperentahkan Kepadaku Manusia tahu bahawa Allah itu tidak boleh dipersekutukan, tetapi mereka tidak sedar bangun sahaja dari tidur mereka mulalah sekutukan Allah , ambil wudhu ( subuh ) sekutukan Allah, berjalan sekutukan Allah dan yang lebih berat bila Sembahyang, Puasa, Berzakat dan Menunaikan Fardhu Haji pun sekutukan Allah. Subhanallah !!! Ikut Hukum, tunaikan Rukun Islam tetapi semuanya MENYENGUTUKAN ALLAH. Bagaimnakah ini boleh terjadi ? ZAHIRnya manusia ikut hukum dan menunaikan Rukun Islam. Tetapi BATIN-nya bergelar SYIRIK HOPPI. Kerana apa ? Kerana manusia yang MENGATAKAN MEREKA-lah YANG BERBUAT segala Ibadah itu….kerana mengharapkan balasan PAHALA dan ganjaran SYURGA. Bukankah Allah telah Berfirman : Yang bermaksud :- Sesungguhnya AKU BESERTA KAMU Semua orang tahu bahawa : Allah Beserta kita. Tetapi kita tetap mahu MENDUAKAN ALLAH. Yaitu Allah dan kita. Untuk mengelakkan diri dari menduakan Allah, maka Allah telah mengutus Rasul didalam DIRI anda sendiri …diadalam Diri manusia itu. Tidak percaya bahawa Rasul itu kini berada didalam DIRI anda sendiri ????
HAKIKAT SHALAT
Adapun kemudian daripada itu, yakni daripada memuji Allah dan mengucapkan shalawat kepada Rasulullah SAW, maka inilah suatu kitab yang sudah dipindahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, supaya mudah bagi orang yang baru belajar menginginkan Allah. Bahwasanya diceritakan dari Abdullah Bin Umar r.a, katanya adalah kamu berduduk pada suatu orang kelak ke hadapan Rasulullah SAW, minta belajar ilmu Jibril a.s, daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu membiasakan dari hakikat didalam shalat lima waktu yaitu wajib bagi kita untuk mengetahuinya.
Yang harus mereka ketahui pertama kali hakikat shalat ini supaya sempurna kamu menyembah Allah, bermula hakikatnya didalam shalat itu atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya :
1. BERDIRI ( IHRAM)
itu karena huruf ALIF asalnya dari API, bukan api pelita dan bukan pula api bara. Adapun artinya API itu bersifat JALALULLAH, yang artinya sifat KEBESARAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• KUAT.
• LEMAH.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga, karena hamba itu tidak mempunyai KUAT dan LEMAH karena hamba itu di-KUAT-kan dan di-LEMAH-kan oleh ALLAH, bukannya kudrat dan iradat Allah itu lemah. Adapun kepada hakikatnya yang sifat lemah itu shalat pada sifat kita yang baharu ini. Adapun yang dihilangkan tatkala BERDIRI itu adalah pada segala AP’AL (perbuatan) hamba yang baharu.
2. RUKU’ (MUNAJAH)
itu karena huruf LAM Awal, asalnya dari ANGIN, bukannya angin barat dan bukan pula angin timur. Adapun artinya ANGIN itu bersifat JAMALULLAH yang artinya sifat KEELOKAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• TUA.
• MUDA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak mempunyai TUA dan MUDA. Adapun yang dihilangkan tatkala RUKU’ itu adalah pada segala ASMA (nama) hamba yang baharu.
3. SUJUD (MI’RAJ)
itu karena huruf LAM Akhir, asalnya dari AIR, bukannya air laut dan bukan pula air sungai. Adapun artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang artinya sifat KEKERASAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• HIDUP.
• MATI.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak pun mempunyai HIDUP dan MATI. Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu adalah pada segala NYAWA (sifat) hamba yang baharu.
4. DUDUK (TABDIL)
itu karena huruf HA, asalnya dari TANAH, bukannya pasir dan bukan pula tanah lumpur. Adapun artinya TANAH itu bersifat KAMALULLAH yang artinya sifat KESEMPURNAAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• ADA.
• TIADA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak ADA dan TIADA. Adapun yang dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada segala WUJUD/ZAT hamba yang baharu, karena hamba itu wujudnya ADAM yang artinya hamba tiada mempunyai wujud apapun karena hamba itu diadakan/maujud, hidupnya hamba itu di-hidupkan, matinya hamba itu di-matikan dan kuatnya hamba itu di-kuatkan.
Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak tahu akan hakikat yang empat tersebut diatas, shalatnya hukumnya KAFIR JIN dan NASRANI, artinya KAFIR KEPADA ALLAH, ISLAM KEPADA MANUSIA, yang berarti KAFIR BATHIN, ISLAM ZHAHIR, hidup separuh HEWAN, bukannya hewan kerbau atau sapi. Tuntutan mereka berbicara ini wajib atas kamu. Jangan shalat itu menyembah berhala !!!.
INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya orang TAKBIRATUL IHRAM, iaitu hendaklah tahu akan MAQARINAHNYA.
Bermula MAQARINAH shalat itu terdiri atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya :
Adapun hakikatnya BERDIRI (IHRAM) itu adalah TERCENGANG, artinya : tiada akan tahu dirinya lagi, lupa jika sedang menghadap Allah Ta’ala, siapa yang menyembah?, dan siapa yang disembah?.
Adapun hakikatnya RUKU’ (MUNAJAH) itu adalah BERKATA-KATA, artinya : karena didalam TAKBIRATUL IHRAM itu tiada akan menyebut dirinya (asma/namanya), yaitu berkata hamba itu dengan Allah. Separuh bacaan yang dibaca didalam shalat itu adalah KALAMULLAH.
Adapun hakikatnya SUJUD (MI’RAJ) itu adalah TIADA INGAT YANG LAIN TATKALA SHALAT MELAINKAN ALLAH SEMATA.q
Adapun hakikatnya DUDUK (TABDIL) itu adalah SUDAH BERGANTI WUJUD HAMBA DENGAN TUHANNYA.
Sah dan maqarinahnya shalat itu terdiri atas 3 (tiga) perkara :
1. QASHAD.
2. TA’ARADH.
3. TA’IN.
Adapun QASHAD itu adalah menyegerakan akan berbuat shalat, barang yang dishalatkan itu fardhu itu sunnah.
Adapun artinya TA’ARRADH itu adalah menentukan pada fardhunya empat, tiga atau dua.
Adapun TA’IN itu adalah menyatakan pada waktunya, zhuhur, ashar, maghrib, isya atau subuh.
INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya didalam shalat :
Adapun sempurnanya BERDIRI (IHRAM) itu hakikatnya :
Nyata kepada AF’AL Allah.
Hurufnya ALIF.
Alamnya NASUWAT.
Tempatnya TUBUH, karena tubuh itu kenyataan SYARIAT.
Adapun sempurnanya RUKU’ (MUNAJAH) itu hakikatnya :q
Nyata kepada ASMA Allah.
Hurufnya LAM Awal.
Alamnya MALAKUT.
Tempatnya HATI, karena hati itu kenyataan THARIQAT.
Adapun sempurnanya SUJUD (MI’RAJ) itu hakikatnya :q
Nyata kepada SIFAT Allah.
Hurufnya LAM Akhir.
Alamnya JABARUT.
Tempatnya NYAWA, karena Nyawa itu kenyataan HAKIKAT.
Adapun sempurnanya DUDUK (TABDIL) itu hakikatnya :q
Nyata kepada ZAT Allah.
Hurufnya HA.
Alamnya LAHUT.
Tempatnya ROHANI, karena ROHANI itu kenyataan MA’RIFAT.
Adapun BERDIRI (IHRAM) itu kepada SYARIAT Allah.q
Hurufnya DAL.
Nyatanya kepada KAKI kita.
Adapun RUKU’ (MUNAJAH) itu kepada THARIQAT Allah.q
Hurufnya MIM.
Nyatanya kepada PUSAT (PUSER) kita.
Adapun SUJUD (MI’RAJ) itu kepada HAKIKAT Allah.q
Hurufnya HA.
Nyatanya kepada DADA kita.
Adapun DUDUK (TABDIL) itu kepada MA’RIFAT Allah.q
Hurufnya MIM Awal.
Nyata kepada KEPALA (ARASY) kita.
Jadi Orang Shalat membentuk huruf AHMAD / MUHAMMAD.
INILAH FASAL Asal TUBUH kita (jasmaniah) kita dijadikan oleh Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. API.
2. ANGIN.
3. AIR.
4. TANAH.
Adapun NYAWA kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. WUJUD.
2. NUR ILMU.
3. NUR.
4. SUHUD.
Adapun MARTABAT Tuhan itu ada 3 (tiga) perkara :
1. AHADIYYAH.
2. WAHDAH.
3. WAHIDIYYAH.
Adapun TUBUH kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. WADIY.
2. MADIY.
3. MANIY.
4. MANIKAM.
INILAH PASAL
Masalah yang menyatakan jalan kepada Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. SYARIAT. = AF’AL. = BATANG TUBUH.
2. THARIQAT. = ASMA. = HATI. DIRI
3. HAKIKAT. = SIFAT. = NYAWA. KITA
4. MA’RIFAT. = RAHASIA. = SIR.
Adapun hakikatnya :
SYARIAT itu adalah KELAKUAN TUBUH.ü
THARIQAT itu adalah KELAKUAN HATI.ü
HAKIKAT itu adalah KELAKUAN NYAWA.ü
MA’RIFAT itu adalah KELAKUAN ROHANI.ü
Adapun yang tersebut diatas itu nyata atas penghulu kita Nabi MUHAMMAD. Karena lafadz MUHAMMAD itu 4 (empat) hurufnya yaitu :
1. MIM Awal.
2. HA.
3. MIM Akhir.
4. DAL.
Adapun huruf MIM Awal itu ibarat KEPALA.
Adapun huruf HA itu ibarat DADA.
Adapun huruf MIM Akhir itu ibarat PUSAT (PUSER).
Adapun huruf DAL itu ibarat KAKI.
Adapun huruf MIM Awal itu MAQAM-nya kepada alam LAHUT.
Adapun huruf HA itu MAQAM-nya kepada alam JABARUT.
Adapun huruf MIM Akhir itu MAQAM-nya kepada alam MALAKUT.
Adapun huruf DAL itu MAQAM-nya kepada alam NASUWAT.
Sah dan lagi lafadz ALLAH terdiri dari 4 (empat) huruf :
1. ALIF.
2. LAM Awal.
3. LAM Akhir.
4. HA.
Adapun huruf ALIF itu nyatanya kepada AP’AL Allah.
Adapun huruf LAM Awal itu nyatanya kepada ASMA Allah.
Adapun huruf LAM Akhir itu nyatanya kepada SIFAT Allah.
Adapun huruf HA itu nyatanya kepada ZAT Allah.
Adapun AP’AL itu nyata kepada TUBUH kita.
Adapun ASMA itu nyata kepada HATI kita.
Adapun SIFAT itu nyata kepada NYAWA kita.
Adapun ZAT itu nyata kepada ROHANI kita.
INILAH FASAL Masalah yang menyatakan ALAM. Adapun ALAM itu atas 2 (dua) perkara :
1. ALAM KABIR (ALAM BESAR/ALAM NYATA).
2. ALAM SYAQIR (ALAM KECIL/ALAM DIRI KITA).
Adapun ALAM KABIR itu adalah alam yang NYATA INI.
Adapun ALAM SYAQIR itu adalah alam DIRI KITA INI.
ALAM KABIR (ALAM BESAR) itu sudah terkandung didalam ALAM SYAQIR karena
ALAM SYAQIR itu bersamaan tiada kurang dan tiada lebih, lengkap dengan segala isinya bumi dan langit, arasy dan kursy, syurga, neraka, lauhun (tinta) dan qolam (pena), matahari, bulan dan bintang.
Adapun BUMI / JASMANI didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis yaitu :
1. BULU.
2. KULIT.
3. DAGING.
4. URAT.
5. DARAH.
6. TULANG.
7. LEMAK (SUM-SUM).
Adapun LANGIT / ROHANI (OTAK/ARASY) didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis pula :
1. DIMAK (LAPISAN BERPIKIR/RUH NABATI).
2. MANIK (LAPISAN PANDANGAN/RUH HEWANI).
3. NAFSU (RUH JASMANI).
4. BUDI (RUH NAFASANI).
5. SUKMA (RUH ROHANI).
6. RASA (RUH NURANI).
7. RAHASIA (RUH IDHAFI).
Adapun MATAHARI didalam tubuh kita yaitu NYAWA kita.
Adapun BULAN didalam tubuh kita yaitu AKAL kita.
Adapun BINTANG didalam tubuh kita yaitu ILMU kita (ada yang banyak dan ada pula yang sedikit).
Adapun SYURGA didalam tubuh kita yaitu AMAL SHALEH kita.
Adapun NERAKA didalam tubuh kita yaitu DOSA-DOSA kita.
Adapun LAUT didalam tubuh kita ada 2 (dua) yaitu :
1. LAUT ASIN.
2. LAUT TAWAR.
Adapun LAUT ASIN didalam tubuh kita yaitu AIR MATA kita.
Adapun LAUT TAWAR didalam tubuh kita yaitu AIR LUDAH kita.
Adapun MAHLIGAI didalam tubuh kita ada 7 (tujuh) pula yaitu :
1. DADA.
2. QALBUN.
3. BUDI.
4. JINEM.
5. NYAWA.
6. RASA.
7. RAHASIA.
Didalam DADA itu QALBUN dan didalam QALBUN itu BUDI dan didalam BUDI itu JINEM dan didalam JINEM itu NYAWA dan didalam NYAWA itu RASA dan didalam RASA itu RAHASIA (SIR).
BAB “ SHOLAT “
Dalam agama Islam tidak dikenal istilah sembahyang.Yang ada ialah Sholat.Kata sholat ini kita temukan dalam kitab Suci AL QUR’AN dengan kata sholat/sholati.Sedangkan kata sholat menurut ilmu nahu terjamahan kedalam bahas Indonesia ialah Sholeh.
Sholat Agama Islam ialah berkiblat ke Baitullah,Berkiblat disini yang tersirat disini ialah
Menghadap ke Baitullah bukannya yang ada bengunannya dinegara Arab,melainkan Baitullah yang ada pada diri manusia .Yang letaknya diatas perut,diujung jantung
( QOLBU ).
Bila masjid terdapat bedug yang dahulunya dibuat dari kulit sapi betina,itu mengikuti bedug yang ada di Baitullah (qolbu )kita.Itu pula sebabnya maka orang jawa mengatakan kulit itu dengan kata kalep.Berasal dari kata QOLB (qolbu )
Mengapa masjid dinamakan Masjidil Haram?sehingga ada pertanyaan mengapa kalau haram dimasuki bukan dijauhi?
Riwayatnya : Para sahabat Nabi Muhammad SAW,sangat kasihan bila melihat Nabi
Besholat dengan kepanasan .Oleh sebab itu lalu dibuatkan sebuah bangunan.
Ketika hendak sholat,para sahabat lalu mempersilahkan untuk mempergunakan bangunan itu,sekalian diberi nama.
Setelah melakukan sholat dibangunan hasil karya para sahabat itu,Rosulullah lalu memberinya nama : Masjidil Haram.Maksudnya agar umat Islam tidak mengutamakan atau menilai bahwa dengan bersholat dibangunan semacam itu,pasti sholatnya diterima aleh ALLAH.Tetapi maksud ini tidak dapat dibaca oleh para sahabat.Dan para sahabatpun tidak ada yang menanyakan mengapa Rosulullah menamakannya Masjidil Haram.
Itulah sebabnya maka setiap bangunan yang dipergunakan untuk sholat umat Islam lalu meniru bentuk Masjidil Haram yang dibangun oleh para sahabat Nabi.Sudah barang tentu bangunan yang sekarang ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan.Baik dalam bentuk maupun bahannya.
Dalam AL QUR’AN ada perintah ALLAH bahwa umat Islam bila melaksanakan sholat yang fardhu wajib melakukannya di BAITULLAH ( rumah ALLAH ).Dan dalam sebuah sabda Rosulullah dalam Hadist mengatakan :
“SESUNGGUHNYA SEAMPUH-AMPUHNYA SHOLAT BILA DILAKUKAN DENGAN TIDAK DIKETAHUI OLEH ORANG LAIN “
Kalau kita pikirkan selintas antara firman ALLAH dengan Hadist diatas sangat berlawanan.Sebab sholat fardhu di BAITULLAH ( kalau diartikan masjid )
tentunya dengan sholat berjamaah.Tetapi Hadist mengatakan Sholat yang ampuh bilatidak diketahui oleh orang lain.Tidak diketahui bukan berarti tidak dilihat,Bukan !
Dalam kebingungan ini maka sebagian orang Syari’at menuduh Hadist itu adalah Dho’if ( palsu ).Padahal sebenarnya Hadist itu benar adanya.
Sesungguhnya Sholat Nabi Muhammad SAW itu sendiri terdiri dari 3 macam dan kita sebagian umat Islam juga wajib melakukannya.
1.Sholat Syari’at : Dilakukan 5 kali sehari dengan 17 Roka’at
2.Sholat Tauhid : Dilakukan 24 jam ( 5waktu )di BAITULLAH
3.Sholat Dha’im : dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan untuk berhubungan
langsung dengan Sang Pencipta ( ALLAHU AKBAR ).
1.SHOLAT SYARI’AT
Sholat ini sesungguhnya biasa dilakukan oleh mereka dari golongan Syari’at.Mereka
Melakukan 5 kali sehari semalam.iaitu waktu SUBUH, DHUHUR,AS’HAR, MAGRIB, ISYA.
Yang tersirat dari perintah ALLAH disini ialah :
1.Sholat Subuh: 2 rokaat,dan dapat dilakukan secara berjamaah.Sholat ini
memperingati saat kita dilahirkan kea lam fana ini.Kita lahir terdiri dari
2 bagian : lahir dan batin.Lagi pula kita lahir tidak sendirian.Disaksikan
oleh Bidan/Dokter/Dukun bayi,Bapak,Ibu.itu sebabnya maka sholat
subuh ini biasa dilakukan secara berjamaah
2.Sholat Dhuhur :4 rokaat.Tujuannya ialah untuk mencari nafkah (Lahir maupun Batin)
Dalam mencari nafkah,maka memerlukan ke 4 hawa nafsu :nafsu
amarah,luamah supiyah,mutmainah
Bisa dilakukan berjamaah bila sholat Jum’at : dilakukan hanya 2
roka’at,karena yang 2 roka’at pertama sudah dipergunakan untuk
khotbah.Dan khotbah itu wajib diikuti,karena merupakan rejeki batin
( Santapan rokhani )
3.Sholat as’har : 4 Roka’at .Tujuannya untuk berbuat amal.Dalam berbuat amal lahir
dan amal batin,maka dipergunakan jasad,nyawa,rokh,dan rokhani
4.Sholat maghrib : 3 roka’at.Tujuannya untuk mati.Tiga roka’at karena orang mati itu
melepaskan :Dzad,Nur dan Sir
5.Sholat Isya :4 roka’at.Karena Tujuannya untuk hijrah ( pindah dari Alam Fana ke Alam
Akherat ), maka jasad harus membawa roh jasmani/hewani,roh
nabati,dan roh rewani
-nyawa harus membawa Roh Rahmani dan Roh Nurani
-Roh harus membawa Roh Kudus
-Rokhani harus membawa Roh Rabbani dan Roh Burhani
2.SHOLAT TAUHID
Sholat Tauhid ini dipergunakan sebagai pengisi waktu luang antara ke 5 sholat sayari’at.Hal ini untuk memenuhi persyaratan Firman Allah :
“ BARANG SIAPA SELALU INGAT KEPADAKU,MAKA AKU AKAN SELALU INGAT KEPADANYA “
Maka para penganut ilmu MA’RIFAT mengutamakan sholat Tauhid dari pada sholat
Syari’at
Padahal Sholat syari’at itu jaga termasuk sholat Muhammad SAW.Dan ada maksud dan tujuannya .Dikarenakan kebanyakan mereka tidak mengerti maksud dan tujuannya,maka sholat syari’at banyak ditinggalkan oleh orang Mari’fat.
Sholat Tauhid dilakukan dengan melakukan ( Dzikir Qolbu ).Dengan Dzikir Qolbu
Ini,maka senua nafsu diimami oleh Rosul/Nur Muhammad dan juga semua Alif Mutakalimun Arif melakukan sholat di Baitullah.Ini adalah sholat fardu yang dilakukan berjamaah di Baitullah.Dan ini pula yang dimaksud dengan sholat paling ampuh yang tidak diketahui oleh orang lain !
Keterangan : Mula-mula mereka sholat di Baitul Muharam (Tenggorokan ),lalu pindah ke Baitul Muqadis ( Puser ) terus ke Baitul Ma’mur ( kening ),lalu pindah lagi ke Baitul Muqadas ( Kemaluan ) dan akhirnya sholat di Baitullah ( Ulu Hati )
Oleh karena adanya sholat ini,maka baik bayi lahir maupun orang mati tidak pernah tepat jamnya.Kalau tidak lebih sekian detik atau menit,ya kurang sekian detik atau menit.Yang hanya Sholat di Baitullah,Tidak berpindah-pindah ialah ke4 nafsu yang diimami oleh Rosul/Nur Muhammad.
3. SHOLAT DHA’IM
Sewaktu di Gua Rahim,semua umat manusia pernah melakukan sholat.Dan sholatnya adalah Dha’im Mul Haq.Oleh sebab itu tidak benar bahwa masih ada orang kafir hidup dialam Fana ini.
Karena ketika lahir kita ini kehilangan HAQ,maka lalu LAHAULA WALA QUWATA ILLA BILLAHIL ALIYIL’ADHIM ( Tiada daya apa-apa kecuali ALLAH yang punya kuasa ),tidak bias lagi KUNFAYAKUN.Maka selama hidup ini kita ikhtiar untuk mandapatkan HAQ yang hilang itu.Agar kita dapat berbuat amal dengan sempurna.
HAQ ini adanya di Alam Akbar/LAUHUL MAHFUZ.Sarananya sudah ada dan dalam diri kita.
lebih jelas haqiqinya shalat dhaim tanyakan pada penulis
MAKRIFATULLAH
Ma’rifatullah,artinya MENGENAL ALLAH AZZA WAZALLA.Jadi sebelum kita mengenal Tuhan,kenalilah DIRI. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah s.a.w : MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD AROFA ROBBAHU,artinya :Barang siapa mengenal akan dirinya,niscaya mengenal akan tuhannya. Perjalanan itu dimulai dari dalam diri kita sendiri,perjalanan itu dimulai dari dalam terus kedalam,akhirnya serta alam dengan keindahannya dan dengan keganjilannya,hanyalah sebagai saksi pencari diri.
Jadi sebelum kita mengenal Tuhan,maka kenallah diri,sebelum kita mengenal diri lebih dahulu,kenallah Adam lebih dahulu,dan sebelum kenal kepada Adam kenallah MUHAMMAD lebih dahulu.Demikianlah orang yang hendak mengenal diri dan mengenal akan tuhan Allah Azza Wazalla.
Baiklah kita mulai dengan ayat yang berbunyi : INNALAHA KHOLAQO QOBLAL ASIA INNURI NABIYUKA. Bahwasanya Allah Talala menjadikan dahulu daripada segala asia itu ilah NUR NABIMU. Diriwayatkan oleh ZABIR beliau pernah juga bertanya kepada Nabiallah s.a.w. ; yaitu dijawab oleh Nabi AWWALUMA KHOLAQOL LAHU TAALA NURI NABIYIKA,YA ZABIR. Mula mula dijakan AllahTa’ala daripada segala asia itu ialah : NUR NABIMU ya ZABIR.
Maka nyatalah RUH NABI itu dijadikan dahulu daripada segala asia itu,dan lagi dijadikan ia daripda Zatnya jua,tetapi sebelum tuhan menjadikan NUR MUHAMMAD,Tuhan telah mengatakan dalam kitabnya Al’quranul qarim yang berbunyi : artinya : Pertama kujadikan ILMU sebelum kujadikan NUR MUHAMMAD. Maka nyatalahkepada kita bahwa : NUR MUHAMMAD.
Maka nyatalah kepada kita bahwa NUR MUHAMMAD itu jadi daripada ILMUnya dan daripada KUDRAT DAN IRADATNYA jua,seperti kata Syeh ABDUL WAHAB SYAHRANI : INNALAHA KHOLAQOR RUHUN NABIYI MUHAMMADIN MINZATIHI,WAKNOLAQOR RUHUL ALIMU MINNURI MUHAMMAD S.A.W. Bahwasanya Allah Ta’ala menjadikan Roh nabi itu daripada Zatnya jua, dan daripda ilmunya jua, dan serta qudrat dan iradatnya. Dan menjadikan Roh sekalian alam ini daripada NUR MUHAMMAD s.a.w Maka nyatalah kepada kita bahwa Roh sekalian alam ini daripada NUR MUHAMMAD jua.
Dan segala batang tubuh kita ini nyata daripada Adam,tetapi Nabi Adam itu dijadikan daripada tanah,seperti firman Allah Ta’ala dalam AL qur’an : KHOLAQOL INSANA MINTIN artinya : Aku jadikan Insan Adam itu daripada tanah dan tanah itu jadi daripada Air, dan Air itu jadi daripada NUR MUHAMMAD s.a.w. jua. Maka nyatalah kepada kita bahwa Roh kita dan batang tubuh kita ini jadi daripada NUR MUHAMMAD; maka wajarlah kita ini bernama MUHAMMAD. Dan nyatalah bahwa kalau Roh kita dan batang tubuh kita ini daripada Nur Muhammad. Maka kita ini tiada lain dan tiada bukan,pada Hakikatnya Nur Muhammad jua. Dan kalau telah jelas dalam hati marifatakan hakikat Nur Muhammad itu, maka hendaklah engkau mesrakan Nur Muhammad itu kepada Roh dan kepada batang tubuhmu dan kepada seluruh kainat. Kalau sudah benar-benar mesra,insya allah engkau akan melihat keelokan zat yang wajibal wujud.
Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang mengenal diri,yaitu sekalian nanti bab yang akan datang kita perdalam lagi menurut yang semestinya.
Dan Syeh ABDUL RA’UF berkata : yang sebenar-benar diri itu ialah nyawa. Yang sebenar-benarnya nyawa itu ialah Nur Muhammad. Dan yang sebenar-benarnya Nur Muhammad itu ialah sifat. Yang sebenar-benarnya sifat itu ialah zat. Tetapi disini bukan zat hayun,tapi zat hayat.
Dan lagi kata aribillah : Bermula yang sebenar-benarnya diri itu ialah Roh,tatkala ia nasab sekalian tubuh,nyawa namanya. Tatkala keluar masuk nafas namanya. Tatkala ia berkehendak hati namanya. Tatkala ia ingin akan sesuatu nafsu namanya. Tatkala ia memilih akan sesuatu ihtiar namanya. Taktkala ia dapat memperbuat akan sesuatu akal namanya. Dan tatkala ia yakin akan sesuatu iman namanya.
Jadi pohon akal itu adalah ilmu. Inilah yang disebut yang se-benar benar diri. Tetapi janganlah terhenti kepada roh itu saja, teruskanlah kepada yang hak. (kepada Allah Ta’ala).
Dan firman Allah Ta’ala dalam Al qur’an :
ANA MINNURILAH WAL ALIMU MINNUR,artinya : Dari pada cahaya Allah,dan sekalian Ilmu daripada cahayaKu. Tetapi Nur disini bukan lah menurut pahaman umum yang berlaku ia bukan zat,bukan benda dan bukan materi,tetapi diatas segala-galanya. Insya Allah kita akan bertemu juga dengan NUR cerlang cemerlang itu. Sekarang kita teruskan kepada firman Allah : KHOLAQTUKA LIADJLI WA KHOLAQTUL ASNI LIADJLIKA, artinya : Aku jadikan engkau karenaku ya Muhammad dan Aku jadikan sekalian alam itu karenamu ya Muhammad. Jadi dengan adanya ini tadi, maka nyatalah kepada kita bahwa Nur Muhammad itu jadi daripada Nur Allah Jua,atau yg lazim disebut NUR ZAT atau NUR ILAHI ROBBI. Maka kalau demikan adanya,wajarlah kita ini dengan Zat Allah Ta’ala,sebab Zat itulah bermula segala ujud. Tidak ada yang ujud, hanyalah Allah dan perbuatan Allah.
Maka adalagi sebuah hadis qudsyi berbunyi : AL INSANU SIRRI WAANA SIRRAHU. Artinya : insan itu rahasiaKu,dan Akupun rahasianya. Dan lagi firman yang berbunyi : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRI WASIFATIN WA SIFATUN LAGOIRIH, artinya : insan itu rahasiaku,rahasiaku itu sifatku,dan sifat itu tiada lain daripada aku jua. Jadi yang sebenar-benarnya insan itu manusia, yang sebenar-benarnya manusia itu ialah Af’al Allah. Yang sebenar-benarnya Af’al Allah itu ialah Sifat Allah. Yang sebenar-benarnya Sifat Allah itu ialah Zat Allah. Karena zat dan sifat itu tiada menerima tunggal; dan Zat dan Sifat itu tiada sekutu dan tiada pula bercerai. Dan barang siapa menyekutukan Zat dan Sifat, atau menceraikannya, maka tersebut dihukumkan SYIRIK KHAFI.
Orang yang mmenceraikan itu berdosa. Orang yang syirik itu syirik zali hidupnya penuh dosa yang tiada maaf baginya. Karena orang yang seperti itu ia merasa bahwa dirinya yang ada. Sabda Rasulullah s.a.w. didalam Al hadist : yang berbunyi UJUDUKA ZAMBUN QIAASALAHU LIGOIRIH. Artinya : Syirik Khafi itu adalah dosa besar. Jadi selama ujud Adam masih melekat dalam dirimu,niscaya tiada sampai semua ibadatmu walau setinggi langit. Jadi untuk melepaskan syirik khafi itu keluarlah engkau dari diri engkau. Disini kita bicarakan sedikit tentang diri kita yang sebenar-benarnya.
Adapun diri kita ini ada tiga bagian :
Pertama ialah diri yang sebenarnya (rahasia)
Kedua ialah diri terperi (Muhammad)
Ketiga ialah diri terdiri (adam).
Jadi yang pertama tadi ialah kembali kepada yang hak. Kedua ialah kembali kepada rasa Muhammad. Ketiga ialah yang betah tinggal kepada rasa adam semula. Jadi dosa besar yang tiada ampunan : kecuali kembali kepada yang sebenarnya. Insya Allah kita uraikan panjang lebar dan lebih mendalam lagi dalam pelajaran yang akan datang.
MENGENAL DIRI
Sabda Rasulullah s.a.w. : MAN AROFA NAFSAHU FAQOD AROFA RABBAHU.
Artinya: Barang siapa mengenal dirinya,niscaya mengenal akan Tuhannya. Jadi sebelum mengenal Tuhan, kenallah diri. Perjalanan itu kita mulai dari dalam diri kita sendiri, dari dalam terus kedalam, akhirnya serba alam dan keindahannya dan dengan keganjilannya : hanyalah sebagai pencari diri.
Alam ini penuh dengan rahasia-rahasia yang tersembunyi. Rahasia itu tertutup oleh dinding-dinding, dinding- dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri, atau yang disebut nafsu kita sendiri, atau disebut pula nafsu saiton, atau dengan kata lain ialah : nafsu lawammah atau nafsu sawiyah atau nafsu yang batal/agiar. Dinding-dinding itu mungkin tersimbah dan terbuka, asal kita sudi menempuh jalannya, jalannya ialah : jalan yang ditempuh oleh orang arif, dan mau mengurangi sedikit dari hawa nafsu kebendaan. Dan sanggup menyisihkan segala halangan dan rintangan yang hendak menggagalkan niat kita yang baik itu. Jadi yang hendak kita kenal ini bukanlah diri yang kasar ini. Tetapi diri yang bersifat ketuhanan.
Diri kita ini ada dua unsur : pertama unsure jasad atau badan kasar. Kedua unsur Ruh atau badan latif. Ruh itu erat sekali pertaliannya dengan Tuhan. Memang sudah hamba katakan dahulu bahwa RUH itu adalah suatu Rahasia yang amat pelit sekali.
Jadi yang sebenar –benar Ruh itu Nur Muhammad.
Jadi yang sebenar-benar Nur Muhammad itu Sifat. Sebenar-benar sifat itu ialah Zat. Jadi Zat itu Zat Hayat,bukan Zat Hayun. Jadi Allah adalah nama Zat, dan Muhammad nama Sifat. Zat dan Sifat itu tiada bersatu dan tiada bercerai.
Sekarang marilah kita teruskan untuk mengenal diri dan mengenal Tuhan Allah Azzawazalla.
WANAN KAANAFI HAJIHI AMA FAHUWA FIL AKHIRATIA’MA WA ‘ADHOLLU SABBILA, artinya : Barang siapa buta dalam dunia ini, niscaya buta juga di akhirat sesat di jalan.
Seratus dua puluh empat ribu nabi-nabi dit=utus Tuhan kedalam dunia ini, adalah untuk mengajar dan memimpin umat manusia, untuk cara-cara membersihkan bathin atau qalbu, supaya dapat ma’rifat dan mengenal Allah. Tujuan utama ialah : agar memperoleh kebahagiaan jiwa, dan ketenangan bathin. Karena yang sebenar-benar Kaya itu ialah kebahagiaan jiwa dan kebersihan hati.
Inilah tujuanutama bagi alat jiwa manusia ini. Inti daripada selaga kebahagiaan itu ialah : Ma’rifatullah. Jadi siapa yang sudah Ma’rifat itulah sorga dunia dan sorga akhirat nanti. Dan siapa belum/masih terdinding itulah neraka dunia dan neraka akhirat nanti.
Jadi barang siap tidak ada hasrat memiliki ilmu ini maka samalah ia makan nasi bercampur pasir.
Ma’rifat itu adalah suatu amanah dari tuhan yang wajib kita tuntut dan kita tuju.
PERINTIS JALAN YANG PERTAMA
Pengantar dan Perintis yang pertama dalam ilmu bathin, atau ilmu hakikat/ilmu tasawuf adalah RASULULLAH sendiri. Kemudian dijadikan suatu pelajaran, dan ilmu tersendiri oleh Syaidina ALI KARAMMULLAHUWAJHAH, kemudian dilanjutkan oleh HASAN BASRI anaknya. Hairoh yang menjadi pembantu peribadi Ummu Salamah yaitu ketika HASAN BASRI masih kecil ilmu ini sudah mulai melimpah kepada beliau, karena dekatnya kepada Rasulullah s.a.w.
Kemudian Ahli kebatinan yang pertama sekali ialah : ABU HASYIM AL KUFI, beliau berasal dari koufah yang meninggal pada tahun 150 atau tahun 761 M. Adapun sumber ilmu tasawuf itu adalah dari AL QUR’AN dan AL HADITS. Dan menuntut ilmu ini adalah hukumnya Fardhu ain. Maka barang siapa tidak peroleh ilmu ini ditakuti mati dalam kekafiran.
MA’RIFATULLAH.
SEBELUM MENGENAL TUHAN,KENALLAH DIRI.
MENGENAL DIRI :
Diri itu ada dua unsur.
1. Diri jahir berupa jasad.
2. Diri bathin berupa Ruh.
Dan diri itu dapat pula dibagi atas 3 unsur.
1. Diri yang Hak. (diri yang sebenarnya)
2. Diri terperi. (Muhammad)
3. Diri terdiri. (Adam).
Dan Ruh itu ada tiga Martabat.
1. Ruh idhofi (nafas yang keluar masuk)
2. Ruh mukayyat (yang mengedari/yang ergerak keseluruh tubh)
3. Ruh mutlak (yang tetap pada tempatnya)
Dan Zat itu ada tiga Asma.
1. ZAT illahiyah
2. ZAT masbiyah
3. ZAT addahiyah.
Dan diri jahir ada dua unsure bahagi pula.
1. Jasad yang mengandung Ruh.
2. Ruh yang mengandung Jasad.
Dan diri kita ini mengandung dua aspek.
1. Diri yang bersifat ketuhanan (lahud)
2. Diri yang mengandung kehambaan (nasud)
Dan dalam diri kita ini mengandung tiga Rahasia.
1. Rasa yang Hak (rasa tuhan)
2. Rasa Muhammad (Nur Muhammad)
3. Rasa Adam (rasa yang tercela).
Dan didalam diri kita ini ada suatu perbendaharaan yang tersembunyi : disitu ada mahligai. Didalam mahligai itu ada alat yang halus , ada yang kasar. Kesemuanya itu adalah berupa amanah tuhan dan suatu titipan Tuhan kepada hambanya. Amanah itu ialah suatu titipan Ruh dan itulah yang wajib kita pelihara dan kita jaga kemurniaannya. Ruh inilah yang sanggup mengenal Tuhannya. Dan yang sanggup melaksanakan sebagai khalifah didalam bumi ini. Apakah alat yang halus dan kasar itu tadi?
Sekarang marilah kita uraikan satu persatunya.
Adapun diri kita ini ada dua unsur/macam.
Pertama diri jahir berupa jasad. Batang tubuh dengan kelengkapannya seperti ; kaki,tangan,mata hidung,mulut telinga,dan lainnya. Serta dalam tubuh ini ada Ruh,hati,akal dan nafsu. Yang kesemuanya itu tergolong alam yang disebut alam sagir (alam kecil).Yang kesemuanya itu terjadi dari unsur2 api,angin,air dan tanah/bumi. Inilah yang disebut laksana kuda tunggangan yang menjadialat nbagi hakikat Roh itulah sebagai penunggangnya.
Kedua diri bathin yang berujud qalbu atau Ruh. Bukannya ber-ujud benda dalam tubuh, dan dia tidak akan binasa untuk selamanya. Dialah yang sanggup memerintah jasad, dialah yang mampu mengenal Allah. Dialah Raja kuasa. Ruh itu raja kuasa dan sanggup mengenal Allah. Apakah sebabnya dikatakan raja kuasa? Sebabnya ialah kerena ruh ituu adalah yang menjadi tempat majhor kenyataan terang benderangnya sifat-sifat Allah. Ruh Muhammad itulah/adalah dari NUR menyata. Itulah yang dikatakan cahaya yang cerlang cemerlang yang tiada harapan : Tuhan bertajali kepadanya. Sedabg sifat sifat Allah itu ada pada ZATnya. Maka apabila kita mendakwa kepada Ruh, maka haruslah ditembuskan pandangan kita kepada Sifat dan Zat Allah.supaya tidak terdinding lagi kepada Allah.
Kalau kita terhenti kepada ruh itu saja, tidak kita teruskan kepada Allah, maka kita terdinding kepada Allah. Kalau masih betah berdiam kepada Muhammad, ber-arti belum kembali atau belum pulang landas kepangkalannya. Kalau sudah pernah tinggal landas inilah yang dikatakan orang yang bergembira setiap saat. Sedangkan Rasulullah sendiri sebagai asal usul segala kejadian,toh beliau pulang kembali kepangkalannya,apalagi kita ini.
RUMUS/ MUTIFATOR
1. Hidup tubuh karena nyawa,hidup nyawa karena Allah.
2. Tahu hati karena tahu Ruh, tahu Ruh karena Allah.
3. Kuasa anggota tubuh karena Ruh, kuasa Ruh karena kuasa Allah.
4. Berkehendak puad kerena berkehendak Ruh, berkehendak Ruh karena berkehendak Allah.
5. Mengdengar telinga karena mendengar Ruh, mendengar Ruh karena mendengar Allah.
6. Melihat mata karena melihat Ruh, melihat Ruh karena melihat Allah.
7. Berkata mulut karena berkata Ruh, berkata Ruh karena berkata Allah.
Maka kita rumuskan pula tentang diri bathin itu sebagai berikut dibawah ini :
1. Wujud bathin,hakikatnya adalah wujud Allah.kepada kita jadi Rahasia. Maksudnya tentang Zat Tuhan itu tidak dapat dilihat dan diraba, hanya dengan nur iman dan dirasakan oleh sinar hati. Inilah yang dimaksud oleh hadits yang berbunyi : Al insanu sirri wa ana sirrohu. Artinya : insane itu rahasiaku , dan akupun rahasianya.
2. Ilmu bathin, hakikatnya adalah sifat Allah, yang kepada kita menjadi nyawa/Ruh. Dan ruh itulah tempat majhor sifat-sifat Allah. Hingga dia kuasa memerintahkan jasad dan lain2nya.
3. Nur bathin, hakikatnya Asma Allah, yang kepada kita menjadi hati. Maksudnya hati itu adalah tempat majhor daripada Asma Allah.
4. Syuhud bathin, hakikatnya adalah Afal Allah, yang kepada kita menjadi batang tubuh. Maksunya batang tubuh kita ini adalah tempat majhor dan tempat nyata perbuatan Allah. Jalannya adalah bahwa segala amal usaha lahir yang dilakukan ole manusia. Tapi pada hakikatnya dan pada bathinnya adalah semata-mata perbuatan Allah.
Maka hal itu dinamakan penyaksian Bathin. Karena amal usaha jahir itulah yang membuktikan perbuatan bathin. Itulah yang member bekas, kerena terjadi dari sifat bathin, yang tidak bias lepas dari ujudnya : yakni Zatnya yang maha kuasa. Demikianlah yang dinamakan tauhidul Zat, tauhidul Sifat, tuahidul Asma, tauhidul Af’al. maka melihat sesuatu apa saja perbuatan Allah.
Maka dengan demikian fana lah yang lain : yakni ujud lahir dan sifat lahir,dikala itu tidak ada yang ada kecuali bathin. Maka sekaran bathinlah yang melihat bathin/melihat gerakan Zat. Dari itu maka jelaslah sekarang kepada kita bahwa yang memandang ia yang memandang. Dan kalau sudah mantap pandangan ini, dengan sendirinya naiklah ke makam baqabillah. Karena pada makam ini seperti ucapan ahli tasawuf, BAQA itu ialah daripada Allah, dan dengan Allah.
Cara pandangan itu ada dua macam,pertama :
SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH artinya : memandang yang satu kepada yang banyak. Dimana pokok pandangan dimulai dari syuhud bathin, naik kepada Nur bathin, dan kepada ilmu bathin. Dan akhirnya sampai kepada ujud bathin.
Pandangan kedua ialah : SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH, Artinya : memandang banyak kepada yang satu. Pandangan ini dimulai pada pangkal pertama yakni ujud bathin yang hakikatnya Zat semata-mata dan Zat yang satu itulah yang menerbitkan ilmu bathin ; yakni Sifat. Dan juga Nur bathin yakni Asma. Bahkan syuhud bathin yakni Af’al. maka apabila yang banyak itu berasal dari yang satu :akhirnya akan kembali juga kepada yang satu. Dan apabila sekarang kita sudah kembalikan,maka tidak ada lagi ujud kecuali Allah semata. Tamsil, cahaya terang itu adalah permulaan dari sinar matahari,yang disebut siang. Sebelum itu didapat, lebih dahulu yang dipandang itu adalah cahayanya yang terang tersebut. Kemudian baru sinar yang menerangi itu, sinar itu menyatakan cahaya matahari. Meskipun tidak tampak, karena sinar itu tidak lepas dari matahari. Bahkan cahaya terang itu juga menyatakan adanya matahari, karena datang dari sinar yang ada pada matahari tersebut.
Maka apabila sudah lenyap dan fana segala yang lain daripada Allah Ta’ala dan sudah lenyap segala sifat-sifat kejadian,yakni majhor kenyataan,maka akan tercapailah makam baqa ; yang disebut juga makam tajali atau Nampak, makam Zuhur atau nyata; yang menghasilkan pandangan :
MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH MA’AH Artinya : tidak aku lihat sesuatu, yang Nampak bagiku Allah besertanya.
MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH QABLAH Artinya : tidak aku lihat sesuatu, kecuali yang Nampak bagiku Allah sebelumnya.
MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH BA’DAH Artinya : tidak aku lihat sesuatu, yang Nampak bagiku Allah sesudahnya.
MA RAYTU SYAI’A ILLA WAROITULLAH FI’IH Artinya : tidak aku lihat sesuatu, kecuali yang Nampak bagiku Allah dalamnya.
Demikianlah makam yang dicari setelah melewati fana dan fana ul fana.
Adapun yang dimaksud dengan fana oleh ahli tasawuf ialah : lenyapnya perasaan hamba dari nafsu basyariah,yakni segala sifat-sifat ke-ia-an dan ke akuan dari kemanusiaan,sudah takluk pada tuhannya, maka jadilah ia baqa dengan Allah Ta’ala.
Pertanyaan yang kedua adalah tentang diri.
Kapankah datangnya dan kapan pula kembalinya? Jawabnya ialah : bahwa diri bathin itu datang kedunia ini adalah setelah adanya jasad,sesuai dengan firman Allah : yang artinya ; kemudian kami sempurnakan jasad itu, lalu ditiupkan roh kepadanya.
Dan pertanyaan yang ketiga dan yang ke-empat ialah :
Darimana diri itu datangnya den kemana pula kembalinya, serta apa maksud datang kedunia ini?
Jawabnya ialah : datangnya dari Allah dan kembalinya kepada Allah,adapun maksud datang kedunia ini adalah dengan jasad sebagai alatnya.
Karena sudah dijelaskan fasal yang lewat : yaitu laksana kuda tungganganya dengan penunggangnya. Kuda ditamsilkan sebagai jasad. Dan Roh sebagai penunggangnya. Pada fasal yang lalu sudah kita jelaskan bahwa perjalanan salik dalam mencari dan mengenal Zat Allah itu adalah dimulai dari bawah hingga kepada keatas atau yang disebut TARRAQI : misalnya dimulai dari tauhidul asma, tauhidul sifat, tauhidul af’al dan tauhidul Zat sampai kepada LA’MAUJUDA BIHAQQIN ILLALLAH, artinya : Tidak ada yang ada kecuali dia jua yang ada.
Sekarang kita mengambil dalil dari pada kaum sufi yaitu sudah dimufakati ber-sama bahwa : segala sesuatu selain Allah pada hakikatnya tidak ada,dengan kata lain semua itu tidak dapat dikatakan ada, sebagai adanya tuhan.
Disini hamba katakan bahwa semua itu Allah dan Allah itu semuanya. Ujud alam ain ujud Allah dan Ujud Allah ain ujud alam. Allah itulah hakikat Alam : maka wajarlah kita ini dengan Zat Allah atau Ujud Allah (rahasia Allah).
Berkata ABU HASSAN AS SYAZALI r.a Bahwa ; melihat Allah itu dengan penglihatan iman dan yakin, ini lebih kaya daripada melihat dalil-dalil. Lebih baik kita katakana bahwa; kita tidak akan melihat alam, dan andaikata ada juga, maka penglihatan itu atau penglihatan aribillah itu tak ubahnya laksana melihat debu terbang diangkasa yang pada penglihatan ada, tapi/namun dicari tak ada,artinya : tak dapat menangkapnya. Itulah perjalanan aribillah atau wali Allah ; yang telah sampai kepda makam fana dan makam baqa.
FANA TERBAGI ATAS TIGA BAGIAN.
1. Fana pada Af’al (perbuatan), sampai merasakan bahwa tidak ada satu perbuatan pun didalam ala mini.selain dari perbuatan Allah Ta’ala.
2. Fana pada Sifat, hingga sampai menyakinkan bahwa tidak ada yang hidup kecuali Allah. Apabila dikatakan tidak ada yang hidup pada hakikatnya kecuali Allah ; berate juga tidak ada yang kuasa, yang berkehendak, yang ber-ilmu, yang mendengar, yang melihat, dan yang berkata-kata, kecuali Allah semata-mata.
3. Fana pada Zat ialah ; hilang ujud yang lahir ini dan alam seluruhnya dan pandangan ; kecuali Allah.
Jadi barang siapa yang melihat mahluk tidak punya perbuatan pada mereka, maka sesungguhnya ia menang. Dan barang siapa yang melihat mahluk yang tidak ada hidup pada mereka, maka derajatnya telah naik. Barang siapa melihat mahluk tidak ada pada hakikatnya, maka ia telah sampai kepada titik yang dituju, yaitu titik puncak ilmu dan ma’rifat. Apabila kita sudah menjalani yang tiga perkara ini, maka itulah makam fana namanya, dan selanjutnya naik kemakam baqa, makam baqa itu ialah : HU ITU ALLAH TA’ALA. Sedang makam fana kesimpulannya kepada : LAMAUJUDA BIHAQQIN ILLALLAH. Tidak ada yang maujud, kecuali Allah Ta’ala.
Demikianlah apa yang dapat hamba sampaikan, kalau sudah faham dan mengerti,kuburlah ia. Jangan dibeberkan ditengah masyarakat umum/awam, nanti bisa membawa fitnah besar. Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang meng-esakan Allah Ta’ala pada segala perbuatan.
TAUHIDUL AF’AL.
MENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA PERBUATAN
Dalam pelajaran atau pengajian-pengajian kita yang terdahul sudah kita jelaskan/kita sampaikan, titik tujuan pelajaran dan ilmu tasawuf adalah menuju jalan kembali kepada Allah dan supaya liqo/ bertemu Allah, maka jalan bagi salik/ penuntut haruslah dimulai dengan mempelajari dan mengamalkan tauhidul af’al, artinya : me-esakan Allah Ta’ala pada segala perbuatan,yakni meninggalkan seluruh perbuatan yang ada pada makhluk ini kepada Allah.maksudnya pandanganlah olehmu dengan syuhud hati dan dengan mata mata kepala dengan itikad yang putus dan dengan haqqul yakin, bahwa segala perbuatan dan gerakan yang ada terlihat dalam ala mini, baik yang datang dari diri kita sendiri maupun yang datang dari semua mahluk yang ada dalam ala mini : baik perbuatan yang diridhoi oleh syara maupun yang dilarang oleh syara ; adalah kesemuanya itu perbuatan Allah Ta’ala.
Memang itu perbuatan Allah; maka kalau kita lihat pada lahirnya segala perbuatan itu dilakukan oleh manusia/hamba dan segala hayawan dan lain-lain sebagainya. Tetapi namun kita teliti dengan cermat dan dengan penuh keyakainan dan dengan tinjauan akal, dengan seksama bahwasanya memang mahluk ini lemah, daif, hina tak punya daya upaya sama sekali. Dan tidak punya sifat ta’sir dan sebagainya. Sedangkan segala pebuatan itu tidak akan ada kalau sifat yang memperbuat itu tidak memiliki sifat-sifat tsb. Sifat-sifat ta’sir itu ialah Qudrat, Iradat, ilmu, hayat sedang semua sifat-sifat itu ialah kepunyaan dan milik Allah. Jadi segala perbuatan yang ada terlihat pada ala mini dan diri kita, itulah perbuatan mazazi belaka,dan bukan hakiki. Itu adalah majhor dan kenyataan perbuatan Allah kepada kita.
Allah menyandarkan perbuatannya kepada kita, adalah tanda kasih sayangnya, supaya kita punya titik dan penempatan mengenal perbuatan Allah dan ZATnya. Disamping itu juga merupakan coba dan ujian kepada kita ; apakah kita sanggup memandang perbuataan Allah, atau menjadi orang buta dan sirik, mengakui/kekuatan dan perbuatan dia sendiri lahir dan bathin/luar dan dalam.
Kenyataan dan kejahiran perbuatan Allah kepada hambanya ; inilah oleh kaum sufi disebut usaha ihtiar hamba. Dan disinilah takluknya hokum syara’.
SYEH WAHAB SYAHRANI berkata ; beliau ada mendengar dari syaidina ALI AL HAWAS ia berkata : Wajib bagi hamba meng’itiqadkan bahwa segala perbuatan dan usaha ikhtiar hamba, sama sekali tidak member bekas dangan sekira-kira takwin dan atsar. Lebih jauh beliau berkata, Allah menghendaki mengadakan suatu harakat atau yang disebut gerak perbuata, maka tidak akan ada ujunya kecuali pada maddah atau tempat yang menerima hokum yang dimaksud ; mustahil ada ujud gerak atau perbuatan tanpa ada maddah itu. Maka yang dijadikan maddah atau tempat menjahirkan perbuatan Allah itu, adalah hamba dan lain-lainnya. Itulah sebabnya dipandang ada segi lain, ada perbuatan hamba.
Sanagat banyak sekali penjelasan dalam Al qur’an dan hadits-hadits nabi yang memberikan keterangan2 bahwa hamba atau mahluk ini sama sekali tidak punya perbuatan. Antara lain menegaskan, WALLAHU KHOLAQOKUM WAMAA TA’MALUN artinya : Allah yang menjadikan kamu dan segala perbuatan kamu. (surah as shaa ayat 96).
Dan lagi ayat yang berbunyi : WAMAA ROMAITA IZROMAITA WALAKINNALAHA HAROMA Artinya ; Hai Muhammad bukanlah engkau yang melempar dikala engakau melempar, tapi Allah lah yang melempar dikala engkau melempar. ( surah anfaal 17 ).
Jadi untuk kemantapan pandangan kita,kita harus selalu melatih diri dengan tidak bosan-bosannya mensyuhud perbuatan Allah Ta’alaAzzawazalla.kita hendak lah dalam hidup ini tidak hanya melihat yang tersurat saja,tetapi juga yang tersirat. Dengan basyirah hati kita ini, biar saja mata melihat perbuatan alam,namun dalam hati melihat perbuatan Allah.
Biar saja telinga mendengar alam, namun hati kepada Allah. Biar saja mulut mengatakan perbuatan si A si B dan si C, namun hati tetap tercurah kepada Allah. Boleh saja buat misal sekedar untuk mendekatkan kepada Allah (kepada faham). Bahwa alam AKUAN yang kita lihat ini dengan bermacam-macam corak dan ragam, hendaknya tak ubahnya laksana kita melihat bayang2 yang man hati kita akan tertuju kepada yang punya bayang2 itu. Tidak mungkin bergerak bayang bayang, tanpa bergerak yang punya bayang2. Jadi kesimpulannya adalah : tiada yang hidup, tiada yang tahu, tiada yang kuasa, tiada yang berkehendak dan tiada yang berkata-kata pada hakikatnya melainkan Allah Ta’ala.
Adapun zahir sifat ini kepada mahluk adalah tempat memandang sifat2 Tuhan yang zahir pada mahluk, yakni bayang2 sifat tuhan kepada hamba. Seperti ujud kita adalah bayang2 ujud Allah Ta’ala. Mustahil ujud bayang2 dengan tiada ujud yang mempunyai/empunya bayang2. Dan mustahil pula bergerak bayang2 dangan tiada bergerak yang empunya bayang2. Bermula misal ini karena untuk menghampirkan faham jua adanya.
Jadi untuk kemantapan pandangan ini bahwa mahluk ini tiada mempunyai perbuatan barang perbuatan, hanya saja perbuatan yang ada dalam ala mini perbuatan,hanya saja perbuatan Tuhan Allah semata-mata. Dan jika engkau sangka ada perbuatan lainnya daripadanya, walaupun sebesar zarroh, maka sirik lah engkau,artinya : mensekutukan Tuhan dengan lainnya,(syirik khafi).
Demikianlah orang yang hendak me-esakan Allah Ta’ala pada Af’al atau perbuatan, tanamkanlah keyakinan kita itu kedalam lubuk jiwa yang sangat mendalam. ,sekira2/tidak bergeser walau sebesar zarrohpun, kalau sudah mantap pandangan akan Af’al Allah Ta’ala maka manunggallah perbuatanmu (manunggal dalam rahasia) dengan Af’al-Nya.
TAUHIDUL ASMA
ME-ESAKAN ALLAH TA’ALA PADA ASMA
Maksud dan tujuan meesakan Allah Ta’ala pada nama : yaitu yang sebenarnya ialah untuk mengenal Zat Allah,sehingga manakala kita memandang,mendengar,atau melihat nama apapun jua pada mahluk ini,maka tercurahlah pandangan basyirah kita dan perhatian kita kepada Allah s.w.t. Adapun pengertiaan meesakan sama itu ialah menyatukan,meninggalkan,dan mengembalikan seluruh nama-nama atau nama-nama yang ada pada mahluk ini,kepada nama dan Zat Allah Ta’ala. Baik nama-nama yang menurut hikmah dan manfa’at daripada benda ala mini ataupun nama-nama menurut perbuatan mahluk ini,yang disebut dengan nama perbuatan atau asmaul af’al. Sekira-kira dalam pandangan basyirah hati kita tidak ada yang bernama kecuali Allah. Jadi nama-nama ini tidak terbatas kepada asmaul husna saja,tetapi lebih luas dan lebih mendalam sekali atau tak dapat dihinggakan. Bermula kalfiat meesakan Allah Ta’ala pada asma itu,yaitu kita pandang dengan mata kepala dan dengan mata hati kita pada asma Tuhan semata. Atau harus dikembalikan kepada Allah Ta’ala dengan dalil-dalil dan alasan sebagai berikut :
1. Karena af’al mahluk adalah majhor dan kenyataan perbuatan Allah. Maka begitu juga asma mahluk adalah majhor asma Allah yang tujuannya adalah untuk mengenal Allah.
2. Tiap-tiap nama menuntut ujud musama,yakni tiap-tiap nama tidak pisah dengan zat yang empunya nama. Sedangkan kalau diperiksa dengan teliti dan dipandang dengan pandangan ma’rifat,maka tidak ada yang maujud pada hakikatnya kecuali Zat Allah Ta’ala.
3. Allah berfirman : WALILLAHIL ASMA UL HUSNA FAD’UHU BINAA. Artinya : Bagi Allah ada nama yang baik-baik ,maka beroleh kamu dengan DIA.
4. Sabda Rasulullah S.A.W : INNAMA TAD’UUMA MAN HUWA SAMI’UN BASYIRUN,MUTAKALLIMUN, WA HUWA MA’AKUM AINAMA KUNTUM. Artinya : hanya saja kamu berdoa kepada Tuhan yang maha mendngar lagi maha melihat,dan yang berkata-kata dan DIA selalu beserta kamu dimana saja kamu berada.
Adapun cara kita mamusahadakan pandangan ini ialah dengan dua cara yaitu : SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH dan SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH. Artinya : Pandang yang banyak pada yang satu. Dan pandang yang satu pada yang banyak. Disni hamba simpulkan saja bahwa : Seluruh ASMA ini dari Allah dan kembali kepada Allah. Jadi pada hakikatnya nama-nama yang ada pada mahluk ini nyata adalah : nama-nama Tuhan Allah.
Maka dari itu wahai sekalian penuntut,mantapkan lah pandanganmu dalam segala perkara,supaya ia tetap bagimu. Kalau sudah mantap pandanganmu, maka engkau yang bernama halifah Tuhan dalam dunia fana ini. Sekarang baiklah kita teruskan tentang meesakan sifat Allah Ta’ala. Tetapi sebelum kita membicarakan tentang meesakan sifat Allah Ta’ala : maka baiklah anda sekalian hamba bawa kepada membicarakan tentang ayat Alqur’an yang berbunyi : FA’ILUN ILALLAH, Artinya SEMUA KERJA DARI ALLAH. Maka yakinlah kita sekarang ini tak da yang perlu kita ragukan lagi. Karena sysk dan ragu itu adalah musuh kemerdekaan akal. Demikianlah penjelasan hamba mengenai tauhidul asma. Sekarang baiklah kita teruskan kepada membicarakan tentang me-esakan Allah Ta’ala pada sifat,artinya : seluruh sifat-sifat yang ada dalam alam ini,siempunya kepada sifat Hayat.
TAUHIDUS SIFAT
MEESAKAN ALLAH TA’ALA PADA SEGALA SIFAT
Maksudnya meesakan Allah Ta’ala pada segala sifat ialah : megembalikan, meninggalkan seluruh sifat-sifat yang ada pada mahluk ini kedalam sifat-sifat Allah s.w.t. dengan pengertian yaitu memfanakan sifat-sifat mahluk ini,kedalam sifat-sifat Allah Ta’ala sehingga tercapailah pandangan,bahwa tidak ada yang bersifat kecuali Allah Ta’ala saja.
Adapun tujuannya adalah untuk ma’rifat kepada Allah,sedangkan sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah nyata sifat-sifat Allah Ta’ala. Dan sengaja Allah sahirkan sifat-sifatnya itu kepada hambanya atau mahluknya, karena rahmatnya supaya mahluk itu sendiri mempunyai tangga dan jembatan untuk mengenal sifat-sifat Allah. Dan bukan jadi dinding dan hijab untuk melihat sifat-sifat Allah, Tuhan yang kita cari, kita cintai.
Adapun kaifiat dan cara memandang sifat Tuhan itu ialah :
Engkau pandang dengan hatimu dan dengan mata kepalamu dengan hakkul yakin dan dengan itiqad yang putus, bahwasanya tidak ada yang bersifat dialam alam ini kecuali Allah. Seperti : kudrat, iradat, ilmu, hayat, sama, basyar dan kalam. Semuanya adalah sifat-sifat Allah.
Jadi sifat-sifat yang ada pada mahluk ini adalah sifat-sifat majaji belaka,bukan hakiki. Maka daripada itu nyatalah kepada kita bahwa sifat-sifat yang ada pada kita sekarang ini adalah nyata sifat-sifat Tuhan Allah semata. Kalau kita sudah mengembalikan sifat-sifat yang ada pada kita itu kepada Allah, niscaya fanalah sifat-sifat kita itu kepada sifat-sifat Allah.
Sehingga tidak ada lagi yang bersifat,kecuali Allah. Jadi jelaslah sudah kepada kita bahwa : kita ini tidak punya perbuatan,tidak punya nama dan tidak punya sifat kecuali Tuhan. Sekarang tinggal lagi mengeesakan Allah Ta’ala pada Zatnya.
BEBERAPA PENJELASAN
Sebelum kita membicarakan tentang tauhidul Zat. Maka marilah kita jelaskan dahulu tentang tauhidis sifat itu tadi. Didalam istilah ilmu tasauf ada beberapa perkataan yang menyangkut masalah sifat itu tadi. Kata-kata itu seperti dibawah ini :
ZAIDUN MAAQAAMA, MANQALA, MANFAKA, MAAKUMA, LA’UDMA, QADIMUN, LA HANA.
Maksudnya ialah : tentang dari sifat-sifat itu sebagai berikut :
Sifat-sifat Allah itu tidaklah berdiri kepada ZAT. ( tidak berdirinya seprti sifat hitam kepada sesuatu benda ). Maksudnya tidak berpindah dari Zatnya, tidak terlepas daripada Zatnya. Dan tidak tersembunyi dari Zatnya, bukan berarti tidak ada. Dia qadim karena qadimnya zat,dan tidak akan binasa selamanya, jadi begitulah hakikat sifat-sifat Tuhan tidak pernah berpindah kepada mahluknya. Ia seperti nafi isbat jua,tidak bercerai dan tidak bersatu,tetapi memang satu dalam rahasia. Maka dari itu supaya hambanya dapat mengenal sifat-sifat Tuhan. Ia zahirkan NUR dan benderangnya sifat-sifatnya itu kepada Roh kita, seperti sudah kita jelaskan dahulu tadi.
Jadi kalau tahkik pandangan kita dengan cara demikian, niscaya fanalah sifat-sifat kita dan mahluk sekaliannya kedalam sifat Allah. Maka dapatlah kita rasakan bahwa : tidak mendengar kita, tidak melihat kita, tidak berkata-kata kita, tidak tahu kita, melainkan dengan pendengaran Allah, dengan penglihatan Allah, dengan kalam Allah, dengan tahunya Allah. Dan tidak hidup kita ini,melainkan hayatullah zat, hingga yang lainya daripada sifat-sifat Allah s.w.t. semata-mata. Demikianlah penjelasan hamba. Baiklah kita teruskan kepada mengeesakan Allah Ta’ala pada ZAT,agar supaya para penuntut menjadi maklum adanya.
TAUHIDUL ZAT
ME-ESAKAN ALLAH TA’ALA PADA ZAT
Meesakan Allah Ta’ala pada zat adalah jalan yang terakhir dari perjalan seorang salik. Disnilah titik terahir bagi arifibillah untuk menuju Allah dan disini perhentian perjalanan kaum sufi dan para wali-wali.
Dan disinilah batasnya mi’rojnya orang-orang mukmin sejati. Apabila sudah mencapai kepada makam tauhidul zat itu,maka diperolehnya kelezatan dan kenikmatan yang tiada taranya.
Hanya dengan itulah yang dapat memuaskan dahaga jiwanya : menenangkan qalbunya,nikmat-nikmat yang tak dapat diperoleh orang lainnya. Inilah puncak rasa menikmati ridhonya : puncak kebahagiaan yang kekal dan abadi sepanjang masa. Bermula kaifiat atau cara meesakan Allah Ta’ala pada zatnya, yaitu : engkau pandang dengan mata hatimu dan curahkan seluruh perhatianmu itu semata-mata kepada Tuhan seru sekalian alam. Karena sudah nyata kepada kita bahwa : TIADA YANG MAUJUD DALAM ALAM INI,KECUALI ALLAH. DAN TIADA MAUJUD YANG DALAM UJUD INI,HANYA ALLAH. TIADA/TIDAK DALAM JUBAH MELAINKAN ALLAH. DAN TIDAK ADA DIDALAM YANG ADA INI,KECUALI DIA. Karena sudah jelas bagi arifibillah,bahwa : AL HAK ADA PADA NABI KITA MUHAMMAD S.A.W.
Kalau alhak ada pada nabi,demikianlah ada pada kita. Demikianlah hamba tambahkan supaya anda menjadi faham,dan supaya dapat melaksanakan tugas masing-masing.
Firman Allah Ta’ala : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRROHU. Artinya insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya. Dan lagi firmannya : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRI WASIFATIN WA SIFATUN LAGOIRIH. Artinya insan itu rahasiaku, rahasiaku itu sifatku, dan sifatku itu tiada lain daripada aku jua. Jadi jelas kepada kita bahwa memang : LA MAUJUDA BIHAQQIN ILALLAH. Artinya tiada yang maujud didalam alam ini, melainkan Allah.
Pandangan yang demikian adalah dengan alasan-alasan :
1. Semua zat mahluk itu nampak dilihat dengan mata ini,itu bukan hakiki ( rusak ). Dan itu hanya ujud hayali dan wahmi jua,yaitu sangka-sangka saja,dengan tidak beralasan,karena ujudnya berada antara dua ADAM. Sedang ujud yang berada antara dua itu,hukumnya ADAM,yaitu : ujud hayal.
2. Sedang ujud Adam itu tiada maujud pada hakikatnya,hanyalah ia maujud kepada Allah Ta’ala yang hakiki dan fana dibawah ujudnya. Ujud yang lain daripada ujud Allah semuanya qaim,artinya berhajat kepada Allah Ta’ala. Jadi jelasnya begini dia tidak akan ujud,kalau tidak diwujudkan oleh Allah Ta’ala. Yaitu : yang biasanya disebut dengan majhor atau kenyataan ujud Allah Ta’ala.
3. Adanya nyata : dan semua ujud ala mini adalah yang dimaksudkan hanya sekedar dalil titian untuk memandang kepada zat Allah Ta’ala.
4. Jadi pada pelajaran yang lalu itu sudah kita jelaskan bahwa sifat-sifat yang ada pada mahluk ini nyata sifst-sifat Allah s.w.t. Jadi kalau demikian jelas dan nyata bahwa : zat mahluk ini berarti juga sesungguhnya nyata sifat dan afi ’al,tidak lepas dari zat.
5. Ujud semesta ala mini tak ubahnya laksana debu yang terbang atau diterbangkan oleh angin diangkasa : pada penglihatan mata ada,tapi kalu dicari tak ada. Kalau sekiranya ada ujud ala mini pada hakikatnya,maka pasti pula ada sifat-sifat atau af’al yang member bekas itu. Sedangkan semua itu sifat dan af’al yang memberi bekas itu tidaklah ada,selain daripada sifat dan af’al Allah Ta’ala semata-mata.
6. SYEH SIDIK IBNU UMAR KHAN berkata : Semua ujud lain daripada Allah Ta’ala,laksana ujud sesuatu yang kita lihat dalam mimpi. Tidak ada baginya hakikat apabila kita terbangun dari tidur,maka hilanglah semua itu. Begitulah hendaknya pandangan kita terhadap ujud ala mini sesuai dengan hadist yang berbunyi : FALANNASU NIYA’AFAIJA MA’ATU INTABAHUA. Artinya ; manusia adalah tidur apabila mereka mati,barulah mereka bangun atau jaga.
Baiklah hamba uraikan sedikit tentang hadist yang baru kit abaca tadi,supaya kita faham. Manusia semuanya itu tidur,apabila bangun barulah mereka jaga,maksud hadist ini tadi ialah : orang yang hidup dengan hawa nafsunya sendiri,bagaikan orang yang tidur,walaupun ia dalam keadaan bangun. Mereka berbangga dengan nafsunya sendiri dan dengan akuanya,tetapi orang yang telah sampai kepada rahasia yang satu itu,itulah orang yang bangun dari tidurnya. Jadi siapapun yang masih tidur,maka mereka itu tetap betah pada nafsunya sendiri,yaitu yang belum mengembalikan hak Allah Ta’ala,mereka itu tetap dalam hak Adam Demikianlah sepintas kilas hamba uraikan dan yang dimaksud mati disini ialah : mati ma’nawi atau mati ma’na saja. Itu sesuai dengan hadist nabi s.a.w. yang berbunyi : ANTAL MAUTU QOBLAL MAUTU. Artinya matikan dirimu sebelum engkau mati. Jadi disini adalah mati nafsu saja. Maka daripada itu untuk mematikan nafsu itu jalannya ialah melepaskan diri dari belenggu penjajahan hawa nafsu angkara murka. Jalannya ialah mengikuti jalan sufiah,yang mereka itu telah berada dipuncak. Demikian seperti apa-apa yang hamba uraikan menurut yang terdahulu itu. Untuk lebih mantapnya lagi, baiklah hamba bawa anda kedalam laut ma’rifat yang penuh dengan ombak dan badai,sehingga anda bisa mabuk karenanya. Mabuk disini artinya : Karam lenyap, hancur dan lebur kedalam hakikat hidup yang sebenarnya. Yaitu lebur kedalam hidup yang sejati telah Esa dengan seisi alam dan bersatu dengan seluruh per-kemanusiaan. Demikianlah contoh bagi orang yang hendak mengenal diri. Sekarang baiklah kita berkisar pula kepada membicarakan tentang makam fana atau maka binasa.
MAKAM FANA/MAKAN BINASA
Makam fana ialah : Hilangnya ujud kita ini lahir dan bathin. Bukan hilang pada nafsu ammaroh, tetapi hilang dalam pandangan makhluk, kalau kita sudah benar-benar memesrakan diri kita lahir bathin kepada Nur Muhammad dan bersatu dengan seluruh perikemanusiaan dan bersatu dengan seluruh perikemanusaiaan dan bersatu dengan seluruh alam, maka kalau sudah beroleh wasiat, hingga lenyaplah sifat2 Allah Ta’ala.
Inilah yang disebut dngan fana dan baqa,
1. kudrat kita lenyapkan kepada kudrat Allah Ta’ala,
2. iradat kita lenyapkan kepada iradat Allah Ta’ala,
3. ilmu kita lenyapkan kepada ilmu Allah Ta’ala,
4. hayat kta lenyapkan kepada hayatullah Zat,
5. pendengaran kita lenyapkan kepada pendengaran Allah Ta’ala,
6. penglihatan kita lenyapkan kepada penglihatan Allah Ta’ala,
7. perkataan kta lenyapkan kepada perkataan Allah Ta’ala.
Maksud diatas tadi ialah :
1. wala qadirun : tiada kuasa hanya Allah Ta’ala,
2. wala muridun : tiada berkehendak hanya Allah Ta’ala,
3. wala alimun : tiada tahu hanya Allah Ta’ala,
4. wala hayyun : tiada hayat/hidup hanya Allah Ta’ala,
5. wala basyirun : tiada melihat hanya Allah Ta’ala,
6. wala sami’un : tiada mendengar hanya Allah Ta’ala,
7. wala muttakalimun : tiada yang berkata-kata hanya Allah Ta’ala.
Jadi kalau sudah begini fana lah zat kita dan sifat kita zahir dan bathin,inilah dalilnya.
1. MAUJUDUN WAHIDUN : Ujud yang empunya ujud Esa.
2. WAJATUN WAMAUSUFUN : Zat dengan empunya zat adalah Esa jua.
3. SIFATUN WAMAUSUFUN,Wahidun sifatun wahidun ; sifat dengan empunya sifat adalah Esa.
4. ASMAUN WAMAUSFUN,Wa asmaun wahidun ; nama dengan yang empunya nama adalah Esa jua.
5. AF’ALUN WAMAUSUFUN,af’alun wahidun ; af’al dengan yang empunya af’al Esa jua.
Jadi inilah yang disebt arti dan makna yang sebenarnya daripada fana dan baqa itu tadi.
Inilah arti fana dan baqa yang dituntut oleh seorang salik/penuntut/tholib/murid. Adapun alam insan itu terhimpun kepada diatas daripada segala alam,jika bukan karena insane, se-suatu pun tiada dijadikan/dijahirkan oleh Tuhan selamanya. Dalil menyatakan : Al insane sirri wa ana sirrohu, artinya insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya. Dan lagi : Al insanu sirri wa ana sirri,sifatun wasifatin lagoirih : artinya ; insan itu rahasiaku,rahasiaku itu sifatku,tiada lain daripadaku jua.
Maka dari itulah insan dilebihkan oleh Allah Ta’ala daripada malaikat ; pun demikian lah hendaknya itikad kita adanya. Yaitu : itiqad yang putus adanya,dan tiadanya,dan adanya.
Kalau anda sudah faham benar berarti putus itiqadnya, dan tiadanya dan adanya; maka barulah mendapat makan ARIFIN yang sebenarnya. Baiklah hamba uraikan secara ringakas tentang; ADANYA DAN TIADANYA.
MANUNGGAL DUA UNSUR KETIDAK ADAANYA : ADALAH KEADAANYA,DAN KEADAANYA ADALAH KETIADAANYA.
Sekarang baiklah kita buat contoh/missal :
Kalimah : LA ILAHA ILLALAH itu meliputi sangkalan dan pengakuan. Adalah keadaan/ adanya dan tiadanya keadaannya/tiadanya, artinya : hakikat dari Tuhan adalah tiadanya? Dalam ketidak adaannya/tiadanya : DIA mulai ADA. Yang terakhir lagi disebut : keadaan yang abadi.
Itulah makna atau arti dari : ADANYA DAN TIADANYA.
Sekarang kita teruskan sedikit lagi tentang ada dan tiada. Keadaan yang abadi dan ketidak adaanya keduanya sekalian bersamaan (sekaligus bersamaan). Adalah merupakan : Ujud dati Tuhan. Sangkalan mengandung pengakuan yang positif.
Jadi disini sangkalan dan pengakuan tidaklah terpisah dan tidaklah tersentuh, maksudnya ialah : bercerai tidak ,bersatu tidak : akan tetapi keduanya Nafi dan dibatasi oleh kalimah ILA dan tidak boleh masuk kedalam kalimah ILLALLAH.
Selanjutnya kita harus tahu keadaan harus memberi petunjuk yang terang tentang apa yang dianggap ada, seperti suatu petunjuk terhadap yang ditunjuk.
Jadi rumus ILLALLAH adalah yang dianggap sebagai ADA. Maka mutlak lah nama keadaan yang maha mulia dari Tuhan Allah Azzawalla, hanya untuk dialah rumus ILALLAH itu tepat. Jadi kesimpulannya adalah : SERBA ESA,SERBA SATU,DAN HITUNGAN SEGALA JIWA-PUN ADALAH SATU (DALAM RAHASIA TUHAN).
Disini tidak ada lagi dua faham dalam ujud,tidak ada lagi dua kata dalam perbuatan,tidak ada lagi dua unsur dalam asma dan tidak ada lagi dua jenis kehidupan. Dan tidak ada lagi dua rumus dalam Zat dan Sifat segalanya : QADIRUN BI ZATIHI, MURIDUN BI ZATIHI, ALIMUN BIZATIHI, HAYUN BIZATIHI,SAMIUN BIZATIHI, BASYIRUN BIZATIHI, DAN MUTTAKALIMUN BIZATIHI.
Jadi siapa sudah Faham,merekalah yang beroleh ilham.
ISRAK DAN MIKRAJ
pada 4hb Julai 2011 pukul 9.18 pagi
PERISTIWA ISRAK DAN MIKRAJ
Sempena bulan Rejab yang banyak keberkatannya ini,peristiwa Israk dan Mikraj yang berlaku pada 27 Rejab, setahun sebelum Hijrah..... Penerangan yang diberikan adalah bersifat sepintas lalu, dan dicadangkan agar anda merujuk kepada ahli agama yang benar dan bertauliah seperti ustaz atau guru yang berkenaan bagi mendapatkan fakta dan huraian selanjutnya.
Ringkasan Peristiwa Israk Dan Mikraj......
Sebelum Israk dan Mikraj
Rasulullah S.A.W. mengalami pembedahan dada / perut, dilakukan oleh malaikat Jibrail dan Mika'il. Hati Baginda S.A.W.. dicuci dengan air zamzam, dibuang ketul hitam ('alaqah) iaitu tempat syaitan membisikkan waswasnya. Kemudian dituangkan hikmat, ilmu, dan iman.ke dalam dada Rasulullah S.A.W. Setelah itu, dadanya dijahit dan dimeterikan dengan "khatamun nubuwwah". Selesai pembedahan, didatangkan binatang bernama Buraq untuk ditunggangi oleh Rasulullah dalam perjalanan luar biasa yang dinamakan "Israk" itu.
Semasa Israk
Sepanjang perjalanan (israk) itu Rasulullah S.A.W. diiringi (ditemani) oleh malaikat Jibrail dan Israfil. Tiba di tempat-tempat tertentu (tempat-tempat yang mulia dan bersejarah), Rasulullah telah diarah oleh Jibrail supaya berhenti dan bersolat sebanyak dua rakaat. Antara tempat-tempat berkenaan ialah:
i. Negeri Thaibah (Madinah), tempat di mana Rasulullah akan melakukan hijrah.
ii. Bukit Tursina, iaitu tempat Nabi Musa A.S. menerima wahyu daripada Allah;
iii. Baitul-Laham (tempat Nabi 'Isa A.S. dilahirkan);
Dalam perjalanan itu juga baginda Rasulullah S.A.W. menghadapi gangguan jin 'Afrit dengan api jamung dan dapat menyaksikan peristiwa-peristiwa simbolik yang amat ajaib. Antaranya :
Kaum yang sedang bertanam dan terus menuai hasil tanaman mereka. apabila dituai, hasil (buah) yang baru keluar semula seolah-olah belum lagi dituai. Hal ini berlaku berulang-ulang.
Rasulullah S.A.W. dibertahu oleh Jibrail : Itulah kaum yang berjihad "Fisabilillah" yang digandakan pahala kebajikan sebanyak 700 kali ganda bahkan sehingga gandaan yang lebih banyak.
---
Di suatu tempat yang berbau harum. Rasulullah S.A.W. diberitahu oleh Jibrail : Itulah bau kubur Masyitah (tukang sisir rambut anak Fir'aun) bersama suaminya dan anak-anaknya (termasuk bayi yang dapat bercakap untuk menguatkan iman ibunya) yang dibunuh oleh Fir'aun kerana tetapt teguh beriman kepada Allah (tak mahu mengakui Fir'aun sebagai Tuhan).
----
Sekumpulan orang yang sedang memecahkan kepala mereka. Setiap kali dipecahkan, kepala mereka sembuh kembali, lalu dipecahkan pula. Demikian dilakukan berkali-kali. Jibrail memberitahu Rasulullah: Itulah orang-orang yang berat kepala mereka untuk sujud (sembahyang).
---
Sekumpulan orang yang hanya menutup kemaluan mereka (qubul dan dubur) dengan secebeis kain. Mereka dihalau seperti binatang ternakan. Mereka makan bara api dan batu dari neraka Jahannam. Kata Jibrail : Itulah orang-orang yang tidak mengeluarkan zakat harta mereka.
---
Satu kaum, lelaki dan perempuan, yang memakan daging mentah yang busuk sedangkan daging masak ada di sisi mereka. Kata Jibrail: Itulah lelaki dan perempuan yang melakukan zina sedangkan lelaki dan perempuan itu masing-masing mempunyai isteri / suami.
---
Lelaki yang berenang dalam sungai darah dan dilontarkan batu. Kata Jibrail: Itulah orang yang makan riba`.§
Lelaki yang menghimpun seberkas kayu dan dia tak terdaya memikulnya, tapi ditambah lagi kayu yang lain. Kata Jibrail: Itulah orang tak dapat menunaikan amanah tetapi masih menerima amanah yang lain
---
Satu kaum yang sedang menggunting lidah dan bibir mereka dengan penggunting besi berkali-kali. Setiap kali digunting, lidah dan bibir mereka kembali seperti biasa. Kata Jibrail: Itulah orang yang membuat fitnah dan mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak melakukannya.
---
Kaum yang mencakar muka dan dada mereka dengan kuku tembaga mereka. Kata Jibrail: Itulah orang yang memakan daging manusia (mengumpat) dan menjatuhkan maruah (mencela, menghinakan) orang.
---
Seekor lembu jantan yang besar keluar dari lubang yang sempit. Tak dapat dimasukinya semula lubang itu. Kata Jibrail: Itulah orang yang bercakap besar (Takabbur). Kemudian menyesal, tapi sudah terlambat.
---
Seorang perempuan dengan dulang yang penuh dengan pelbagai perhiasan. Rasulullah tidak memperdulikannya. Kata Jibrail: Itulah dunia. Jika Rasulullah memberi perhatian kepadanya, nescaya umat Islam akan mengutamakan dunia daripada akhirat.
---
Seorang perempuan tua duduk di tengah jalan dan menyuruh Rasulullah berhenti. Rasulullah S.A.W. tidak menghiraukannya. Kata Jibrail: Itulah orang yang mensesiakan umurnya sampai ke tua.§
Seorang perempuan bongkok tiga menahan Rasulullah untuk bertanyakan sesuatu. Kata Jibrail: Itulah gambaran umur dunia yang sangat tua dan menanti saat hari kiamat.
---
Setibanya di masjid Al-Aqsa, Rasulullah turun dari Buraq. Kemudian masuk ke dalam masjid dan mengimamkan sembahyang dua rakaat dengan segala anbia` dan mursalin menjadi makmum.
Semasa Mikraj ( Naik ke Hadhratul-Qudus Menemui Allah ):
Didatangkan Mikraj (tangga) yang indah dari syurga. Rasulullah S.A.W. dan Jibrail naik ke atas tangga pertama lalu terangkat ke pintu langit dunia (pintu Hafzhah).
Langit Pertama: Rasulullah S.A.W. dan Jibrail masuk ke langit pertama, lalu berjumpa dengan Nabi Adam A.S. Kemudian dapat melihat orang-orang yang makan riba` dan harta anak yatim dan melihat orang berzina yang rupa dan kelakuan mereka sangat huduh dan buruk. Penzina lelaki bergantung pada susu penzina perempuan.i.
Langit Kedua: Nabi S.A.W. dan Jibrail naik tangga langit yang kedua, lalu masuk dan bertemu dengan Nabi 'Isa A.S. dan Nabi Yahya A.S.ii.
iii. Langit Ketiga: Naik langit ketiga. Bertemu dengan Nabi Yusuf A.S.
iv. Langit Keempat: Naik tangga langit keempat. Bertemu dengan Nabi Idris A.S.
v. Langit Kelima: Naik tangga langit kelima. Bertemu dengan Nabi Harun A.S. yang dikelilingi oleh kaumnya Bani Israil.
vi.
Langit Ketujuh: Naik tangga langit ketujuh dan masuk langit ketujuh lalu bertemu dengan Nabi Ibrahim Khalilullah yang sedang bersandar di Baitul-Ma'mur dihadapi oleh beberapa kaumnya. Kepada Rasulullah S.A.W., Nabi Ibrahim A.S. bersabda, "Engkau akan berjumapa dengan Allah pada malam ini. Umatmu adalah akhir umat dan terlalu dha'if, maka berdoalah untuk umatmu. Suruhlah umatmu menanam tanaman syurga iaitu vii. LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAHMengikut riwayat lain,. Bagi orang yang membaca setiap kalimah ini akan ditanamkan sepohon pokok dalam syurga". Setelah melihat beberpa peristiwa lain yang ajaib. Rasulullah dan Jibrail masuk ke dalam Baitul-Makmur dan bersembahyang (Baitul-Makmur ini betul-betul di atas Baitullah di Mekah).dan SUBHANALLAH, WAL-HAMDULILLAH, WA LA ILAHA ILLALLAH ALLAHU AKBAR
Tangga Kelapan: Di sinilah disebut "al-Kursi" yang berbetulan dengan dahan pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. menyaksikan pelbagai keajaiban pada pokok itu: Sungai air yang tak berubah, sungai susu, sungai arak dan sungai madu lebah. Buah, daun-daun, batang dan dahannya berubah-ubah warna dan bertukar menjadi permata-permata yang indah. Unggas-unggas emas berterbangan. Semua keindahan itu tak terperi oleh manusia. Baginda Rasulullah S.A.W. dapat menyaksikan pula sungai Al-Kautsar yang terus masuk ke syurga. Seterusnya baginda masuk ke syurga dan melihat neraka berserta dengan Malik penunggunya.viii.
Tangga Kesembilan: Di sini berbetulan dengan pucuk pokok Sidratul-Muntaha. Rasulullah S.A.W. masuk di dalam nur dan naik ke Mustawa dan Sharirul-Aqlam. Lalu dapat melihat seorang lelaki yang ghaib di dalam nur 'Arasy, iaitu lelaki di dunia yang lidahnya sering basah berzikir, hatinya tertumpu penuh kepada masjid dan tidak memaki ibu bapanya.ix.
Tangga Kesepuluh: Baginda Rasulullah sampai di Hadhratul-Qudus dan Hadhrat Rabbul-Arbab lalu dapat menyaksikan Allah S.W.T. dengan mata kepalanya, lantas sujud. Kemudian berlakulah dialog antara Allah dan Muhammad, Rasul-Nya: x.
Allah S.W.T : Ya Muhammad.
Rasulullah : Labbaika.
Allah S.W.T : Angkatlah kepalamu dan bermohonlah, Kami perkenankan.
Rasulullah : Ya, Rabb. Engkau telah ambil Ibrahim sebagai Khalil dan Engkau berikan dia kerajaan yang besar. Engkau berkata-kata dengan Musa. Engkau berikan Dawud kerajaan yang besar dan dapat melembutkan besi. Engkau kurniakan kerajaan kepada Sulaiman yang tidak Engkau kurniakan kepada sesiapa pun dan memudahkan Sulaiman menguasai jin, manusia, syaitan dan angin. Engkau ajarkan 'Isa Taurat dan Injil. Dengan izin-Mu, dia dapat menyembuhkan orang buta, orang sufaq dan menghidupkan orang mati. Engkau lindungi dia dan ibunya daripada syaitan.
Aku ambilmu sebagai kekasih. Aku perkenankanmu sebagai penyampai berita gembira dan amaran kepada umatmu. Aku buka dadamu dan buangkan dosamu. Aku jadikan umatmu sebaik-baik umat. Aku beri keutamaan dan keistimewaan kepadamu pada hari qiamat. Aku kurniakan tujuh ayat (surah Al-Fatihah) yang tidak aku kurniakan kepada sesiapa sebelummu. Aku berikanmu ayat-ayat di akhir surah al-Baqarah sebagai suatu perbendaharaan di bawah 'Arasy. Aku berikan habuan daripada kelebihan Islam, hijrah, sedekah dan amar makruf dan nahi munkar. Aku kurniakanmu panji-panji Liwa-ul-hamd, maka Adam dan semua yang lainnya di bawah panji-panjimu. Dan Aku fardhukan atasmu dan umatmu lima puluh (waktu) sembahyang.:Allah S.W.T
Selesai munajat, Rasulullah S.A.W. di bawa menemui Nabi Ibrahim A.S. kemudian Nabi Musa A.S. yang kemudiannya menyuruh Rasulullah S.A.W. merayu kepada Allah S.W.T agar diberi keringanan, mengurangkan jumlah waktu sembahyang itu. Selepas sembilan kali merayu, (setiap kali dikurangkan lima waktu), akhirnya Allah perkenan memfardhukan sembahyang lima waktu sehari semalam dengan mengekalkan nilainya sebanyak 50 waktu juga.
Selepas Mikraj
Rasulullah S.A.W. turun ke langit dunia semula. Seterusnya turun ke Baitul-Maqdis. Lalu menunggang Buraq perjalanan pulang ke Mekah pada malam yang sama. Dalam perjalanan ini baginda bertemu dengan beberapa peristiwa yang kemudiannya menjadi saksi (bukti) peristiwa Israk dan Mikraj yang amat ajaib itu (Daripada satu riwayat peristiwa itu berlaku pada malam Isnin, 27 Rejab, kira-kira 18 bulan sebelum hijrah). Wallahu'alam.
(Sumber : Kitab Jam'ul-Fawaa`id)
Kesimpulannya Peristiwa Israk dan Mikraj bukan hanya sekadar sebuah kisah sejarah yang diceritakan kembali setiap kali 27 Rejab menjelang. Adalah lebih penting untuk kita menghayati pengajaran di sebalik peristiwa tersebut bagi meneladani perkara yang baik dan menjauhi perkara yang tidak baik. Peristiwa Israk dan Mikraj yang memperlihatkan pelbagai kejadian aneh yang penuh pengajaran seharusnya memberi keinsafan kepada kita agar sentiasa mengingati Allah dan takut kepada kekuasaan-Nya.
(Surah Al-Israa': Ayat 1). Peristiwa Israk dan Mikraj itu merupakan ujian dan mukjizat yang membuktikan kudrat atau kekuasaan Allah Subhanahu Wataala. Allah Subhanahu Wataala telah menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan kebesaran-Nya kepada Baginda Sallallahu Alaihi Wasallam. Seandainya peristiwa dalam Israk dan Mikraj ini dipelajari dan dihayati benar-benar kemungkinan manusia mampu mengelakkan dirinya daripada melakukan berbagai-bagai kejahatan. Kejadian Israk dan Mikraj juga adalah untuk menguji umat Islam (apakah percaya atau tidak dengan peristiwa tersebut). Orang-orang kafir di zaman Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam langsung tidak mempercayai, malahan memperolok-olokkan Nabi sebaik-baik Nabi bercerita kepada mereka.
Adapun kemudian dari pada itu diketahui olehmu hai thalib, bahwasannya tiada sempurna bagi seseorang mengenal dirinya, jika tidak ada tahu akan asalnya diri. (kejadian diri) dan mengetahui akan yang mula-mula dijadikan Allah Subhanahu wata’ala, seperti sembahyang mula-mula dijadikan Allah subhanahu wata’ala. Seperti sembah ABDILLAH bin ABBAS R.A. katanya, Ya Junjunganku, apakah jua yang mula-mula dijadikan Allah Subhanahu wata’ala. Maka sabda Nabi Muhammad SAW. Yang artinya : Bahwasannya Allah Ta’ala menjadikan dahulu daripada segala Asyia ini yaitu NUR NABIMU. Maka nyatalah Roh Nabi kita Muhammad SAW itu dijadikan lebih dahulu daripada Asyia, dan lagi dijadikan Allah Ta’ala daripada ZATnya, seperti kata Syeh Abdulwahab yang artinya; Allah Ta’ala menjadikan Roh Nabi Muhammad itu daripada Zat-nya. Dan menjadikan sekalian ala mini jadi daripada NUR NABI MUHAMMAD. Maka nyatalah Roh sekalian alam ini daripada NUR MUHAMMAD dan segala batang tubuh kita ini jadi daripada ADAM seperti Sabda Nabi Muhammad Saw. Yang artinya : Aku adalah bapak oleh sekalian ROH dan Nabi ADAM adalah bapa oleh segala batang tubuh, Karena Nabi ADAM itu dijadikan ia daripada Tanah, seperti Firman Allah yang artinya; aku jadikan INSAN ADAM daripada tanah, tanah itu adalah NUR yang dijadikan ia daripada AIR, dan AIR itu NUR MUHAMMAD SAW. Maka nytalah ROH kita Tubuh kita Tubuh kita serta sekalian ala mini jadi daripada NUR MUHAMMAD SAW. Maka nyatalah ROH kita tubuh kita serta sekalian ala mini jadi daripada NUR MUHAMMAD kepada ROHMU dan kepala BATANG TUBUHMU dan kepada sekalian kainat, insya Allah melihatlah engkau akan keelokan dan Dzat wajibal wujud lagi yang suci adanya, karena tubuh kita yang samar ini sekali-kali tiada dapat mengenal ALLAH TA’ALA karena ia NUR MUHAMMAD dan me-musyahadahkan NUR MUHAMMAD, adalah ia memesakan TUHANNYA dan sebagai bukti (dalil) keadaan akan kezairan dan kenyataan bag ujudnya, maka bagi tiap-tiap yang datang kepadamu itu seperti; penglihat, pendengar, pengrasa, dan lain sebagainya, yaitu semata-mata sebab NUR MUHAMMAD jua. Seperti firman Allah Ta’ala yaitu NUR, dan firman Allah yang artinya barang yang dating kepadamu yaitu hak Allah yang artinya barang yang datang kepadamu yaitu hak Allah daripada Tuhanmu, yaitu NUR dan kepada NUR itulah perhimpunan dan perjalanan segala AULIA dan ARABIA yang mursalin mengenal ALLAH TA’ALA dan mula-mula sampai pendapat Aribillah pada martabat ini karena ia asal kejadian alam seperti Firman Allah didalam Hadist Qudsyi yang artinya ; Ya, MUHAMMAD, engkau kujadikan karena-ku dan aku jadkan semesta sekalian ala mini karenamu. Maka sabda Nabi MUHAMMAD SAW. Yang artinya ; Aku daripada Allah dan sekalian MU’MIN daripada aku. Maka hendaklah berpegang kepada NUR itu, Cuma ada didalam ibadat atau lainnya. Yang lain daripada pekerjaan. Kemudian ketahui pula olehmu akan sebenar-benarnya diri, seperti kata Syeh ABDUR RAUP ; Bermula yang sebenar-benarnya diri itu adalah NYAWA dan yang sebenar-benarnya NYAWA itu adalah NUR MUHAMMAD dan se-benar-benarnya NUR MUHAMMAD itu adalah SIFAT dan se-benar-benarnya SIFAT itu adalah ZAT HAYAT bukan ZAT HAYUN. Tetapi tiada lain kata setengah ulama, bermula yang sebenar-benarnya DIRI itu adalah ROH, tatkala ia asuk bagi sekalian tubuh maka bernama NAFAS,Dan tatkala ia berkehendak bernama HATI, dan tatkala ia ingin sesuatu bernama NAFSU dan tatkala ia dapat memilih akan sesuatu bernama ICHTIAR, dan tatkala ia percaya akan sesuatu bernama IMAN, dan tatkala ia dapat memperbuat barang sesuatu bernama AKAL, dan poko/pangkal AKAL itu adalah ILMU itulah se-benarnya DIRI, dan kepada diri itulah ZAHIRNYA TUHAN, seperti sabda nabi MUHAMMAD SAW. ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI, artinya Lahir Tuhan itu ada pada bathin hambanya, yakni pada ILMU HAKIKAT yang putus adanya dan tiadanya dan Esanya. Kemudian daripada itu maka hendaklah engaku kenal DIRI itu supaya sempurna mengenal ALLAH TA’ALA, seperti Sabda Nabi MUHAMMAD SAW. MAN ARRAFA NAFSAHU FAQAD ARRAFA RABBAHU, artinya, barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya menegenal akan Tuhannya. Bermula mengenal DIRI itu terdiri atas 2 (dua) perkara; Pertama hendaklah kita ketahui Asal diri seperti yang tersebut di atas tadi, Kedua hendaklah MATIKAN DIRIMU seperti Firman Allah; ANTAL MAUTU QABLAL MAUTU artinya matikan dirimu sebelum kamu mati. Bermula mematikan diri itu seperti ; WALA QADIRUN, WALA MUDIRUN WALA ALIMUN, WALA HAYUN, WALA SAMI’UN WALA BASHIRUN, WALA MUTAKALIMUN, artinya ; tiada hambanya kuasa, tiada berkehendak, tiada tahu, tiada hidup, tiada mendengar, tiada melihat, tiada berkata-kata. Yang kuasa hanya Allah, yang tahu hanya Allah, yang hidup Allah, yang mendengar Allah, yang melihat Allah, berkata-kata Allah serta Maujud dan Esa Allah jua. Maka falah sekalian DIRI itu di dalam DIRI Ahdiat Allah yakni ; fanalah di dalam ILMUNYA ALLAH yang Qadim adanya. Kemudian daripada itu maka hendaklah diketahui akan SYIR ALLAH didalam UJUD IHSAN ini, niscaya senantiasa di dalam dosa, seperti Sabda Nabi MUHAMMAD SAW, yang artinya ; Bermula ADAM itu di dosa yang amat besar dan dosa itu sebagiannya yakni tiada sempurna mengenal Allah Ta’ala jikalau diri di dalam kebaktian, karena kebaktian itu adalah umpama JASAD dan ROH, demikian pula kebaktian tiada sempurna jika tiada dengan ILMU, demikianlah adanya. Adapun SYIR ALLAH DIDALAM UJUD INSAN itu seperti Firman Allah di dalam Hadist Qudsyi yang artinya ; bermula INSAN itu RAHASIAKU dan AKUPUN RAHASIANYA. Dan lagi Firman Allah di dalam Hadist Qudsyi yang artinya ; INSAN itu RAHASIAKU dan AKU RAHASIANYA, atau RAHASIAKU itu SIFATKU dan sifatku itu tiada lain daripada AKU. Maka kata GHAUSYALU AZIM yang artinya ; TUBUH MANUSIA, NAFSUNYA, HATINYA, NYAWANYA, PENDENGARANNYA, PENGLIHATANNYA, TANGANNYA, KAKINYA, dan sekalaiannya itu AKU nyatakan dengan azzaku dirinya bagi diriku itu tiada lain daripada AKU, dan aku tiada lain nDARIPADANYA. Dan ketahui olehmu bahwasannya HAK ALLAH SUBHANAHU TA’ALA itu tiada ia berdengan segala AF’ALNYA seperti Firman Allah “WAHUWA MA’AKUM AINAM KUNTUM” artinya Tiada ada kamu, Allah Ta’ala beserta kamu, dan lagi Firman Allah. Artinya di dalam DIRI KAMU jua AKU, maka tiadalah KAMU melihat akan DAKU, karena aku terlehampir daripada HATI MATAMU YANG HITAM DENGAN YANG PUTIH. Maka hendaklah engkau tilik tiap-tiap sesuatu daripada ala mini ALLAH TA’ALA serta di dalamnya, seperti sabda Nabi MUHAMMAD SAW yang artinya, barang siapa menilik kepada sesuatu, jika tiada dilihatnya Allah Ta’ala didalamnya, maka tiliknya itu bathal yakni sia-sia. Maka kata Syaiyidina ABU BAKAR artinya ; tiada aku lihat akan sesuatu melainkan padahal aku lihat Allah Ta’ala dahulunya. Jadi yang mengata kalimah LAILAHA ILLA ALLAH itu tiada lain IA jua memuji DIRI-NYA, seperti Firman Allah di dalam Qur’an :
1. ABABARALLAH ILLALIAH artinya ; Tiada yang menyebut Allah hanya Allah
2. LAYA’JAHARALIAH ILLALLAH artinya ; Tiada yang menyembah Allah hanya Allah
3. LAYU’RIFULLAH ILLALLAH artinya ; Tiada yang melihat Allah hanya Allah
4. LAYA’BUDULLAH ILLALIAH artinya ; Tiada yang mngenal Allah hanya Allah
1. ZAT bagi ALLAH, NAFSIAH pada MUHAMMAD, NAFAS pada ADAM
2. SIFAT bagi ALLAH, SALBIAH pada Muhammad, TUBUH pada ADAM
3. ASMA bagi ALLAH, MA’ANI pada MUHAMMAD, HATI pada ADAM
4. AF’AL bagi ALLAH, MA’NAWIYAH pada MUHAMMAD, RAHASIA pada ADAM
Kemudian yang empat sifat itu dibagi dua :
1. Pertama ; SIFAT mengadakan SYORGA dan NERAKA
2. Kedua ; SIFAT mengadakan DOSA dan PAHALA, jahat dan baik
I. ISTIGNA bagi Allah, SIFAT KETUHANAN pada MUHAMMAD, ILMU pada ADAM
II. ISTIGFAR bagi Allah, SIFAT BERCAHAYA (NUR) pada MUHAMMAD ADA pada ADAM
Adapun yang terkandung didalam yang empat sifat ini ;
1. SIFAT NAFSIAH = ialah NYAWA, pada kita
2. SIFAT SALBIAH = ialah KULIT, URAT, TULANG, DAGING, DAN
DARAH
3. SIFAT MA’ANI = ialah HATI, JANTUNG, SIMIT, RABU, EMPEDU, DAN
RAMBUT
4. SIFAT MA’NAWIYAH = ialah OTAK, SUMSUM, MENDENGAR, MELIHAT,
MENCIUM, BERKATA
Inilah yang dinamakan asal tubuh kita daripada sifat (empat sifat adanya).
ASYHADU ALLA ILAHA ILLA ALLAH = Zat Wajibal wujud, qadim yang kusembah
WAASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH = harap kurnia ampun, Rahmad dari pada Allah.
Adapun SEMBAHYANG LIMA WAKTU terhimpun didalam ALHAMDU, keluar daripada CAHAYA MANIKAM yang PUTIH yaitu HATI pada kita.
ALIF = SUBUH dua raka’at ROH dan JASAD. Keluar daripada CAHAYA MANIKAM
yang HIJAU yaitu EMPEDU pada kita.
LAM = ZUHUR empat raka’at DUA KAKI (empat potong/ruas) keluar daripada
CAHAYA MANIKAM yang MERAH yaitu PARU-PARU pada kita.
HA = ASHAR empat raka’at DUA TANGAN (empat potong/ruas) keluar daripada
CAHAYA MANIKAM yang KUNING yaitu JANTUNG pada kita.
MIM = MAGHRIB tiga raka’at DUA LOBANG HIDUNG + SATU LOBANG KULIT.
Keluar daripada CAHAYA MANIKAM yang HITAM, LIMPA pada kita.
DAL = ISYA empat raka’at DUA BIJI MATA + DUA LOBANG KUPING, Amal ROH
ialah NYAWA, Amal HAti ialah PENGETAHUAN, Amal TUBUH ialah
BADAN.
HUKUM SYAHADAT : Pertama = Mengesakan Zat Allah Ta’ala : ADA. DIA KEKAL
BERSALAHAN dan BERDIRI SATU.
Kedua = Mengesakan Sifat Allah Ta’ala HIDUP, TAHU,
KUASA, BERKEHENDAK, MENDENGAR,
MELIHAT dan BERKATA-KATA.
Ketiga = Mengesakan Af’al Allah Ta’ala ; yang HIDUP, YG
TAHU, YG KUASA, YG BERKEHENDAK, YG
MENDENGAR, dan YG BERKATA-KATA.
Keempat= Meng-esakan kebenaran Rasulullah Saw
PERCAKAPAN YG BENAR, PERJALANAN YANG
BENAR, DAN PENGETAHUAN YANG BENAR.
LA ILAHA ILLA ALLAH, ialah nama bagi ROHUL HAYAT
MUHAMMADAR RASULULLAH, ialah nama bagi TUBUH INSAN KAMIL.
LA ILAHA ILLA ALLAH = LA ; Sifat Mafsiah. ILAHA ; Sifat salbiah, ILLA : Sifat
Ma’ani, dan ALLAH Sifat Ma’nawiyah.
LA = Kalimah IMAN, artinya IMAN itu percaya didalam hati kepada Allah.
ILAHA = Kalimah ISLAM, artinya ISLAM itu mengerjakan segala perintah
ALLAH, dan menjunjung segala perintah ALLAH serta menjauhi segala
yang dlarang oleh ALLAH.
ILLA = Kalimah TAUHID, artinya itu mengesakan ALLAH daripada segala
SIFAT yang bersekutu dengan ALLAH.
ALLAH = Kalimah MA’RIFAT, artinya MA’RIFAT itu pengenalan kepada Allah
dengan jalan MA”RIFAT yang putus.
Kemudian diketahui olehmu hai Thalib, adapun yang dinamakan ISLAM itu daripada Kalimah LAILAHAILLALLAHI. Maka wajib diketahui dahulu Kalimah itu barulah dinamakan ISLAM, yang asalnya demikian Firman Allah ; WA’TASHINU BIHABILLAHI SAMI’AN WALA WALA TAPARRAQU, artinya ; berpeganglah kamu kepada tali Allah dan janganlah engkau bercerai. Adapun berpegang kepada tali Allah itu adalah seperti yang tersebut dibawah ini.
HU = Puji NYAWA, zikir waktu naik, nyawa keluar.
ALLAH = Puji ROH, zikir waktu turun, nyawa masuk.
ZIKIR ALLAH = Sama dengan Zikir LA ILLAHA ILLA ALLAH.
Maka kata Syaiyidina UMAR ; WAMA RAAITU SYAI’AN ILLA WARRAITUL LAHI BA’DAH, artinya Tiada aku lihat akan sesuatu melainkan aku lihat Allah Ta’ala sertanya. Dan berkata SYAIYIDINA ALI ; WAMA RAAITU SYAI’AN ILLA WARRAITULLAHI FIHI ; artinya Tiada aku lihatakan sesuatu melainkan aku lihat Allah Ta’ala di dalamnya. Maka sekalian dalil dan hadist serta sekalian kata sahabat-sahabat ini adalah perhimpunan WAHDAH Seperti Firman Allah ; ALLAHU BIKULLI SYA’IN MUHITH, artinya Allah Ta’ala itu meliputi ia bagi tiap-tiap sesuatu, seperti BESI diliputi oleh API. Begitulah pandang kita kepada Allah Ta’ala tempat perhimpunan daripada LAILAHA ILALLAH didalam TAKBIRATUL IHRAM, dan segala niat dan I’tikad inilah jalannya, maka berhimpunlah 4 (empat) huruf itu pada kalimah ALLAH. Huruf Allah itu apabila dihilangkan huruf ALIF maka terbacalah LILLAH, apabila dihilangkan huruf LAM AWAL maka terbacalah oleh kita LAHU, apabila dihilangkan huruf LAM ACHIRNYA, maka terbacalah oleh kita HU, dan apabila fana huruf LAM itu, maka tiadalah dapat terbaca lagi ALLAH tersebut. Untuk mengetahui dengan sesungguhnya atas kefanaan atau setelah fananya huruf HA ini, maka bicarakanlah olehmu baik-baik. Hai salah seorang yang meuntut ilmu jalan kepada Allah Ta’ala. Bicarakanlah olehmu baik-baik huruf atau perkataan itu (perkataan Allah itu) dengan seorang Guru yang boleh atau berhak mengeluarkannya perkataan yang sedikit ini,karena perkataan ini terlebih keras daripada DUNIA ini, terlebih keras daripada BATU, terlebih keras daripada BESI dan terlebih keras daripada Segala yang keras dan jikalau tiada ilmunya, sekalian amalnya dan Itikadnya, maka jauhilah daripada makam Nabi MUHAMMAD SAW. Inilah jalannya SYUFI, ARIBILLAH dan ALIMBILLAH namanya.
Inilah jalan bagi segala AULIA dan AMBIA, segala jalan ARIBILLAH itu tiada ia menilik DIRINYA itu ada baginya UJUD lain selain UJUD ALLAH Ta’ala semata-mata. Bagi Allah Ta’ala jua yang ada baginya UJUD dan baginya ZAT dan baginya SIFAT BAQA seperti firman Allah ; MAN ARAFA NAFSAHU BIL FANA’I, FAQAD ARAFA RABBAHU BIL BAQA’I, artinya ; Barang siapa mengenal DIRINYA dengan FANA, bahwasannya dikenalnya TUHANNYA DENGAN BAQA. Bermula inilah jalan NABI MUHAMMAD mengenal kepada Allah Ta’ala yaitu HADAP YG TIADA BERPUTUS, tiada BERKETIKA, tiada LALAI, tiada LUPA, tiada berkeputusan, atau BERKESUDAHAN siang dan malam, senantiasa CINTA dan KASIH kepada ALLAH TA’ALA, baik pada waktu Tidur maupun jaganya. Inilah yang sebenar-benarnya jalan MA’RIFAT kepada ALLAH TA’ALA, yaitu menghilangkan segala pekerjaan dunia, mengerjakan akan ilmunya dan menghancurkan akan segala pandangannya, maka berhimpunlah kesemuanya ini daripada huruf HA seperti disebutkan terdahulu. Maka disanalah kita MEMATIKAN UJUD DIRI KITA, SIFAT KITA, ASMA KITA, DAN AF’AL KITA. Demikianlah kita mencari yang dinamakan RAHASIA ALLAH dengan MUHAMMAD. Adapun orang AHLI SHUFI mengucapkan ZIKIR ALLAH itu ada empat perkara kesempurnaannya :
1. LA ILAHA ILLA ALLAH pada Syari’at : Tiada ada Tuhan yang lain hanya Allah.
2. LA ILAHA ILLA ALLAH pada Tharikat : Tiada aku kasih yang lain hanya Allah.
3. LA ILAHA ILLA ALLAH pada Hakikat : Tiada aku kasih yang lain hanya Allah.
4. LA ILAHA ILLA ALLAH pada Ma’rifat : Tiada ujud sesuatu hanya ujud Allah.
1. Barang siapa menyebut LAILAHAILLALLAH dengan katanya tiada lidahnya, maka kafirlah orang itu pada zahirnya dan selamanya pada bathinnya.
2. Barang siapa menyebut LAILAHAILLALLAH dengan lidahnya dan tiada tasdik hatinya, maka kafirlah ia.
3. Barang siapa menyebut LAILAHAILALLAH dengan lidahnya dan tasdik hatinya, maka orang mu’miniah ia dengan se-benarnya mu’min.
4. Barang siapa mengekalkan ia akan ujud itu, maka fanalah ia di dalam menyebut LA ILAHAILALLAH, maka orang itu WALI ALLAH, karena kita ini ke ESAAN ujud ALLAh jua, sebab ujud Allah itu ujud HAKIKI dan ujud kita ini hanya ujud MUJAJI.
Adapun tandil tergangi tiada mempunyai Ujud hanya Allah Ta’ala. Adapun kita ini hamba-nya artinya MUNAJAT itu berkata-kata, adapun yang berkata ALLAHU AKBAR itu Allah jua, bukannya kita, karena kita ini hamba-nya. Adapun MI’RADJ itu LAIP, adapun LAIP itu tiada mempunyai DIRI, melainkan hanya Allah Ta’ala bukannya kita, karena kita ini hambanya,
adapun IHRAM itu artinya ter-cegang adapun ter-cengeng itu tiada tahu akan dirinya dan dia tahu maka apabila hapuslah/fanalah dan tiada kelihatan ujud lagi ujud diri kita, maka disanalah tempat kita menanamkan diri dengan Tuhan kita AZZA WAZALLA, dan barulah kita bertemu GAIB dalam GAIB, Ujud didalam Ujud, Zat didalam Zat, Sifat didalam Sifat, asma didalam Asma, Af’al didalam Af’al, Syir didalam Syir, Rahasia didalam Rahasia dan Rasa didalam Rasa, maka disanalah kita menerima ZAUK WADJDAN dan ASYIK menghasiki, inilah dalil yang menunjukkan diri kepada ALLAH TA’ALA.
Kedua martabat WAHDAH : artinya ESA karena Tunasah dan Tasbih ialah perhimpunan SHALIK dan seperti laut dengan ombak maka tiadalah bercerai keduanya, maka dinamai TA’IM AWAL artinya CINTA PERTAMA, yang bernama ALLAH dan MUHAMMAD, bernama ZAT dengan ZAT, maka yaitu Sifat Allah Ta’ala : WAHUWA MA AKUM AINAMA KUNTUK, artinya ; dimana saja kamu berada Allah Ta’ala beserta kamu. Dan mula serta itu tiada bercerai ZAT dengan SIFAT, tiada bercerai TUHAN dengan MAKHLUK, adapun menurut kelakuan disini ZAT UJUD ILMU NUR SYUHUD itu dinamai yaitu HAKIKAT ASYIA, artinya ada yang se-benarnya, perkara yang maklum bukan perkara ilmu (segala ilmu) Allah Ta’ala kemudiannya dan lagi seperti kata para sahabat-sahabat Nabi terdahulu. Inilah pandangan orang aribillah yang sebenar-benarnya jalan MA’RIFAT kepada ALLAH TA’ALA. Begitu pula pandang kita.
Adapun yang terhimpun didalam tubuh kita ada DUA ROH, yang hendak diketahui ; Pertama. ROH yang dinamakan ROH QUDUS
Kedua, ROH yang dinamakan ROHANI,
zikir sebutan ROHANI itu ucapannya – ALLAH-ALLAH
ROH QUDUS itu ucapannya – HU – HU
Tiada tahu akan Tuhannya, hanya bertemu GAIB didalam GAIB, SYEKH MUHAMMAD USMAN pernah berwasiat kepada anaknya, yang artinya ; Hai anakku tiada dapat tidak atau jangan tidak, wajib engkau ketahui serta engkau I’tikadkan didalam hatimu ilmu yang 5 (lima) perkara ini, inilah yang dinamakan ILMU HAKIKAT. Artinya ilmu Hakikat itu mengetahui dengan yakin hati, bukannya dengan bacaan atau dengan perkataan lidah tetapi dengan diberi ESANYA ditetapkan didalam hati jua.
Maka tiada berfaedah bacaan dengan lidah dan kalimat perkara tersebut adalah sebagai berikut :
PERTAMA : TAUHIDUL AF’AL
KEDUA : TAUHIDUL SIFAT
KETIGA : TAUHIDUL ASMA
KEEMPAT : TAUHIDUL ZAT
Dan suatu riwayat mengatakan sebagai berikut : FANA’IL AF’AL FANA’IL SIFAT dan FANA’IL ZAT. Adapun Tauhidul Af’al itu seperti engkau kata ; LAFA’LUN ILLA FI’LULLAH, artinya tiada mempunyai perbuatan melainkan se-mata perbuatan Allah Ta’ala jua didalamnya (Hakikatnya). Dan Tauhidul Sifat itu yakni seperti engkau kata, dan engkau i’tikatkan didalam hatimu : IA QUDRAT, IRADAT, ILMU, HAYAT, SAMA, BASHAR, KALAM, artinya ; Tiadamempunyai KUASA, BERKEHENDAK, TAHU, HIDUP, MENDENGAR, MELIHAT DAN BER-KATA-KATA. Melainkan kesemuanya itu daripada Allah Ta’ala jua pada hakikatnya.
Adapun Tauhidul ZAT itu seperti engkau kata engkau I’tikatkan didalam hatimu ; LA MAUJUDA ILLALLAH, artinya tiada yang ujud didalam alam ini melainkan Allah Ta’ala semata-mata pada Hakikatnya,karena sekalian alam (Ujud alam) ini tiada maujud sendirinya, tetapi berdiri ujud kepada ujud Allah aza wazalla. Keempat dalil Shuhudul Kasyrah, seperti telah diuraikan terdahulu, yaitu pandang yang banyak didalam satu dan pandang yang satu didalam yang banyak. Maka pandang itu olehmu dengan bahwasannya ujud sekalian alam ini berdiri kepada Ujud Allah Ta’ala, tiada maujud sendirinya dan pandang olehmu bahwasannya Allah Ta’ala itu maujud didalam sesuatu yang maujud maka disertakan pandangmu itu dengan pandang PANDANG RAHASIA DIDALAM HATI. Gukan pandang yang dibangsakan dengan perkataan dan lafad itu tiada memberi faedah.
Artinya pandang olehmu bahwasannya Allah Ta’ala itu maujud ia didalam tiap-tiap sesuatu ujud, yaitu pandang HAWIYAHNYA QIYAUMAHNYA dan Qudratnya serta kebesarannya dan tiada diambil tempat dan Allah Ta’ala itu tiada menjadi rupa sesuatu, karena Allah Ta’ala LAISAKAMISLIHI SYAI’UN WAHUWASSAMI’UL BASHIR artinya ; Tiada menyamai Allah Ta’ala itu sesuatu juapun dan ia amat mendengar lagi amat melihat akan segala pekerjaan baik yang zahir maupun yang bathin.
Dan lagi ketahui olehmu bahwasannya sesungguhnya keadaan kita itu tetap selama-lamanya didalam ILMU ALLAH TA’ALA jua, demikianlah se-benar-benarnya I’tikad kita, maka itulah I’tikad sekalian para Nabi-Nabi Allah, sekalian wali Allah dan I’tikada sekalian yang Sholih-Sholih maka janganlah kita ubah daripada i’tikad ini, supaya sampai kepada jalan FANAFILLAH dan BAQABILLAH,Artinya ; LAIP KITA DIDALAM ALLAH TA’ALA dan KEKAL ADANYA DENGAN ALLAH TA’ALA. Adapun artinya LAIP itu ialah HAPUS, hapus itu tiada lagi kelihatan ZAT kita, kecuali ZAT Allah Ta’ala se-mata. Begitulah hendaknya I’tikad dan pandang kita, umpamanya seperti ombak ia bernama ombak atau laut sebab ia bernama laut, tetapi pada hakikatnya adalah daripada AIR jua. Maka itu namanya tiga hakikat tetapi berasal daripada satu jua. Umpamanya seperti besi didalam Api, maka hilanglah besi itu oleh api, tiada kelihatan lagi ujud besinya, hanya keadaan api itulah yang kelihatan se-mata, zatnya, sifatnya dan Af’alnya. Maka apabila ditetapkan keadaan itu dan dikeraskan didalam keadaan kita, niscaya hilanglah keadaan kita itu, maka tiada lagi dan sampailah kita kepada jalan fanafillah dan baqabillah, maka apabila kita tidur terlihatlah oleh kita dalalahnya pada bertemu.
TUDIBBUL BADANI HAJJA ALA QALBI, hancurlah badan jadilah HATI. TUDIBUL QALBI SHARARROHI, artinya, hancurkan hati jadikan ROH. TUDIBURROHI SHARANNURU, artinya, hancurkan roh jadikan CAHAYA, ialah AKU ALLAH (dalam Diam). Aku yang se-benarnya RAHASIA MARKUM MANUSIA didalam hatimu itu. Adapun hati manusia itu umpama cermin, maka apabila ditilik didalamnya, maka kelihatanlah itu TUHANNYA, daripada RAHASIANYA, karena rupa kita yang bathin itulah yang diakui Allah RUPA DARIPADA RAHASIANYA, karena dalil menyatakan yang artinya ; INSAN ITU RAHASIAKU, RAHASIAKU ITU SIFATNYA, SIFATNYA ITU TIADA LAIN DARIPADA UJUDKU yang WAJIB UJUD adanya. ALQALBUHAYATI SYIRRI ANA ILLA ANA, artinya ; Didalam Akal itu Hati, didalam Hati itu Roh, didalam Roh itu Syir, didalam Syir itu AKU. AKU RAHASIA SEGALA MANUSIA
AKU RAHASIA SEGALA MANUSIA DIDALAM HATI. Ketahui olehmu hai Shaleh. Inilah orang yang sebenar-benarnya mengenal ALLAH TA’ALA seperti ; MAN ARAFALLAHU FAHUWA ALLAH, yakni barang siapa mengenal ALLAH yaitu bernama Allah dan Muhammad.
—ooo0oo—
ALAM MINKUM
Adapun HAYAT artinya dihidupkan, adapun MINKUM itu keTuhanan namanya. Maka inilah sifat Allah Ta’ala yang dizahirkan kepada manusia, maka manusia itu disertai sifat-sifat Tuhan, ialah ; HAYAT, QUDRAT, IRADAT, ASMA, BASHAR DAN KALAM. Inilah kejadian segala manusia, maka inilah yang dikatakan TAJLI ZAT namanya. Adapun yang jadi NYAWA itu terdiri dari (empat) perkara ; Pertama MANI, KEDUA WALI, KETIGA WADI, KEEMPAT MADI. Maka itulah yang disertai ia dengan sifat 7 (tujuh) tersebut diatas, tempat TAJLI ZAT MUHAMMAD dan ZAT INSAN. Bahwa daripada menyatakan sesuatu Qaidah perhimpunan marabat ABDIATUL JALAL, AHDIATUL QAHAR, ABDIATUL KAMAL, namanya. Kemudian daripada itu martabat AHDIAT itu ESA ia, itulah yang dinamai martabat, …………………………………artinya tiada nyata-nyatanya. Adapun ZAT ALLAH TA’ALA itu sangat nyata ia pada insane maka jadi terlindung oleh UJUD ……………….sebenarnya-benarnya yang tiada dengan sifat sesuatu, yakni belum ada UJUD ALAM SYUHUD dan dinamai akan dia UJUD MUHDAR, artinya Ujud se-mata-mata. Maka dinamai akan dia KUN AZALA artinya dahulu dan pertama sekali, dan dinamai akan dia KUNHI ZAT yang tiada dapat diketahui dan tiada boleh dipikirkan oleh akal dan tiada sampai kepadanya ILMU. Melainkan sedikit jua dan dinamai TUNAZZAH MAHAHI. Artinyasuci semata-mata. Mula suci belum Sifat dengan segala kelakuan dan belum dapat NUR itu, dan kedua.
ALAM MINKUM
Alam MINKUM itu adalah alam ketuhanan atau LAHUD. Ini sangat sekali , dan jarang hmbanya sampai kepada alam MINKUM ini tidak seorangpun sampai kepadanya, kecuali apa-apa yang dikehendaki ALLAH buat hambanya. Orang yang telah sampai kepadanya itu ialah ; Hamba Allah yang sudah bulat tawakalnya kepada TUHANNYA. Dan tidak ada lagi yang patut diragukan lagi dan tidak ada lagi baginya rasayang ada. Kecuali ADA sendirinya dan berdiri dengan sendirinya . Dan orang yang demikian itu telah berasda dalam kedudukan KHIB didalam KHIB.
Dialah bernama KHIB itu dalam keseluruhanNYA.
Orang yang seperti itu, apa saja yang dikehendakinya, pasti jadi. MINKUM ; siapakah dan apakah yang disebut KUM itu didalam alam KUM itu ZAT TUHAN berdiri dengan sendirinya, dialah rahja kuasa, langit dan bumi dan alam seluruhnya.
Dan disini berdiri JALALULLAH, JANALLULLAH, KAHARULLAH, DAN KAMALULLAH. DAN DISINI DIA SENDIRI SEBAGAI HAKIM, DAN MEHAKIMI.
Memang dahsyat daripada DUSTA, lebih keras daripada baja, ebih hebat daripada segala yang hebat.
Alam KUM ini tiada beda dengan KUN
Singkatannya ialah KAFMIM dan KAFNUN
Samalah ia dengan ; MAHJUN dan MAKNUN
TANYAKANLAH KEPADA YANG LEBIH TAHU
MAKAM TUHAN
Makam ini disebut juga dengan makam ahlul ahirat, atau makam HAKIKAT SEMATA. Makam ini sangat dahsyat sekali. Ia diluar dari akal orang banyak. Dan ia tidak berpegang kepada kulit lahir daripada Nas dan dalil lagi. Ia telah menyeberang daripada
Nas dan dalil yang ada ini, ia tidak berpegang dengan kata- kata yang ada ini lagi, dan tidak bersandar kepada hukum-hukum lahir lagi. Ia berdirisendiri menurut kata SIR-nya
Inilah yang menjadi hokum baginya Jadi yang beginilah yang hamba katakan sangat dahsyat sekali, dan sangat hebat sekali
TIDAK AdA TUHAN, MELAINKAN TUHAN
TIDAK ADA ENGKAU, MELAINKAN AKU
TIDAK ADA AKU, MELAINKAN ENGKAU
ENGKAU DAN AKU ADALAH ESA
ENGKAU LENYAP, AKU BERNYATA
AKU LENYAP ENGKAUPUN NYATA
ENGAKU DAN AKU telah lenyap didalam kefanaannya,
kefanaan lenyap didalam ke-esaannya Tuhan.
Keesaan lenyap didalam kekidaman.
Kekidaman lenyap didalam kebaqaan.
Akhirnya fana dan baqa dalam keagungan.
Kini tiada kelihatan lagi makhluknya.
HAMBA dan TUHAN hanyalah asma.
HAMBA itu berarti ; AKU
TUHAN itu berarti ALLAH
HAMBA dan TUHAN adalah Satu
AKU dan ALLAH juga Satu
Kalau dihimpunkan menjadi : AKU ALLAH
Lenyap AKU, tinggallah ALLAH
FANA HURUF ALLAH, timbullah kosong
Kosong huruf, kosong asma, kosong suara, kosong segala-galanya, dan tidak apa-apa, tiada hingga. Ahirnya didalam kekosongan, Nampak jelas ujud membayang. Bayangan Allah adalah alam.
Terpandang kepada Allah Nampak jelas ujud yang sebenarnya. Karena ia tiada boleh pisah walau ……….
Jadi bagi orang yang berada pada makam penelanjangan TUHAN, berkata dengan sembarang kata, tapi jadi. Apa yang dikehendaki pasti jadi.
Hanya orang banyak tidak mengerti dan tidak paham dengan apa yang dimaksudkan. Contoh banyak sekali kepada wali-wali Allah yang terdahulu. Hamba pribadi telah banyak membuktikan apa-apa. Yang terjadi, diluar kemampuan orang umum/awam.
Siapa percaya boleh percaya, dan siapa yang tidak percaya boleh tinggalkan ajaran ini.
AKULAH YANG ERNAMA CINTA, AKULAH YANG BERNAMA si HAK, AKULAH YANG BERNAMA SORGA DAN NERAKA ITU. AKULAH YANG BERNAMA ZATULHAQQ, SIFATULHAQQ, ASMAULHAQQ, DAN AF’ALLUNHAQQ, HAQUQULHAQ adalah ; HAQQ, HAQQ TA’ALA itulah AKU.
TA’ALA itu namaku yang rahasia didalam ala mini.
RUHULHAQ RASIA HAMBA, NAMAKU DISEBUT SETIAP SAAT.
Apabila orang menyebut TA’ALA didalam bacaannya, atau dalam hatinya atau dalam DIAMnya. Maka tersebut samaku didalamnya.
AKULAH TA’ALA ITU, DAN AKULAH RAHASIA ITU.
BERARTI HAMBA ALLAH. Yang member nama yang empunya nama.
HAMBA ALLAH berarti : AKU ALLAH
NAMA YANG DIHANTARKAN KEPADAKU NYATA DARI ALLAH
Tiap-tiap nama seseorang itu mengandung hikmah. Hikmah itu bertepatan dengan pemberian nama itu. AKULAH YANG HAMBA DAN AKULAH YANG TUHAN.
AKULAH YANG BERNAMA siHAQ ITU
DAN AKULAH YANG NYATA DAN YANG GOIB ITU
AKU JUA YANG LAHIR DAN AKU JUA YANG BATHIN
AKU HIDUP YANG TIADA MATI-MATI, dan apabila AKU tiada lagi dalam dunia fana ini, janganlah mencari Aku lagi.
Aku tetap ada setiap orang yag beriaman kepada ALLAH. Bila engkau hendak bertemu AKU, pandanglah dirimu itu AKU. Tidak ada AKU, melainkan AKU. Dalam keseluruhannya.
AKULAH yang bernama ala mini, dan AKULAH YANG bernama akhirat itu
Tidak aku lihat didalam sesuatu itu, melainkan AKU melihat AKU
AKU itu telah lenyap dalam KE AKUANKu, sehingga tidaklah AKU melihat kehambaanku lagi. Dan Aku telah bernyata didalam AKU, beraku ku. Sehingga hapuslah mulutku dan hatiku
mengata AKU. Kini Aku tidak berkata dengan lidah lagi, tidak dengan hati lagi, dan tidak dengan puad dan jantung lagi.
TA’ALA RIDHA KASIH SAYANGKU
TA’ALA RACHMAD ITU SELIMUTKU
TA’ALA NIKMAT ITU RASAKU
TA’ALA HIKMAH ITU RACHMAN RACHIMKU
TA’ALA SUNNAH ITU ATURANKU
TA’ALA SHOLEH ITU ILMUKU
TA’ALA ADIL ITU KEKUASAANKU
TA’ALA ISFIAH ITU KEMAUANKU
TA’ALA DHOIM ITU RAHASIA PRIBADIKU
TA’ALA ALAIH ITU KALAMKU PASTI
T ‘ALA JALAL ITU KEMESRAANKU
TA’ALA JAMAL ITU KEELOKKANKU
TA’ALA KOHAR ITU KEKERASANKU
TA’ALA KAMAL ITU KESEMPURNAAN DAN KEMULIAANKU
TA’ALA KHIB ITU KESATUANKU BAGI SELURUH ALAM
Demikialah sebagai penutup dari pembukaan
Rahasia yang terkandung pada kejadian DUNIA dan
Achirat, dan amalan akhir kalamku sebagai harta atau
Pembendaharaan GOIB yang kuwariskan kepada saudaraku
MUSLIMIN DAN MUSLIMAH dimanapun ia berada.
INILAH ASAL SEBENARNYA TUHAN
MENJADIKAN MANUSIA
1. KUN PAYAKUN : MENJADI OTAK PADA KITA YAITU ; ROH
IDOFI
2. KUN HAQ : MATA TERANG HATI TERANG
3. KUN SABITAH : NAPSIAH NAFSU PADA KITA
4. KUN SAPUTIH : NYAWA PADA KTA (GERAK PADA KITA)
5. KUN SADJATURRACHMAN : KEHENDAK PADA KITA
6. KUN SUDJATULLAH : KELAKUAN PADA KITA
7. KUN RAHMAN : RUPA KITA
8. KUN ZAT HAYUN : TIADA MATI
9. KUN ILLA NUR : RASA SEGALA TUBUH KITA
NAMA DIRI HAMBA NUR HAYA QADIM
TURNA ILALLAHI WAYARAKNA ILLALLAHI WAMA DAMA, ALA MA’PA’AL NAHU WALA ADJAM NAHU, MINGKULI DJAMIL AZIM WALA NAU WUDU BIHI ABADAN ABADA.
Kata Allah nyawa itu kekuasaanku dihati putih tempat bernyawa
dalam UKUP, dijadikan umat MUHAMMAD sekaliannya daripada ;
AIR KUM DUMULLAH. (yang bernama NUR MAYA QADIM).
LAILLAHAILLALLAH : Hampir hamba kepada Tuhannya
LAILLAHAILLALLAH : MAUJUD BIHAKQI
ILLALLAH : Aku maujud pa’hu (diri)
RAHASIA SYARIAT PD ANGGOTA TUBUH.
RAHASIATHARIKAT PD HATI.
RAHASIA HAKIKAT PD NYAWA.
RAHASIA MA’RIFAT PD DIRI. Kalau sudah mengenal diri nampaklah hakikat diri pencipta sekalian alam.
Itulah yang bernama ; ALLAH : tiada berpermulaan tiada berkesudahan
1. LAILLAHAILLALLAH ; zikir
2. ILLALLAH ; zikir
3. ALLAH ; zikir
4. ; sunyi
MINALLAH ; HAMBA
BILLAH ; MUHAMMAD
LILLAH ; ALLAH
1. Dari pada ALLAH
2. Kepada ALLAH
3. Karena ALLAH
1. ROHANI : TUBUH SYARIAT
2. RAHMAN : HATI THARIKAT
3. IDOFI : NYAWA HAKIKAT
4. BABBANI : RAHASIA MA’RIFAT
INI PASAL AIRMULHAYAT
Bermula asal diri kita diambil secara ringkas.
Asal diri kita selagi belum ada apa-apa, hanya ibu dan bapak belum berkumpul menjadi satu. Maka Allah Ta’ala memerintahkan mengambil air MULHAYAT, diarak didalam surga atau dilangit beberapa malaikat dan jibril membawanya lalu diperintahkan dikirim kepada Bapak kita MAKAMAL MACHMUD, namanya setelah mahaluat 7(tujuh) hari lamanya. Lalu bapak kita menjadi satu kepada ibu, umpama besi terdampar dibatu, jatuhlah air mulhayat dirahim ibu kita, yang dinamakan MUKTAH.
Air mani ayah berasal dari matahari, justru Putih warnanya, maka dari itu sir atau syahwat cepat merangsang pada pihak ayah, itu dinamakan ZAT SIR RAHU, jatuh kepada ibu seperti air hujan setitik didalam daun keladi. Maka menjadi anasar ayah aurat, tulang, otam, sumsum. Dan pada ibu air mani tersebut dari bulan dan dinamakan MUTEPAH. Karena itu air mulhayat ibu kuning warnanya. Sir atau syahwat ibu lambat merangsang namun kekuatannya air tadi sama dengan bapak, pihak ibu dinamakan ZAT SIR JAMANINI artinya anasar ibu ; bulu, kulit, darah, dan daging. Dan anasar MUHAMMAD ; Pendengar, Penglihatan, pencium dan pengrasa. Empat puluh hari belum lagi terserat, tatkala delapan puluh hari didalam rahim ibu kita, waktu itu darah haid nikah bercampur dengan air bercampur dengan air Nuktah, lalu suka makan asam-asam ibu kita dan suka tidur, karena sudah hamil atau mengandung. Demikianlah daeerahnya atau alkah sedarah namanya daging segumpal dirahim ibu kita. Tatkala seratus dua puluh hari didalam rahim ibu maka menjadi ALIF ACHMAD pujinya, Inilah daerahnya tatkala genap seratus empat puluh hari cukup lengkap kai, tangan, mata, mulut, kepala, hidung dan telinga MUHAMMAD pujinya, inilah darahnya didalamrahim ibu kita. Tatkala cukup 9 (sembilan bulan)9 (sembilan) hari maka firman Allah Ta’ala : LA TATTAHARAKA ILA BI IZNILLAH dengan seizin Allah maka keluarlah anak itu demikianlah berdo’alah amin.
MAKAM SALIK
Ini jalan ringkas dimakam salik yaitu ambil jumlah, supaya lekas paham, asal mula ambil dari bawah naik keatas : Pertama ROHANI jasmani, arad basariyah segala tubuh yang kasar. Kedua ayan darajiah, roh idhofi atau roh maruhul qudus artinya roh yang halus tetapi masih kasar jua halusnya itu jirim-jisim artinya tubuh yang halus betul, halus masih kasar jua, halusnya ini seperti debu dijendela iruhul cahaya matahari, karena alam roh, alammitsal, alam ajasam dan alam insan, sifat ma’ani nur iman belum dapat mengenal allah, mesti berhancur atau jalan fana, hapus atau jalan baqa ulbaqa atau jalan kadim bagi kadim, baru bisa dapat makam ubudiyah dan mendapat makam uluhiyah serta didapatnya pula makam rububiyah. Serta didapatnya akan salik karena nur mubassarah dengan nur mutalazimah, berlazim-laziman didapatnya ZAUK WADJIDAN IDRAK artinya dirasa dengan pengrasanya dan didapat dengan pendapatnya daripada yang lemah, karena kita tiada merasa, dan mendapat serta lemah, hanya ilmu saja yang tahu sampai kepada JUDBAH, dan makam laduniyah atau makam istiqomah artinya tetap.
ALAM NUR / NUR AKLI NUR
BISMILLAHIRRACHMANNIRRACHIM
Ambil ringkas saja jalan asal UJUD ADAM mesti mengambil amanah HALAKAL INSANA MINTIN. Artinya asal manusia itu dari pada ujud Adam. Adapun ujud Adam dari pada NUR MUHAMMAD. Jadi jasad dan roh oun jadi dari pada NUR MUHAMMAD jua. Sebenar-benarnya diri adalah Roh. Sebenar-benarnya Roh adalah manusia, sebenar-benarnya manusia adalah Muhammad, sebenar-benarnya Muhammada adalah NURULLAH, sebenarnya NURULLAH ialah NUR ZAT, sebenarnya NUR ZAT ialah ILMU ; mengetahui pandang SUHUD yaitu pandang SALIK.
NAIK dan TURUN, tatkala naik pujinya “HU” dan tatkala turun pujinya “ALLAH” Naik senaiknya, turun seturunnya tiada di naik-naikan, tiadaa diturunkan. Ini hanya sendirinya, janagan berpegang kepada nafas keluar masuknya, kalau naik, nafas masuk, kalau turun nafas keluar.
Yang dikata dengan lidah dan hati. Yang dipakai puji naik HU dan turun ALLAH. Supaya jangan berpegang kenafas, tetapi naik-turun, tatkala naik pujinya HU melengkapi tujuh lapis langit ujudnya HUTASARPAH la hurufin wala sautin, tiada huruf dan suara, zat dirinya. Tatkala turun pujinya ALLAH melengkapi tujuh lapis bumi ujudnya huyasariyah ZAT dirinya.
Inilah dinamakan makam SALIK, (taraki dan tanazul) turun dan naiknya tetap berdiri sendirinya sampai pulang ke rahmattullah. Jika ada yang menyerupai tolak, semua was-was dari syaiton, tidak ada yang menyerupai lagi.
Itulah JIBU / UJUD MUHDAR.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Yang menjadikan dan yang memberi baik dan jahat dan yang lengkap tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi yaitu hanya ZAT ALLAH dan SIFAT ALLAH yang sebenar-benarnya. Adapun akan JIBU itu yaitu yang tiada ber ujud dan tiada ia ZAT. Adapun ZAT dan SIFAT itu namanya jua, maka jikalau ada ujud, ZATlah namanya. Sungguhpun ada ujudnya, yaitu belum nama tetapi pada hakikatnya tiada lain daripada JIBU, tiada ujudnya dan tiada zatnya dan tiada sifatnya melainkan dirinya jua, yang sekalian ni JIBU jua. Adapun yang ber-ujud itu zatnya dan yang berzat itu ujudnya, dan yang ber pa-el itu sifat ilmunyadan yang berilmu itu Zatnya karena Tuhan itu yang tiada bersifat. Adapun Allah itu bukan karena ia karena nama, Allah itu namanya. Engkau pikirkan/ cari dengan pikiran yang sempurna. Maka barang siapa yang menyembah ZAT ALLAH maka orang itu sirik, barang siapa meninggalkan ZAT ALLAH dan UJUD ALLAH maka orang itu mukmin sebenar-benarnya MUKMIN.
Maka itu barang siapa menyembah ZAT atau SIFAT, maka orang itu BID’AH sesat menjadi kafir kepada Allah, Islam makhluknya. Adapun lenyap sekalian semesta alam ini ma’lum, lenyap maklum kepada hayun, lenyap hayun kepada ZAT, kepada hidup yang tiada berzat, karena zat dan sifat dan ujud kembali kepada JIBU, pada hari yang kemudian, kedua-keduanya itu karena tiada kembali kepada tiada.
UJUD MUHDAR……………
UJUD MUHDAR
Alhamdulillahirabbil alamin wassalatu wassalam ‘ ala saidul mursalin, wa’ala alihi wasahbihi ajma’in. Asal-usul sebelum ada bumi dan langit, tiada ada apa-apa hanya kosong saja, melainkan ALLAH TA’ALA saja yang ada sendirinya tiada apa-apa. Allah pun belum ada namanya LA – TA – YIN, tiada senyata-nyatanya. Hanya UJUD MUHDAR yang ESA, hidup didalam ilmunya takluk kabdah namanya ESA sendirinya didalam genggamannya yang hidup tiada mati.
AHDIYAT, WAHDAH, WAHDIYAT
Tanzizi kadim suluhiyah kadim takluk kodrat iradat ; jalal, jamal, kabar dan kamal. artinya ; kebesaran, keelokkan, kekerasan dan kesempurnaan. Maka lengkaplah bumi dan langit dengan isinya semesta sekalian alam ini adanya. KUN katanya ALLAH PAYAKUN kata MUHAMMAD, ALLAH bernama ZAT MUHAMMAD bernama SUHUN ZAT, karena kita bernama tanzizi hadist, arad basariyah tubuh yang kasar sifat baharu alam, keterangan ringkas ini didabit oleh DATUK ABDURRAHMAN dan diperbanyak oleh DATUK SYAHRUDIN.
Sekian hanya untuk akhlinya saja.
—oo0oo—
HADIST QUDSYI
Dan ini bermula hadist qudsyi, menerangkan sehingganya pada batang tubuh kita dan lenyap melainkan yang ada, Ujudnya Allah Ta’ala semata-mata, dan inilah keterangannya tersebut di bawah ini.
1. Hancurlah badan timbul hati
2. Hancurlah hati timbul akal
3. Hancurlah akal timbul fikir
4. Hancurlah fikir timbul faham
5. Hancurlah faham timbul ilmu
6. Hancurlah ilmu timbul rahasia
7. Hancurlah rahasia timbul cahaya
8. Hancurlah cahaya timbul nyawa
9. Hancurlah nyawa timbul AKU (rahasia) melainkan ujudku yang ada.
NAMA ROH DALAM JANTUNG
1. Ruhul amin
2. Ruhul Amri
3.
1. AKU : ALLAH
2. AKU : MUHAMMAD
3. KARENA : HAMBA
: ALLAH
: IRADAT
: UJUD
UNTUK HALAMAN YG TERAKHIR INI ; saya gali sejarah
KALIMANTAN SELATAN pada abad ke 18 (delapan belas)
Ada beberapa tokoh yang terkenal ditengah-tengah
PERTAMA ialah Syeh ABDUL HAMID TATAKAN/RANTAU, yaitu dengan gelar DATUK SANGGUL / DATUK KUNING.
KEDUA ialah SYEH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
KETIGA ialah SYEH ABDUL HAMID ABULUNG
KEEMPAT ialah SYEH MUHAMMAD NAFIS AL BANJARI
Dan pada abad ke-19 bertambah banyak lagi tokoh-tokoh agama di Kalimantan ini. Dan akhirnya pada abad ke-20 banyak lagi melahirkan tokoh-tokoh baru untuk penerus perjuangan beliau itu.
Jadi tokoh-tokoh empat besar itu tadi patut kita warisi, karena adalah berdasarkan Al-Qur’an dan hadist dan ijma Ulama yang ahlus sunnah wal jama’ah yang hak.
Bagaimana kita hendak ingkar dengan ajaran-ajarannya yang berbau dengan kebenaran itu.
Demikian pula wali-wali itu adalah di bawah nabi sebagai halifah didalam bumi ini, sedang nabi-nabi itu beroleh wahyu dan wali-wali beroleh ilham.
Marilah kita teruskan perjuangan yang gigih itu untuk merebut kembali kemenangan yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita dahulu. Beranikanlah dirimu untuk terjun dimedan laga, untuk meraih kemenangan yang gilang-gemilang. Serahkanlah dirimu bulat-bulat kepadanya, niscaya Tuhan berdiri dihadapanmu sekaliannya. Kita semua harus berani jangan pengecut ; karena pengecut itu adalah bibit segala dosa durhaka. Kalau siapa pengecut dalam perjuangan, itu namanya pahlawan syaiton namanya. Dan siapa berani berjuang dengan Allah, ia akan mendapat gelar pahlawan Tuhan. Pilihlah antara dua, inign jadi pahlawan Tuhan atau jadi pahlawan shaiton.
Marilah kita menuju kebenaran ; insya Allah, Tuhan akan menunjukkan jalannya.
Lihat contoh sebagai pahlawan Tuhan yaitu ;
DATUK ABULUNG mati dalam mempertahankan agamanya. Dan beliau meninggalkan warisan yaitu sebuah kata-kata mutiara yang lebih berharga daripada harta benda dunia, apakah kata-kata itu ;
TIADA YANG MAUJUD, MELAINKAN HANYALAH DIA
DIA ADALAH AKU
DAN AKU ADALAH DIA
Inilah inti sari tasauf beliau
Dan DATUK SANGGUL mewariskan kalimat ; A, I, U
Dan DATUK KELAMPAIAN mewariskan kalimat ; L, L, L
Dan DATUK MUHAMMAD NAFIS mewariskan sebuah kitab yang bernama ADDURUN NAFIS
Dengan intisarrinya yang berbunyi ; A, A, A
Apakah arti dan makna A, L, U, itu ?
Apakah arti dan makna L, L, L, itu ?
Dan apakah arti dan makna dari A, A, A
Marilah kita gali selanjutnya sampai tuntas, siapa beroleh
Petunjuk, dialah yang beruntung
DEMIKIANLAH RIWAYAT SINGKAT TENTANG TOKOH “ KEAGAMAAN DI KALIMANTAN SELATAN, KHUSUSNYA, DAN KALIMANTAN UMUMNYA.
Sekian.
WASSALAM
INSAN KAMIL
1. Jadi insan kamil adalah pada waktu tanazul berada paling akhir, sedang pada waktu taraki nantinya jadi yang awal sekali.
2. Yang disebut rahul hajat ialah pintu Tuhan hakikatnya dikatakan pintu-pintu zat itulah dia lobang yang dinamakan mekar dan kkuncupnya marnas atau buka tutupnya mahid.
3. Syiratal mustaqim ialah maksudnya menamakan hilang perginya atau, sempat diakhirat atau diakhirat ilahi robbi dan tuhan kita mengatakan bahwa ayat yang diatas ini tadi maksudnya adalah keluarnya perkataan kita.
4. Arsiullah artinya muka pada hakikatnya wadah persidangan zat yaitu berada di kepala dan di dada kita
5. Kursi artinya tempat duduk pada hakikatnya tempat duduk zat yaitu berada pada otak dan jantung
6. Luch machfut / luch kalam artinya luch tempat machfut dijaga pada hakikatnya adalah sifat-sifat zat. tempatnya berada di jasad serta dijaga oleh malaikat katibin. Jadi yang dimaksud puncak hidup itu ialah berada di badan kita pribadi (pahmakanlah)
7. Mizan artinya timbangan, pada hakikatnya pertimbangan zat yang berada di penglihat, pendengar, pencium, pengrasa dan perkataan maksudnya mengatakan terhadap pertimbangan hidup kita yang berada di panca indra.
Ibarat wahana zat dengan sifat itu, seperti sendiri-sendiri saja. Jelasnya mengatakan terhadap berdirinya hamba dan Tuhan. Seolah-olah berdiri sendiri-sendiri padahal yang sebenarnya adalah tetap satu (esa). Jadilah kesimpulannya adalah tidak ada sifat yang berdiri diatas zat atau yang bertambah dengan sifat ma’ani yaitu gazlikun bizatihi, maridun bizatihi, alimun bizatihi, dan seterusnya sampai kalam.
Jadi disini duduknya kepada JIBU artinya tiada huruf dan tiada suara, zat dirinya. Ibarat roh dengan badan, tetap kekal. Inilah yang dinamakan alip mutakalimun wahid. Artinya yang berkata-kata jadi ucapan tanpa mulut itu adalah yang mempunya rupa yang sejati, dan tempatnya berada didalam sukma/nyawa kita pribadi, dan suara. Inilah yang disbut zikir batin yang sesungguhnya dan yang sebenarnya serta azali dan qadimdan yang baqa. Sedang malaikat pun tidak boleh tahu apapun yang keluar itu : semua malaikat dan zipun bisa tahu. Tetapi yang disebut mudawatuhzukri itu tak ada seorangpun yang tahu kecuali dia sendiri inilah puncak segala puncak ilmu dan amal ma’rifat. Dan inilah zikir yang senantiasa dan tiada pernah lupa walau sekejap matapun. Maka ada seorang wali pernah berkata : apabila aku lupa sekejap juapun sengaja atau tidak sengaja, maka aku hukumnya diriku itu murtad. Demikianlah adanya kepada kita ini semuanya, bila lupa berarti belum sempurna ilmnya. Dengan sdanya keterangan ini itulah apa adanya dapat hamba sampaikan semoga Allah meridhoinya amin ya robbal alamin.
TENTANG NAFSU
Nafsu itu ada empat martabat :
1. Nafsu amarah tempatnya pada empedu
2. Nafsu lawwamah tempatnya pada perut
3. Nafsu sawiyah tempatnya pada limpa
4. Nafsu mutmainah tempatnya pada tulang
Inilah nafsu zat haq ta’ala. Kenyataannya pada/diri hidung kejadiannya dalam cahaya putih : kelihatan segala macam sesuatu dikalam laut Rachmad jadi kesempurnaan dari ke 4 macam tersebut diatas tadi adalah bersatu di dalam alam nur/ cahaya kita pribadi. Demikianlah uraian ringkas dari hamba semoga kita semua beroleh petunjuk, serta taufik dan hidayahnya dari pada Tuhan azzawazallah. Amin
Qalbu hati
Hati itu ada dua bagian :
1. Hati sanubari : juga disebut hati nabati
2. Hati nurani : juga disebut hati cahaya
Sebab disebut hati nabati, karena ia daging segumpal berhenti dibawah lambung kiri diantara dua jari di bawah susu kiri di dalam dada kita. Dan adapun hati nabati itu mempunyai beberapa nama. Namanya Halifatullah artinya ganti Allah karena ia memerintah tubuh manusia dan lain-lainnya. Namanya amisu mu’minin artinya raja yang nyata karena kuasa akan sesuatu. Namanya arsyullah artinya mahligai Allah, karena ia tempat taajalli allah ta’ala kepadanya. Namanya Zarrotul Haq artinya cermin haq ta’ala karena ia haq ta’ala kepadanya. Namanya iradatul ujud artinya kehendak yang nyata ada atau kehendak dari. Karena ia tiada luput daripadanya. Adapun hati nurani itu amat besar dan amat luasnya daripada segala alam. Tetapi amat/halus maka ialah menerima tadjali zat allah, sifat allah, asma allah, af’al allah. Maka daripadanya lampah kepada yang lainnya Karena hati nurani itulah yang memakai sifat 7 yaitu: hayat, ilmu, kudrat, iradat, sama, besar dan kalam, jadi kalau terhenti kepada hati nurani karena hidupnya hati nurani itu adalah kenyataan hayat.
Zatullah ta’ala. Tahu hati nurani kenyataan ilmu Zatullah ta’ala. Kuasa hati nurani kenyataan kudrat Zatullah ta’ala. Berkehendak hati nurani kenyataan pendengaran Zatullah ta’ala melihat hati nurani kenyataan penglihat Zatullah ta’ala. berkata hati nurani kenyataan alam Zatullah ta’ala. jadi pernahkah susunan/gugurnya kepada diri kita sendiri atau diri pribadi.
Arti dan Makna
Jadi baiklah kita uraikan arti dan makna sebenarnya apa yang berlaku kepada hati nurani itulah kelakuan Zatullah ta’ala maknanya apabila kelakuan Zatullah ta’ala pada hati nurani itu tiada di dalam da tiada diluar hamba tiada dengan nyata-nyatanya hati nurani karena hati nurani itu adalah sifat zattullah dan daripada hati nurani itulah lampah kepada tubuh kita ini. Maka nyatalah tubuh kalimah daripada hati nurani. Maka karena hidup tubuh kita ini sebab hidup hati nurani tahu tubuh kita ini sebab tahu hati nurani. Kuasa tubuh kita ini sebab kuasa hati nurani. Berkehendak tubuh kita ini sebab berkehendak hati nurani. Mendengar tubuh kita ini, sebab mendengar hati nurani. Melihat tubuh kita ini. Sebab melihat hati nurani. Berkata tubuh kita ini sebab melihat hati nurani. Berkata tubuh kita ini sebab berkata hati nurani. Bergerak tubuh kita ini sebab bergerak hati nurani. Gerak dan diam tubuh kita ini sebab gerak diam hati nurani jua. Maka nyatalah hidup kita dan tahu, kuasa kita, bergerak dan mendengar/melihat serta berkata-kata ini kenyataan hati nurani artinya kelakuan hati nurani. Maka apabila kelakuan hati nurani pada tubuh kita yang kasar ini, tiada nyatanya kepada tubuh kita yang kasar ini karena tubuh kita yang kasar ini. Sifat hati nurani dan hati nurani itulah kenyataan zat Allah Ta’ala yang tiada baginya ialah yang di per-ujudileh sekalian yang maujud adapun sebenarnya hamba itu yaitu : mata tiada melihat, telinga tiada mendengar, mulut tiada berkata-kata, hidung tiada mencium, maka mata dapat melihat, telinga dapat mendengar hidung dapat mencium mulut dapat berkata-kata. Hanya pekerjaannya jua. Sabda rasulullah saw yang artinya : lidah itu juru bicara hati dan hati itu juru bahasa lidah, hidayah itu daripada cahaya yang qadim dan azali. Adapun arti hidayah itu ialah sifat tubuh yang nyata pada hati nurani adapun sifat itu adalah kenyataan zat yang wajibal wujud. Tuhan Allah ada menerangkan didalam al-Qur’an yang artinya kenyataan Allah didalam diri kamu melengkapi, mengapakah kamu tidak melihat. Dan lagi Allah Ta’ala serta kamu, dimana saja kamu berada
Maka nyatalah bahwa kelakuan yang nyata kepada dirimu itu ialah nafsumu itu semuanya kenyataan keadaan zatullah ta’ala yang meutlak, adapun hamba tak punya. Jadi yang mempunyai kelakuan itu tiada huruf dan tiada suara.dan tiada isyarat itulah dirimu dunia dan akhirat itulah Jibu. Adapun pahamnya segala yang tersebut didalam akibat yang lain-lainnya, ang dinaakan kitab maksudi tasauf itu yaitu jikalau kita ada bisa mengembalikan amanah allah atau berlaku barang sebgainya sama didalam sembahyang, didalam ziki atau barang pekerjaan dunia, maka sudah karamlah kita didalma laut qadim ang haqiqi. Manakal karam hapuslah namanya, manakala hapus lenyaplah baginya namapun tiada itulah yang dikata Esa dan meliputi. Jadi kalau tiada demikian, tiadalah hasil ma’rifat seperti ini barulah benar-benar cinta dan rindu dendam dengan zat hayat yang hidup sendirinya. Maka berkasih-kasih dan berinjak-jinakan, karena sudah sauju senyawa, serta serasa dan serahasia. Inilah walaupun sembarang saja kelakuannya, tiada diketahuinya dirinya karena pekerjaan itu atau kelakuannya didunia dan diakhirat sama dibuatnya adapun arti rindu itu belum berjumpa dan arti dendam itu sudah bertemu.
Dan arti rindu itu hamba, dan dendam ialah Tuhan maksudnya. Yang artinya berjumpa itu sudah bertemu nyatalah dengan nyatanya, manakala nyata datanglah laut rahmat dan nikmat itulah jibu.
KARENA itu tidaklah BERDIRI SENDIRI. TETAPI SEMUANYA BERHAJAT KEPADA ALLAH. MAKANYA ADANYA ALAM INI TIDAK MENARIK PERHATIANNYA. KARENA ITU MEREKA ANGGAP BAGAIKAN TIDAK ADA. INILAH CAHAYA ILAHI ROBBI YANG MENYINARI DIRINYA LAHIR BATIN.
DIKALA SAKARATAL MAUT
Kesempurnaan hamba allah pulang ke rahmatullah ini hanya sebuah misal atau contoh
Ada beberapa pertanda menjadai rahasia
Bergerak daripada ujung sulla lalu naik ke atas kepada, rasanya seperti ditusuk-tusuk dengan jarum, dan lalu terus kepada telinga kiri dan kanan. Dan mendengar bunyi suara seperti bunyi badil/ meriam atau petir, dan heran rasanya terlalu sangat, itulah hakikat jibril memberi tanda. Jibril itu suatu cahaya keluar dari diri kita pada waktu itu kita mengata : ya hu, ya hu, ya hu.
Sekarang umur kita tinggal 40 hari saja sesudah 33 hari yaitu tinggal 7 hari lagi keluarlah suatu cahaya/dari mata kita rupanya sangat elok bercahaya cahaya.
Dengan berpakaian hijau itulah dia malaikat izrail. Dikala itu kita mengucap : Hakkul hak, hakkul hak, hakkul hak jadi umur kita tinggal 7 hari lagi.
Sesudah 3 hari itu, yaitu pada hari yang ke 36 keluar pula cahaya dari mata kita, yaitu cahaya yang amat putih bersih seperti kita jua besarnya, atau rupanya : baunya terlalu sangat harum seperti ambar kasturi dan dia berkata : akulah yang bernama muhammad itulah sesungguhnya allah ta’ala memberi tanda gerak.
Dan dikala itu kita mengucap alhamdulillah robbil alamin dan pada hari yang yang keempat puluh (40) : maka allah tazali yaitu zat allah s.w.t yang sebenarnya maka bertetaplah engkau pulang kerahmatullahi ta’ala seperti terlalu nikmat rasanya, tiada hingga lagi. Maka kita ingat, jangan lupa dalam hati kita ini Ujudullah Ta’ala.
Maka himpunlah muhammad dan allah, yaitu hu allah inilah perjalanan para aribillah dan para wali-wali allah jangan di ingat dimulut dan dihati ingat didalam dan barang siapa mengenal akan tuhannya, niscaya ia jahil akan dirinya sendiri.
Jikalau tiada anugerahnya kepadaku, niscaya tiadalah aku dapat mengenal tuhanku
Dan saiyidina Abu Bakar pernah ditanya orang
Bika arofa robbaka, artinya : dengan apa engkau mengenal tuhanmu ?
Maka syayidina abuu bakar menjawab dengan tegas
Araftu robbi bi robbi, walaula robbi ma araftu robbi
Artinya : aku mengenal tuhan dengan tuhanku jua, jiakalu tiada karena tuhanku, tiadalah aku dapat mengenal tuhanku. Maka yang bertanya itu meneruskan pertanyaannya. Apa mungkinkah manusia ini dapat mengenal tuhan ?
Maka saiyidina abu Bakar menjawab :
Al adju andarkil idroki idrokum
Artinya : lemah daripada mendapat akan pendapat, itulah yang mendapat, maksudnya ialah : kelemahanku akan tuhannya. Jadi jelasnya ialah : dia juga yang mendapat kaunya lebih jelas lagi kaum sufi mengatakan laya’rifullah ilallah.
Artinya : tiada mengenal allah hanya allah
Sekarang baiklah hamba bawakan pula ayat yang berbunyi : wafi amfusikum afala tursirun, artinya : didalam diri kamu kenapa kamu tidak mengetahuinya dan lagi dalil mengatakan wafi amfusikum wama yafalun, artinya : tuhan ada pada engkau tetapi
Engkau tiada melihat. Maka dengan adanya dalil ini/ dalil al-qur’an yang nyata ini. Marilah kita mengenal Tuhan Allah s.w.t.
Beranikanlah : jangan ada rasa takut, rasa takut itu adalah bujukan syaiton laknatullah.
Lil jismil insani insanu
Artinya : carilah orang, yang ada orang didalam orang
Fastazkurni, fastzkurkum
Artinya : kenalilah sedalam-dalamnya tuhanmu dan dia juga mengenal kepadamu
Demikianlah orang yang hendak mengenal diri dan lagi firman Allah Ta’ala dalam al-qur’an : wanah aqrobu ilahi min khablil wail . Artinya : kami adalah lebih dekat kepadanya daripada urat leher mereka sendiri (Qaf s. 50,16)
Quluah bitu al-jami’a famma ya’tiyanakum minni huda famantabia huda yafala khaufun alaihin walahum yakhjanun, artinya : berangkalah kamu sekaliannya, jika datang petunjukku kepadamu
maka barang siapa mengikuti petunjukku, niscaya tiada takut dan tiada gentar dan tiada berduka cita waktu selama-lamanya.
Jadi ayat ini adalah bagi kita untuk mendorong kita dalam menuju tuhan robbul alamin.
Maka dari pada itu segalanya ialah : menuntut demi allah, mengenal demi allah, berjuang demi allah
Sembahyang demi allah, bekerja demi allah, beramal demi allah, berusaha demi allah, jadi keseluruhnnya adalah demi allah. Tidak ada demi itu dan demi ini, semuanya ditundukan dan direndahkan demi allah. Hidup di alam maya semata-mata melaksanakan perintah allah dan meninggalkan larangan allah. Hamba berbuat menurut sekehendak allah. Tidak menambah dan mencurangi dari kehendak allah. Apabila hamba berani menambah dan mengurang daripada kudrat dan iradat allah, maka aku hukumkan dariku itu murtad. Dan apabila kau lupa sekejap saja kepada allah, maka aku hukumkan diriku itu kafir. Sekarang baiklah kita teruskan dengan ayat yang berbunyi Kholaqtul zinna wal insa liya’budun. Arrtinya : aku jadikan jin dan manusia semata-mata untuk mengenal kepadaku atau untuk mengabdi kepadaku, atau untuk menyembah kepadaku mengenal tuhan adalah suatu amanah dari allah, untuk kita laksanakan secepat mungkin dan janganlah kita lalaikan mengaji/menuntut rahasia besar ini. Sabda Rasulullah saw faija ajakaro illa khonasa, artinya : apabila ingatlah musnahlah syaiton. Maksudnya ialah : yang ingat disini bukan makhluk biasa, etapi hamba yang sudah melasanakan kepada keakuan tuhannya. itulah manusia allah namanya. Itulah insan kamil inilah yang dimaksud oleh abda nabi kita Muhammad s.a.w dan sekarang kita teruskan pula kepada hadist yang berbunyi : Takholaqu bi akhlakillah. Artinya : berakhaklah kamu dengan akhlak allah.
Apa yang dimaksud dengan berakhlak dengan akhlak allah ? jawabnya ialah hamba yang sudah mewujudkan tuhan dalam dirinya pribadiitulah akhlak allah. Jadi tujuan utama dalam bidang ilmu tasauf ialah : untuk menyempurnakan lahir dan bathin, luar dan dalam, sariat dan hakikat, fikih dan tasauf. Dan dapat membedakan yang yang hak dengan yang batil. Dan dapat membedakan dan mengetahui mana yang sebenar-benarnya insan kamil dan mana manusia biasa.
Yang semula mulia hamba disini tuhannya ialah : yang tahu akan dirinya dan yang tahu rahasia yang satu itu. setinggi-tingi maqam ialah yang menduduki kedudukan tuhannya. Tuhan menjadi matanya untuk melihat, tellinganya untuk mendengar, dan lidahnya untuk berkata-kata.
Dan orang yang tidak terdinding lagi pandangannya ialah : hanya satu pandangannya, satu tekatnya satu akidahnya, satu pendiriannya, dan satu dalam rahasianya. Pokoknya segala-gala adalah Satu belaka bagi pendirian hamba hanya satu dan satu. Semuanya bilangan adalah satu. Semesta satu,semua alam satu, surge dan neraka satu, pendeknya adalah semua satu.
Demikianlah pendirian seorang arif atau waliallah. Seorang waliaalah pernah berkata tidak ada kejahatan di dalam dunia ini.beliau sangat optimis sekali. Demikian lah yang pernah melompat dari mulutnya seorang arif atau wali Allah.
ILLAH : RASA
Rasa sejati dan mutlak dan murni inilah rasa tuhan yang sejati dan abadi dan mutlak nafsulmuttmainnah itulah yang disebut sunyi dari zat maha suci tuhan yang disebut nafsu zat hak ta’ala yang disebut sunyi dari zat maha suci tuhan.
Rasa yang sejati itu tidak tersentuh dan tidak bercerai dari maha suci tuhan, ini yang dikatakan dia yang didalam dan dia yang diluar. Dia yang mengurung dan dia yang dikurung. Itulah kedudukan seorang waliallah at’ala. Beliau itu sudah wahua ma akum artinya berberangan siang dan malam dan tiada dibatasi oleh ruang dan waktu dan tiada rusak karena rusaknya adam, Dia tetap langgeng selamanya.
Liqo (pertemuan)
Kalau yang tertulis dalam al-qur’an itu datangnya dari mana dan kemana simpunnya. Apakah setelah membekas pada kulit-kulit kayu daun-daun kurma, batu-batu dan di kayu-kayu sudah dihilangkan yang sejatinya ?
Apakah al-qur’an itu hanya yang tertulis di lukh mahfutz saja ? adalah yang alinnya lagi ?
Bagaimana muayatnya dan apakah nama tempatnya?
Kitab yang diturunkan allah kebumi ini ada 104 buah kitab. Adalah kitab yang tersembunyi dibalik yang 104 itu yang memang ada, ialah : kitabullah yan sebenarnya itu apakah ia berhuruf, bersuara merupakan kata-kata kitabullah itu sunyi dari segalanya. Manusia hanya diberi sedikit saja percikan kalau tuhan hakiki dan azalli. Jadi siapa yang berhajat kepada ilmu, ilmuwan namanya. Dan siapa yang berhajat kepada ilmu dan kepada allah, itulah yang sebenarnya, yang sampai. Inilah makam tuhan yang hakiki dan azali dan inilah makam ahlul akhirat namanya. Inilah makam nabi-nabi. Dan rasul-rasul allah. Ini makam muhammada namanya. Makam yang terpuji dilangit dan terpuji di bumi. Jadi siapa-siapa yang dikehendaki allah, hanya engkau sendiri kurang faham dengan allah. Bila engkau paham dengan Allah, maka berarti engakau sepaham dengan Allah.
Artinya : fahammu satu rahasia dengan allah, kemauanmu satu rahasia dengan kuasa allah.
Akhirnya ujudmu dan hidupmu satu rahasia dengan ujud allah dan hayatullah zat.
Nur Muhammad
Nur Muhammad itu adalah pandangan pertama bagi kita karena itu adalah bibit dari segala kejadian.
Adapun takbir atau mukarramah itu ialah : Allah itu hayat Hu itu Roh, Roh itu nafas, nafas itu nyawa. Mukarramah takbir ini diambil dari kitab TUHPA. Pakaian dari DATUK SANGGUL tanah kuning Rantau (kalsel). Sekarang kita mengambil pakaian DATU MUHMMAD HASAN Negara (kalsel) bunyinya inilah ilmu rapat mufakat segala ulama yang ahlus sunnah wal jamaah yang hak. Maka inilah pegangan kita pada hayat. Hayat itu menjadi nyawa dan nyawa itu menjadi Nur Muhammad. Dan Muhammad itulah Roh Allah. Tetapi disini kita teruskan kepada zat-zat sifat allah jua. Jangan terhijab/terdinding. Jadi allah dan Muhammad jangan diceraikan, seperti naïf dan isbat kesimpulannya ialah kalimah la ilaha ilallah itu gugurnya kepada : hayat, roh, nafas dan nyawa.
Susunannya begini la itu hayat, ilaha itu roh, illa nafas dan allah itu nyawa.
Jadi yang sebenar-benarnya diri itu nur muhammad
Yang sebenar-benarnya nur Muhammad itu sifat
Sebenar-benarnya sifat itu zat, yaitu zat hayat
Allahlah yang disebut rahasia allah (sirrullah)
Inilah perjalanan menurut Datuk Muhammad Hasan
Kebersihan hamba kepada semua penuntut smpanlah
Ia baik-baik jangan sampai dibeberkan ditengah- tengah
masyarakat, nanti bisa menimbulkan fitnah besar.
zat itu roh, roh itu nafas, nafas itu rahasia, rahasia itu nur Muhammad
dan yang sebenar-benarnya Muhammad it ujud kita ini. itulah pegangan kita sekarang ini, dan seterusnya inilah pakaian datuk Arsyad Kalampaian, Martapura.
Dan selanjutnya kita teruskan kepada pakaian Datuk Abussamad Bakumpai, Kalsel menurut keputusan kaji beliau adalah yang sebenar-benarnya badan rohani kita itu adalah : Allah Ta’ala sesudah engkau faham, maka jangan engkau cari lagi. Karena ia sudah menjadi nyawa kita.
Maksudnya ialah : jangan dicari lagi, karena Allah itu sudah laisya kamislihi sai’un
Apabila kau cari lagi ia bertambah jauh darimu
Coba saja kau berdiri di muka cermin yang bersih
Apa yang engkau lihat? Bayangan bukan ?
Mana ujudmu yang sebenarnya dari keduanya itu ?
Tentu ujud berdiri itu bukan
Nah, itulah contohnya yang paling mudah pada akal
Hamba mohon diambilkan dan dimesrakan lahir
Bathin. Sekali lagi. Jangan dicari lagi. Karena ia sudah
Menjadi al-insanu sirri wa ana sirohu
Artinya : insan itu rahasiaku dan akupun rahasianya
Demikianlah adanya, wassalam.
—oo0oo—
Kalimah La Ilaha Illallah
Kalimah tauhid ini mengandung empat roh
Satu roh JASMANI, tempatnya pada seluruh tubuh.
Roh ROHANI tempatnya diatas jantung kita
Roh RAHMANI, tempatnya pada otak, member cahaya mata
Roh IDHAFI, tempatnya dalam jantung.
Ialah empat roh itu yang ada pada diri kita
Tapi jangan kau artikan bahwa roh itu bertempat karena semuanya itu sudah lebur
Ke dalam rahasia Allah. Siapa yang mendapatkan Allah pada suatu tempat orang itu sesat dan kafir naudjubillahiminzalik.
Dan kalimat ini mengandung empat pasal pula itu sifatnya kebesaran, kemuliaan, keragaman, keelokkan dan kesempurnaan zat Allah Ta’ala. sedang sifat 20 itupun simpunnya pada kalimah ini. Juga seperti : sariat,tarekat, hakikat, ma’rifat. Simpunnya kepada kalimat tauhid itu tadi juga. Sedang asma af’al sifat dan zat tercakup kepada kalimah tauhid juga.
Dan kalimah tauhid ini tadi termasuk kalimah meadakan dan meniadakan, maksudnya ialah allah ada, makhluk ada. Dan juga kalimah tauhid itu menunjukkan fana dan baqa. Fana hamba ke dalam tuhan dan baqa dan tuhan. Artinya : fana dalam kekidaman, dan baqa dalam keesaan. Sebagai yang terakhir kalimah tauhid itu menjadikenyataan ujud semesta dan hayat semesta.
Kalimah la ilahailallah ini simpulnya kepada huruf lamjalalah ini menunjukkan keadaan allah. Dan keadaan yang menyebut itu sendiri. Kalau kita artikan secara umum, itu berarti dengan tiada. Tapi sebaliknya menunjukkan keadaannya. Kalau seorang arif itu mengata ala allah. Artinya melainkan allah jadi huruf la ini zikir jua adanya dan senantiasa adapula zikir bathin yang tak panjang bacaannya hanya bagi ingat cukup, inilah kesempurnaan diri. Allah hadir, allah ma’I, allah alimun, allah basyirun, allah sami’un, allah mutakalimun. Artinya : allah hadir, allah serta, allah tahu, allah melihat, mendengar, berkata-kata. Inilah zikir bagi ingat atau bagi tahu-tahu saja. Tapi kalau belum matang bisa dilatih dahulu, dan kalau sudah mesra dan zliam. Pemberitahuan : umpama ada yang lainnya hanay ada empat zikirnya, pun sama saja. Kalau yang empat itu kita sudah mengerti artinya maka dengan sendirinya bisa meneruskan yang lainnya. Demikianlah mengenal zikir rahasia atau zikir diri, namanya. Sebab arti zikir ini sangat luas dan dalam arti dan maksudnya.
Zikir itusemua baik, asal saja sudah faham artinya dan tujuannnya, tepat diantara semua zikir lahir atau bathin yang paling istimewa dan paling mulai ialah zikir DIAM.
Susunan Sifat 20 Gugurnya Kepada Diri
Ujud adalah kepala
Qidam adalah telinga kanan
Baqa adalah telinga kiri
Muhalapah adalah mata kanan
Qiamuhu adalah mata kiri
Wahdaniat adalah mulut
Kuadrat adalah bahu kanan
Iradat adalah bahu kiri
Ilmu adalah susu kanan
Hayat adalah susu kiri
Sama adalah tangan kanan
Besar adalah tangan kiri
Kalam adalah pangkal lengan kanan
Badhrun adalah pangkal lengan kiri
Muridun adalah kaki kanan
Alimun adalah kaki kiri
Hayyun adalah paha kanan
Samiun adalah paha kiri
Bashirun adalah pusat
Mutakalimun adalah jantung
Demikian susunan menurut urutan-urutannya.
Huruf-huruf nama Allah
Allah : zat, sifat, asma, af’al
Muhammad : sir, nur, asma, perbuatan
Adam : rahasia, roh, hati, kelakuan
Insan kamil : rahasia allah Ta’ala
Sebuah misal :
Roh umpam istana
Hati umpama raja
Ilmu umpama hakiki
Akal umpama pembesar kerajaan
Tubuh unpama kendaraan
Nafsu umpama penarik kereta
Telunjuk sebagai penguasa kerajaan
Mata sebagai pengawas
Telinga sebagai penghubung
Hidung sebagai timbangan
Mulut sebagai palu
Kaki sebagai lascar
Tengah sebagai tempuk pemerintahan, sayap kanan/kiri.
Demikianlah yang dapat hamba harapkan untuk sesamaku. Ini hanya sebagai missal atau contoh saja. Inilah raja kuasa bagi sekalian umat. Inilah yang disebut halifah di dalam bumi ini. Sekianlah ulasan tersebut di atas ini.
Doa nikah supaya mendapat tuntunan hidup
Wanumadzilu minal qur’ani wahuma sifa’u warahma hulillmuminin
Mada keluarlah engkau daripada tubuh
Madi keluarlah engkau daripada hati
Mani keluarlah engkau daripada nyawa
Manikan keluarlah engkau daripada rahasia
Keluarlah engkau dengan izin Allah
Keluarlah engkau dengan qodrat allah
Keluarlah engkau dengan iradat allah
Malaikat kiraman-katibin bukai pintu hadijah, buka pintu aisyah, bukai pintu maimunah, bukai pintu salamah, bukai pintu patimah, pintu surga zannatun na’in, tutupkan pintu neraka dengan pandangan lailahaillallah muhammadarrasulullah.
Cara memakainya
Duduk berhadapan bertemu lutut, ajari dengan membaca astagfirullah hal adzim 3x
Syahadat dan al-fatihah. Selesai ini kita baca dalam hati ayat tersebut diatas. Selesai membaca ayat yang dimaksud sewaktu akan main, senjata kita didepan senjatanya, baca assalamu’alaikum yang bahir rahman, dijawab oleh istri : wa’alaikum salam ya bahir rahim. Sewaktu air akan keluar kita abaca syahadat tauhid yakni ashaduanlaailahaa illallah disambung Istri dengan syahadat rasul yakni waashaduanna muhammadarrasulullah.
Cinta hakiki
Jangan jauh-jauh engkau mencari ajaran. Karena ajaran-ajaran itu telah berada didalam dirimu sendiri. Bahkan seluruh dunia ini telah berada dalam dirimu sendiri. Jadikanlah dirimu itu cinta, cinta sejati dan abadi. Dengan cinta itu kau dapat melihat dunia, arahkanlah pandanganmu dengan tajam dan dengan keheningan parasmu nan elok rupawan kepadanya siang atau malam. Karena apakah kenyataannya ? segala sesuatu yang tampak di sekeliling kita adalah akibat perbuatannya. Oleh karena itu jelaslah sudah bahwa tuhan berada dalam cinta, engkau tidak akan menemui kesulitan lagi asalkan masuk dan keluarnya telah jelas bagimu. Pengertian tentang hal ini sangat terbatas sekali. Dia sama sekali tidak berbentuk seperti sangkamu. Dia tidak tampak oleh orang biasa (orang awam) tetapi dia tetap ada dan tetap hadir. Tetapi bagi orang yang berakhir dalam pandangannya, maka tampak sesuatu yang benar dan agung. Dan ketika dipandangnya ujud itu, maka dengan jelas tampak membayang ujud yang seragam antara dia dengan ujud itutidak ada bedanya. Dia tidak tampak karena terdesak oleh gerakan-gerakannya sendiri dari seluruh dan azali. Jadi bedanya tidak tampak pada sumbernya karena ini walaupun kita bicarakan siang dan malam tapi jika orang belum pernah memperoleh ajaran yang rahasia ini tetaplah tiada faedahnya (tidak ada gunanya).
Ia maujud dengan ujudnya allah ta’ala yang hakiki, dan fana dibawah ujudnya. Maka jelaslah kepada kita bahwa hilang diri itu atau insan itu melahirkan seorang insane kamil atau Muhammad insan kamil. Persembahan seorang insan kamil tidaklah mengenal waktu semua gerakannya digunakan untuk ibadah. Sikap diamnya dan bicaranya dan gerak tubuhnya, bahkan bulu romanya, kotorannya, kencingnya semuanya diperuntkkan sebagai ibadah memuji tuhan. Inilah sholat dhaimnamanya.
Sekian wassallam.
Sedikit tentang Tanya Jawab
Tanya : Bagaiman menutup pintu shaiton?
Jawab : untuk menutup pintu-pintu itu mudah saja. Asal tahu rahasianya kejadiannya yaitu :
lepaskan akuan sendiri kepada akuan tuhan, itulah penutup pintu-pintu shaiton.
Tanya : apakah puncak segala puncak ma’rifat itu ?
Jawab : puncak segala ilmu dan ma’rifat itu ialah : kosong
Tanya : manakah al-qur’an yang rahasia itu?
Jawab : al-qur’an yang rahasia itu ialah tiada huruf, tiada suara dan tiada kata-kata
Tanya : apakah nama tuhan yang azali itu?
Jawab : nama tuhan yang azali itu tiada bernama hanya disebut huwa, sesudah itu baru hu.
Hu itu allah ta’ala : dan nur bernama Muhammad.
Tanya : apakah bedanya nur allah dengan nur Muhammad?
Jawab : nur allah dengan nur Muhammad tiada lain. Siapa menyangka berlainan, kafirlah
orang itu
Tanya : nur itu artinya cahaya benarkah itu?
Jawab : itu tidak benar. Itu hanya kata-kata kiasan saja. Nur yang sebenarnya bukan cahaya,
bukan benda, dan bukan materi, dan bukan zat, dan bukan sifat. Tidak seorang pun
yang tahu kecuali orang yang beroleh petunjuk hidayah.
Tanya : apakah yang dimaksud mekkah itu?
Jawab : yang dimaksud dengan Mekkah itu ialah Muhammad
Tanya : apakah yang dimaksud dengan madinah itu ?
Jawab : yang dimaksud madinah itu ialah : dua kalimat syahadat/ syahadatain
Tanya : apakah yang dimaksud dengan ka’bah itu ?
Jawab : yang dimaksud ka’bah itu ialah adam
Tanya : huruf mim, ha, mim, dal, itu masuknya ke mana?
Jawab : huruf Muhammad itu masuk kepada huruf : alif, lam awal, lam achir,dan ha
Tanya : mana menyatukan itu?
Jawab : alif dalam mim
Lam awal dengan ha
Lam achir dengan mim
Ha dengan dal
Tanya : apakah arti sin, ba, qab ?
Jawab : sin itu adalah rahasia semesta alam
Ba itu kejadian semesta alam
Qaf itu meliputi sekalian alam
Tanya : coba kamu uraikan sedikit sedikit tentang sin, ba, qaf
Jawab : sin, ba, qof itu ialah
Sin itu rahasia allah
Ba itu rahasia Muhammad
Qab itu rahasia alam
Baiklah ringkasnya saja hamba uraikan :
Allah ya Muhammad, Muhammad ya adam
Apakah arti ba, alif, mim, lam ?
Bakhrul abu malun laqut
Apakah yang dimaksud dengan bakhrul abu malun laqut?
Itu yang disebut. Bismillahirahmanirrahim
Itulah asma tuhan yang paling rahasia
Tutuplah kepada yang bukan ahlinya. Karena bisa membawa fitnah besar dimata umum
Apakah mungkin ada ba, alif, mim, lam, kalau tidak ada sin, ba, qob, tidak ada, tentunya ba, alif, mim, lam pun tidak ada jua. Jelasnya : kalau Muhammad tiada, siapa yang mengatakan tuhan itu ada. Jadi buktinya tuhan itu ada, adanya aku. Adanya tuhan itu adanya aku. Dan adanya aku,
adanya tuhan. Jadi intisari kalimah la ilaha illallah itu tidak ada tuhan, melainkan aku. Dan tidak ada aku melainkan aku. Sekarang, akuku lenyap dalam jibu. La hurufi wala sautin artinya : tiada huruf, tiada kata-kata, tiada suara.
Aku kini tiada disana, hanya engkau tunggal semata.kini aku tiada lagi mengata aku, hanya aku mengata : engkaulah tuhanku.
Maksudnya : ialah yang tuhan itu adalah aku didalam rahasiaku
Demikianlah garis besar tentang Tanya jawab ini maka sampai disini.
HAQIQAT SEMATA
Maqam ini disebut juga dengan haqiqat mujaradat atau dengan kata DERAJAT HAQIQAT. Orang awan dan orang alim belum mendapat atau mencapai DERAJAT HAQIQAT ini. Mereka hanya sampai kepada tingkat ilmu belaka. Belum lagi sampai kepada DERAJAT HAQIQAT ILMU DAN MA”RIFAT. Orang yang berada pada tingkat haqiqat semata ini, tiada lagi berpegang kepada kulit lahir dan nash dan dalil mereka telah menyeberang dari al’Qur’an dan al-hadits.
Mereka langsung menuju tuhan tanpa perantara
Rasulullah S.A.W sendiri, sebelum turunnya al’Qur’an beliau beliau sudah ma’rifat kepada Tuhan Allah. Beliau cukupmemakai dalil-dalil alam sekelilingnya. Itulah yang disebut KITABUL UJUD. Orang yang berada pada maqam ini berkata dengan sembarang kata, karena mereka tidak peduli atas kaedah sareat. Makanya ulama-ulama sareat atau ulama fiqih menghukumkan jindik kepada mereka. Sebenarnya kata-kata jindik itu hanya kata-kata menakuti saja.
Orang-orangsiddik yang kuat memegang sareat berkata-kata jindik itu hanya untuk supaya jangan ditiru oleh orang yang dangkal ilmu pengetahuanya. Jadi saya yakin, bahwa haqiqat semata ini dapat dibenarkan, asal orang itu benar-benar mendalam, dan dalam ilmu ma’rifah dan telah sampai kepuncaknya.
RASULULLAH S.A.W sendiri pernah bersabda, dan tiba-tiba disuruh Tuhan menutup lidahnya, agar supaya terpelihara sareat MUHAMMAD. Para sahabat mengumpulkan dan mencatat semua hadits nabi saw tetapi nabi melarang mencatat hadits-hadits nabi yang sangat rahasia, kalau dicatat semua maka bisa membawa fitnah besar, para sahabat sering membicarakan soal yang mendalam. Sampai-sampai keluar dari al-qur’an dan alhadits nabi saw sering melarang. Sebab sabda beliau : tidak semua umatku yang mencapai makam ini. Dan nanti bisa membawa fitnah besar, dan sabda nabi s.a.w. yang sangat rahasia itu hanya dibisikan orang ditelinga yang beroleh ilham.
Dan RASULULLAH s.a.wa sendiri pernah bersabda, yang artinya begini : AKU ALLAH TIDAK ADA TUHAN, MELAINKAN AKU.
Demikianlah hadits shahih yang pernah saya temui dalam sebuah kitab tasauf yang sangat mendalam sekali isinya. Maka apabila saya sak dan ragu dengan hadits ini, maka kafirlah saya pada saat ini juga. Dan bakarlah saya dengan neraka jahanam itu. turunkanlah bala bencana yang hebat didalam dunia ini juga. Dan janganlah engkau terima tobat saya sampaii hari kiamat.
Engkau maha mendengar lagi maha mengetahui. Orang yang telah mencapai tingkat ini, mereka telah berada pada alam yang tertinggi, yang disebut dalam firman Tuhan yang berbunyi AL MALA IL ‘ALA. Orang ini hakikat semata, tiada lagi berpegang kepada sareat yang jahir ini. Sebab dalam pandangannya sareat yang berlaku ini adalah sareatullah jua. Gerak dan gerik hanya pada Allah.
Orang yang sampai pada Allah mereka seia sekata , seujud, senyawa , serasa dan serahasia. Kehendaknya tidak berlawanan dengan kehendak Allah. Mereka telah satu dengan Tuhan.
Sifat Tuhan menjadilalah sifatnya.
Ia telah fana dalam Tuhan dan baqa dalam Tuhan. Siapakah lagi yang memerintahkan dan siapakah yang diperintah. Tentunya tidak ada apa-apa lagi. PAHAMKANLAH.
Orang yang pada maqam tertinggi ini, telah mendapat kebebasan dari Tuhan, karena mereka satu kedudukan dengan Tuhan dalam segala hal. Orang ini kerap kali berkata dengan sembarang kata
Karena mereka berdiri sendiri dan berbuat sendiri menurut sesukanya, sering mereka berkata; Aku yang punya alam, aku yang punya kuasa, dan aku yang menentukan hokum. Yang Tuhan itu adalah Aku. Maha suci aku dan sembahlah aku. Tidak ada Tuhan, melainkan Aku MUHAMMAD itu utusanku, MALAIKAT itu abdiku.
Dan semua makhluk mendapat menghadap kepadaku, dan algi katanya ; Akulah Tuhan sekalian makhluk.
Semua orang yang mengahadap itu adalah menyembah kepadaku. Alangkah besarnya kuasa. Akulah Tuhan yang hidup, yang tiada mati semua dengan sendirinya, tiada Ruh dan tiada jasad. Kadang-kadang mereka berpisah.
Berkata pula; Akulah Tuhan yang maha besar, yang meliputi alam.
Aku ada dimana-mana. DI ARSY, DI LANGIT DAN DI BUMI.
Apabila aku berkata ; maka tuhanku menjawab, hambamu mendengar suaramu. Alangkah mesranya hidupku bersama kekasihku. Dia adalah aku dan aku adalah dia. AKU DAN AKU ADALAH DIA.
Aku satu dengan Allah, Aku satu dengan Muhammad, Aku satu dengan Adam, Aku atu dengan seluruh alam, Akulah Tuhan yang maha Esa (rahasianya).
Aku berbuat menurut sekehendakku. Kalau hendak melihat Tuhan ; lihatlah aku. Semua wali-wali itu adalah waliku. Aku berkata sembarangan kata, Tak ada satupun kata, Tak ada satupun yang menenagahnya, kecuali aku sendiri.
Alangkah mulianya aku, Akulah lapang dan akulah yang sempit. Semua perbuatanku di ala mini adalah baik. Hanyalah makhluk sendiri salah sangka.
Siapa menyangka buruk, buruklah jadinya
Siapa menyangka baik, maka baiklah ia.
Inilah contoh orang yang sejajar dengan maqam Rasulullah s.a.w.
Janganlah pandang jahir semata, niscaya jauh dari Tuhan.
Apakah arti hakikat yang sesungguhnya ?
Arti hakikat itu ialah Tuhan semata, tiada campur dengan makhluk
Sedang makhluk itupun juga asma Tuhan. Allah itupun asma Tuhan, semua asma Tuhan, tetap ia hakikatnya satu jua.
Jadi bagi orang yang telah bertemu dengan inti sari ilmu dan ma’rifat adalah ; ia tidak perlu lagi menyebut asmanya, atau pengkatnya, cukuplah ia menyatakan dirinya dengan kata-kata Aku (Hu). Inipun kalau keluar. Tetapi bagi bathinnya ; cukuplah diamnya orang yang telah bulat atau satu dengan Tuhan, telah hapus kata-kata sareat atau tarikat. Hanya tinggal bathin hakikat dan lahir ma’rifat. Yang teratasnya lagi tidak ada/hapus kata-kata ma’rifat ; tinggallah hakikat (tuhan semata). Jadi tinggallah satu pandang syuhud saja. SYUHUDUL WAHDAH FILWAHDAH. Tuhan memandang kepada dirinya sendiri. Jadi disini tidak ada sareat, tarekat dan ma’rifat lagi. Semuanya tidak ada yang berdiri diatas hakikat.
Hakikat adalah ZAT DARI TUHAN ALLAH AZZAWAZALLA, jelasnya tidak ada sifat yang berdiri diatas zat. Jadi jahir Tuhan, bathinnya Tuhan. Yang nyata Tuhan dan yang bathinpun Tuhan jua.
Jadi yang berlaku pada sekalian ala mini adalah ZAT SEMATA atau yang disebut hakikat semata. Dengan kata lain (Rahasia) ialah : HU (AKU) semata.
Kata-kata AKU disini adalah murni dan tak diragukan lagi kebenarannya. MAN ANA (SIAPA AKU) ; Aku disini ialah, Tuhan sekalian makhluk. Simpun seluruh alam dunia dan alam akhirat. Kalau hendak menerangkan kalimah AKU (ANA). Kering air laut untuk tintahnya dan tak cukup daun kayu-kayu untuk kertasnya. Untuk menulis kalimah KU atau ANA tak akan habis-habisnya.
Untuk memecahkan satu kalimah saja, tak cukup umur kita. Inilah tanda kebesaran Tuhan seru sekalian Alam.
Sedang inipun hanya satu tetes dari pialanya
Ilmu rahasia yang dianugerahikan Tuhan kepada hambanya hanyalah sebagai setetes embun diwaktu pagi. Sedang setetes ini sajapun banyak orang yang heran dan tercengang mendengarnya.
Apalagi umpamanya dua tetes, mungin ada yang matiterkejut karenanya. Atau langsung mendustakannya.
Sekurang-kurangnya orang mengatakan gila atau kapir.
Tetapi saya tidak heran atas tingkah laku hamba Allah didalam alam dunia ini. Karena semuanya itu terjadi atau kudrat dan kehendak Allah semata-mata.
Dunia ini adalah panggung sandiwara Allah Ta’ala, dimana Tuhan sendiri sebagai dalangnya. Maka kalau sudah tahu rahasianya, tentunya tentram dan bahagia hidupnya. Dan tak pernah mengeluh lagi. Orang yang sudah benar-benar bulat tekadnya, tidak ada takut lagi. Kadang-kadang orang yang telah merasa nikmatnya kurnia tuhan itu, ada yang ingin mati saja, yaitu mati di pangkuan kekasih. Orang yang demikian ini pandangannya Allah semata dan baik semata dan tersenyum semata. Tak ada lagi kebencian, buruk sangka, fitnah dan lain-lain sebagainyaorang yang seperti ini berkata selalu benar dan tak mau dusta lagi. Mereka tidak mengeluh dalam kemiskinan dan cacian orang. Orang ini telah melekat alam hati sanubarinya sampai kepuncak ARSY perasaan ridhanya dan suci bersih RUH dan SIRNYA. Hanya dalam pandangannya; AKU semata-mata.
Ia tidak lagi mengata : AMALLAH atau ANAL HAQ, atau AKU ZAT, AKU SIFAT. Atau aku hamba, atau aku makhluk atau Aku manusia. Tetapi cukuplah dengan isarat : AKU (ANA).
Kalau tidak perlu diam saja. Mereka tidak dapat lagi membedakan, yang mana dirinya dan yang mana Tuhannya dan mana makhluknya.
Ia tidak tahu lagi siapa dirinya dan siapa Tuhannya.
Ia tidak tahu lagi membedakan yang mana dirinya dan yang mana Tuhannya dan mana makhluk.
Ia tidak tahu lagi siapa dirinya dan siapa Tuhannya
Ia tidak tahu lagi dosa dan pahala. Hanya ia berkata dengan sembarang kata. AL-HAQ ada padanya dan dengan dialah hakikat. Dialah yang bathin dalam hakikat dan dialah yang lahir dalam ma’rifat zahirnya Tuhan dan bathinnya Tuhan. Dia berdiri diatas hukum, bukan di bawah hukum. Biarpun dia dicela dan dicaci, dimanja dan dipuja baginya adalah sama saja.
Inilah manusia Allah yang suci murni dan tiada noda, walaupun satu titik hitam kata-kata kafir atau gila dianggapnya sebagai suara merdu bagaikan seorang sufi meniup seruling buluh perindu dari surga.
Suara cacian dan hinaan sebagai nyanyian pelepas rindu dikala kesepian, tak mampu manusia memutarbalikkan hatinya atau yang disebut kalbun salim.
Dia tetap tenang ; tentram dan bahagia.
Allah tetap hadir dalam setiap saat / detik dalam perasaan
Orang yang seperti ini dapat dihitung dengan jari tangan, dia adalah termasuk golongan yang sedikit diantara 72 atau 73 golongan. Kami berani menyatakan, bahwa kami termasuk golongan yang sedikit. Yaitu golongan FIYAH QALILLAH.
Dalam istilah sufi disebut keluarga Tuhan.
Artinya : satu haderat dengan Tuhan, bahkan satu kedudukan dan satu kekayaan dengan Tuhan. Satu kekuasaan dan satu kebesaran dan satu kemuliaan. Kamilah Tuhan sekalian alam.
NUR ILAHI memenuhi jiwanya, NUR MUHAMMAD meliputi ujudnya.
Akhlak Allah dalam gerakan dan geriknya. Kalamullah setiap kata dan ucapannya. RACHMAN DAN RACHIM dalam setiap pandangannya. Suara ALAIH dalamsetiap pendengarannya.
Kalimah Allah dalam dalam setiap langkah dan tujuannya. SIRULLAH dalam setiap niat dan perasaannya. NIKMAT dan RACHMAD ALLAH dalam setiap turun naik nafasnya.
ZIKRULLAH dalam setiap denyut jantungnya.
HUDAWAATUZZIKRI dalam setiap diamnya. RAHASIA ALLAH dalam setiap akuannya.
Dia ESA dalam ARSYnya dan tunggal dalam melayutnya.
Dia berhaq berkata ; dengan namaku yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji itu hanya untukku. Karena ia dating dariku dan kembali kepadaku.
Tahukah kamu wahai makhlukku !
Bukan engkau yang berbuat itu ; tetapi aku juga memuji diriku. Aku memuji diriku atau aku diam saja; apakah aku tidak kuasa ? aku bebas menurut sekehendakku.
Aku jua yang menyuruh dan Aku jua yang mendengar.
Apabila Aku yang menyuruh, maka satu makhluk pun tak ada yang sanggup meninggalkannya. Dan apabila aku ang menengahmu, maka satu makhlukpun tak ada yyang sanggup mengerjakannya. Inilah tanda kebesaranku dan tanda kekuasaanku dalam setiap makhluk.
Apakah kamu masih belum mengerti?
Apakah aku yang ada, maka tak usah kamu takut dengan neraka, dan tak perlu kamu mencari surga. Akulah yang berhak menentukannya. Karena aku jua yang berbuat dan yang melarangnya.
Apabila aku menyampaikannya bukan aku yang mewajibkannya apa-apa untukku. Hanya semata-mata aku menyuruhmu supaya masuk kedalam surgaku. Apakah kamu belum mengerti? Bukanlah aku merindukan surga tetapi surga itu rindu padaku
Dan aku takut neraka ; teapi neraka sendiri lenyap dariku. Akankah neraka itu terbit dari surga?
Surga itu terbit dari AKU.
Pantaskah aku yang sujud kepada surge dan neraka?
Orang yang mencari surga atau takut akan neraka ?
Tahukah kamu wahai sekalian manusia ?
Dia ini milikmu dan akhirat itu haqmu
Dia ini zahirmu dan akhirat itu bathinmu
Dia ini badanmu dan akhirat itu jiwamu
Dia ini sifatmu dan akhirat itu zatmu
Zatmu tiada lain daripada zatmu
Dia ini neraka pada hakikatnya. Akhirat itu adalah surga . ia dan akhirat adalah satu.
Surga dan nerakapun satu jua. Allah dan Muhammad satu. Kalau begini manakah neraka itu?
Manakah dunia atau makhluk itu ?. Manakah yang adan dan Muhammad ?
Manakah yang jasad dan manakah yang roh itu ? manakah yang makhluk dan manakah yang Tuhan itu? rohlah kamu kalau masih belum mengerti.
Bacalah kitab barincong ; artinya perpisahan antara yang lahir dengan yang bathin. Antara yang batal dengan yang haq. Antara ahli kulit dengan ahli isi. Antara ahli sareat dengan ahli hakikat. Perpisahan antara makhluk dengan Tuhan. Perpisahan antara ahli jahir dengan ahli ibadat bathin.
RINCUNG : tak mau campur baur dengan ahli sareat. Memisahkan diri tak mau rapat. Ilmu jahir membawa mudarat.
Tuhan itulah haqiqat ujud dalam hidup ini
Tuhan itulah haqiqat alam, Alam dan tuhan adalah satu
Maka siapa yang fana dengan Allah, niscaya ia lupa akan dirinya.
Dan berkenalan dengan Allah dalam suhudnya
Siapa tiada melekat Allah, dalam apa yang ia lihat ; nyatalah ia masih terdinding. Seorang ahlul haqiqat yang tiada ber haqiqat.
Seorang pencinta Tuhan, yang tiada bertuhan. Dan seorang sareat, yang tiada bersareat.
Dan seorang ahlul ma’rifat, yang tiada berma’rifat. Seorang ahli pikir, yang tiada menggunakan pikiran. Dan seorang ahli tasyauf, yang tiada bertasyauf. Seorang pengenal, yang tiada mengenal lagi. Karena yang dikenal dan yang dikenal adalah satu jua.
Yang mencari itu, itulah yang dicari. Artinya ; Tuhan mengenal Tuhan.
Lemah dari pendapatan akan mendapat, itulah pendapatan Tuhan.
Jadi siapa kenal akan dirinya, niscaya kenal akan Tuhannya. Sebab dirinya itu tiada lain dari Tuahnnya. Jadi nyatalah tuhan didalam diri. Diri dalam genggaman Tuhan.
Dengan kata lain ; pemeliharaan Tuhan pada bathin hambanya. Jadi kesimpulannya JOHIR TUHAN, BATHINPUN TUHAN.
Dunia Tuhan, akhiratpun Tuhan, yang nyata Tuhan, yang ghoib pun Tuhan.
Awal pun Tuhan, akhir pun Tuhan
Yang nyata Tuhan, yang ghoib pun Tuhan
Semua itu Tuhan dan Tuhan itu semuanya.
Inilah ilmu ma’rifat yang sempurna.
Inilah ilmu rahasia yang esa yang sejati.
Inilah agama Islam yang sebenarnya.
Inilah iman haq yang diridhai.
Inilah amal ibadat yang bernilai.
Inilah manusia Allah yang suci murni.
Inilah dua kalimah syadahat yang sesungguhnya dan yang sempurna.
Disinilah sembahyang mi’roj namanya.
Disinilah puasa yang sebenarnya.
Disinilah yang sesungguhnya yang berzakat.
Disinilah haji yang mabrur.
Disinilah letaknya kebenaran cinta kepada Rasulullah dan
Kepada Tuhandan kepada segala makhluk.
Dan inilah yang disebut: AGAMA
Artinya: ALIF, AGEN DAN MIM.
APAKAH ARTI AGAMA itu.
Dalam arti yang sangat mendalam ialah.
ALIF artinya : ZAT ALLAH.
MIM artinya : SIFAT ALLAH.
AGEN artinya : Antara dua ujud. Yaitu ujud Allah dan ujud Muhammad.
Atau antara ujud Adam dn Ujud Allah.
Baiklah aku susun dengan rapi sekali.
ALIF : artinya ALLAH
MIM : artinya Muhammad.
AGEN : artinya nafsu Syahwat.
Jadi dinding antara Muhammad dengan Allah Ta’ala inilah NAFSU. Siapa sanggup mengalahkan nafsu itu ; berarti bertemu dengan Tuhan. Inilah arti yang sebenarnya dalam Rahasia ke-Tuhanan. Jangan hanyabisa mengatakan saja. Sedang haqiqat belum tahu.
Haqiqat yang sesungguhnya nafsu itu ialah ; SYAHWAT .
Maka saya uraikan dalam beberapa fasal.
1. Yang disebut dal Al’Qur’an yaitu : SYAITON
2. Nafsu kebinatangan (hayawan)
3. Nafsu yang belum terkendalikan
Siapa yang sudah sanggup mengalahkan nafsu shaiton itu berarti tidak adashaitonnya lagi.
Kini menjadilah ia nafsu ZAT HAQ TAALA atau nafsu mutmainnah. Inilah SIROLLAH NAMANYA. Maka apabila datangnya dari ZAT – illahiyah (Zat-ketuhanan) semuanya baik dan semuanya ibadat. Ialah artinya Agama itu. inilah agama yang selamat.
Atau yang lazim disebut : AGAMA ISLAM. Islam itu artinya selamat sejahtera.
Jadi dinding (hijab Allah) itu ialah : yang disebut AGEN itu tadi. Apabila musnah Agen itu tadi ; disebut juga AEN. Inilah ZAT ketuhanan yang mutlak. Marilah kita buka terus rahasia ini. Anda sering mendengar orang berkata : Hilangkan titiknya dahulu, baru kamu sampai kepada Allah. Baiklah aku dengan rela hati menerangkannya kepada anda, sesudah itu tutuplah. Baiklah kita membicarakan kembali antara “AIN” ( ) dan Agen ( ). Huruf AIN tidak bertitik.
Sedangkan huruf AGEN ( ) ada titiknya. Maka jadilah ia huruf “AIN” ( ). AGEN
AIN kalau huruf agan itu tadi sudah kita buang titiknya ; maka otomatis orang menyebut “AIN”.
Jadi “AIN ini ZAT ketuhanan yang mutlak (Nafsu ZAT Hau Ta’ala) sedang AGEN itu tadi adalah nafsu shaiton atau nafsu yang batil. Maka bila hilang titik AGEN itu tadi ; berubahlah menjadi “AIN” contohnya ;
Hanya menghilangkan titiknya, jadi sempurna ilmunya. Sama halnya dengan kata-kata AKU. Dan si batal menyebut AKU jua.
Disini kita kita hanya menghilangkan akuan makhluk. Bila sudah hilang, hanya akuan Allah saja yang ada lagi. Sempurnalah ilmunya.
Inilah cara menghilangkan titik itu tadi. Rahasiakanlah buat sementara. Mudah saja bukan. Semuanya jadi rahasia kalau belum diketahui.
ISLAM
Dalam artian umum ialah selamat
Artian dalam ma’rifat lain pula.artinya : Allah, Sir, Nafsu, yang haq, dan Muhammad
Antara Allah dengan Muhammad adalah Sir rahasia dan nafsu zat haq Ta’ala.
Apabila dapat menyatukan antara Sir dan nafsu yang haq, maka baru benarlah dapat menyatukan Allah dengan Muhammad. Apabila sempurna yang empat macam ini ; berarti sempurna islamnya dan sempurna imannya. Dan setelah tersebut tadi.
Sesudah mengetahui yang sesungguhnya arti islam itu ; Barulah dinamakan Islam sejati dan iman yang sempurna. Inilah yang sebenar-benarnya Agama, dan sebenar-benarnya islam dan iman yang haq. Inilah mu’min sejati dan hamba yang sempurna.
Janganlah hanya mengaku beragama Islam, sedang jiwanya kosong dari Agama.
Demikian pula halnya mengenai akidah/ pendirian seseorang yaitu tanpa taqlid buta dan ikut-ikutan orang lain. Kita wajib menyaksikan sendiri, membuktikan sendiri, dan merasakan sendiri. Inilah yang sebenar-benarnya agama Islam yang sempurna. Keterangan, ini merupakan ILMU LADUNI DAN RAHASIA KUDUS.
KEBENARAN DALAM AJARAN TASYAUF
Untuk mengetahui kebenaran dalam ajaran tasyauf ini kita dapat merasakan sendiri, umpamanya ; mendapat musibah, kita harus sabar dan ridha. Dan hanya sanggup tidak berdusta lagi. Jadi dalam pandangan kita semata-mata Allah, dan dalam perasaan kita harus kasih sayang. Dalam hidup ini kita telah mengetahui arti AGAMA.
AKIDAHKU : Aku tidak mau taklid buta lagi, walaupun ulama memakai dalil-dalil dan nash yang hebat.
Alhamdulillah kini jiwaku tenteram dan bahagia, hidupku puas dengan nikmat Allah dn setiap saat. Dalam soal ibadah aku aku tidak takut sedikit amal. Perasaanku kini tak ada lagi merasakan takut atau gentar. Aku tidak takut dengan neraka dan tidak takut siksa dan tidak takut sedikit amal dan tidak takut dicela dan tidak takut dikapirkan makhluk, tidak takut miskin dan tidak takut mati. Kata-kata takut itu lenyap semua dalam perasaanku. Sebaliknya ; aku merasa senang, bahagia, kasih saying, sabar, cinta dan ridha. Dan aku telah merasa nikmat didalam nikmat. Semua nikmat, tidak ada bala dan siksa.
Kini aku tidak minta sorga lagi. Sebab nikmat itu sorga, dan telah kurasakan didalam dunia ini.
Dunia nikmat akhiratpun nikmat. Senang nikmat susahpun nikmat.
Tidak ada yang tidak nikmat bagiku. Tak ada yang tak baik bagiku. Tak ada yang tak taat bagiku.
Semua nikmat, semua baik, semua ibadat, semua rahmat dan semua ridha bagiku. Dalam pandanganku tak ada lagi iblis dan shaiton, manusia dan jin, malaikat dan nahi-nahi, semua Tuhan dan Tuhan semuanya. Pendeknya serba Tuhan, tak ada selalu Tuhan.
Hanya dengan cara beginilah hamba Allah akan mencapai ketentraman jiwadan kebahagiaan. Dengan inilah caraku mencari kebenaran mutlak dan tidak ada yang lebih bahagia daripada kebahagiaan seorang ahlul ma’rifat.
AKIDAH / PENDIRIAN
Pendirian seorang ahlul ma’rifat ialah tak ragu akan akidahnya, dan tak pernah berubah walaupun dikapirkan orang. Mereka rela mati daripada berubah keyakinannya, mati adalah jalan yang terbaik dari semua jalan yang baik. Seorang ahlul ma’rifat tak pernah luntur, walaupun dihujani dengan hujan fitnah. Kata-kata sesat dan kapir ; dianggapnya sebuah nyanyian seorang sufi yang edang rindu kepada kekasihnya. Mereka tidak peduli akan kata-kata huruf dan suara. Hanya yang penting baginya perasaannya kepada Tuhannya. Apabila cintanya telah bersemi dan berupa penerimaan dari haliknya ; disinilah nilai hidup itu. baginya tak guna hidup, tanpa nikmat (ma’rifat). Karena ma’rifat itu adalah jiwanya iman ; dan jiwanya iman adalah ichsan.
Jadi jiwanya Islam adalah iman, dan jiwanya iman adalah ichsan. Apabila jiwa-jiwa itu kosong dari ma’rifat ; samalah hidupnya sebagai seekor binatang buas, yang rakus dan tak tahu diri. Karena akhir tujuan hidup adalah inta dan ridha.
Apabila cinta dan ridha telah bebas dari belenggu kemakhlukan semata. Karena dalam jiwa yang suci, akan melahirkan perbuatan yang suci pula. Dalam jiwa yang kotor, akan melahirkan perbuatan yang kotor pula. Tentang kata-kata suci dan kotor ini ; anda telah ma’lum adanya. Tak usah anda pikirkan lagi. Karena bagi anda semua suci, semua halal, semua baik. Tidak ada kejahatan didalam dunia ini. Yang jahat itu dalam artian dunia ialah ; orang yang mengaku ada punya akal sendiri. Dan perbuatan sendiri ; yaitu diluar perbuatan Allah. Itulah yang dimaksud jahat atau jahil. Tetapi bagi kita, iman dan toat kapir da ma’siat, jahat dan baik ; adalah sama, dan semuanya adalah baik. Tidak ada perbuatan Tuhan itu yang jahat.
Bila datang dari Tuhan semua baik. Jadi pendirian seorang ahlul Haqiqat atau haqiqat semata ialah benar-benar sudah bersih dari kesirikan ; menyatakan, setiap perbuatan adalah baik, setiap gerak dan geriknya ibadat.
Setiap nafas keluar masuk ; zikir. Jelasnya adalah gerak dan adalah puji (ingat).
Pohon dari ingat ini adalah ; Esa/satu (bersatu dalam rahasia). Apabila sudah benar-benar satu dengan seluruh alam dan Tuhan ; itulah kesatuan ujud namanya.
Sahdatul ujud artinya ; semua itu Allah dan Allah. Kalau sudah begini, inilah yanh disebut Tuhan yang maha Esa. Yang maha sempurna. Kkalau sudah begini katakanlah apa yang kau semuanya baik, sempurnanya ibadah dan semuanya ibadat yang sempurna. Karena pokok pangkalnya segala kejadian, segala kehidupan dan segala perbuatan telah kita ketahui seluruhnya. Maka dari itu janganlah kita ada perasaan syak dan ragu lagi.
Tidak ada yang perlu ditakuti. Jangan takut kepada Tuhan, karena Tuhn bukan hantu bukan iblis dan bukan jin dan bukan malaikat semuanya bukan dan bukan.
Adakah orang takut dengan dirinya sendiri?
Adakah orang benci kepada dirinya sendiri?
Dan adakah orang menyiksa dirinya sendiri?
Adakah orang memerintah dirinya sendiri?
Adakah orang menyakiti kepada dirinya sendiri?
Jawabnya :
Yang ada hanya memuji dirinya sendiri
Mencintai dirinya sendiri
Merasa sendiri dan berbuat sendiri
Tidak ada yang diperintah dan yang diperintah
Tidak ada yang disakiti dan yang menyakiti, tegasnya karena CINTA
Yang ada hanya memuji dirinya sendiri, merasa sendiri dan berbuat sendiri.
Semua orang merasa benar, mengaku baik dan mulia. Hamper semua orang merasa dirinya tidak bersalah, tidak berdosa, tidak tercela.
Semua orang mengaku baik dan mulia dan sebagainya.
Hampir semua orang merasa dirinya tidak bersalah, tidak berdosa, tidak bersalah.
Fahamilah kata-kataku ini. Kalau percaya ambil, kalau ragu buang jauh-jauh. Tidak ada paksaan dalam agama Allah, pilihlah sendiri saja.
MAQAM TUHAN
Seorang insan kamil (manusia sempurna) ; bagi mereka, tak ada atau tak perlu lagi kepada sama atau kedudukan , atau dengan pangkat. Arif/wali. Atau dengan mengulang-ulang kata-kata hamba, atau manusia atau makhluk. Dia tidak perlu lagi mengata zat atau sifat. Apalagi kata-kata sariat dan tharekat, dia tidak memerlukan lagi kata-kata hakikat ma’rifat.
Hanyalah ia diam dalam malaqutnya dan tunggal dalam jabarutnya. Hanya tinggal AKUdalam isyaratnya. Jadi kata-kata AKU telah mencakup keseluruhan seisi langit dan bumi, Arsy dan kursyi, Luh dan kalam,dunia dan akhirat.
Demikianlah hakikat ketuhanan yang maha ESA. Kembali kepada asalnya (awalnya). Sebelum ada yang mengenalnya. Belum tahu namanya, apalagi sift dan zatnya. Dan sebelum menjadikan RUH dan ARAD nya. Sedangkan NUR MUHAMMADIYAH belum ada. Dia berdiri sendiri, hidup sendiri, tanpa RUH dan jasad. Jadi pada hakikatnya tidak memerlukan apa-apa cukup dengan AKU. Tidak pakai kata-kata ENGKAU. Hanya simpun dalam KALIMAH AKU.
Dan kalimah AKU ini harus lenyap pula dalam huruf dan kata-kata dan dalam suara. Artinya: tiada huruf, tiada kata-kata, dan suara. Inilah yang sebenar-benarnya fana dan lenyap dan baqa dan baqaul baqa. Tidak ada diatas ini lagi.
Kata-kata AKU disini hanya ada dalam KAIMINYAK BATHIN. Ada kata, tetapi tiada berkata, ada huruf tetapi tiada berhuruf dan ada suara, tetapi tidak bersuara. Dikatakan diam, tidak berdiam. Dikatakan berdiam padahal tidak diam. AKU disini ialah ALHAQQU.
Jadi akuan orang hawas dengan akuan orang alim/awam adalah berlainan. Akuan orang awam/alim masih konselit. Sedang akuan orang hawas adalah putus hubungan dengan makhluk. Tidak ada duanya lagi, atau siriknya lagi, atau tidak ada berbau makhluk lagi. Ia satu rahasia dengan Tuhan dan satu dengan seluruh alam
Dan satu dengan seluruh perikemanusiaan. Satu ujud, satu nyawa, satu rasa, satu rahasia, satu zat, satu sifat, satu asma, satu perbuatan, satu iradat, satu kekuasaan, satu undang-undang dan satu keputusan. Dalam tingkat ini tidak ada lagi dua kata. Atau dua bagian, atau dua zat, dua sifat, dua perbuatan. Semuanya terlingkup dalam satu kata, satu maksud dan satu tujuan.
Pokoknya serba satu, bukan serba dua. Apabila masih ada merasa dua ujud, atau dua perbuatan atau dua bahagi, atau dua pandangan, maka nyatalah ia masih terdinding. Orang yang benar-benar ma’rifat kepada Tuhannya, ia tidak meadakan selain dirinya. Tidak meadakan perbuatan lain, selain perbuatan dirinya, dan tidak ada pandangan lain, selain pandangan dirinya sendiri. Ia tidak mendatangkan pembela dari langit, atau pengampunan dari luar dirinya, ia hadapi semua itu dengan apa yang ada pada dirinya. Ia telah merasa bahwa AL-HAQ ada padanya. AL-HAQ itulah dirinya. Dan AL-HAQ itulah jaminannya.
Semua orang menghadap Tuhan, membawa jaminan pahala dan kebajikan. Yaitu amal sembahyang dan amal puasa dan seluruhnya, amal-amal kebaikan dengan anggota tubuh.
Tetapi orang yang berada pada maqam Tuhan semata itu; jaminannya tak ada apa-apa. Hanya AL-HAQ jaminannya. Hanya Allah-lah yang menutupi kekurangan-kekurangannya.
Sebenarnya tidak ada kekurangan-kekurangannya, atau tidak ada kelebihannya ; hanyalah itu kata-kata mutiara saja. Lapang dan sempit ada pda Tuhan. Tetapi bagi orang hawas, semuanya lapang. Semuanya nikmat dan semuanya Rachmat.
Dunia ini sorga pertama bagi orang buta mata hati, dan akhirat neraka yang kedua.
Sorga itu rasa menikmati ridhanya. Neraka itu puncak kegelisahan merasai murkanya.
Sorga dan neraka itu lebih dekat kepadamu, daripada kamu pergi kesana.
Baiklah aku nyatakan dengan jelas ; sorga itu karena marifat. Neraka itu karena terhijab.
Soal yang lainnya hanya soal yang kedua saja, atau tidak ada soal sama sekali, yang penting kamu telah suci dari perbuatan Allah, artinya bersih daripada perbuatan sirik. Karena sirik itu ada dua rupa.
Rupa pertama berupa sirik samar,
Rupa yang kedua berupa syirik yang nampak.
Sirik yang halus atau samar ; anda sudah maklum.
Dan sidik yang nampak atau yang terang-terangan seperti di bawah ini :
1. Mengadakan sajian atau memberi makanan kepada makhluk halus kartena takut disakiti, atau supaya ia bisa menyembuhkan.
2. Kedua imannya kosong kepada Tuhan, iblis dan syaitan selalu di adakan
3. Karena syaitan selalu diadakan, maka jelaslah dirinya merupakan syaiton, maka tak segan-segan memberi syaiton.
4. Selama kawan nafsu shaiton belum lenyap dari panddangannya selama itu pula ia sirik kepada Tuhan.
5. Tobat sirik itu tidak ada, kecuali ma’rifat kepada Tuhan
6. Menyembah sesuatu yang bukan Tuhan
7. Karena masih ada sirik yang kasar atau sirik durhaka kepada Allah untuk selamanya. Dan tidak ada ampunannya atau tobatnya kecuali kembali kejalan yang diridhai.
8. Jalan yang diridhai ialah ma’rifat. Inilah suatu peringatan bagi orang yang sempurna akal, tak guna ilmu setinggi langit kalau masih ada berbau sirik. Biar amal seperti sebesar jarah atau sebesar debu, asal diri bersih daripada sirik. Biar bertungging sampai kelangit ; namun sirik bagaikan bukit. Jadi yang utama disini adalh untuk diri sendiri. Jangan bingung kepada pendapat orang lain. Cela dan maki soal biasa saja. Sekianlah.
ZAZAM
Dari kutub utara, sampai kutub selatan.
Dari maghrib dan sampai ke masyrik, dari daksina sampai kepagsina.
Dari ujung dunia, ke ujung dunia, hanya beberapa orang saja yang sampai ketingkat zazam ini. Sedang dunia (didunia) ini hanya ada beberapa daerah besar ini. Maka dari itu nyatalah dapat dihitung dengan jari tangan, orang-orang yang berada pada tingkat ini.
Apakah arti zazam?
Apakah arti zazam ?
Zazam artinya : KOSONG
Dalam kitab berincung disebut : ALIF –TITIK KOSONG
Apabila alif dan titik itu sudah lenyap atau sudah karam dalam lautan ahadiyah zat mutlak ; maka semuanya kosong.
ALLAHUMA ; ya Tuhan kami !
Tidak engaku jadikan alam ini kosong saja ; semuanya mengandung rahasia. Didalam kekosongan itu ada rahasia. Hanya satu daerah satu saja yang sanggup mengisi yang kosong itu. Tidak boleh ada dua orang dalam satu rahasia.
Memasuki daerah Tuhan hanya satu saja, tidak boleh lebih dari satu. Pahamkah anda?
Kalau paham diamlah kalau tidak paham simpanlah.
Dalam soal ini tidadk memerlukan pertanyaan. Siapa bertanya, dia sendiri menjawabnya. Tidak ada atau tidak boleh ada dua jiwa yang mengisi kekosongan itu. Jelasnya tidak boleh ada perantara guru atau seorang syeh. Langsung berdialog dengan tuhannya sendiri tidak ada tawar-menawar dalam soal rahasia ini. Tidak ada emas dan perak menjadi sarat.
Tidak ada anak mas dan anak tiri dalam soal ketuhanan, tidak ada lantaran anak dengan orang tuanya. Tidak ada alasan karena nabi dan rasulnya yang dibolehkan. Nabi-nabi dan rasul-rasul itu sama saja dengan kamu. Rahasia ini bukan hanya untuk nabi-nabi dan rasul-rasul bahkan nabi-nabi dan rasul tercengang melihat umatnya, ada yang sejajar dengan nabi-nabinya atau rasul-rasulnya di alam baqa nanti. Siapakah orang itu?
Orang itu ialah yang : ZAZAM
Dan mereka itu benar-benar sampai kepada maqam ichsan.Ichsan Tuhan kepada Tuhan. Karena ichsan (zazam) ini diatas dari Islam dan iman, sebab islam dan iman itu adalah termasuk sifat ubudiyah (kehambaan).
Sedang tuhan mempunyai dua sifat utama, pertama sifat kehambaan dan kedua sifat ketuhanan.
Aspek luar aradh ; sedang aspek dalamnya al-haq
Jadi orang yang sampai kepada maqam Tuhan (maqam ichsan) atau zazam, maka telah hapusm kedua sifat itu tadi. Karena tidak ada sifat yang berdiri diatas zat.
Maka maqam ichsan itu diluar daripada pengetahuan makhluk. Dan diatas dari semua maqam ahlul ma’rifat. Maqam ini disebut dengan gelar ; PENELANJANGAN TUHAN.
Sebab tidak ada kitabnya, dan keluar dari dalil / nash yang ada, ia merupakan ilmu laduni dan rahasia qudus. Merupakan ilham dan wahyu yang tiada batas.
orang yang berada pada tingkat ini digelari dengan keulungan agama ; atau AL ABQORIA TUDDIHIYAH. Karena ia telah berhasil dalam laratannya dalam bakat penganasia. Ia telah bertemu kepada puncaknya segala puncak. Maka ia berhak disifati dengan gelar keulungan agama itu tadi (penelanjangan Tuhan), orng yang seperti inilah yang dimaksud Tuhan dalam firmannya ; tiap-tiap seratus tahun ; Aku turunkan satu orang utusanku sesudah Muhammad.
Maka sabda Rasulullah s.a.w. yang berbunyi ; Tidak ada nabi sesudahku. Ini bukan berarti; tidak ada utusan sesudahku karena tiap-tiap nabi ; bukan rasul. Tetapi tiap-tiap rasul adalah nabi.
Nabi itu artinya ; menerima wahyu, tetapi tidak menyampaikan. Jadi kata-kata utusan itu tiada batas.
Tiap-tiap seratus tahun ; Tuhan turunkan seorang utusan untuk menyampaikan agama Allah yang haq. Dan ada lagi firman Allah yang berbunyi; artinya aku akan memperbuat agamaku yang haq ini dengan seorang lidahnya lacur. Maksudnya ialah : Aku turunkan nati utusanku yang embwa agamaku kejalan yang hak. Yang disampaikannya dengan terus terang tanpa merasa takut dan gentar. Mereka buka tanpa disadari. Artinya ; diluar kesadaran manusia mereka berkata sembarang kata, asal benar. Mereka tidak takut difitnah atau dikapirkan. Bahkan mereka berani mati dalam menyampaikan yang hak itu. apa-apa yang diputuskannya, tak dirubah lagi kehendaknya tidak bertenangan dengan hukum-hukum Tuhan yang azali Tuhan telah berabda : katakanlah semuanya Ku ikuti kemauanmu. Itulah yang dimaksud Tuhan dengan lidah seorang yang lacur. Berkata dengan sembarang kata.tetapi semuanya hak dan benar. Karena Tuhan maha mengetahui banyak ulama sekarang yang menyembunyikan ilmu agama. Agama dijadikan pencarian. Dimana bunyi gendrang disitu ia menari. Dimana banyak uang, disitu ia berbunyi. Pangkat dan kedudukan, kursi dan kemegahan dijadikan Tuhan. Harta dunia jadi rebutan ; kalau hilang jadi pikiran. Gelar ulama jadi kebanggaan. Menghambur fitnah melalui kekuasaan masjid dan mimbar tempat peraduan. Agama dijadikan pokok dalam perpecahan. Hasut- menghasut menjadi-jadi. Orang bodoh makanan si pintar. Masyarakat bingung mencari pemimpin balik belakang akal pun hilan. Supaya aku tidaklah pincang, pilih ulama sulit dibilang. Aku kembali langsunglah datang. Menghadap Tuhan malikul alam Qur’an dan hadits petunjuk jalan. Menuju sempurna dimalam kelam.
KUN MUHAMMADAN
JADIKANLAH DIRIMU MUHAMMAD
NUR MUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD adalah ; HAKIKAT ALAM ; sebab seluruh alam maya pada ini terbit daripada NUR MUHAMMAD jua adanya. Disini para ulama tidak banyak yang mengetahui arti dan makna yang sebenarnya daripada Nur Muhammad itu tadi.
Ia bukan cahaya yang dalam pahaman para kebanyakan orang. Ia bukan mat, bukan benda, bukan matahari, bukan cahaya seperti sorot lampu dimalam hari. Tetapi diatas daripada segala-galanya ; diatas daripada cahaya segala cahaya.
NUR MUHAMMAD itu adalah cahaya diatas cahaya yang cerlang cemerlang, tiada cahaya yang lebih bercahaya ang lebih qadim daripada Nur Muhammad itu. Nur disini adalah cahaya yang abadi dan petunjuk hidayah. Nur Muhammad itulah asal segala kejadian, dan dia telah terjadi sebelum apa yang terjadi. Dalam hal kejadian dialah yang awal, dalam hal kenabian dialah yang akhir dalam kejadian (kesahiran). Alhak adalah dengan dia, dan dengan dialah hakikat. Dialah yang pertama dalam hubungan, dialah yang akhir dalam kenabian, dialah yang bathin dalam hakikat, dan dialah yang mahir dalam ma’rifat. NUR MUHAMMAD atau hakikat Muhammad itulah yang memenuhi tubuh Adam dan tubuh Muhammad.
Maka apabila NUR MUHAMMAD atau petujnjuk hidayah Muhammad itu telah masuk kedalam diri kita in; maka otomatis dia membawa cahay yang abadi sepanjang masa. NUR MUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD itu qadim pula. Dan apabila Muhammad mati sebagai tubuh, namun NUR MUHAMMAD itu tetaplah ada. Sebab NUR MUHAMMAD itu tiada lain daripada NUR ZAT.
Jadi ALLAH, MUHAMMAD, ADAM adalah satu jua adanya. Insan kamil pun Allah jua ; Muhammad dan Adam pun pada hakikatnya. Jadi pada hakikatnya manusia ini adalah Tuhan dalam Rahasia. Tuhan menurut bentu dan surahnya sendiri, maka dari itu Tuhan memerintahkan kepada malaikat supaya sujud kepada ADAM.
Disini baiklah hamba jelaskan secara mendalam tentang KUN MUHAMMAD IT TADI. Jangan menetapkan saja kepada Muhammad s.a.w yang di MEKKAH itu atau di MADINAH itu. itu memang yang menjadi bibit; bibitnya yang telah ma’rifat. Tetapi carilah hakikat nabi yang ada didalam sekujur wujud kita ini. Sebab Muhammad itu tiada mati-mati dan kekal. Kalau dia mati maka pastilah Dunia ini akan hancur lebur. Semuanya hancur kecuali wajahnya. Jadi pada hakikatnya dia tetap hidup dan tiada mati-mati(langgeng selama-lamanya). Oleh sebab itu cobalah cari Muhammad itu, artinya ; RASA TUHAN yang ada disekujur wujud kita pribadi.
disekujur kita pribadi, kalau sudah ketemu tentu saja ma’rifat kepada zat tuhan yang Maha agung itu.
ketahui olehmu bahwa ma’rifat seseorang itu tidak akan dapat dilihat dengan mata kepala ini, tetapi tetap saja kta ini tidak punya daya upaya, selain rasa Tuhan yang maha kuasa, yang tetap mengetahuinya. Tetapi hanya yang goib diwujud kita ini harus bisa ketemu, supaya bisa pulang keasalnya semula. Yaitu kerasa yang dahulu itu, yaitu pulang kepada rasa Allah atau rasa Tuhan semula. Sebab kalau tidak ketemu sekarang ini tentu nanti tidak akan bisa pulang kembali kepada rasa semula. Yaitu kepada RASA yang haq itu, maka dari pada itu ma’rifatullah lain tidak. Dan kalau belum ma’rifat dikhawatirkan matinya sesat sekarang barulah kita berkisar pula kepada membicarakan SUMBER yang satu.
HAKIKAT RUH itu ialah bukti nyatanya rasa. (hakikat nyawa). Sedang rasa itu adalah beberapa unsure nafsu atau beberapa fasal nafsu. Adapun yang disebut atau yang dimaksud kehidupan yang kekal abadi itu adalah : hidupnya illahi Robbi. Yaitu yang bersifat terang-benderangnya, yang tiak terkena mati dan meliputi seluruh alam ini. Begitu pula seperti Arsy, kursyi, sorga dan neraka yang meliputi semuanya itu, oleh karena itu ia merupakan sifat hidup Tuhan Allah azzawazalla. Jalan yang demikian ini disebut oleh kaum sufi, SAMUDERA HIDUP. Sedang bibit nyawa itu disebut hidupnya seluruh bentuk dan jasad ; sekalipun sampai kepada bakteri, dan kuman-kuman yang sangat kecil sekalipun. Juga manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan apapun jua yang bernyawa atau yang hidup didalam seluruh semesta ala mini, semuanya bersumber dari yang satu itu jua adanya. Sedangkan segala kehidupan didalam dunia ini tidak terbilang banyaknya, hanyalah Cuma itu hanya nyawa. Yaitu yang ada disemua bentuk jasad kita ini. Dan janganlah kita memahami bahwa satu Tuhan itu terbagi-bagi miliyuran jiwa.
Lalu sedikt demi sedikit akan menjadi kurang. Maka dari itu janganlah salah mengerti, bahwa zat Tuhan itu tidak ada berubah sedikit juapun. Tetapi tetap saja langgeng tidak berkurang dan tidak akan bertambah lagi. Karena zat Tuhan yang hakiki itu tidak pernah rusak dan tidak pernah binasa oleh apapun.
Sekarang baiklah kita umpamakan atau kita buat sebuah missal untuk memudahkan paham kita. Umpamanya didunia ini kita nyalakan satu lampu dan lampu itu kita tutup dengan satu kawat kasa yang sangat halus dan menggelembung. (cembung). Dan kawat kasa itu bermiliyunan lubangnya, yaitu lubang kawat kasa itu.
Yaitu lubang kawat kasa itu tadi. Jadi setiap lubang cembung itu adalah sebagai nyawa, satupula.maka jelaslah kepada kita bahwa setiap lubang kawat kasa tersebut memiliki satu nyawa. Dan lampunya hanya yang satu itu jua adanya.
Demikianlah yang menjadi kita bagi seluruh manusia, ataupun makhluk yang lainnya.
Begitulah sebuah contoh untuk jadi perbandingan dan untuk memudahkan faham kita adanya. Kalau tidak ada contoh dan perumpamaannya, maka sulitlah kita memahaminya. Maka dari itu setiap seorang guru atau seorang ulama tasauf haruslah banyak memberikan contoh dan perumpamaan supaya si murid mudah memahaminya. Jadi yang sebenarnya yang sulit itu bukanlah guruulama itu, tetapi yang ulit itu adalah si muriditu sendiri. Didalam penuntutan itu ata menuntut ilmu tasauf yang utama sekali ialah FAHAMNYA.
Makanya dicari dengan jalan berbelit-belit. Tuhan tidak keberatan menganugerahi kita dengan rahasia ma’rifatnya. Hanyalah kita disuruh memahami dengan fahamnya. Tidak seorangpun yang faham, kecuali dengan fahamnya. Karena didalam ilmu ketuhanan itu tidak seorangpun mendapatkan KIMMIZATNYA, kecuali dengannya jua.
Demikianlah agar kita menjadi maklum adanya.
—oo0oo—
Yang bernama JAMAL A’LAM itu KEPALA
Yang bernama kursyi tempat duduk sat
Yang bernama CUPU GADING itu UBUN-UBUN
Yang bernama MANI ASTAGINA itu dibawah ubun-ubun
Yang bernama ALAM AWAL antara kedua kening
Maka soal CUPU GADING itu apa isinya dan manik agina itu apa
Isinya, maka jawabnya : CUPU itu malunya perempuan akan ininya dan ASTAGINA itu percintaan perempuan akan isinya.
Yang bernama padang tepi laut itu MATA.
Yang bernama KUDA SAMBRANI itu BIJI MATA.
Yang bernama alam jabarut itu MATA YANG HITAM
Yang bernama SRI KAMUNTING itu ORANG-ORANG MATA.
Yang bernama ALAM JABARUT MATA YANG HITAM
Yang bernama BUKIT TURSINA HIDUNG
Yang bernama MEKAH ITU PIPI KANAN
Yang bernama MEKAH ITU PIPI KANAN
Yang bernama MADINAH ITU PIPI KANAN
Yang bernama TIANG ARSY ITU BATANG LEHER
Yang bernama GUNUNG JABALKAP ITU RAGU
Yang bernama KAWAH NERAKA ITU MULUT
Yang bernama KAWAH NERAKA ITU MULUT
Yang bernama QUR’AN ITU 30 HURUF ITU GIGI
Yang bernama LUH MAHFUD ITU LIDAH
Yang bernama KALAMULLAH ITU AMAL LIDAH
Yang bernama ZIKIR RAHMAN itu DIBAWAH LIDAH
Yang bernama ALAM UHUK ITU LUBANG HIDUNG
Yang bernama KINAMAN ITU BAHU KANAN
Yang bernama KATIBIN ITU BAHU KIRI
Yang bernama MAKAM RASULULLAH itu ialah orang yang MA’RIFAT kepada ALLAH
Yang bernama tempat sujud itu DAHI
Yang bernama telapak nabi mi’raj itu ialah antara hidung dan bibir kita yang diatas
Yang bernama KAIN ASANDUSIN ialah TELAPAK TANGAN
Yang bernama AIR JAM-JAM JAMILLAH ialah AIR MATA
Yang bernama MINYAK ZAITUN ialah disamping hidung kiri dan kanan
Yang bernama TOMDIL itu ialah TERGANTI
Yang bernama MI’RAJ itu BERJALAN
Yang bernama IHRAM itu TERPANDANG
Yang bernama MUNAJAT itu BERKATA- KATA.
ILMU TASYAUF
Bertemunya manusia kepada Tuhan dan sampainya kepdanya, itulah puncak harapan, dan dengan itulah dia mencapai kebahagiaan dan kerajaan besar. Bahkan dengan itulah ia akan lupa dan terhibur dari sesuatu selain Allah Ta’ala. hilangkan pandangan makhluk kepadamu, karena puas dengan penglihatan Allah kepadamu dan lupakanlah perhatian/menghadap makhluk kepadanya, karena melihat; bahwa Allah menghadap kepadamu.
Nikmat disebabkan, oleh karena melihat dan dekatnya kepada Allah. Demikian pula siksa itu walau bagaimanapun aneka ragamnya, hanya karena terhijab, dan sempurna nikmat itu, karena melihat kepada zat Tuhan yang maha mulia. Maha suci Allah yang sengaja tidak member tanda kepada walinya kecuali sekedar untuk mengenal kepadanya. Sebagaimana tidak menyampaikan dengan mereka, kecuali kepada orang yang hendak disampaikannya untuk mengenal Allah;itulah hikmah yang maha tinggi. Dan siapa benar-benar sudah mengenal kepada Allah, maka pastilah dapat melihat dalam tiap-tiap sesuatu.
Tidak/tiada suatu nafas yang terlepas yang terlepas daripadanya (daripadamu), melainkan disitu pula ada takdir Allah diatasmu. Semua manusia dalam alam ini sudah tergambar dalam/dilluh mahfu tidak ada kehendak makhluk yang mesti berubah. Perubahan itu hanya dalam pandangan syariat. Sedang dalam pandangan hakikat hanya Allah yang maha mengetahuinya.
Kehendak Allah tidak ada yang tertegah, semua berjalan dengan hikmahnya. Jadi kesimpulannya: kehendak makhluk adalah terbatas, sedang kehendak Allah tidak ada batasnya. Maka daripada itu orang yang paham ialah;orang yang bergembira dalam hidupnya, bergembira dengan Allah dalam setiap nafasnya keluar masuk. Orang yang sudah paham ialah tidak menanyakan lagi apakah boleh berubah atau tidak; dia telah sunyi dengan Allah. Maksudnya ialah : sudah satu iradat dengan Tuhannya. Tidak ada lagi duanya. Apabila sudah menunggal dengannya, maka nyatalah Allah yang berlaku dalam segala hal. Karena lapang dan sempit ada pada Allah saja.
Andaikan Allah membukakan NUR seorang WALI yang berbuat dosa umpamanya : niscaya cahayanya memenuhi antara langit dan bumi. Apalagi dengan NUR cahaya seorang WALI yang taat. Tentu dapat kita membayangkan, bukan ?
Andaikan Allah membukakan hakikat kewalian seorang WALI, niscaya akan disembah orang. Sebab ia telah bersifat dengan sifat-sifat Allah. Dan siapa tidak puas dengan pandangan dan penglihatan Allah dalam amal perbuatan dan dalam perkataannya, maka pasti orang itu kemasukan ria atau atau masih terdinding dengan Allah. Bagaimana dapat dibayangkan bahwa Allah dapat dihijab oleh sesuatu. Padahal Allah yang menzahirkan atau menampakkan segala sesuatu.
Bagaimana mungkin akan dihijab oleh sesuatu.
Padahal Allah yang Nampak zahir pada segala sesuatu.
Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu.
Padahal dia jelas dari segala sesuatu.
Bagaimana akan dhijab oleh sesuatu.
Padahal Allah lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu.
Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu.
Padahal dia terlihat dalam tiap sesuatu.
Sesungguhnya yang menghijab engkau daripada melihat Allah itu, karena dekatnya Allah kepadamu.
Allah yang menjahirkan segala sesuatu, karena Allah yang bersifat bathin. Dan Allah yang melihat adanya segala sesuatu, sebab Allah itulah yang johir atau yang jelas pada tiap-tiap sesuatu.
Bagaimana Allah akan terhijab dengan sesuatu. Padahal semata yang terhijab itu semata-mata nur illahi, dan pada segala tempat Allah berada dan tetap hadir, tak pernah goib. Andaikata Allah tidak johir pada benda-benda alam ini, tidak mungkin adanya penglihatan padanya. Dan andaikan Allah mengahirkan sifat-sifatnya, pastilah lenyap alam bendanya.
Bagaimana akan mungkin dihijab oleh sesuatu,
Padahal andaikan tidak ada Allah, niscaya tidak aka nada segala sesuatu. Demikianlah kebijaksanaan Allah atas semua makhluknya atau hambanya.
MANUSIA INI ADA DUA MACAM :
PERTAMA ADA YANG MENDAPAT KARUNIA ALLAH, SEHINGGA IA BERBUAT
TAAT KEPADA ALLAH. MAKSUDNYA IALAH MENGERJAKAN SURUH DAN MENINGGALKAN TEGAH.
KEDUA ADALAH, YANG DENGAN TAATNYA KEPADA ALLAH, SEHINGGA MENCAPAINYA KEBESARAN KARUNIA ALLAH.
NUR IMAN SEORANG SUFI
Dengan NUR cahaya matahari, seorang dapat melihat benda-benda alam ini. Tetapi dengan NUR cahaya iman keyakinan yang mendalam, engkau dapat langsung melihat Allah yang menjadikan benda ala mini.
Amal perbauatan apakah yang paling dekat kepada murka Allah?
Amal yang tidak disukai Allah ialah : karena melihat kepada dirinya sendirinya dan lebih jahat lagi kalau ia menuntut upah balasan itu karena amalnya.
Bagaimana engkau minta upah atas amal perbuatanmu?
Sedang engkau sendiri tidak ikut berbuat.
Nur itulah yang menerangi dan basyirah atau matahari itulah yang menentukan hikum.
Dan hati yang melaksanakan dan menggagalkannya.
NUR itulah yang menerangi baik atau buruk ; lalu dengan matahari ditetapkan hukum, dan setelah itu maka hatilah yang melaksanakan atau yang menggagalkannya.
Sebab hati itu RUHANI, dan RUHANI itu ialah yang bersifat ketuhanan atau luhud.
Alam ini berupa kegelapan, sedang yang meneranginya hanya karena tampaknya Allah padanya.
Maka barang siapa yang melihat alam, tapi tidak meihat Allah didalamnya, atau sesudahnya ; maka nyatalah orang itu buta mata hatinya.
WAL AWAL WAL ACHIR ALLAHUSSAMA WATIWAL ARDI
WAL JAHIRU WAL BATHINU LILLAHISSAMA WATIWAL ARDI
LAHU KUSSAMA WATIWAL ARDI
ALLAHUL LAZI KHOLAQOSSAMA WATIWAL ARDI
LAHURUFIN ALIF TIDAK KOSONG
WALA SAUTIN
FA LAM ALIF
KOSONG TITIK ALIF
ALLAH MUHAMMAD ADAM
AHADIYAT WAHDAH WAHDIYAT
ZAT SIFAT AF’AL
ALIF _________ TERBANG
LA HURUFIN WALA SAUTIN
TIADA HURUF TIADA SUARA
INILAH DIA JIBU
ALIF TERBANG INI DIBUNYIKAN MENJADI : A.I.U
(AKU INI HIDUP) ATAU DENGAN LAIN KATA :
AKU TUHAN, IA TUHAN, UJUD TUHAN
SEMUANYA SIMPUN KEPADA HU ; DAN HU ITU LENYAP
DALAM JIBU, ARTINYA ;
TIADA HURUF DAN TIADA SUARA
INILAH AHIR PERJALANAN SEORANG SALIK/ PENUNTUT KAUM SUFI ATAU AHLI PERJALANAN
DEMIKIANLAH ADANYA.
—oo0oo—
ZAT …………………………………JIBU
SIFAT …………………………Kenyataan ZAT
sifat namanya
ASMA ……………………………………Kenyataan ZAT,
Asma namanya
AF’AL …………………………………Kenyataan ZAT
Kelakuan namanya
SYAREATTHAREKATTHAQIQATMA’RIFAT
ALIF ADALAH ZAT
LAM AWAL ADALAH SIFAT
LAM ACHIR ADALAH ASMA
HA ADALAH AF’AL
INILAH YANG BERNAMA ALLAH YANG SEBENARNYA
ALIF KENYATAAN HAYATULLAH ZAT
KAF KENYATAAN ALIMULLAH
BA KENYATAAN KUDRATULLAH
RO KENYATAAN IBADATULLAH
INILAH KEMAHA BESARAN TUHAN ALLAH AZZAWAZALLA
KALAU KITA SIMPUNKAN MENJADI SATU
1. ALLAH : ADALAH NAMA BAGI ZAT YANG WAJIBAL WUJUD
AKBAR : ADALAH NAMA BAGI SIFAT HAYATULLAH ZAT
2. ALLAH : NAMA BAGI BATHIN
ALLAH TA’ALA
AKBAR : NAMA BAGI ZAHIR
JADI YANG SEBENAR-BENARNYA TAKBIR ITU ADALAH :
MENUNJUKKAN KEADAAN ALLAH PADA MUHAMMAD
ARTINYA : ZAHIR TUHAN ADA PADA MUHAMMAD DAN BATHIN MUHAMMAD ADA DI TUHAN
BER-ARTI : YANG MENYEMBAH JUGA YANG DISEMBAH
MAKA YANG BERLAKU DALAM KEADAAN SEMBAHYANG ITUADALAH RAHASIA ALLAH SEMATA-MATA
DALILNYA : LAYA’ BUDULLAH ILLALLAHARTINYA : TIADA YANG MENYEMBAH ALLAH, HANYA ALLAH
—oo0oo—
NAIKNYA NAFAS SHIFAT
TURUNNYA NAFAS ZAT
HILANGNYA NAFAS ASMA
NAIKNYA NAFAS, BUKAN HURUF
TURUNNYA NAFAS, BUKAN SUARA
ATAU PUN DENGUNG
LENYAPNYA NAFAS TURUNYA NAFAS NAIKNYA NAFAS
BERSATUNYA NAFAS.
A I U = AKU INI HIDUP
LA HURUFIN WALA SAUTIN.
TIADA HURUF TIADA SUARA TIADA KATA-KATA.
KUDRAT
ILMU
IRADAT
HAYAT
SAMA
KALAM
SHIFAT 7
BASAR
INSAN INSAN
INSAN IMAN
RAHASIA ISLAM
NYATA TAUHID
HATI MA’RIFAT
ZATTUBUH MA’RIFAT
AF’AL
SIFAT
ASMA
LAISA
TA’ALA SANI TA’AIN AWAL LA TA’AIN
ROH IDHOFI UJUD IDHOFI ALLAH
RAHASIA SIR ZAT
ROH ROH
NYAWA
PENGRASA PENGLIHAT PENDENGAR PENCIUM
KAKI PUSAT DADA KEPALA
Maghrib Ashar Zohor Subuh
ISYA : meliputi seluruhnya ataupun dengan kata lain zahir bathinNYAWA ADAMSAREAT : TUBUH
TAREQAT : HATI
HAQIQAT : RUH
MA’RIFAT : RAHASIA NYAWA MUHAMMADFANA MUHAMMAD
PADA ALLAH
NUR MUHAMMAD = NUR ALLAH
HA DAN ALLAH“WAL AWAL WAL ACHIR”NAH : INILAH ZIKIR MARIFAT ATAU RAHASIA (SEMPURNA) KENAL DAN MENGENAL
HA ALIF
TIDAK BERHURUF TIDAK BERSUARA DAN TIDAK ADA KATA-KATA.
AKU ADALAH AKU DALAM SEGALA HAL
Tidak akan diucapkan kalimat AKU : melainkan oleh orang yang berkawan dengan kelengahan dan oleh setiap orang yang terhijab oleh hakikat. Tidaklah semuanya benar bagi orang yang ber-AKU-AKU. Engkau berani mengatakan AKU ; sedang engkau masih terhijab/terdidinding dari padaku. Pesona dunia ini masih mencekam dirinya (dirimu), masing-masing akan menyambar dirimu dengan seruan kepad zat dirimu, engkau saja masih didalam kegaiban yang kelam daripadaku. Maka apabila engkau telah melihat AKU; dan akupun telah bernyata dihadapanmu, maka tetapkanlah keteguhanmu, maka tiada Aku lagi, melainkan aku.
Telah kuciptakan atau kuadakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi tujuan ; antara lain tujuan itu ialah ; CINTAMU KEPADA DIRIMU SENDIRI.
Itulah tetesan waham atau kalimat yang engkau warisi. Kata-kata Aku adalah egomu sendiri ; Aku berlepas diri dari anggapan yang demikian. Dan tidak lain ZAT itu, melainkan kepunyaanku jua. Dan tidak lain AKU itu, kecuali hanya untukmu semata.
Akulah yang dia itu : dan adapun hakikatmu itu bukanlah pula persoalan. Hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang bersifat waham atau dugaan saja (sangka-sangka).
Hal ini disebabkan karena caramu berfikir dan pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan. Engkau dalam setiap saat terbagi kepada : “menyaksikan dan disaksikan
Dua menjadi satu dalam bentuk perjodohan. Jiwa yang mencapai dan persoalan yang dicapai. Adapun hakikatnya sendiri tersembunyi jauh dibalik perjodohan itu, meninggi atasnya, jauh dari segala itu semuanya. Sekarang engkau bukan lagi ZAT dan perjodohan; tetapi engkau hanyalah RUH dari RUHKU, tiada nisbah bagimu melainkan padaku. Engkau tidak mengungkapkan hakikat ini, kecuali dikala terangkat daripadamu tirai penutup dan engkau memandangku ketika itulah engkau telah lenyap dari pada dirimu yang berjodohan yang bersifat serba duga/waham (sangka-sangka).
Dirimu yang sebenarnya yang bukan ZAT dan bukan pula dari persoalan. Tetapi hanya engkau semurni-murni RUH yang tidak terbagi-bagi atau JAUHAR, meninggi, tidak nisbah melainkan kepadaku. Maka engkau tidak lagi mengulangi mengata AKU.
Melainkan engkau mengatakan “ENGKAU TUHANKU”
Akumu itu adalah rahasiaku jua adanya. Sebab telah engkau ketahui, bahwa AKU adalah untukmu semata. Dan sekarang engkau adalah hambaku, Hai hambaku.
Jika engkau sudah melihatku, maka tiada lagi engkau dan apabila engkau telah tiada, maka tiada lupa ada tuntutan dan apabila tiada tuntutan hilanglah sebab, dan bila sebab telah lenyap tiada lagi nisbah, sampai disini sirnalah hijab.
CINTA MUTLAK
Cinta hakiki tak mau dibelah dua, dia tetap satu, dia rahasia. Inilah akidah/pendirian seorang sumber segala akal yang mengatur alam ini, yang terbit daripadany karena se-mata-mata limpahan dan anugerah.
Puncak segala akal ialah aqlul faal atau akal pembuat dan dialah yang mengatur bumi dann segala yang ada dalam bentuknya yang tetap. Dan dialah masdar atau tempat timbul jiwa insane. Oleh karena jiwa-jiwa itu senantiasa ingin hendak kembali kepadanya maka apabila manusia menyediakan dirinya untuk belajar dan menuntut dan merenungi dan tidak puas-puas/ tidak bosan-bosan menyediakan sedalam-dalamnya, niscaya akan beroleh dia akan kebahagiaan yang dimiliki orang lainnya yaitu dengan ma’rifatul kamilat atau pengetahuan yang sempurna. Dan hakikat mujaradat atau hakikat semata, sampai tercapai pertemuan dengan al aqlul faal. Permulaan dan kesedahan ujud adalah ALLAH. Diatasnya tidak ada apa-apa lagi, walaupun Adam dia jadi sendirinya dan tidak berkehendak kepada penciptanya/pencipta lainnya buat menciptakan dirinya. Karena demikian timbullah bertali-tali dan berlingkar-lingkar yang tiada putus-putusnya. Kainat atau segala yang ada, yang lainnya adalah mashor atau kenyataan daripada adanya, daripada ilmunya dan iradatnya. Dan daripadanyalah terambil hayat seluruhnya. Memang alam itu adalah mendatang atau ardi. Sebab itu yang ada itu hanya satu pada hakikatnya. Bahkan dialah ujud semata, kainat yang Nampak. Jadi fahamnya kembali kepada keesaan ujud jua.
Beramal bukan ingin sorga dan bukan pahala takut akan neraka
Tetapi karena CINTA. Dan yang ada dalam diri sendiri.
Karena itu adalah tumpahan segala cinta. Jadi siapa-siapa yang telah sampai kepada cinta hakiki atau cinta mutlak atau cinta qudus, maka mereka berhak disebut INSAN KAMIL, atau dengan kata lain, MUHAMMAD INSAN KAMIL.
Muhammad insan kamil itu ialah: orang yang ber-akhlak dengan akhlak Allah. Orang yang bersifat dengan sifat Allah. Orang yang berakal dengan akal Allah. Orang yang berbuat dengan perbuatan Allah. Orang yang berpandangan dengan pandangan Allah.
Semuanya demi Allah, bukan demi itu dan ini.
Orang yang seperti ini pandangannya hanya satu ialah : SEMUA ITU ALLAH DAN ALLAH ITU SEMUANYA.
Inilah yang hamba maksud dengan :
FANA DALAM CAHAYA DAN LEBUR DALAM API.
…………………………………………………………….
demikianlah akidah atau pendirian seorang wali semoga kita demikian pula hendaknya.
—oo0oo—
YANG DIMAKSUD MA’SIAT BATHIN
1. Minta habarkan dan minta didengari oleh orang tatkala berbuat ibadat (sembahyang).
2. Ria, minta dilihat orang waktu ibadat
3. Membesarkan diri – angkuh-sombong – menghina orang lain
4. Hasad – dengki akan anugerah Allah Ta’ala kepada orang lain
5. Al-Haqad – dendam pada orang lain
6. Hubul Mal –kasih akan harta dunia, kikir berbuat sedekah
7. Hubul Jah – kasih akan kejahatan
8. Hubul mada – kasih untuk dipuji
9. Hubul dunnya – kasih akan dunia malas beribadat untuk akhirat
10. Ujuh – menyebut-nyebut orang lain dengan sindiran
Demikianlah yang dimaksud dengan maksiat bathin. Semoga kita sekalian sungguh-sungguh terlepas daripada yang 10 (sepuluh) pasal tersebut.
—oo0oo—
Asal suatu risalah yang kecil yang menyatakan usul bagida ALI kepada RASULULLAH S.A.W. barang siapa mengetahui jalan sempurna amalnya ini. Bermula sembah asiyidina ALI.
Ya Tuhanku apakah Syari’at, tharikat, hakikat, dan ma’rifat itu.
Jawab Rasulullah
Syareat itu pada TAUBAT
Tharikat itu pada HATI
Hakikat itu pada RUH
Ma’rifat itu pada ZAT ALLAH
Sembah syaidina ALI
Ya tuhanku apakah syareat, tharekat, hakikat, dan ma’rifat itu, samakah, samakah berlainankah amalnya.
Jawab Rasulullah s.a.w
Asalnya orang sareat dan tharikat ; semata-mata mengerjakan segala pesuruh.
Amalnya orang hakikat ; mengesakan Zat Allah
Amalnya orang ma’rifat : tetap pada Zat Allah
Sembah Saiyidina ALI
Ya Tuanku adapun syareat, tharekat, hakikat, dan ma’rifat, berlainankah atau samakah nafsunya.
Jawab Rasulullah s.a.w
Syariat, nafsunya, amarah, matinya hancur lebur/cerai berai
Tharekat, nafsunya sawiyah, matinya kurus kering
Hakikat nafsunya lawwamah, matinya lamak gemuk putih kuning
Ma’rifat nafsunya mutmainah, matinya lenyap dalam kubur
Sembah saiyidina ALI ya tuanku adapun syareat, tharekat, hakikat, ma’rifat, berlainankah atau samakah sembahyangnya.
Jawab Rasulullah s.a.w
Sembahyang orang sareat akan kiblat. Menghadap baitullah membara hatinya bercahaya.
Sembahyang orang tharekat membara hatinya bercahaya, kiblatnya menghadap Baitul makmur.
Sembahyang orang hakikat kiblatnya menghadapa Arsy membara hatinya bercahaya.
Sembahyang orang ma’rifat kiblatnya menghada seperti firman Allah s.w.t. didalam al-qur’an.
FA’ATIMALLA TUWALLU FASSAMA WAD HULLAH
Barang siapa dimana kamu menghadap akan mukamu/wajahmu, atau akalmu, rohmu maka disanalah wujud Allah bercahaya-cahaya dan imannya terang tiada sepertinya.
Sembah sayisina ALI
Ya tuanku adapun syareat, tarekat, hakikat dan ma’rifat, berlainankah atau samakah pekerjaannya.
Jawab Rasulullah s.a.w
Pekerjaan sareat itu : mengucap syahadat, sembahyang, puasa, memberi zakat dan naik haji.
Pekerjaan tarekat itu : mentasdikkan barang yang diamalkannya
Pekerjaan hakikat itu : senantiasa tetap adanya dan mengesakan zat Allah Ta’ala menepikan
barang lainnya.
Pekerjaan ma’rifat itu: semata-mata tetap adanya dan sendirinya zat Allah Ta’ala
Sembah sayidina Ali
Ya Tuanku adapun sareat, tarekat, hakekat dan ma’rifat, berlainankah atau samakah alamnya
Sabda Rasulullah s.a.w
Sareat itu ialah : alamnya perjalanan tubuh
Tarekat itu ialah : alamnya malakut perjalanannya hati
Hakikat itu ialah : alamnya jabarut perjalanannya RUH
Ma’rifat itu ialah : alamnya lahud perjalanannya SIR
Sembah sayidina Ali
Syareat, tharekat, hakikat, ma’rifat, samakah ilmunya.
Sabda Rasulullah s.a.w
Sareat itu ialah : ilmunya yakin
Tharekat itu ialah : Ainal yakin
Hakikat itu ialah: Haqul yakin
Ma’rifat itu ialah : Kamallul yakin
Sembah Sayidina Ali
Apakah yang empat itu sama kebangkitannya?
Sabda Rasulullah s.a.w
Kebangkitan sareat ialah : taubat sekalian dosa
Kebangkitan tarekat ialah : sabar dan ridha akan qudrat Allah
Kebangkitan hakikat ialah : syukur akan barang yang dating daripada Allah swt.
Kebangkitan ma’rifat ialah : ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah Ta’ala.
Maka sembah Sayidina Ali
Ya tuanku orang yang ampuk itu apa kejadiannya.
Sabda Rasulullah saw
Adapun sareat itu ialah : kejadiannya af’al
Adapun tharekat itu ialah : kejadiannya asma
Adapun hakikat itu ialah : kejadiannya sifat
Adapun ma’rifat itu ialah : kejadiannya zat
Sembah Sayidna Ali
Adapun yang empat (4) itu apakah atas zatnya
Sabda Rasulullah saw
Adapun sareat itu ialah : kulit dan bulunya
Adapun tharekat itu ialah : darah dan daging
Adapun hakikat itu ialah : urat tulang
Adapun ma’rifat itu ialah : otak dan sumsum
Sembah Sayidna Ali
Ya tuanku adapun yang 4 itu apakah maujudnya
Sabda Rasulullah saw
Sareat itu ialah : pendengarannya
Tharekat itu ialah : penglihatannya
Hakikat itu ialah: penciumannya
Ma’rifat itu ialah : pengrasanya
Sembah Sayidna ALI
Ya tuanku adapun yang 4 (empat) itu berlainankah Rohnya
Sabda Rasulullah saw
Syareat itu ialah : Rohani
Tharekat itu ialah : Rahmani
Hakikat itu ialah: Roh Idofi
Ma’rifat itu ialah : Robbani
Sembah Sayidna ALI
Ya, tuanku : Apakah yang tinggi tiada rendah
Yang hidup tiada mati.
Yang luas tiada sempit
Yang benar tiada salah
Yang menghadap tiada membelakangi
Yang manis tiada pahit
Yang ruh tiada dua
Sabda Rasulullah s.a.w
Yang tinggi tiada rendah itu Allah
Yang hidup tiada mati itu Allah
Yang besar tiada kecil itu Allah
Yang hampir itu tiada jauh itu Allah
Yang luas tiada sempit itu Allah
Yang menghadap itu tiada membelakangi itu Allah
Yang suci itu tiada nazis itu Allah
Yang manis tiada tiada pahit itu Allah
Yang ESA tiada dua itu Allah
Sembah Sayidina ALI
Ya, tuanku dapatkah hamba peroleh ilmuyang dimiliki itu?
Maka sabda Rasulullah s.a.w
Siapa ia sungguh-sungguh mengenal dirinya itulah yang tinggi tiada rendah
Siapa yang merendahkan diri itulah yang besar tiada kecil
Siapa yang mengesakan Allah itulah yang hidup tiada mati
Siapa percaya akan Allah ituah yang suci tiada Nazis
Dan barang siapa yang tiada sirik itulah yang manis tiada pahit
Barang siapa yang menafikan hal lain itulah ESA tiada dua
Sembah sayidina Ali
Apakah hamba dapat memiliki martabat seperti itu
Sabda Rasulullah s.a.w
HAI ANAKKU ALI : tatkala akan makan minum didalam dunia, supaya engakau makan minum beserta Allah.
Tatkala akan dudukmu didalam dunia supaya engkau melihat serta Allah.
Tatkala akan pendengaranmu didalam dunia supaya engkau mendengar serta Allah.
Tatkala akan perkataanmu didalam dunia, supaya engkau berkata-kata serta Allah
Matikan dirimu didalam dunia, besok aku bertemu akan Allah
Sembah Sayidina Allah
Ya, Tuhanku, sejak syujud menyembah.
Rasulullah s.a.w
Matinya iman itu agama, guru iman itu ikhlas, dan dahan iman itu cita-cita, dan iman itu SIR, dan cabang iman itu amal, dan daun iman itu kasar tekun dan haraf, buah iman itu jo’ah (joah) dan nyawa iman itu kasih (kasihan), iman itu ruh dan iman itu hati, yang mu’min dan iman itu yakin, dan pertahanan iman itu sembahyang, dan sareat iman itu fardhu. Dan tharekat iman itu jalan sempurna, dan hakikat iman itu Esa. Ma’rifat iman itu tetap pada zat waibal wujud.
Adakah syahadat iman itu selain daripada itu.
Kepala iman itu akir (laillahaillallah) hatina menyatakan iman dan cahaya iman itu benar, dan kalam iman itu suci, dan nyawa iman itu hidup.
Jantung iman itu jama’ah.
Urat iman itu segala rukun.
Tulang iman itu rukun.
Lutut iman itu sabar.
Dada iman itu amar.
Iga iman itu ikhlas.
Ilmu iman itu sempurna dunia dan akherat.
Wallahu alam bisawwab.
—oo0oo—
Kemudian apa yang terkandung dalam nama MUHAMMAD.
1. MIM-MAHMUDUN ’ALAIYAH : maksud kepujian pada Muhammad ialah; yang
menjadikan wakil dari Tuhan YME pada hari hisab.
Firman Allah Ta’ala ; tiada aku utus engkau Muhammad melainkan menjadi rahmat sekalian alam.
2. HA-HAMIDUN ALAIHI : maksudnya MUHAMMAD lah yang terpuji yag mendirikan ;
syareat, tharekat, hakikat, dan ma’rifat, seperti kata Tuhan
YME. Dalam hadits qudsyi, maksudnya ; benarlah hambaku
Muhammad, setiap apa yang disampaikannya kepadaku.
3. MIM- MUJANIUN : ialah MUHAMMAD lah yang menghimpun puji bagi Allah
LAHMIJIDILLAH Ta’ala, bagi puji zahir maupun puji bathin
Firman Allah Ta’ala maksudnya : sesungguhnya kami menyuruh mengikuti Muhammad pada perhatiannya maupun perbuatannya.
4. DAL – TOBADILLAH ILLA HUA : maksudnya, kuganti kerjaanku kepadamu ya Muhammad, dijadikan Muhammad atas rupaku, artinya tiada wujudku melainkan wujud Muhammad ganti kerjaanku.
Syahadat bathin ada mengandung sifat 20 kadim :
Syahadat jahirpun ada juga sifat 20nya nyata, yaitu :
UJUD ialah : Bumbunan kepala
KIDAM ialah : Telinga kanan
BAQA ialah : Telinga kiri
MUHALLAFAH ialah : Mata kanan
KIAMUHU ialah : Mata kiri
WAHDANIYAT ialah : Mulut
KODRAT ialah : Bahu kanan
IRADAT ialah : Bahu kiri
ILMU ialah : Susu kanan
HAYAT ialah : Susu kiri
SAMA ialah : Tangan kanan
BASHAR ialah : Tangan kiri
KALAM ialah : Pangkal tangan kanan
KODIRUN ialah : Pangkal lengan kiri
MURIDUN ialah : Kaki kanan
ALIMUN ialah : Kaki kiri
HAYUN ialah : Paha kanan
SAMIUN ialah : Paha kiri
BASIRUN ialah : Pusat
MUTAKALIMAN ialah : Jantung
Maka dengan adanya sifat 20 (dua puluh ) ini, bathin maupun zahir, sudah ada dalam wujud.
BISMILLAHIRRACHMANNIRRAKHIM
WASSOLATU WASSALAMU ALA ASROFIL MURSALIN SYAIYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALLIHI WASOHBIHI WASSALAM A’MA BA’DU
Adapun pasal menyatakan bicara hakikat dan am’rifat menyemabah Allah Ta’ala dengan memelihara segala hukum syareat yang zahir yang diperintahkan oleh Rasulullah, yaitu : yang dimaksudkan oleh Allah Ta’ala, ilmu dan amal, dan menjalankan akan jalan segala nabi-nabi dan wali-wali Allah
Yaitu memandang Allah Ta’ala itu dengan hati yang normal. Bahwasannya Allah Ta’ala wujud sendirinya,yaitu memandang dan mengetahui, mengenal satu-satunya paham dan putih bersih, dan nugrahanya haq Allah Ta’ala serta dalil aqal dan naqal. Maka tiada hasil hakikat itu, melainkan dibaiki syareat. Hasil ketiganya itu menghasilkan ma’rifat.
Pasal pada menyatakan hal dan limpahan segala ahli tasauf yang diperbuat tiap-tiap hari siang dan malam ketika mengerjakan segala yang dipardukan Allah Ta’ala dengan sekira-kiranya memadai kuatnya jasad pada mengerjakan dia yang disuruhnya atau disuruh oleh Allah Ta’ala. dan menjauhkan segala yang dilarang. Dan disuruh oleh Allah ta’ala memeliharakan segala rahasia-rahasia kehati dan melazimkan segala makam yang 11 (sebelas) ; seperti Taubat, sakit, sabar, syukur, tawwakal, ridha, wara, suci, ajam, murakabah dan lainnya.
Pertama-tama orang yang megerjakan jalan ini mulai dengan taubat karena taubat itu bersuci dari pada najis. Demikianlah ha ahli tasauf.
Bermula setengah dari rahasia ketuhanan itu IMAN DAN KAMIL. Yaitu keluarlah engkau dari pada Allah ta’ala seperti bahwasannya, jangan engkau sekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu dari segala sifatnya yang tertentu dengan DIA :
Dan “YAKIN KAMIL” Yaitu keluar engkau dari diriku, artinya keluar dari pada dayamu dan kuatmu dan wujudmu. Jangan engkau sekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu dari segala sifatnyayang tertentu dengan dia yang yakin kamil, yaitu ada pada mukamu, karena ujudmu dan dayamu itu majas., dan bayang-bayang jua. Karena sekalian yang dijadikan Allah Ta’ala hanya ujud hakiki, dan kuat daya upaya yang hakikatnya hanya Allah Ta’ala jua.
Maka hendaklah engkau nafikan ujud dirimu dan sekalian yang lan daripada ujud Allah Ta’ala itu. supaya sempurnalah dari pada syirik hafi dan supaya engkau pandang kesempurnaan Allah Ta’ala dan daya upayanya dan kuatnya pada temat ujud dan lemahnya/lemahmu dan daifmu itu.
Setengah dari pada rahasia, ketahuilah olehmu akan bahwasannya kita pandang, kita I’tiqadkan, bahwa sesungguhnya akan kita ini tetap selama-lamanya dalam ilmu Allah Ta’ala.
Pertama : Penglihat, pendengar, kelakuan dan kehendaknya.
Sekianlah pada sebenarnya I’tiqad segala nabi-nabi dan wali-wali Allah serta Ulama-ulama yang saleh-saleh, janganlah kita berubah I’tiqad ini supaya kita sampai kepada jalan FANA BILLAH – BAQA BILLAH. Yaitu lenyapkanlah kita ke dalam Allah Ta’ala supaya kekal dalam keadaan Allah ta’ala.
Bermula dikehendaki lenyap dan hapus itu, tiada lagi kita atau diri kita, hanya yang kelihatan ZAT ALLAH TA’ALA jua semata-mata tetap dengan penglihatannya mata hati dan mata zahir harus menyatu dalam rahasianya.
Dan tilik hakikat adalah isyarat umpama besi di dalam api, maka tatkala merah besi, tidak kelihatan besi, hanyalah keadaan api jua yang kelihatah itu semata-mata. Maka ZAT ALLAH TA’ALA – SIFAT ALLAH TA’ALA – AF’AL ALLAH TA’ALA semata-mata.
Maka apabila tetap dikarenakan sukuan didalam keadaan kita niscaya kita ini hilang. Maka tiada tinggal lagi baginya bekam. Maka kita sampailah kepada jalan fana billah dan baqa billah. Adapun dalil akal, apabila kita tidur lihatlah pada dirimu, adakah kekuasaan, dan kehendak, pengetahuan, penglihatan, pendengaran dan perkataan dan gerakan. Maka dalilnya yang menunjukkan akan tiada mempunyai, hanya daripada menerima sifat jua.
Dan empunya sifat itulah Allah Ta’ala jua semata-mata.
Maka jad dalil tahliklah kita dengan pengajaran guru yang kamil adanya.
SABDA NABI MUHAMMAD SAW pada menyatakan :
Bermula Syareat itu seperti tanah
Tharekat itu seperti air
Hakikat itu seperti angin
Ma’rifat itu seperti api
Maka sembahah syayidina Ali, ya, junjunganku adapun
Syareat itu seperti tanah, tanah yang mana ?Tharekat itu seperti air, air yang mana ?
Hakikat itu seperti angin, angin yang mana ?Ma’rifat itu seperti api, api yang mana ?
Jawab Rasulullah s.a.w
Hai ALI dengarlah pengajaranku, yaitu :
Syareat itu seperti tanah, yaitu badanku
Tharekat itu seperti air, yaitu Nur Muhammad
Hakikat itu seperti angin, yaitu nafasku
Ma’rifat itu seperti api, yaitu penglihatanku
Maka sembah Syaiyidina ALI, ya junjunganku sebenar-benarnya lah
Maka jikalau mati orang syareat apakah kejadiannya?
mati orang tharekat apakah kejadiannya?
mati orang hakikat apakah kejadiannya?
mati orang ma’rifat apakah kejadiannya?
RASULULLAH MENJAWAB :
Mati orang syareat hancur luluh
Mati orang tharekat kurus kering
Mati orang hakikat lemak gemuk putih kuning
Mati orang ma’rifat hilang lenyap
Sembah syaiyidina ALI, ya Rasuullah sebenar-benarnyalah
Jawab Rasulullah, barang siapa mengetahui ilmu ini maka sempurnalah serta sselamatlah dunia akherat, imannya lagi tiada kurang NUGRAHA Allah Ta’ala akan rezeki. Inaya Allah Ta’ala. Maka barang siapa yang tidak mengetahui ilmu ini yaitu terlebih atau dulu daripada binatang, sebab belum mengetahui akan tubuhnya sendir, wallahu alam bisawab.
MAN ARAFA NAFSAHU ARAFU RABAHU, artinya ; Barang siapa mengenal akan dirinya maka sesungguhnya ia mengenal akan Tuhannya.
MAKAM ARAFA RABBAHU FASADUL JASAD. Artinya : Barang siapa mengenal akan Tuhannya maka binasalah dirinya.
Maka ketahuilah olehmu NUR MUHAMMAD, itulah anginnya, biasa gaib kepada sekalian nyawa, itu misalnya jadi badan Muhammad, umpamanya karena sabit gaib kepada Muhammad, dan Muhammad itu gaib kepada sekalian hambanya Allh Ta’ala.
Firman Allah Ta’ala dalam hadits qudsyi yang artinya; bermula Sir Allah dengan Sir Muhammad itu sama arti.
Firman Allah ta’ala dalam hadits qudsyi, yang artinya :
Bermula Sir Allah dengan Sir Muhammad artinya ; Rahasia allah rahasia Muhammad. Maka Rahasia Allah tiada sekutu baginya an lawannya, tiada boleh nabi yang lain seperti NABI MUHAMMAD, karena diakui SIR ALLAH KALILLAHU TA’ALA ; menjadikan akan sesuatu jika tiada serta Muhammad, maka tidaklah dijadikannya semesta ala mini. Maka dinamai sifat hamba didalam badan, maka sembah syaiyidina ALI kepada Rasulullah s.a.w.
Ya Rasulullah, apakah yang dinamai jalan empat itu?
1. SYAREAT 2. THAREKAT 3. HAKIKAT 4. MA’RIFAT
Itu jalan empat dalam manusia.
Sabda Nabi s.a.w ya, Ali,
Adapun yang dinamai syareat itu ialah lidahku
Adapun yang dinamai tharekat itu ialah hatiku
Adapun yang dinamai hakikat itu ialah kediamanku
Adapun yang dinamai ma’rifat itu ialah nyawaku. Inilah jalan empat namanya.
Sembah Syaiyina ALI
Ya, rasulullah, akan tuan hamba mencari siddiq
Ya , rasulullah, adapun seperti syareat itu apa, tharekat itu
Apa, hakikat itu apa,, ma’rifat iru apa
Sabda Rasulullah s.a.w YA ALI
Diri itu ada dua : 1. Diri bathin, 2. Diri zahir
Keterangan :
Diri zahir / jasad : nyata daripada Nabi Muhammad s.a.w yaitu api, angin, air, tanah. Maka itulah asal tubuh kita yang kasar atau zahir ini.
Yang dimaksud diri bathin, yaitu yang tersembunyi didalam badan adapun nyawa itu
daripada NUR MUHAMMAD
artinya : adapun syareat itu perkataanku
tharekat itu perbuatanku
Hakikat itu kediamanku
Ma’rifatitu penglihatanku
Dan yang dikatakan : Syareat itu tubuh RASULULLAH
Tharekat itu Hati RASULULLAH
Hakikat itu kediaman RASULULLAH
Ma’rifat itu Rahasia RASULULLAH
Maka ma’na : Tubuh Rasulullah itu – Roh Rohani
Hati Rasulullah itu – Roh Rahmani
Hati Rasulullah itu – Roh Robbani
Dan jadinya : Syareat itu hancurkan jadikan tharekat
Tharekat itu hancurkan jadikan hakikat
Hakikat itu hancurkan jadikan ma’rifat
Ma’rifat itu hancurkan jadikan cahaya
Itulah bayang-bayang Allah ta’ala yang sebenar-benarnya karena :
Syareat itu – Af’al Allah Ta’ala
Tharekat itu – Asma Allah Ta’ala
Hakikat itu – Sifat Allah Ta’ala
Ma’rifat itu – Ujud Allah Ta’ala
Maka barulah sampai (sempurna) marifat kita pada orang arif billah atau alimullah. Wallahu alam bissawab.
Asal mula-mula kejadian dunia tatkala belum ada sesuatu , maka Allah ta’ala sendirinya. Kallahu Ta’ala atau kallallahu Ta’ala.
Kun fayakun, maka nur Muhammad sekaliannya lengkap. Maka jadilah nur Muhammad itu.
Apakah artinya Allah ta’ala ?
Jawabnya : hual awalu, wal achiru, wajohiru, walbathinu.
Ia jua yang awal, ia jua yang akhir, ia jua yang zahir, ia jua yang goib (bathin).
Tentang syahadat artinya – tahu akan zatnya, tahu akan sifatnya, tahu akan asmanya, tahu akan af’al. dan tahu akan iradatnya.
ASYHADU itu artinya syareat
ANLA itu artinya tharekat
ILAHA itu artinya hakikat
ILALLAH itu artinya ma’rifat
Syareat itu tempatnya pada lidah
Tharekat itu tempatnya pada hati
Hakikat itu tempatnya pada Ruh
Ma’rifat itu tempatnya pada Rahasia
ASYHADU itu artinya Ma’rifat
ANLA itu artinya Tauhid
ILAHA itu artinya Iman
ILALLAH itu artinya Islam
Soal syahadat yang empat didalamnya yaitu : Ma’rifat, tauhid, iman, islam, barang siapa belum sampai pada ketetapan ilmu ma’rifat.
Barang siapa belum sampai pada ketetapan ilmu ma’rifat-tharekat, hakekat-syareat ia membawa kitab ini membawa sesat. Jika engkau tetap didalam syareat, tharekat, hakekat, ma’rifat, maka engkau bacalah kitab ini niscaya jalanmu sekalian anbiya dan mulia,sekalian yang salah-salah.
Jalannya ilmu hakekat juga karena syareat. Hakekat yang tak ada didalam syareat yaitu batal. Barang siapa menghimpunkan antara keduanya maka itulah yang bernama KAMIL MUKAMIL artinya sempurna yakni bernama suci.
Adapun yang bernama rahasia itu ialah SIR ALLAH. Adapun kita ini tidak tahu jikalau tidak serta guru yang benar-benar kepada murid. Maka tiadalah mendapat perkataan-perkataan ini, tidak boleh didengar orang. Karena ilmu ini tidak ada didalam kitab. Adapun kita ini MENTUBUHKAN MUHAMMAD JAHIR BATHIN. Maka berbuahlah RUH namanya. Tidaklah kita genang lagi dihati dan tubuh. Artinya Muhammad jadi tubuh kita kepada hakikat kita. Maka kita ini bertubuhkan idhafi. Karena kita tidak lagi mengenang atau mengingat-ingat tubuh bathin dan zahir itu karena yang bernama Muhammad itu Rahasia Sir namanya.
Karena nama rahasia itu banayk sekali namanya. Allah, sifat, asma, af’al namanya jua, Muhammad sekalipun itu namanya jua. Adapun yang sebenar-benarnya Allah itu kepada kita ialah rahasia yang ada pada kita ketahui. Adapun tatkal jalan hakikat namanya : yang mengata ALLAHUAKBAR. Ber-zat-ber-sifat-ber-asma-ber-af’al. tidak lagi tubuhnya menyebut dan tidak lagi yang mengata itu lidah. Yang mengata itu ialah : ZAT, SIFAT, ASMA, AF’AL. yang mengata Allahu akbar itu, atau yang berbagai-bagai itu bunyinya.
Didalam sembahyang itu hanya zat-sifat-asma-af’al-hayat-ilmu-kodrat-iradat. Itulah yang mengata tidak dihati lagi. Karena yang bernama zat-sifat-asma-af’al itu ialah hayat-ilmu-kodrat-dan iradat. Itulah yang namanya RAHASIA ALLAH TA’ALA kepada bathin hambanya yang memerintah didalam diri kita yaitu RAHASIA ALLAH TA’ALA.
RAHASIA ITULAH YANG BERNAMA : …………………………………………………
Adapun ujar ma’rifat atau kata ma’rifat :
Tatkala berdiri sembahyang itu Allah yang ada ia sendiri dan tidak dua tiga, hanya Allah yang ada,
Adapun yang mengata Allahu akbar itu Rahasia Allah. Ia memuji dirinya sendiri jua. Maka itulah namanya fana kita namanya fana itu tiada lagi tubuh kita bathin dan zahir dan tidaklah rahasia hati yang mengatakan, hanya Allah jua yang ada. Karena Allah jua yang bernama rahasia itu, kehendaknya Allah kepada kita menjadi RASA. Jikalau tidak/tiada RASA, karena mengenal Allah dan memuji Allah, dan dapat ber-kata-kata dan sebagainya itulah, seperti dalil :
MAN ARAFA NAFSAHU FAQAD ARRAFA ROBBAHU
Artinya : Barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal akan tuhannya
Bab ini pasal menyatakan asal Nabi ADAM as. unsurnya kepada kita API, ANGIN, AIR, TAMAN, turun kepada kita.
API ITU RUH KITA HURUFNYA
ANGIN ITU NAFAS KITA HURUFNYA
AIR ITU RASA KITA HURUFNYA
TANAH ITU TUBUH KITA HURUFNYA
Keterangan lainnya :
Kejadian tanah itu bernama syareat
Kejadian air itu bernama tharekat
Kejadian angin itu bernama hakikat
Kejadian api itu bernama ma’rifat
Syareat itu tubuh kita
Tharekat itu nafas kita
Hakikat itu ruh kita
Ma’rifat itu rasa kita
Syareat itu umpama kaki kita
Tharekat itu umpama tangan kita
Hakikat itu umpama tubuh kita
Ma’rifat itu umpama kepala kita
Jadi yang 4 (empat) ini tak boleh bercerai.
SYAHADATAIN
Aku naik sakai tiada Tuhan melainkan Allah, dan aku naik sakai sebenarnya Muhammad itu utusan Allah.
Maksudnya ialah yang dinamakan Tuhan itu ialah kenyataan adanya hidup kita pribadi. Se bab sebenar-benarnya, sebanyak-banyaknya yang disebut itu tidak ada, itulah sebabnya, disebutkan tiada tuhan itu menetapkan hanya hidup kita pribadi. Sebab yang disebut itu, juga yang menyebut. Atau menyaksikan itu juga yang disaksikan. Artinya : Dia menyaksikan dia sendirinya. Sama halnya dengan ma’rifatullah dia yang mengenal dia yang dikenal.
Atau seperti puji qadim bagi qadim. Bahkan si muhaddas memuji si qadim. Maka dari itu NUR MUHAMMAD itu disebut qadim. Adapun yang dinamakan MUHAMMAD itu : bukannya Muhammad yang di MEKKAH atau yang dimadinah itu, tetapi yang sebenarnya adalah cahaya kita pribadi. Itulah sebabnya diakui utusan. Sebab cahay kita itu pertandanya Tuhan.
FAHAMKANLAH. Masalahnya adalah : apabila kita benar-benar sampai kepada Tuhan ; utusan Tuhan dari diri kita bahwa utusan itu medatangkan apa ciptamu atau citamu. Maka barang siapa percaya maka niscaya mendapat kasih ampunan Allah (al-maghfirah) apabila sudah menerima petunjuk yang demikian itu, harap hati-hati dan waspada didalam hati, yang hidup kita pribadi. Itulah adanya nugrah dan anugraha. Artinya , nugrah itu Tuhan, dan anugraha itu hamba. Sebab sudah senyawa didalam badan kita pribadi. Janganlah ada ayak dan ragu lagi didalam hati kita semua.
SAKSI DAN PENYAKSIAN
Yang dinamakan kesaksian : sebab diwaktu menyampaikan sunnah supaya disaksikan oleh sanak saudara kita sesame muslim, yaitu semua titah yang dititahkan didalam alam dunia ini diantaranya ; seperti bumi, langit, bulan, bintang, matahari, api, angin, air dan tanah dan alin-lain sebagainya, supaya semua menjadi saksi dan menaksikan bahwa kita sekarang ini sudah mengakui berdirinya dan adanya Tuhan dan jadi hamba Tuhan, karena Tuhan itu mempunyai dua sifat : 1. Sifat ketuhanan (lahud)
2. Sifat kehambaan (nasud)
Allah adalah hakikat alam, maka jelaslah bahwa sat itu bermula segala ujud, tidak ada yang ujud hanya Allah. Kalau sudah jelas dalam hati ma’rifat akan hakikat ketuhanan itu, af’al, sifat, dan zatnya ; itulah yang dikatakan bahagia.
Dan tiada merasa apa yang dimaksud amal kita mati itu tadi ialah ; mati ma’nawi/mati fil haqiqat, hukum mati hisyi, yang sebenarnya kita ini hidup sebelum ada kehidupan alam ini/dunia fana ini, itulah dia zat yang maha suci, yang tiada huruf dan tiada kata, tiada suara, tiada isyarat dan tiada bernama, tiada warna dan tiada ruh dn tiada jasad dan tiada apa-apa; itlah dia JIBU.
—oo0oo—
MELEBURKAN DIRI
TUJIBUL BADANI SARRIL QALBI
TUJIBUL QALBI SARRIR RUH
TUJIBBURUH SARRIN NUR
TUJIBUN NUR SARRIL ANA
Artinya
HANCURKAN BADAN JADIKAN HATI
HANCURKAN HATI JADIKAN RUH
HANCURKAN RUH JADIKAN NUR
HANCURKAN NUR JADIKAN AKU
SIRAU ANA : AKU ALLAH (dalam rahasia).
—oo0oo—
NAMA TUHAN YANG DIJADIKAN ADAM : IALAH MUFTI
Keterangan : M : MA’RIFATUL
U : UJUDIN
F : MAFATULILLAHI
T : TASRUFIL
I : IHSAN.
—oo0oo—
TAHTINU HAFSANU WATAKARAMU NAFSAHU. Artinya
Ia hendak berbesar dirinya dan bermulia dirinya, ia asyik mengasihi birahinakan kekasihnya maka ditiliknya dirinya dengan asyik. NUR MUHAMMAD.
—oo0oo—
Jadi yang tidak ada maujud didalam ujud ini hanya Allah, Adam pun tiada maujud dengan seendirinya. Tetapi ia maujud dengan ujud Allah Ta’ala yang hakiki, dan fana dibawah ujudnya.
Jadi kalau begini jelaslah kepada kita bahwa ala mini madjhor ujud Allah Ta’ala jua. Maka nyatalah ujud makhluk adalah waham dan hayal jua, kalau dinisbahkan kepada ujud Allah Ta’ala yang hakiki dan fana dibawh ujudnya, jadi nyatalah bahwa ; Allah, Muhammad, Adam adalah satu. Insan kamil pun Allah jua. Adam dan Muhammad pun pada hakikatnya.
HADITS QUDSYI
Artinya : Aku menyaksikan hidupku sendiri sebenarnya tiada Tuhan selain aku. Dan aku naik saksi bahwasannya Muhammad itu utusanku dan sebenarnya yang bernama itu AKIDAHKU, RASUL ITU RASAKU, dan Muhammad itu CAHAYAKU, akulah Tuhan yang hidup yang tiada mati-mati yang ingat tiada kekal tiada berubah pada kenyataan ZAT ; Akulah yang hawas lagi tahu, tiada samar akan sesuatu. Akulah yang kuasa dan yang menguasai dan akulah yang maha bijaksana. Dan maha suci aku, maha adil dan maha pengasih ddan maha penyayang aku, dan sembahlah aku/kenallah aku.
Jadi hadits qudsyi yang diatas ini tadi bukanlah dibaca begitu saja, maksudnya ialah untuk pribadi kita sendiri. Beanikan dlalam soal ini dan jangan takut dan jangan gentar, Tuhan beserta kita. Jadi bolehlah kita mengatakan bahwa kita ini termasuk golongan yang sedikit atau golongan FIAHQALILLAH sedikit tapi bermutu.
Orang awam dan orang alim belum sampai kepada tingkat ini. Orang awam dan orang alim hanya sampai kepada tingkat ilmu belaka. Belumlagi ampai kepada derajat haqiqat, ilmu dan ma’rifat. Jadi sekarang yang penting sekali adalah untuk pribadi kita sendiri. Jadi yang dinamakan Allah itu adalah : af’alnya, dan yang disebut Rasul-rasul itu ya Muhammad, dan Muhammad itu sebenarnya adalah cahaya kita jua. Maka jelaslah yang sebenarnya hidup kita ini adalah hidupnya Tuhan Allah. Bukti nyata dalil qur’an mengatakan : bahwa Tuhan Allah itu kuasa menghidupkan yang mati, adanya mati dari hidup. Justru hidup kita pribadi berasal dari yang mati dan akhirnya tiada mati-mati dan tetap hidup di dunia dan di akhirat dan tiada pernah lupa akan hidup kita, tanpa perubahan dan tanpa bergeser dalam keadaan kenyataan sejati. Itulah dia kesempurnaan hidup. Dan tiada merasa apa yang terang cahaya jauh dipandang. Hendak mendekat dalil dan menaruh dibelakang. Penyeberang dari anak dan dalil menang terlarang. Hati rindu tidak tidak diperdulikan. Biar bahaya, terus berjuang Tuhan Tuhan mengampuni pahlawan sejati.
Qur’an dan hadits khusus pedoman
Baiklah aku serukan ; agar supaya lebih mendalam, tiada batas menurut qur’an tiada seorang makhluk sanggup menghalang jangan pduli ocehan orang sebagai penghalang memuji Tuhan.
Yakin dan bulat didalam bulan, menunjukkan Tuhan chalikul alam.
TUHAN ALLAH ADA BERPERI
SETIAP INSAN HARUS DIBERI
ASAL TUAN SUDI MENCARI
TUHAN ALLAH DIDALAM DIRI
[KITAB DIRI YG TERSEMBUNYI] بسم الله الرحمن الرحيم
(KITAB DIRI YG TERSEMBUNYI) Inilah kitab yang membicarakan sebelum alam ini dijadikan. Bermulah Allah menjadikan Nyawa Muhammad, lalu Tuhan melihat kedepan tiada sesuatu yang dilihatnya, kemudian melihat ke belakang, kekanan, dan kekiri namun tiada melihat sesuatu pun. Sedangkan Ia ingin disembah dan dipuji, tidak ada yang memuji dan menyembahnya. Maka dijadikanlah dirinya didalam dirinya, kemudian melihat ke atas dan dikatakannya ( ALIF ), keluarlah Nur, inilah Rahasianya Muhammad, melihat ke atas jadilah Arsy. Melihat ke bawah jadilah Rahasianya. Kemudian Tuhan melihat ke depan dan dikatakannya ( I ), keluarlah Nur, inilah Nyawanya Muhammad, melihat ke atas jadilah Kursiyah, melihat ke bawah inilah Nyawanya. Kemudian Tuhan melihat ke kanan dan dikatakan ( U ), keluarlah Nur menjadi hatinya Muhammad, melihat ke atas inilah syurga melihat kebawah menjadi hatinya. Kemudian Tuhan melihat ke kirinya dikatakannya ( HA ), keluarlah suatu Nur, inilah Misalnya Muhammad, melihat ke bawah jadilah misalnya. Kemudian Tuhan melihat ke belakang dan dikatakannya ( HU ) , keluarlah suatu Nur yang menjadi akalnya Muhammad, melihat ke atas jadilah Lauh-Mahfud, melihat ke bawah jadilah akal Muhammad. Kemudian Tuhan melihat ke bawah dan dikatakannya ( HU ), keluarlah suatu cahaya, inilah bayang-bayangan Muhammad, melihat ke atas inilah hati kecil, melihat kebawahnya jadi Rupa. Kemudian Tuhan melihat kedalam diri-Nya, inilah yang menjadi Hatinya Muhammad, inilah yang dinamakan Halus. Melihat keatas inilah yang menjadi Rasa. Melihat kebawah inilah yang menjadi Air Mani. Kemudian Tuhan melihat ke sekeliling-Nya, dikatakan-Nya (HUA HUA) menyebarlah cahayanya, maka jelaslah Nur Muhammad didalam cahayanya laut kenyataannya Allah Ta’ala didalam cahayanya Muhammad, dikatakannya dirinya Tuhan, maka dinampakkanlah dirinya Tuhan dihadapan Muhammad, kemudian Tuhan berkata; “Jadi adakah engkau yang menjadikan dirimu sehingga engkau melupakan Nyawamu disujudkan di Baitul Maujudi?” Maka berkatalah Muhammad: “Engkau baru kulihat, maka sebaiknya kita masing-masing bersembunyi, barang siapa yang didapat itulah yang menjadi Hamba, yang tidak dapat diketemukan itulah yang menjadi Tuhan”. Bersembunyilah engkau Muhammad terlebih dahulu, Aku yang mencari. Maka bersembunyilah Muhammad di Wajah, di ingatan, di akal, namun setiap persembunyiannya senantiasa diketemukan oleh Tuhan. Berkatalah Muhammad, bersembunyilah, aku yang mencari. Maka bersembunyilah Tuhan di waktu 5 (lima), namun Nur Muhammad tidak menemukannya. Maka berkatalah Tuhan: “Carilah aku sungguh-sungguh, kemudian Tuhan berpindah menyembunyikan dirinya di Rahasia, juga Muhammad tidak menemukannya. Sehinga Muhammad berseru: “Dimanakah Engkau bersembunyi, sedangkan suara-Mu kedengaran tapi aku tak melihat?” Maka Tuhan berkata: “Aku bersembunyi di Rahasia” Lalu Muhammad mencarinya di Rahasia, namun Muhammad tidak dapat membuka matanya, dikarenakan cahaya terang yang tidak dapat ditembus, sehingga Muhammad berkata: “Sudahlah nyatakanlah diri-Mu, Engkaulah yang menjadi Tuhan” Maka berkatalah Tuhan: “Mana tanda kepercayaan-Mu dan dimana letak berdiri kepercayaanmu?” Maka dikatakanlah Muhammad: “ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH", lalu Tuhan menjawab: “WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASUULULLAH”. Ketahuilah olehmu Muhammad “Rupa” itu Sifat-Ku dan nama bagimu, “Waktu” itu Sifatmu. Berkatalah Muhammad: “bagaimana sehingga Wajah itu namaku sedangkan adalah Sifat-Mu? Berkatalah Tuhan : adalah Rupa (Wajah) itu namamu dan Sifat-Ku, karena itulah Aku ingin disembah, dipuji, dikenal, dikasihi, digembirai, sedangkan semua itu tidak dapat dilakukan-Nya. Sehingga dengan demikian kujadikan diri-Ku dalam diri-Ku. “Waktu” itu Nama-Ku dan Sifat itu Rupa-Ku, sebab Aku jugalah yang sembah diri-Ku. Sesuai dengan dalil: Artinya: Adapun yang disembah dan menyembah itu satu. Jadi Aku yang memuji diri-Ku, dan mengasihani diri-Ku, dan engkau kujadikan yaa Muhammad Akulah yang menjadikan diri-Ku, dalam diri-Ku, adamu itu ada-Ku-lah itu. Kenyataanmu itu kenyataan-Ku-lah itu. Ketahuilah olehmu Muhammad Ada-mu pada Nama-Ku yang sesungguhnya di dirimu. Adapun Sifat-Ku, ada pada DIAMMU Adapun Rupa-Ku, ada pada I’TIKADMU Adapun Diri-Ku, ada pada MANFAATMU Adapun Lahir-Ku, ada pada GERAKMU Adapun Perbuatan-Ku, ada pada PERBUATANMU Adapun Rahmat-Ku, ada pada PERKATAANMU YG BENAR Adapun kehendak-Ku, ada pada HAJATMU Adapun kekekalan-Ku, ada pada HATIMU YG BAIK, TEMPATNYA MUHAMMAD. Fungsi-Fungsi Yang Dibebankan Allah Swt. 1) Fungsi Rahasia, Kebenaran dan Alam 2) Fungsi Nyawa, Penglihatan dan Nama-Ku 3) Fungsi Hati, Niat dan Pengenalan 4) Fungsi Ingat, Angan-angan dan Kekuasaan 5) Fungsi Akal, Yang Nyata dan Kebingungan 6) Fungsi Bayang-bayang, Kepintaran dan Kebodohan 7) Fungsi Nur, Pertimbangan dan Pengetahuan. TANYA: Apa sebabnya Engkau jadikan yang tujuh itu? JAWAB: Aku jadikan yang tujuh itu sebab Aku ingin disembah. TANYA: Dimanakan yang disembah dari yang tujuh itu? JAWAB: Aku disembah Nur pada bayang-bayang “Bayang-bayang, Ingat, Hati, Nyawa, Rahasia, di Diri-Ku, dan Akulah yang sembah diri-Ku" TANYA: Apa penyembahan Rahasia Pada-Mu Yaa Allah? JAWAB: Penyembahan Rahasia itu, ketika ia mengatakan : “A” Penyembahan Nyawa itu, ketika ia mengatakan : “I” Penyembahan Hati itu, ketika ia mengatakan : “U” Penyembahan Ingat itu, ketika ia mengatakan : “Ha” Penyembahan Akal itu, ketika ia mengatakan : “Hi” Penyembahan Bayang-bayang itu, ketika ia mengatakan : “Hu” Penyembahan Nur itu, ketika ia mengatakan : “Engkaulah Yang Kusembah Yaa Allah” Adapun kenyataannya Rahasia: “A” Adapun kenyataannya Nyawa: “I” Adapun kenyataannya Hati: “U” Adapun kenyataannya Ingat: “Ha” Adapun kenyataannya Akal: “Hi” Adapun kenyataannya Bayang-bayang: “Hu” Adapun kenyataannya Alif, Rasa, Nyawa Muhammad: "Mani" Adapun Perbuatan Muhammad itu: “Antara” Adapun yang dinamakan: “Nama Dirimu” artinya “Kita Berdua Berdiri, Akulah itu Muhammad. Adapun yang dinyatakan: “Engkaulah itu Muhammad, itulah dinamakan kata “HIDUP TAK MATI” artinya yang disuruh dan yang menyuruh. Yang mengetahui hal itu serta dibenarkannya, panjang umurnya, dan disukai oleh para penguasa, dipercaya oleh orang lain, dihindarkan dari bahaya ujian Tuhan. Ketahuilah pula kemunculannya NUR: Nur muncul pada bayang-bayang Bayang-bayang muncul pada Akal Akal muncul pada Ingat Hati muncul pada Nyawa Nyawa muncul pada Rahasia Rahasia muncul pada Nur Nur muncul pada Tuhannya. Dari situlah kita datang dan disitu pula kita kembali. Maka kenalilah Aku sungguh-sungguh Muhammad bahwa, “Kita tidak berpisah” Aku jadikan segala sesuatu karenamu, sedang engkau untuk-Ku. Muncullah engkau pada kenyataan, Ku nyatakan engkau dan Ku lindungi engkau. Adapun kenyataan serta pengertian Alif itu bersumber dari titik atau Zarra atau Nyawa-berlindung. Yang dinamakan Nyawa berlindung yakni Rahasia atau Cahaya Zat dan Sifat itulah yang memperkenalkan Tuhan. Adapun iman itu tempatnya Rahasia, Artinya Rahasia adalah Cahaya Hati-Nurani, ketika baris atas, bawah dan titik itu terbagi, maka jadilah 4 (empat) huruf, pertama ALIF, kedua LAM dimuka, ketiga LAM dibelakang, dan keempat HA, inilah lafasnya (Allah SWT). Nyawa muhammad dinamai Ma'rifat Nyawa kita dinamakan Haqiqat Angan angan kita dinamakan Thariqat Tubuh kita dinamakan Syariat ialah pengetahuan tentang pengenalan diri didalam Tubuh kita. Apabila Nyawa itu melihat pada Allah SWT: Rahasia namanya. Apabila Nyawa melihat pada Alam: Iman namanya. Apabila Nyawa melihat pada Akhirat: Nyawa namanya. Apabila Nyawa melihat ke dunia: Badan jasmani namanya. Apabila Nyawa melihat kepada badan jasmaninya: hati kecil namanya. Artinya : Adapun ilmu pada Allah, kebodohan terhadap sesuatu, Adapun ma’rifat kepada Allah, menyangkali diri, Adapun bertauhid kepada Allah, keheran-heranan. Nabi Muhammad SAW berkata kepada Ali: ketahuilah bahwa keluar masuknya nafas itulah yang dikatakan sembahyang bathin selamanya tidak membedakan antara siang dan malam dan diwaktu tidur dan diwaktu jaga. Apabila nafas keluar dikatakannya "LAA" Apabila nafas masuk dikatakannya "HU" Itulah nama Tuhan serta nama Nabi yang tidak berpisah atau dinamakan “SYAHADAT-DUA” Keluar nafas: "Sunnah" Shalat dirinya Tubuh Masuk nafas: "Fardhu" Tanda kematiannya : • Ada yang dilihat seperti keranjang cermin, didalamnya ada orang seperti wajahnya diwaktu ia masih muda. • 40 (Empat puluh) malam sesudah ia melihat lalu ia meninggal, empat puluh malam didalam kubur, lalu naik ke syurga pertama. Keluar nafas: "Ilmu" Shalat dirinya Iman Masuk nafas: "Pengetahuan" Tanda kematiannya : • Ada yang dilihat seperti lampu lilin dikepalanya, terus naik ke langit • Tiga puluh (30) malam sesudahnya itu, ia meninggal, sekian malam didalam kubur lalu naik ke syurga yang kedua. • Pegangannya pada Qur’an 30 juz. Keluar nafas: "Dunia" Shalat dirinya Akal Masuk nafas: "Akhirat" Tanda kematiannya : • Ada yang dilihat dikepalanya cahaya keluar, lalu naik ke langit • Dua puluh malam setelah itu lalu ia meninggal, sekian malam ia didalam kuburnya ia naik kelangit ketiga. • Pegangannya “Sifat Dua Puluh” Keluar nafas: "Hamba" Shalat dirinya Ingat Masuk nafas: "Tuhan" Tanda kematiannya : • Ia melihat sesuatu seperti telur, didalamnya ada seperti masjid, cermin didalamnya, ada orang seperti wajahnya diwaktu mudanya. • 13 (tiga belas) malam merikutnya ia meninggal, sekian malam pula ia didalam kuburnya lalu ia naik ke syurga yang ke 4 (empat). • Berdirinya Rukun 13. Keluar nafas: "Sifat" Shalat dirinya Hati Sanubari Masuk nafas: "Zat" Tanda kematiannya: • Ia melihat nur yang berdiri di pusatnya, seperti terangnya bulan ke 14, didalamnya ada orang seperti wajahnya diwaktu mudanya. • Lima malam sesudahnya ia meninggal, dan sekian lama juga dikuburnya, ia naik ke syurga yang ke lima. Keluar nafas: "Nabi" Shalat dirinya Hati Nurani Masuk nafas: "Tuhan" Tanda kematiannya: • Ia melihat “seperti rambut” berdiri diantara kedua matanyasampai ke syurga, di dalamnya ada Nur yangmerah seperti matahari. • 3 (tiga) malam sesudahnya ia meninggal, sekian malam juga di dalam kuburnya, ia naik ke syurga yang ke 6 (enam). • Penerapannya dalam tafakkur : “ Mulut ditutup, nafas melalui hidung”. Keluar nafas: "Rupa Tuhan" Shalat dirinya Nyawa Masuk nafas: "Wali Tuhan" Tanda kematiannya: • Ia melihat seperti busa-busa emas sampai di langit (bulan) berdiri diantara kedua kening seperti “rambut yang hijau” melekat di Arsy, ada juga seperti bulan 14 munculnya. • 1 (satu) malam kemudian ia meninggal, semalam juga dikuburnya ia laik ke syurga yang ke 7 (tujuh). • Diberikan perasaan seperti orang yang sedang bersetubuh ni’matnya. Inilah berdirinya “Jibril”. Keluar nafas: "HU" Shalat dirinya Rahasia Masuk nafas: "HU" Tanda kematiannya: • Ia melihat permata yang jernih gilang gemilang, menjadi orang seperti dimasa mudanya, bercahaya wajahnya dan dirinya. Itulah “Halus Kita” keluar, itulah juga Nur, Itulah juga yang menjadi Tubuh kita. • Pada saat lepasnya Nyawa, diberikan perasaan seperti keluarnya mani. Pada hari kematiannya itulah ia dikuburkan, hari itu juga ia naik ke syurga yang ke 8 (delapan) di “Arsy Kursyiyah”. • Inilah yang tidak menunggu bacaan talqin. • Inilah berdirinya Muhammad, • Inilah yang dinamakan: → “shalat yang berkekalan dan berkepanjangan”. → Tali yang tidak putus pada Allah. → Kain Kafan yg tidak hancur Jika kita berdiri untuk shalat, pada haqiqatnya ALIF itulah yang berdiri untuk shalat. Maksudnya: Naikkan terlebih dahulu nafasmu kemudian berdiri, artinya: Nyawa yang terlebih dahulu berdiri, kemudian Tubuh sebab tidak mungkin Tubuh yang dapat mendirikan Nyawa, sebaliknya Nyawa itulah yang mendirikan Tubuh. Jangan bertentangan perbuatan Tubuh dengan Nyawa, karena yang demikian itu sama halnya dengan orang yang menserikatkan Tuhan. Hal ini diibaratkan bahwa, Nyawa itu ibarat Imam terhadap Tubuh, sudah tentu Imam itu terdahulu yang berdiri kemudian ma’mum. Itulah sebabnya maka “Imam” itu wajib diketahui. Bilamana ada orang yang bertanya siapa Imammu dalam shalat, maka jawablah bahwa “Al-Qur’an itulah Imamku”... Apa artinya Al-Qur’an itu?... Al-Qur’an itu Kalamullah atau perkataan Tuhan, dan Tuhan itu bersifat Qadim, jadi Al-Qur’an itupun Qadim. Jadi pada haqiqatnya Tuhan itulah Imam, tanpa demikian ini berarti shalatnya tidak sah. Sebab yang dimaksudkan shalat disini ialah Dzahirnya perbuatan. “Dzahir” artinya perbuatannya Tuhan pada kita. Allah juga pada haqiqatnya. Sehingga kita bersatu kata atau sekata dengan Imam (Imam dengan Ma’mum). Dikatakan “Imaman Lillahi Ta’ala”, artinya Imam karena Allah Ta’ala. Dikatakan “Ma’muman Lillahi Ta’ala”, artinya Ma’mum karena Allah Ta’ala. Imam itulah yang menggerakkan ma’mum, demikian pulalah Nyawa itulah yang menggerakkan Tubuh, dan tidaklah Nyawa itu dapat bergerak jika tidak karena kehendak Tuhannya. Bila hendak Ruku’, turunkan nafasmu dahulu, kemudian badanmu ruku’. Begitu pula I’tidal (Sami Allahu Liman Hamida), naikkan kembali nafasmu, kemudian tegak. Sujud juga demikian, turunkan dahulu nafasmu, kemudian sujud. Lawan sujud juga demikian, naikkan dahulu nafasmu, kemudian mengangkat kepala (kembali duduk). Demikianlah Nafas itu diikuti naik turunnya, begitulah Imam para Nabi termasuk Nabi Muhammad saw, dan para Wali. Inilah yang dikatakan “IMAM TANPA DI IMAMI”. Bila ada orang yang memakai (memperkenalkan) hal ini, maka itulah orang yang sah dijadikan Imam. Jadi bila ada orang yang menjadi Imam sedang ia tidak mengetahui hal ini, sedang Ma’mumnya ada yang mengetahui, maka dikatakanlah “IMAM YANG DI IMAMI OLEH MA’MUM”. Selanjutnya bila sudah membuang Takbiratul Ihram, tahanlah nafasmu sebentar, itulah yang dikatakan “Lenyap Kepada Nur Muhammad”. Adapun yang dibicarakan masalah Nahwu dan Sharaf, “huruf” Baris, dan Lagunya”. Jadi hanya masalah “Lafaz”. Bila dikatakan bahwa “Kata-Kata Tuhan Itu Bukan Huruf, Bukan Suara, Bunyi, Tidak Berawal, Tidak Berakhir, Dan Tidak Tasdik”, maka bingunglah orang-orang Nahwu dan Sharaf. Sebab bukan Huruf. Bahkan baris tiga Alif itu tidak dilihat oleh Nahwu dan Logat. Sebab huruf tidak bersambung. Sebab Alif yang ditulis dengan tinta itu menunjuk kepada Alif yang bukan tinta. Sedangkan Alif yang bukan tinta itu menunjuk kepada kata-kata Tuhan. Bila tanda kematian telah tiba, maka hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah: - Perbanyaklah bertobat kepada Allah swt, atas segala kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat lahir maupun bathin, besar atau kecil, sengaja maupun yang tidak disengaja. - Perbanyaklah berdzikir kepada Allah swt: - Laa Ilaaha Illallah - Allah, Allah - Hua, Hua - Ah, Ah - Serahkan dirimu sepenuhnya, artinya gaibkan dirimu kepada Nur Muhammad, dengan demikian sampailah engkau atau kekallah engkau pada Zat Allah swt, Sebab mustahil akan bercerai Nur dengan yang punya Nur, laksana matahari dengan cahayanya. Insya Allah selamatlah engkau. - Sangkalah dirimu didalam rahmat Tuhanmu, jika engkau menyangka dirimu disiksa, maka disiksalah engkau, bila menyangka dirimu diselamatkan dari segala bahaya, maka diselamatkanlah engkau. - Adapun tanda itu harus, artinya: boleh jadi ada, boleh jadi tidak ada, tergantung kepada kehendak Allah swt. Hanya kematian itu yang pasti adanya. Adapun tanda kematian itu sebagai berikut: - Melihat Nur yang lebih terang dari cahaya matahari. - Melihat ke langit tujuh susun tanpa halangan sampai pada Arsy Qursyiyah. - Melihat Nur yang terang, tiba-tiba ada seorang laki-laki berpakaian hijau berdiri disebelah kananmu lalu memegang telunjukmu dan berkata; “Lupakan saja dunia yang gelap ini, akhirat itulah yang terang, kesanalah engkau, dan Allah lebih mengetahuinya”, Muhammad itu yang mendatangimu dan katakanlah: “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah, Wa Asyhadu Annaka Muhammadan Rasuulullah” Artinya: Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan Anda adalah Muhammad Rasulullah. - Selanjutnya melihat Nur yang tidak dimengerti tak ada seumpamanya, muncul lalu lenyap, muncul lagi dan segala sesuatu sudah pada sujud, itulah tanda akhir hidupmu di dunia ini, tidak akan kembali lagi untuk selama-lamanya. - Adapun perasaanmu lebih nikmat daripada bersetubuh antara suami dengan isteri. Biasa saja terjadi kalau diketahui jalannya, dan sehubungan dengan hal itu ada hadits Qudsi yang menunjangnya, yang artinya: “Ingatlah Aku (Allah) diwaktu senangmu, maka Aku (Allah) mengingatmu diwaktu susahmu”. Pertanyaan: - Manusia diwaktu senang, kapan? Dan manusia diwaktu susah, kapan? Dan bagaimana caranya mengingat Allah diwaktu senang? - Adapun orang yang bias mendapatkan kenikmatan itu, tanda-tandanya: Basah disekitar alat kelaminnya, karena keluarnya air mani ketika berpisahnya Tubuh dengan Nyawa. - Sewaktu mengucapkan Laa Ilaaha: niatkan dirimu lenyap bersama Nur Muhammad pada Dzat Allah - Kemudian mengucapkan Illallah: niatkan dirimu kekal bersama Nur Muhammad pada Dzat Allah. Lailahailallah: - Laa Ilaaha, artinya menafikkan atau meniadakan - Illallah, artinya mengisbatkan atau mengadakan pada wujud Allah. - Hati yg menarik, Nyawa yang ditarik, Rahasia tempat menarik. - Cahaya Cermin itu adalah tempat Manusia - Cahaya Intan itu adalah tempatnya Muhammad - Cahaya Jamrud itu adalah tempatnya Allah swt - Maka dimasukkanlah diri-Nya didalam Cahaya Cermin, kemudian berpindah ke Cahaya Intan, kemudian ke Cahaya Jamrud didalam Nur Ilahi bersama Muhamad - Demikianlah cara pengembalian serta pengekalan para Aulia Allah. - Ketahuilah bahwa: - Dzat Allah itu bathin pada Nyawa Muhammad, sehingga tidak ada pemisahan antara Hati Nurani (Nyawa kita) dengan Nyawa Nabi kita serta Dzatnya Allah, artinya: tubuh itu dapat bergerak, berkehendak, kuasa, hanya karena perintah dari Nyawa kita. Sedangkan Nyawa dibawah perintah Nur Muhammad, sehingga ia dapat bergerak, kuasa dan mengetahui. - Adapun Nyawa Muhammad, nyata pada Dzatnya Allah, menurut dalil yang mengatakan Artinya: Seandainya bukan karena engkau Muhammad, Aku tidak menjadikan segala sesuatu. Arti Haqiqatnya: “Tidak berpisah Nur dengan yang punya Nur”. Mengenal Allah, Dzat, Sifat, Asma, Af’al, Diri, Tubuh, Hati, Nyawa, Rahasia, itulah bernama “Insan” atau “Tuhan”. - Yang memerintah Tubuh kita, Af’al (Perbuatan) pada Allah - Yang memerintah Hati kita, Nama pada Allah - Yang memerintah Nyawa kita, Sifat pada Allah - Yang memerintah Rahasia kita, Dzat pada Allah . Sabda Nabi Muhammad SAW Artinya : Pengenal pada diri ada empat: Tubuh, Hati, Nyawa, dan Rahasia. Artinya : Beginilah pengenal pada diri (tubuh) kita serta Tuhan. Artinya : Ketahuilah Kekuasaan Tuhan dan Kehendaknya dalam segala sesuatu tiada yang mencampurinya. Artinya : Semua kata-kata dan kalimat itu adalah kata-kata dan kalimat Tuhan. Artinya : Pengenalan dengan meng-Esakan (men-Tauhidkan) Allah. Artinya : Tidak sempurna Islam seseorang, kecuali mengenal Iman, Yang dikatakan orang beriman ialah, orang yang “Mengenal Dirinya, Mengenal Tuhannya”. Artinya : Hati orang beriman, Rumah Allah. NAFAS: Adapun bilangan keluar masuknya nafas dalam sehari-semalam sesuai dengan bilangan huruf Al-Qur’an = 32.005.345 (tiga juta lima ribu tiga ratus empat puluh lima). SYAHADAT : Adapun Syahadat itu, “Hidupnya” Allah yang dijadikan Tubuh pada kita. Isyaratkan bahwa Tubuh kita tidak bercerai dengan Hidupnya Allah swt. SATINJA: Adapun Satinja itu, Cahaya Allah yang menjadi kesucian pada hati kita, menjadi rumah-Nya orang mu’min. Isyaratkan bahwa kesucian kita tidak berpisah dengan Nur Allah swt. Jadi Hati kita tidak terpisah dengan Halusnya Allah swt. JUNNUP' : Adapun Junnu itu, Halusnya Allah yang dijadkan Rasa Ni’mat pada diri kita. Di isyaratkan, tidak berpisah ni’mat kita dengan Halusnya Allah swt. PERSETUBUHAN: Sebelum melaksanakan malam pertama bagi pengantin baru (juga bagi pengantin lama kalau belum pernah melaksanakannya), hendaknya melakukan terlebih dahulu “Nikah Batin”. Seorang suami jangan hanya mengawini isterinya hanya tubuh kasarnya saja, tapi yang harus dikawininya ada 6 (enam) macam, yaitu : 1) Tubuh 2) Hati 3) Nyawa 4) Rahasia 5) Tubuh Halusnya 6) Maunya Seorang suami harus meminta halalnya dari isterinya keenam macam itu. Kalau tidak tahu silahkan tanyakan kepada yang tahu. - Dimisalkan makanan yang telah dihidangkan: - Maka sebelum dimakan diucapkanlah dzikirnya Tubuh, Hati, Nyawa, Rahasia. - Pada suapan pertama: dikatakan "A" Tidak disentuh lidah. Inilah suara mula jadi. - Pada suapan kedua: dikatakan "I, U" jangan disentuh lidah. Inilah “Junnu”. Selamat dunia & akhirat. - Jika sudah berulang-ulang kali suapannya, dikatakanlah "A" sebab itulah yang tidak disentuh tulisan, jangan dilupakan sampai selesai. Beginilah cara Ali dengan Fatimah. - Dalam buku Yoga dan sex, dalam waktu sekejap mata, sepasang suami isteri yang mencapai klimax dari hubungan sexnya, akan lebih dekat dengan Allah swt. Justru itu jangan kerja seperti alu, tidak ada hasil. Jadi kalau kerja pasti ada hasilnya. Apakah : - Manusia berilmu? - Manusia berpangkat? - Manusia berharta?, dsb...Mudah-mudahan mengerti maksudnya. - Nabi Khaidir a.s: Bagaimana yang dikatakan “Awal Permulaan? → Nabi Muhammad saw: Barang siapa yang mengetahui tentang awal permulaan ini, maka Allah Swt, mengampuni segala dosa-dosanya serta kedua orang tuanya, begitu pula segenap sanak keluarganya dan familinya, jauh maupun dekat, diampunkan segala dosa-dosanya dunia dan akhirat. Sewaktu kita masih berada di dalam pengetahuan Allah Swt., kemudia pindah kepada kenabian (alam nubuah) dan juga kita masih pada Angin, Air, dan Tanah. - Nabi Khaidir a.s: Siapa nama kita pada awal permulaan? → Nabi Muhammad saw: Adapun mula-mula nama kita pada Allah Ta’ala : - bagi laki-laki bernama ALI” - bagi perempuan bernama “FATIMAH”. - Sewaktu kita tinggal pada Darah - 1 bulan - 2 bulan - 3 bulan - 4 bulan - 5 bulan - 6 bulan - 7 bulan di dalam rahim ibu lengkaplah Tubuh, maka dibacakan “Al-Hamdu” - 8 bulan di dalam rahim ibu dibacakanlah “Qul Huwallaahu Ahad” - 9 bulan di dalam rahim ibu maka Tuhan berkata: "Bersiap-siaplah untuk keluar ke dunia, disambut dengan malaikat dan rezeki yang murah, banyak, atau sedikit, demikian pula umurmu panjang atau pendek". Berkata syahadat pada Tuhan: Saya takut yaa Tuhan. Kenapa engkau takut sedang Aku yang menyuruhmu? Saya takut sebab saya belum tahu siapa namamu yaa Tuhan. Tuhan berkata: Alif namaku. Syahadat berkata: kalau begitu sama dengan kita. Tuhan berkata: Siapa namamu? Syahadat berkata: Alif juga namaku. Kalau begitu sama namamu dengan nama-Ku. Ketahuilah Aku, agar engkau Ku ketahui juga. Kenalilah Aku, agar engkau Ku kenal pula. Dengan cara bagaimana aku mengetahui yaa Tuhan? Tuhan menjawab: “Yaitu dengan baris diatas (A). itulah sebabnya tangis pertama bayi lahir kedunia. Bila ada orang yang bertanya kepadamu, bagaimana pengetahuanmu pada Allah Ta’ala sehingga engkau dinamakan orang yang berma’rifat. Katakanlah kepadanya: “saya mengetahui dengan pengenalannya sendiri, tempat saya melihat dan mengetahui, artinya dengan pengetahuannya saya mengetahui, dengan pengenalannya saya mengenalnya”. Ketahuilah olehmu tentang “Rahasia Mati” sebelum mati. Barang siapa yang telah mengetahui hal tersebut, berarti itulah orang yang telah mempersiapkan dirinya bagi Tuhannya, dan Tuhanpun tersedia baginya. Yang dimaksudkan ialah : - Mandikan dirimu, bukan dengan air - Bungkus dirimu, bukan dengan kain kafan - Sembahyangi dirimu sebelum matimu - Kuburkan dirimu, bukan dengan tanah Karena sesungguhnya Tuhan telah berkata bahwa bagi hamba-Ku yang demikian itu, itulah yang tidak bercerai dengan Aku, dan lepas dari segala tuntutan dunia dan akhirat. Itulah hamba yang beriman sungguh-sungguh dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah Ta’ala semata. Adapun kematian itu ada 4 (empat) tingkat, yakni : 1) Kematian Syariat: Yaitu mengucapkan dzikir Laa ilaaha Illallah pada akhir kematiannya 2) Kematian Thariqat: Yaitu mengucapkan dzikir Allah, Allah pada akhir kematiannya 3) Kematian Haqiqat: Yaitu yang mengucapkan dzikir Huwa, Huwa pada akhir kematiannya 4) Kematian Ma’rifat: Yaitu mengucapkan dzikir Ah, Ah, pada akhir kematiannya → Tanda-tanda Kematian Syariat: Yakni Hancur tubuhnya dalam kubur → Tanda-tanda Kematian Thariqat: Yakni tubuhnya tidak rusak dan kering → Tanda-tanda Kematian Haqiqat: Yakni Tubuhnya utuh dan rambutnya serta kukunya bertambah panjang, wajahnya bercahaya-cahaya. → Tanda-tanda Kematian Ma’rifat: Yakni tubuhnya lenyap dalam kubur, diambil oleh Malaikat, dibawa ke Tanah Suci menjadi “Wali Allah”. → Yang dikatakan “sudah membungkus diri sebelum mati ialah: Lenyapkan Tubuhmu kedalam hatimu. → Sudah memandikan diri sendiri bukan dengan air ialah : Lenyapkan dirimu dilaut adanya Allah. → Sudah menyembahyangi diri sendiri, ialah Rahasiamu lenyap pada Nur Muhammad, Nur Muhammad lenyap pada Nur Allah. → Tetapkan hatimu dalam keyakinan bahwa Tuhan itu Esa adanya. → Bila sudah ada nur yang tiada seumpamanya, sedang masih ada perasaan sakit dirasakan, itu belum yang sebenarnya. Jangan di ikuti. → Bila sudah merasakan ketenangan dan kenikmatan semata dan seluruh perasaan telah sujud, berarti yakinilah bahwa Tuhanmu telah ada, apakah ada Nur atau tiada, berangkatlah. Insya Allah anda telah selamat. - Adapun hikmah yang dikehendaki dalam Shalat Subuh itu, yakni mensucikan seseorang daripada kelupaan dan kelalaiannya, sehingga menetapkan hadapannya semata-mata kepada Allah Ta’ala yang tiada seumpamanya sesuatu. Itulah sebabnya maka tidak ada shalat sunnah sesudah Shalat Subuh. - Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Dhuhur itu, yaitu: sucikan pandanganmu melihat ke-Esaan serta kesempurnaan Allah Ta’ala sampai memasuki waktu Ashar. - Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Ashar, yakni sucikan dirimu serta himpunkan penglihatan sempurnamu menghadap pada Himpunan Allah (Tauhid) Yang Maha Esa. Itulah sebabnya tidak ada shalat sunnah dibelakang shalat ashar. - Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Maghrib, yakni sucikan pendengaranmu, penglihatanmu, serta kata-katamu. - Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Isya’, yakni sucikan kegelapanmu menuju yang terang, artinya hilangkan keakuanmu, serahkan dirimu kepada yang punya diri (pencipta). Jelasnya hanya Allah swt yang berkuasa, berkehendak, yang hidup seterusnya, tiada yang lain. - Adapun yang dikehendaki dalam Shalat Witir, yakni menetapkan ingatan lahir dan bathin, tertuju kepada Allah semata-mata, demi untuk dan karena Allah semata. Bagi orang yang telah memiliki keyakinan yang putus adanya maka tiada lagi hal yang tersembunyi baginya, bahkan Tuhannya itulah yang paling nyata dalam segala hal. Baginya tiada perbedan diwaktu hidup didunia dan diakhirat. Mereka telah yakin bahwa hidupnya itu tidak akan mengalami kematian, sekalipun kelak akan berpisah dengan tubuhnya. Dalam arti men-Tuhankan Allah swt. itu adalah menyadari seluruh jiwanya bahwa segala bentuk serta penghayatan dirinya, pada Tuhannyalah ia mengharapkan. Sebab segala yang ada adalah hak dan milik Tuhan, bahkan dirinya sendiri telah bukan lagi miliknya. Mereka telah menyadari bahwa ke-aku-annya selama ini adalah “palsu” belaka. Adapun yang bernama itu, laksana gelombang dengan air lautan. Bila gelombang itu telah tiada (sirna), maka yang ada hanya lautan itu sendiri. Jelaslah dalam hal ini bahwa gelombang itu adalah merupakan sifat dari lautan. Laksana bayang-bayang dengan yang punya bayang-bayang. Dengan demikian tiadalah bedanya jika kita menyadari hal ini bahwa yang bathil itu, bathil sejak dahulu, sekarang maupun akan datang. Sebaliknya bahwa “Haq” itu awal tak berpermulaan akhir tak berkesudahan, tiada ia dicakup oleh ruang dan waktu, nyata ia dibalik segala yang dinyatakan. Siapakah dia? Dia itulah yang sebenar-benarnya hakikat diri kita yang tak dapat diragu-ragukan lagi. Bahwa Dzat itulah yang bersifat, artinya bahwa hidup kita ini adalah kenyataan sifatnya, dan yang bersifat itulah yang menghidupi segala sesuatu. - Jadi yang menjadi Hidup (Nyawa) Muhammad dinamai “Titik”, artinya Rahasia. - Sedangkan yang dinamai “Rahasia” adalah Nur Zat. - Yang menjadi sifat itu adalah yang dinamai “NUR”, artinya Nur yang tidak berubah-ubah (hidup yang tidak berubah). - Adapun Jiwanya (Nyawa) adam, adalah Alif, artinya Himpunan, maka Nyawa namanya. - Jadi Nyawa itu ada 2 (dua), yaitu; 1. Nyawa yang dinamai “Titik” adalah Nyawanya Muhammad 2. Nyawa yang dinamai “Alif” adalah Nyawanya Adam. - Inilah yang tiga tidak berpisah Jadi bila hal tersebut telah menyata pada kita, berarti kita telah menyaksikan (melihat) buktinya sempurna.dengan demikian maka selamatlah anda untuk selama-lamanya, kekal abadi dunia akhirat. Inilah dapat dikatakan “kesempurnaan ilmu” atau kepastian ilmu. Segala yang dijadikan itu adalah bayang-bayang pada Tuhan. Sedang bayang-bayang dengan yang punya bayang-bayang adalah “Satu”. Gerak bayang-bayang itu adalah geraknya yang punya bayang-bayang. Yakinkan dan jangan ragu-ragu lagi nanti salah. NYAWA: menurut Syariat = NYAWA namanya menurut Thariqat = NUR namanya menurut Haqiqat = ZAT ALLAH namanya menurut Ma’rifat = TIDAK ADA YANG LAIN KECUALI ALLAH. NABI MUHAMMAD SAW DENGAN ANAKNYA FATIMAH: Nabi Muhammad saw berkata kepada anaknya: “Hai Fatimah, apakah engkau masih ingat yang telah saya katakana padamu?” Fatimah menjawab: “Ya saya ingat semuanya” Ingatlah sebuah “kata” yang tak berpisah dengan Tuhan, yaitu sewaktu Tuhan memesrahi sesuatu, yakinkan dalam hatimu yang bersih. Barang siapa yang menemukan pengenalan yang sesungguhnya didalam kehendak Tuhannya, itulah orang yang memakai: Penglihatan Tuhannya ia melihat, Pendengaran Tuhannya ia mendengar, dengan kata Tuhannya ia berkata, dan katakanlah nama itu tidak berpisah dengan yang punya nama. Janganlah merasa ragu dalam hatimu, itulah sebabnya sehingga ada yang dikatakan: “Kepastian Ilmu” atau Ilmil Yakin, Haqqul Yakin. Yakinkan dalam hatimu, tidak berpisah dengan Tuhanmu serta Rasulnya. Sebab haqiqat NYAWA yang suci itulah yang dinamakan “Muhammad” artinya orang yang dicinta. Artinya: Insan itu Rahasia-Ku, dan Aku Rahasianya. Kuatkan Tauhidmu pada Allah swt. Adapun pengertian sebenarnya kalimah: Laa Ilaaha Illallah yaitu “TIADA ASALKU YANG SELAIN DARI ALLAH TA’ALA” Nabi Muhammad saw berseru kepada seluruh umatnya: “Ketahuilah dirimu didalam dirimu” Yakni: ada 4 (empat) : Rahasia, Nyawa, Hati, Tubuh. 1) Rahasia itu Nur Zatullah 2) Nyawa itu Nur Sifatullah 3) Hati itu Nur Asmaullah 4) Tubuh itu Nur Af’alullah. Dari ke 4 (empat) tersebut diatas, 3 (tiga) yang dapat melihat pada Allah. Allah itulah yang menjadikan semesta alam beserta isinya dan berubah-ubah, Tuhan juga yang meliputi, menembus, memesrahi beserta isinya. As-Syeikh Lukmanul Hakim bertanya kepada anaknya : “Apa sebabnya Al-Fatihah dibaca dalam shalat”? Indrajaya menjawab: “bahwa shalat lima waktu berasal dari surah Al-Fatihah, pada awalnya, yaitu: Al-Hamdu terdiri dari lima huruf yaitu : Alif Lam Ha Mim Dal Allah swt menjadikan waktu yang lima itu sebagai berikut : 1) Waktu Dhuhur: dijadikan dari huruf Alif-nya Al-Hamdu 2) Waktu Ashar: dijadikan dari huruf Lam-nya Al-Hamdu 3) Waktu Maghrib: dijadikan dari huruf Ha-nya Al-Hamdu 4) Waktu Isya’: dijadikan dari huruf Mim-nya Al-Hamdu 5) Waktu Subuh: dijadikan dari huruf Dal-nya Al-Hamdua
Pengenalan Tashawuf merupakan jalan untuk mencapai “Ma’rifatullah” (mengenal Allah) dengan sebenar-benarnya melalui tersingkapnya dinding (hijab) yang membatasi diri dengan Allah. Bagi para shufi dalam mendekatkan diri kepada Allah harus selalu dilandasi semangat ibadah dengan tujuan untuk mencapai martabat dan derajat kesempurnaan atau lebih dikenal dengan istilah “Insan Kamil”. Pada mulanya, para shufi mengajar terbatas hanya kepada beberapa orang murid saja tentang ajaran pokok tashauf yang akhirnya lambat laun menyebar luas dan menjadi suatu ikatan kerukunan serta kekeluargaan. Mereka yang menrima ajaran dari guru shufi yang sealiran akhirnya membentuk suatu faham atau aliran tertentu sesuai dengan aliran dan corak tashawuf masing-masing. Methode dan aliran yang berbeda itulah yang akhirnya membentuk suatu kelompok yang disebut “Thoriqot”. Thoriqat berasal dari kata “Thoriq” yang berarti anak jalan, sedangkan jalan utama disebut dengan “Syar” yang merupakan asal kata syari’at, yang berarti bahwasanya thoriqat adalah jalan yang ditempuh para shufi yang digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syari’at. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para shufi, pendidikan tashawuf merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum ilahi, yaitu sebagai tempat berpijak bagi setiap muslim. Tidak mungkin adanya anak jalan tanpa adanya jalan utama sebagai tempat ia berpangkal, ini berarti bahwasanya pengalaman tashawuf tidak mungkin didapat bila perintah syari’at yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahulu dengan seksama. Akan tetapi thoriq atau anak jalan itu lebih sempit dan akan lebih sulit ditempuh (dijalani) serta akan membawa murid- disebut “Salik” atau pengembara untuk melalui berbagai persinggahan (maqom) yang mungkin cepat atau lambat akhirnya ia akan mencapai tujuannya, yaitu tauhid sempurna ; atau pengakuan berdasarkan pengalaman yang nyata bahwa Tuhan adalah Satu (Esa). Pada dasarnya, istilah thoriqot sering digunakan untuk dua hal yang secara konseptual berbeda. Menurut maknanya yang asli (secara harfiah berarti “Jalan”) merupakan paduan yang khas dari doktrin, methode dan ritual. Tetapi istilah inipun sering dipakai untuk mengacu kepada pengertian sebuah organisasi (formal ataupun informal) yang menunjukkan pengikut-pengikut “Jalan” atau “aliran tertentu”. Di Timur-Tengah, istilah tho’ifah (keluarga atau persaudaraan) terkadang lebih disukai untuk merujuk kepada istilah organisasi, sehingga lebih mudah untuk membedakan antara yang satu dengan yang lain. Namun di Indonesia kata Thoriqot dapat menunjuk kepada keduanya. Kendati demikian, penting untuk diingat bahwa dua hal itu sebenarnya tidak sama. Karena para shufi mengakui bahwa dasar-dasar pemikiran dan amalan sebuah thoriqot berasal dari Nabi secara langsung, maka para pengikut sebuah thoriqot memandang penting sekali urutan nama-nama para Guru (Mursyid) yang telah mengajarkan dasar-dasar thoriqot tersebut secara turun-temurun. Garis keguruan itu biasanya disebut dengan “Silsilah” Setiap guru dalam sebuah thoriqot dengan hati menjaga silsilah yang menunjukkan ke cabang mana ia termasuk dan bagaimana hubungannya dengan guru-guru thoriqot yang lainnya. Idealnya, setiap guru yang tercantum dalam suatu silsilah harus merupakan murid langsung dari guru yang sebelumnya, namun kenyataannya tidak selalu demikian. Terkadang dua orang yang berurutan dalam suatu silsilah dapat saja tidak pernah berjumpa secara langsung karena yang pertama wafat sebelum yang kedua lahir atau mereka tinggal di negeri yang berbeda dan berjauhan sekali sehingga mustahil saat itu dapat berjumpa secara langsung. Sebagian besar kaum shufi menerima hal tersebut di atas, dimana bahwasanya seorang wali menerima pelajaran dari guru yang mendahuluinya (wafat) bukan lewat komunikasi langsung, tetapi lewat komunikasi spiritual, yaitu melalui pertemuan lewat wujud ruhaninya. Dalam silsilah, hubungan yang demikian itu sering disebut dengan istilah barzakhy atau uwaisy. Disebut barzakhy karena pembaiatan seorang guru shufi (thoriqot) berasal dari Alam Barzakh, yaitu alam antara sebagai tempat bersemayamnya ruh (alam arwah) bagi orang yang telah meninggal sebelum datangnya hari kebangkitan. Sedangkan disebut dengan uwaisy karena berasal dari nama Uwais Bin Qorni, seorang Yaman yang sezaman dengan Nabi namun tidak pernah bertemu dengan beliau selama masih hidup. Uwais bin Qorni dipercaya telah diislamkan oleh ruh Rasullullah setelah beliau wafat. Uwais bin Qorni wafat pada tahun 39 H. setelah pulang dari pembebasan (penaklukan) kerajaan Romawi bersama tentara Islam. Dari sekitar empat puluh satu aliran thoriqot yang “Mu’tabaroh” (terhormat; yang diakui jumhur ulama), maka salah satu yang terbesar di dunia adalah thoriqot Al-Naqsyabandy yang namanya diambil dari sang pendiri, yaitu Syekh Baha’uddin Al-Naqsyabandy. “Al-Naqsyabandy adalah pemimpin-pemimpin kafilah yang membawa kafilahnya dari jalan-jalan tersembunyi (rahasia) menuju ketempat suci.” Demikian pedapat Jami’, seorang tokoh Al-Naqsyabandi periode kedua. Al- Naqsyabandi berbeda dalam banyak segi dari kebanyakan thoriqot shufi sealiran di negara-negara Islam bagian tengah. Telah dijelaskan bahwasanya Al-Naqsyabandy memulai perjalanan ruhani mereka justru pada saat thoriqot-thoriqot lain mengakhiri perjalanannya. ” Masuknya bagian akhir ke dalam bagian awal, “ merupakan bagian penting ajaran mereka, karena pemikiran ini berasal dari masa pendidikan shufi awal. Adapun mengenai silsilah, maka pada thoriqot ini (Naqsyabandy) tercantum secara lengkap silsilah para guru sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Yang merupakan syarat bagi suatu thoriqot yang mu’tabaroh. Dalam tulisan ini akan dijelaskan secara ringkas masing-masing riwayat para Guru Al-Naqsyabandy dari Nabi Muhammad SAW. Sampai kepada Bapak Guru Syekh Abdusshomad Habibullah, pengemban Thoriqot “Haq Naqsyabandy”. Perlu dijelaskan bahwa penambahan kata “Haq” dimaksudkan untuk menjelaskan jati dirinya sebagai sebuah thoriqot Al-Naqsyabandy sejati yang puritan (murni), artinya selalu berpegang teguh kepada syari’at yang bersumber dari al-Qur’an dan al- Hadits. Hal ini juga tentunya untuk membedakan diri dengan banyak thoriqot yang mengaku Al-Naqsyabandy namun dalam prakteknya jauh menyimpang dari garis-garis yang telah ditetapkan oleh syari’at Islam. Dalam pembahasan sejarah ringkas para guru dalam silsilah thoriqot Haq Naqsyabandy ini, akan diuraikan secara hirarkis mulai dari urutan pertama dalam silsilah ini kemudian kepada generasi guru-guru berikutnya. Dimana hubungan yang pertama dengan yang kedua dan seterusnya adalah hubungan antara guru dan murid, baik hubungan keguruan secara langsung maupun secara tidak langsung (barzakhi) Adapun pembahasannya akan dibatasi hanya pada hal-hal yang berhubungan langsung dengan kegiatan tashawuf dan peranannya dalam pengembangan ajaran tersebut. 1. Nabi Muhammad SAW. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qusay bin Kilab, dan Ibunya adalah Aminah binti Wahab bin Abdil Manaf bin Zahroh bin Kilab. Dengan demikian, maka nasab ayah dan ibunya bertemu pada kakeknya yang kelima, yaitu Kilab. Suku beliau disebut suku Qurays, yaitu suku yang paling terhormat di Makkah Al- Mukarramah. Beliau adalah Utusan Allah untuk seru sekalian alam yang datang dengan membawa agama Islam yang nasabnya bersambung sampai kepada Nabi Isma’il bin Ibrohim Kholilullah AS. Nabi Muhammad adalah sumber mata rantai pertama dalam rangakaian rohani tashawuf dan mi’rajnya lewat brlapis-lapis langit kehadapan ilahi yang ditunjukkan oleh baris pertama surat Al-Isro’ ayat 1 yang berbunyi : Artinya : “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya[847] Agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Penjelasan ayat di atas merupakan sebuah prototip (contoh hakiki) kenaikan rohani para shufi kehadapan Allah SWT. Sedangkan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat 157 yang berbunyi : Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummy yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada sisi mereka,” Dengan demikian, dari ayat di atas beliau juga digambarkan sebagai Nabi yang “Ummy” atau “Buta Huruf” merupakan suatu sifat yang sangat pokok bagi pemahaman agama Islam, artinya Allah menyatakan diri lewat Al-Qur’an dan Nabi harus menjadi wahana yang tidak dikotori oleh pengetahuan “intelektual” kata dan tulisan agar ia dapat menyebarluaskan firman-Nya dengan semurni-murninya. Menurut sebuah riwayat, anggota-anggota keluarga dan sahabatnya diberkati langsung pandangan keshufian atau mendapatkan latihan kehufian. Hadist-hadist yang bersumber dari beliau membantu para shufi sesudahnya dalam”mengembangkan” batasan-batasan mereka sendiri tentang berbagai tahapan (maqom) dan keadaan (hal). Sehingga setiap kecendrungan dalam Islam, dan demikian juga alam tashawuf (thoriqat) pada akhirnya harus didukung dengan hadist Nabi. Prof. DR. Hamka dalam bukuny “Perkembangan Tashawuf dari Abad ke Abad” menyimpulkan bahwasanya tashawuf Islam telah tumbuh sejak tumbuhnya agama Islam itu sendiri. Tumbuh dalam jiwa pembawa risalah Islam itu sendiri , yaitu Nabi Muhammad serta disauk airnya dari Islam itu sendiri. Kemudian pada masa berikutnya, sebagian besar hadist yang tidak terdapat dalam koleksi resmi (Kitab bukhary, Muslim dan empat kitab hadits lainnya) karena disusun pada paruh ke-2 dan abad ke-9 digunakan oleh para shufi sebagai landasan thoriqatnya. Sehingga dalam waktu yang relatif singkat, kepribadian Nabi Muhammad sangat penting sebagai tauladan bagi kehidupan rohani ummatnya. Beliau merupakan pemimpin idaman, dan setiap muslim berkewajiban mengikutinya. Hal ini disebabkan beliau adalah perwujudan dari manusia sempurna (Insan Kamil) atau dalam tradisi barat dikenal dengan istilah Par Exellence. Salah satu hadist yang masyhur dikalangan para shufi adalah hadist yang berbunyi : “Man Arafa Nafsahu, Fakat Arafa Rabbahu” Artinya : “Barang siapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.” Kendatipun hadist ini hanya masyhur di kalangan para shufi saja dan oleh sebagian ahli hadist tidak diterima, namun secara ma’nawi sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhary dan Muslim yang berbunyi : Artinya : “Manusia yang paling luas pengetahuannya adalah orang yang telah mengenal dirinya .” Dan juga sejalan dengan Al-Qur’an surat Al-Zariyat ayat 21 yang berbunyi : Artinya : “Dan pada dirimu sendiri apakah kamu tidak memperhatikannya .” Apabila ditelusuri, maka sebagian besar hadist Nabi pada kenyataannya disampaikan dengan lapadz yang berbeda namun ma’nanya sama (secara ma’nawi) Tashawuf adalah ilmu yang bersifat khas ( yang membutuhkan bakat dalam mempelajarinya) serta rahasia yang tidak mungkin setiap orang dapat mempeajarinya, dan Rasulullah adalah da’i terbaik di antara para da’i serta sebagai figur yang senantiasa dalam bimbingan Allah tentu telah mengetahui hal tersebut dan tidak mungkin gegabah melakukan suatu tindakan dalam mengajarinya. Hal tersebut sebagaimana beliau sabdakan : Artinya : “Kamu berbicara kepada manusia yang belum sampai tingkat kecerdasannya; apakah kamu dalam hal ini ingin agar mereka mendustakan Allah dan Rasul-Nya? .” Sahabat Ali a.s. dan Abu Hurairah r.a. juga pernah mengisyaratkan bahaya-bahaya suatu ilmu yang disampaikan Rasulullah secara khusus dan rahasia kepada masyarakat umum (awwam) dengan suatu riwayat yang disampaikan oleh Imam Bukhary dimana sahabat Abu Hurairah r.a. menjelaskan : Artinya : “Aku menghafalkan dua ilmu dari Rasulullah SAW, adapun satu diantaranya kuterangkan, tetapi yang satu macam lagi kalau ku terangkan akan dipotong orang leherku.” Sedangkan sahabat Ali a.s. menjelaskan : Artinya : “Wahai Tuhanku, andai kata kutunjukkan permata ilmuku, dan dikatakan orang aku termasuk dari golongan orang-orang menyembah berhala. Laki-laki muslim menghalalkan darahku. Mereka menganggap apa yang aku tunjukkan adalah yang paling jelek, dan apa yang mereka perbuat itu yang paling baik.” Namun pada perkembangan selanjutnya tidak dapat dipungkiri bahwasanya tashawuf (thoriqat) ini banyak mengalami perubahan-perubahan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang menyebabkan tashawuf dituduh sebagai ajaran bid’ah atau tidak lebih sebagai suatu aliran kebathinan belaka ( seperti aliran kewajen di Jawa dan lain sebagainya). Hal ini tidak lebih karena tashawuf telah tercemar (terkontaminasi) kemurniannya dengan berbagai faham, aliran, dan kepercayaan-kepercayaan tradsional masyarakat. Hingga dalam hal ini Martin Van Bruinessen seorang peneliti thoriqat terkemuka menyebut yang demikian itu sebagai thoriqat yang telah dipribumisasi yang menyebabkan tercemarnya ajaran tashawuf sebagai ajaran yang bersumber dari Rasulullah SAW. Rasulullah wafat pada tahun 11 H. atau bertepatan dengan tahun 632 M. di kota Madinah Al-Munawwaroh. 2. Abu Bakar Al-Shiddiq R.A Beliau adalah Abdullah bin Abu Quhafah bin Amir. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada kakeknya yang keenam yaitu Murrah. Beliau terkenal pemurah , baik dalam bergaul, halus tutur kata dan berjiwa lemah lembut. Beliau telah menjadi sahabat Nabi sebelum masa kenabian dan manakala Muhammad diutus untuk menjadi seorang rasul, maka beliau adalah orang yang paling awal menyatakan beriman kepada Nabi. Beliau juga berhasil mengajak sahabat-sahabatnya yang lain dari suku Qurays yang terkemuka untuk memeluk agama Islam, diantaranya Utsman bin Affan, Zubair bin Awam, Tholhal bin Abdillah dan lain-lainnya. Manakala Rasulullah berhijrah ke Madinah, beliaulah yang menemaninya dalam perjalanan dan bersembunyi di dalam Gua Tsur tatkala kaum Qurays mengejarnya untuk dibunuh, menjadi pembelanya ketika sampai di Madinah, menemaninya dalam peperangan dan menjadi pembawa panji (bendera perang) Islam dalam perang Tabuk. Pada saat Rasulullah wafat, Abu Bakar berada di luar kota Madinah. Dan tatkala berita kewafatan Nabi sampai kepadanya, maka beliau sangat bersedih. Pada saat yang bersamaan juga sahabat Umar Bin Khatab sedang menghunus pedangnya untuk membunuh siapa saja yang berani menyatakan kalau Rasulullah telah wafat. Demi melihat keadaan yang genting itu, beliau naik ke mimbar dan segera menyampaikan khutbahnya dengan ungkapan : “Barang siapa menyembah Muhammad , maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Dan barang siapa yang menyembah Allah, maka ia Maha Hidup dan tidak akan mati.” Kemudian beliau membaca surat Ali Imron ayat 144 yang berbunyi : Artinya : “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika ia wafat atau dibunuh kamu kamu akan berpaling ke belakang (murtad)?” Setelah pemakaman Rasulullah, maka beliau ditunjuk oleh kaum Muhajirin dan Anshor untuk duduk menjadi khalifah pengganti Rasulullah dan akhirnya menjadi pemimpin yang sangat Zuhud, waro’, terkenal keadilannya, dan selalu berpegang teguh kepada al-Qur’an dan al-Hadits sebagai pedoman hidupnya. Adapun mengenai kehidupan shufi dan kelebihan beliau dalam tingkatan ruhaninya, maka Rasulullah sendiri telah mengisyaratkan hal tersebut dengan sabdanya: Artinya : “Kelebihan Abu Bakar dari kalian bukanlah karena banyak sembahyang dan banyak puasa, tetapi kelebihan itu karena suatu rahasia yang terletak di dadanya.” Hadist selanjutnya menegaskan : Artinya : “Matilah kamu sebelum kamu mati, barang siapa yang ingin melihat mayit yang berjalan di atas permukaan bumi, lihatlah Abu Bakar. Dua hadits tersebut diatas sampai saat ini telah menjadi suatu inspirasi dan pemompa semangat para shufi untuk terus berusaha menemukan “rahasia” dari hakekat hidup dan matinya manusia. Menurut suatu riwayat, Rasulullah telah mengajarkan teknik-teknik keruhanian kepada para sahabat sesuai dengan pembawaan mereka (yang menunjukkan kepiawaan beliau sebagai seorang da’i ulung), dan hal ini dipercaya sebagai alasan utama mengapa sekarang ini terdapat perbedaan-perbedaan teknik antara para shufi. Satu perbedaan yang mencolok adalah antara thoriqat Qodiriyah dan Naqsyabandiyah dalam cara atau methode mengucap dzikir, pada Qodiriyah diucapkan dengan keras dan ekstatis, dan pada Naqsyabandiyah diucapkan secara sir (diam, atau lebih tepat kalau diartikan secara rahasia). Menurut beberapa riwayat yang masyhur dalam thoriqat Al-Naqsyabandy, maka hal tersebut sebabkan karena Ali. a.s adalah seorang yang periang, terbuka dan suka menantang orang-orang kafir dengan mengucap kalimat syahadat keras-keras. Sebaliknya Abu Bakar r.a. menerima pelajaran spiritualnya pada malam hijrah, ketika ia dan Rasulullah bersembunyi di dalam gua yang tidak jauh dari Mekkah. Karena disekitar tempat itu banyak musuh yang saat itu mengincar dan mengancam keselamatan, mereka berdua, mereka tidak dapat berdzikir keras-keras, dan Rasulullah mengajarkannya untuk berdzikir dalam hati sebagai penenang baginya ketika dalam keadaan sedih dan ketakutan (karena dikepung musuh yang siap membunuhnya). Dzikir diam inilah dan berbagai sikap dasar spiritual lainnya, dipercaya kaum Naqsyabandiyah telah diturunkan oleh Abu Bakar r.a kepada murid-muridnya dan akhirnya dijadikan sistem oleh Baha’uddin Al-Naqsyabandy sebagai ciri khas thoriqatnya. Perlu diketahui, bahwasanya para wali ini hanya mensistematisasikan ajaran-ajaran dan methode thoriqat ini, sehingga beberapa ritual dan amalan secara eksplisit dikaitkan kepada para “pendirinya”. Namun demikian, para wali tetap tidaklah dipandang sebagai pencipta thoriqat-thoriqat mereka; melainkan hanya mengelola ajaran-ajaran yang telah diturunkan kepada mereka melalui suatu garis keguruan terus sampai kepada Nabi sendiri. Shahabat Abu Bakar r.a. wafat pada tahun 13 H. Atau bertepatan dengan tahun 634 M. Pada usia 63 tahun dan dimakamkan disamping makam Nabi di kota Madinah 3. Salman Al-Farisy R.A Salman Al-Farisy adalah putra seorang bangsawan dari Isfaham, Persia (Iran). Ayahnya adalah seorang Amir (gubernur) di daerahnya. Semula beliau memeluk agama Majusi (penyembah api) dan bahkan pernah sempat menempati posisi terhormat sebagai penjaga apa yang dianggap oleh mereka sebagai api suci itu. Dalam agama Majusi ia tidak memperoleh ketenangan bathin dan kemudian pindah untuk mendalami agama Nashrani (Kristen) dengan melakukan perjalanan sambil menuntut dan mempelajari agama Nashrani kepada para pendeta di daerah yang dilewatinya seperti Syiria. Mousul (Irak), Nasibin dan Amuria. Sesuai dengan petunjuk gurunya (seorang pendeta yang sangat alim dan jujur) di Amuria, ia diperintahkan untuk melakukan perjalanan mencari seorang Nabi akhir zaman yang akan membawa ajaran suci. Pada akhir perjalanannya, beliau bertemu dengan Rasulullah di kota Yastrib (Madinah) setelah melewati berbagai cobaan dan rintangan hingga pernah menjadi seorang budak belian yang diperjual belikan di Madinah. Setelah beliau dimerdekakan oleh seorang sahabat, maka disisi Rasulullah beliau menghirup udara segar sampai ke tulang sumsum sehingga mengerti agama Islam yang sesungguhnya (hakikat Islam). Kedudukan Salman di sisi Nabi telah banyak diriwayatkan para sejarawan. Menurut Ibnu Hajar dalam kitab “al-Asabah fi Tanzijish Shohabah” menjelaskan bahwa Salman Al-Farisy sering juga dipanggil dengan sebutan Salman Al-Khair (yang terpuji atau baik) dan Salman Ibnu Islam (putra Islam). Dari Anas bin Malik diriwayatkan bahwa apabila ditanyakan orang siapa namanya, beliau menjawab : “Saya Salman putra Islam dari anak cucu Adam.” Karena tingginya kedudukan Salman disisi Nabi, maka beliau juga dipanggil dengan panggilan Salman Al-Muhammady (anggota keluarga Muhammad). Bahkan oleh Nabi sendiri diakui sebagai keluarganya (ahli baitnya), hal tersebut sebagaimana beliau sabdakan : “Salman Al-Farisy adalah keluarga kami.” Peran Salman dalam pengembangan Tashawuf dapat dilihat dari bagaimana beliau memberikan contoh kehidupan zuhud, waro’, qona’ah dan senantiasa tekun beribadah sehingga menjadi tauladan bagi para shufi sepeninggal beliau. Contoh kehidupan zuhud beliau adalah sebuah kisah dimana saat itu beliau menduduki jabatan Amir (Gubernur) di Negeri Madain, namun demikian gaji sedirham pun tidak pernah diterimanya, bahkan beliau sedekahkan seluruhnya bagi yang membutuhkan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, beliau bekerja sebagai penganyam tikar dan keranjang dari daun kurma, para pelayan diperlakukan dengan sopan dan diberikan keringanan kerja sehingga pernah dengan tangannya sendiri beliau mengaduk tepung untuk makanan sehari-hari. Shahabat Salman Al-Farisy adalah seorang tokoh shufi yang dikenal sebagai tukang cukur pribadi Nabi dan juga sebagai wali besar. Kekeramatannya telah banyak dikenal masyarakat dan diceritakan dalam berbagai riwayat para shufi, di antaranya adalah sebagaimana dijelaskan dalam kitab “ Al-Hadaiqu fi Ajlait Thoriqat al-Naqsyabandy” bahwasanya Salman Al-Farisy pernah berjalan bersama seorang tamunya di kota Madain. Tiba-tiba ia melihat seekor kijang lewat dan beberapa ekor burung terbang diudara. Shahabat Salman ingin menjamu tamunya, kemudian ia berkata : “ Hai burung dan kijang hendaknya kalian datang kepadaku karena aku ingin menjamu tamuku ini.” burung-burung dan kijang pun segera mendatangi Salman sehingga tamu itu ta’jub melihatnya seraya berkata “ Subhanallah”, Salman berkata : “Apakah kamu heran dengan kejadian ini?, pernahkah kamu melihat orang yang taat kepada Allah SWT. akan dilanggar perintahnya oleh sesuatu?”. Beliau wafat pada tahun 50 H. dan termasuk salah seorang dari shahabat Nabi yang sangat dimuliakan sebagaimana Nabi pernah bersabda dalam suatu hadistnya yang artinya sebagai berikut : “ Tuhanku menyuruh aku mencintai empat orang yang dicintai-Nya yaitu Ali bin Abi Tholib, Abu Dzar al-Gifary, Miqdad dan Salman.” 4. Qosim bin Muhammad R.A Beliau adalah al- Qosim bin Muhammad ibnu Abi Bakar al-Shiddiq r.a yang riwayat hidupnya jarang disinggung dalam sejarah Islam. Ibu beliau adalah seorang putri raja Persia (Iran) yang ditaklukkan oleh tentara Islam, dan bersamanya juga ditawan saudara perempuannya serta beberapa orang Persia lainnya. Kaum muslimin saat itu berniat untuk menjual mereka termasuk dua putri raja Persia itu, namun Ali a.s bangkit mencegahnya dan beliau berkata : “ Rasulullah melarang menjual Raja serta putra dan putrinya.” Kemudian beliau menyeuruh masing-masing dari kedua putri Kisra itu untuk memilih laki-laki dari kaum muslimin untuk menikahinya. Salah seorang diantara mereka yaitu Syah Zanan memilih Muhammad bin Abi Bakar dan seorang lagi yaitu Syah Banu memilih Imam Husain a.s. Setelah melakukan akad Syari’at dengan pernikahan Islami, kedua putri itu pergi dan tinggal di rumah suami masing-masing. Dari pernikahan antara Syah Zanan dan Muhammad bin Abi Bakar lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama al-Qosim yang kelak akan menjadi salah seorang fuqaha (ahli fiqh) dan shufi terkemuka di Madinah. Beliau adalah ayah dari Ummu Farwah yang kelak akan menikah dengan Imam Muhammad al- Baqir bin Imam Ali- Zainal Abidin a.s. Sedangkan pernikahan antara Syah Banu dan Imam al- Husain, lahirlah seorang anak laki-laki yang bernama Ali Zainal Abidin yang merupakan Imam Syi’ah yang keempat. Al-Qosim menerima langsung ajaran tashawuf dari shahabat Salman al-Farisy dan menjadi salah seorang guru dalam silsilah Thoriqat al-Naqsyabandy generasi keempat dari Rasulullah SAW. 5. Imam Ja’far al- Shodiq A.S Imam Ja’far lahir pada tahun 83 H. Di kota Madinah dari seorang ibu yang bernama Ummu Farwah binti Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar r.a, dan ayah beliau adalah Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Tholib suami Fatimah binti Rasulullah SAW. Dengan demikian, terdapat perpaduan keturunan dari Rasulullah, Ali bin Abi Tholib dan Abu Bakar Al-Shiddiq. Karena beliau adalah keturunan Nabi, maka beliau termasuk ke dalam anggota “ahli Bait” Nabi yang merupakan warisan yang ditinggalkan selain Al-Qur’an yang harus dijaga dan dipelihara. Hal tersebut sebagaimana disabdakan oleh beliau yang artinya : “aku tinggalkan ditengah-tengah kalian dua pusaka (perkara) yang jika kalian berpegang teguh kepadanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Yang satu lebih besar dari yang lain; Kitabullah tali yang terlentang dari langit kebumi, dan keluargaku ahli baitku. Keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya bertemu di telaga. Perhatikan bagaimana kalian memperlakukannya.” Hadist tentang ahli bait di atas diriwayatkan oleh Sunan Turmudzi 5;329, al-Dur Al-Mantsur 6:7; 306, Tafsir Ibnu Katsir 4:113, al-Mu’Jam al-Shagir dari al-Thabrany 1:135, dan berbagai kitab tafsir lainnya. Dengan redaksi yang lain diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shohihnya, kitab al-Fadhail, “Fadhail Ali bin Abi Tholib Alihis Salam 2;362.” Khusus di Indonesia, hadist ini telah mengalami suatu perubahan , yakni bukannya “Kitabullah dan Ahlu Baitku (keluargaku)”, namun “Kitabullah dan Sunnahku.” Hadist ini adalah hadist yang mardud (ditolak), sebab selain tidak terdapat dalam kitab al-Sittah (kitab hadits yang enam) dan kitab-kitab hadist lainnya, kecuali pada kitab al-Muwattho’ (kitab fiqih) Imam Malik dan itupun tanpa sanad. Dengan demikian, menurut Prof. DR. Jalaludin Rahmat bahwasanya hadist ini hanya ditemukan dalam kitab-kitab tarikh (sejarah) dan khutbah-khutbah ulama di Indonesia. Sejak masa kecil Imam Ja’far telah memperoleh pendidikan agama dari orang tuanya yaitu Imam Muhammad al-Baqir yang telah membangun sebuah madrasah yang banyak melahirkan ulama-ulama besar dizamannya. Beliau menguasai berbagai macam ilmu di antaranya ilmu tafsir, fiqh, hadist, filsafat, tashawuf dan lain-lainnya. Dan diantara ulama-ulama besar yang menjadi gurunya diantaranya Atho’, Urwah, Nafi’ al- Zuhry dan lainnya. Adapun kelebihan-kelebihan dari Imam Ja’far al- Shodiq antara lain : a. Imam Ja’far banyak dikenal diberbagai kalangan, antara lain dari kalangan ulama fiqh beliau dikenal sebagai seorang mujtahid sekaligus guru bagi Imam-Imam fiqh yang menyebabkan beliau diberi gelar “Guru dari para Imam fiqh”. Adapun murid-murid utama beliau antara lain seperti Imam Abu Hanifah pendiri mazhab Hanafy, Imam Malik pendiri Mazhab Maliky, Imam Abu Laila, Imam al-Laits dan Imam-Imam lainnya termasuk Imam Syafi’I yang dipercaya paling dalam pengetahuannya tentang ilmu hakikat warisan Imam Ja’far walaupun beliau hanya belajar dari para murid Imam Ja’far. Beliau adalah pendiri Mazhab Ja’fariyah yang diakui oleh kalangan Syi’ah dan Ahlussunnah wal Jama’ah. b. Dalam kehidupan sehari-hari beliau senantiasa hidup dalam kezuhudan. Menurut beliau, zuhud adalah “Hidup merasa cukup dengan halal, bukan hidup menjauhi yang halal.” c. Beliau adalah tokoh shufi yang mempunyai ma’rifat laduniyah yang tidak dimiliki oleh sembarang orang serta karomah yang luar biasa yang banyak diriwayatkan dalam kisah Para Waliyullah. Pandangan beliau selalu disimak di kalangan para shufi dan beliau mengacu kepada suatu struktur pengalaman mistik (tashawuf) yang terbentang dalam “dua belas” tahap (maqom) dari sumber ke sumber yang tampak seperti persiapan persinggahan-persinggahan yang harus dilewati seorang shufi yang menjalankan perbaikan sepanjang jalan. d.Beliau banyak mewariskan ungkapan-ungkapan yang tajam dan cemerlang tentang kebenaran kerohanian yang oleh para shufi banyak dijadikan pegangan. Dalam kitab tafsirnya Imam Ja’far menjelaskan : Artinya: “ Kitab Allah terdiri dari empat perkara : Ibarat, Isyarat, Lathaif, dan Hakaik. Maka sesungguhnya ibarat itu untuk kalangan masyarakat awwam, isyarat untuk kalangan khawwas, lathaif untuk kalangan auliya’, dan hakikat untuk kalangan para Nabi.” e.Imam Ja’far mempunyai karomah tersendiri yang dikaruniakan Allah SWT. Selah satunya adalah bila berdo’a selalu dikabulkan Allah. Menurut riwayat, suatu saat beliau pernah mengalami kelaparan dan kedinginan di bukit Qubais (Jabal Qubais), beliau berdo’a kepada Allah dan mohon agar diberikan kebutuhannya, dengan segera Allah mengabulkan do’anya dengan menurunkan setumpuk makanan, anggur dan selimut. Mengenai do’a tersebut beliau pernah ditanya seseorang : “Wahai putera (cucu) puteri Rasulullah, Allah telah berfirman; “Mohonlah kepadaku, aku akan mengabulkan permohonanmu.” Tetapi mengapa kami selalu berdo’a dan Allah tidak mengabulkannya? . Imam Ja’far menjawab : “Karena anda berdo’a kepada yang tidak anda kenal.” Imam Ja’far al-Shodiq wafat pada tahun 148 H. atau bertepatan dengan tahun 765 M setelah mengabdikan seluruh hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT. 6. Abu Yazid Thoifur al-Busthomy Nama lengkapnya adalah Thoifur bin Isa bin Surusan al-Busthomy. Beliau lahir dibagian timur laut Persia (Iran) disebuah kota yang bernama Bustham dan ayahnya adalah seorang yang terkemuka didaerahnya Beliau suka mengembara ke berbagai negeri untuk menuntut ilmu pengetahuan dan beliau mempunyai lebih dari seratus orang guru. Dalam pengembaraannya, beliau menuntut berbagai ilmu, seperti ilmu fiqh beliau tuntut menurut mazhab Hanafy sehingga akhirnya beliau dikenal sebagai tokoh dalam mazhab Hanafy. Kemudian pada perjalan selanjutnya beliau bertemu dengan Abu Ali-al-Sindy yang mengajarkannya ilmu Tauhid, ilmu Hakekat dan juga mengajarkannya tentang fana’. Dengan berbagai bekal ilmu tersebut akhirnya beliau memutuskan untuk menekuni ilmu tashawuf hingga dikenal sebagai tokoh (imam) shufi di zamannya. Sebagai seorang shufi, kehidupannya ditempuh dalam perjalanan yang cukup panjang, kurang lebih dalam kurun 30 tahun beliau menyusuri padang pasir. Abu Yazid adalah seorang tokoh shufi yang mempunyai beberapa dasar-dasar pemikiran yang dikembangkan olehnya , antara lain : a. Orang yang arif tidak akan menggantungkan cita-citanya dengan apa yang diangan-angankannya dan seorang yang zahid tidak akan menggantungkan cita-citanya kepada apa yang dimakan. b. Orang yang bahagia adalah orang yang dapat menggabungkan cita-citanya menjadi satu yaitu semata-mata kepada Allah. Hatinya tidak terganggu dengan apa yang dilihat oleh matanya dan apa yang didengar oleh telinganya di dunia. c. Barang siapa yang mengenal Allah, maka sesungguhnya ia zuhud dari segala sesuatu yang mengganggu dirinya. Selain dasar-dasar pemikiran yang disebutkan di atas, Abu Yazid juga mempunyai pandangan lain, yaitu teori yang lebih inti antara hamba dengan Tuhannya yang disebut dengan teori al-Fana’ dan al-Baqo’ atau hancurnya perasaan keinsanan yang ada dalam tubuh kasar ke dalam ketuhanan Allah. Kondisi tersebut seperti yang dijelaskan oleh al-Qusyairi: “leburnya seseorang dari dirinya dan makhluk lain yang terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dengan makhluk lain itu... sebenarnya dirinya dan makhluk lain itu tetap ada, hanya saja ia telah tidak sadar dengan diri dan mereka lagi. Ada suatu riwayat yang menceritakan tentang Abu Yazid ketika ditanya seseorang tentang tugas manusia sejati. Beliau ditanya: “Wahai Abu Yazid, apakah engkau bisa berjalan di atas air?, beliau menjawab: “Sebatang pohon juga bisa berjalan diatas air.” Orang itu melanjutkan pertanyaannya, “Apakah engkau bisa terbang ?, beliau menjawab: “burung pun bisa terbang.” Orang itu tidak berhenti untuk bertanya: “apakah engkau bisa berjalan ke Ka’bah dalam waktu semalam ?, beliau menjawab: “ Seorang tukang sulap pun bisa pergi dari India ke Damavand dalam waktu satu malam.” Lalu apa tugas manusia sejati ? , Abu Yazid menjawab: “Manusia sejati hanya menggantungkan dirinya kepada Allah semata, lainnya tidak.” Abu Yazid Thoifu al-Busthomi sebagai salah seorang dari 10 Imam besar shufi wafat pada tahun 261 H. Di kota Bistham. Beliau dimakamkan sejajar dengan al-Hujwiri, Nashir Khusro, dan Yaqut. 7. Abu Hasan al-Kharoqony Beliau adalah Abu Hasan Ali bin Ja’far al-Kharoqony, yang merupakan murid dari Abu Yazid al-Busthomi melalui jalan Barzakhy. Beliau berasal dari daerah yang sama dengan Abu Yazid yaitu di daerah Khuzistan, Iran Timur Laut. Abu Hasan al-Kharoqony menganut gaya (aliran) yang sama dengan Abu Yazid, yaitu mewakili tradisi yang disebut “Malamatiya” dalam tashawuf. Orang malamatiya terkadang dengan sengaja menghindari kehidupan shaleh dalam bentuk apapun dan dengan sengaja menjauhkan diri dari prilaku yang telah ditetapkan oleh kaum ortodoks (Islam Tradisional) demi mengundang kecaman dari masyarakat karena perbuatannya yang dipandang sering nyeleneh. Hal tersebut dilakukan pada dasarnya karena semata-mata cintanya kepada Allah. Bila diteliti dengan seksama, baik Abu Yazid maupun Abu Hasan al-Kharoqony dalam sejarah hidupnya, keduanya adalah orang-orang yang dikenal sebagai ahli ibadah yang sangat taat kepada Allah SWT. Sehinga peristiwa malamatiya itu hanya terjadi bila dirasa dalam dirinya akan timbul rasa ujub, riya’, sum’ah dan takabbur yang terbit di dalam hati yang dapat mengganggu cita-cita yang hanya tertuju kepada Allah, dan juga untuk menghindari dari pemujaan masyarakat, karena kondisi masyarakat saat itu selalu berlebihan dalam menghormati para orang sholih. Untuk mengambarkan tradisi malamatiya diatas agar lebih jelas, maka ada suatu cerita lokal yang menjelaskan hal tersebut agar dapat membantu menuju pemahaman yang lebih dekat. Dikisahkan seorang alim , zuhud dan waro’ yang oleh masyarakat setempat diisukan sebagai wali Allah. Isu tersebut semakin berkembang hingga menjadi suatu keyakinan masyarakat bahwa orang tersebut adalah benar-benar wali Allah sehingga sering ia menadapatkan penghormatan berlebihan yang sangat mengganggu ketentraman bathin dan ibadahnya. Karena hal tersebut di atas, maka untuk menghindari pujian dan penghormatan dari masyarakat yang dapat menimbulkan riya’, ujub dan takabbur, ia pun dengan sengaja memperlihatkan dirinya mencuri sandal seorang jama’ah di Masjid dengan harapan agar di tangkap dan diketahui masyarakat. Masyarakat yang melihat kejadian itu langsung menangkapnya dan menuduhnya sebagai pencuri sandal yang selama ini tidak pernah ditangkap. Ketika berkumpul mereka berkata : “ternyata orang yang kita anggap sebagai wali hanyalah seorang pencuri sandal dan kita salah menilainya.” Setelah kejadian itu masyarakat mulai memandangnya sebagai sosok yang hina dan rendah bahkan sebagai penipu ulung. Namun lain halnya bagi orang alim tersebut, setelah kejadian itu ia merasa lebih tenang dan khusu’ beribadah kepada tanpa takut terganggu oleh hal-hal yang merusak nilai ibadahnya. Kisah di atas merupakan gambaran yang gamlang tentang tujuan dari tradisi malamatiya yang biasa dilakukan para waliyullah untuk menjaga hatinya agar senantiasa tertuju kepada Allah semata. Adapun kejadian lain yang dapat menyebabkan peristiwa malamatiya menurut para ahli tashawuf adalah karena sang shufi dalam kondisi “jadzab” (majdzub), dimana seorang shufi sedang kehilangan kesadaran akan dirinya. Menurut tokoh shufi Ibnu Atho’illah (W. 674 H./ 1309 M) yang mampu memahami kondisi psikologis spiritual yang sebenarnya terjadi pada wali majzub, menjelaskan bahwa wali majzub yang berperilaku seperti “orang gila” itu disebabkan karena kesadarannya yang hilang akan dirinya atau dalam kondisi ditarik oleh Allah. Karena dari segi bahasa majzub berarti “ditarik” dan dalam istilah Indonesia sering diartikan sebagai “wali gila”. Dengan demikian, beliau juga menjelaskan bahwa seluruh aktivitasnya yang tidak normal itu atau perbuatan mungkar yang pada dhohirnya melanggar syari’at itu tidak dikenakan sanksi karena disamakan hukumnya dengan perbuatan orang “Majnun” gila. Dengan demikian seluruh aktivasinya yang tidak normal itu dihitung cacat di sisi Allah SWT. Namun hal ini sering menjadi masalah tatkala ada orang yang dengan sengaja meniruunya sehingga menimbulkan keresahan dan menggangu ketertiban umum dan tentu di sisi Allah akan dinilail dosa karena melanggar Syari’at dengan sengaja dan bertujuan keduniawian semata. Abu Hasan Ali bin Ja’far al-Kharoqoni wafat pada tahun 425 H. Atau bertepatan dengan tahun 1034 M. 8. Abu Ali al-Farmadzy Nama lengkap beliau adalah Abu Ali Fadl ibnu Muhammad ibnu Ali al-Farmadzy. Adapun riwayat hidup beliau sangat jarang disinggung dalam sejarah para shufi, namun dapat diketahui bahwa beliau merupakan guru besar tashawuf pada zamannya. Hal tersebut dapat diketahui karena beliau adalah murid langsung (utama) dari Abu Hasan al-Kharoqony. Beliau tinggal di kota Naysafur dan hidup sezaman dengan para guru besar lainnya seperti Imam Ahmad al-Thusy, Abu Nash al-Ismaily, Yusuf al-Nasyaz dan Abu Ma’al al-Juwainy. Dari bimbingan beliaulah lahir para tokoh shufi terkenal seperti Imam Muhammad bin Ahmad atau lebih dikenal dengan sebutan Imam al-Ghozaly dan saudaranya (adiknya) yaitu Imam Ahmad bin Ahmad al-Ghozaly serta Abu Yusuf al-Hamadany. Dan dari sekian murid utamanya, maka hanya Abu Yusuflah yang masuk ke dalam rangkaian silsilah thoriqat al-Naqsyabandy. Abu Ali Fadl ibnu Muhammad ibnu Ali al-Farmadzy guru dari para guru shufi dizamannya itu akhirnya wafat pada tahun 477 H. Atau bertepatan dengan tahun 1084 M. 9. Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadany Abu Yusuf lahir di Hamadan (Iran Barat). Pada awalnya beliau mempelajari ilmu fiqh mazhab Syafi’i di Baghdad dan beliau meninggalkan ilmu tersebut setelah dirasakan cukup memadai untuk selanjutnya mengkhidmahkan (mengabdikan) diri secara penuh kepada jalan tashawuf serta menghabiskan waktunya bersama para guru shufi di Hamadan dan Asia Tengah. Abu Yusuf adalah seorang tokoh shufi yang sangat berpengaruh dan namanya pun tercantum dalam berbagai silsilah thoriqat lainnya. Dua orang tokoh Shufi yang diantaranya mengakui beliau sebagai guru mereka yaitu Abdul Kholiq dan Ahmad Yasevy, yaitu pendiri thoriqat Yaseviyah dan Bektasiyah di Turki. Dari keturunan beliaulah kelak akan lahir salah seorang guru besar shufi dan sebagai Sulthon al-auliya’, yaitu Baha’uddin al-Naqsyabandy. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwasanya beliaulah orang yang mula-mula memerintahkan kepada Syekh Abdul Qodir Jaelany (lh. 470 H./1077/8 M-W. 561 H./ 1166 M.) sang pendiri Thoriqat Qodiriyah untuk menyampaikan khutbah atau pelajaran di depan masyarakat umum. Abu Ya’qub Yusuf al-Hamadany akhirnya wafat pada tahun 535 H. Atau bertepatan dengan tahun 1140 M. 10. Abdul Kholiq al-Ghujdawany Abdul Kholiq sering kali dianggap sebagai pendiri pertama Al-Naqsyabandy. Beliaulah yang merumuskan delapan azas latihan spiritual yang dianggap paling mendasar. Azas-azas ini berbahasa Parsi (Iran) dan itu bukan suatu kebetulan, sebab dari mana Abdul Kholiq dan seterusnya (tetapi barangkali juga sudah mulai sejak masa Abu Yazid al-Bisthomy, Thoriqot Al-Naqsyabandy berkembang dilingkungan yang berbahasa Parsi dan selama berabad-abad semua tulisan tentang Thoriqot ini masih terus ditulis dalam bahasa Parsi. Adapun delapan azas yang dikembangkan oleh Abdul Kholiq adalah sebagai berikut : a. Hus Dar Dam; “Sadar waktu bernafas,” yaitu suatu latihan konsentrasi. Shufi yang bersangkutan haruslah sadar setiap menarik nafas, menghembuskan nafas, dan ketika berhenti di antara keduanya. Perhatian pada nafas dalam keadaan sadar akan Allah memberikan kekuatan spiritual dan membawa orang dekat kepada Allah. Lupa atau kurang perhatian berarti kematian spiritual dan membawa orang jauh kepada Allah (Mohammad. Amin al-Kurdy). b. Nazar Bar Qam; “Menjaga Langkah,” yaitu sewaktu berjalan seorang shufi (murid) harus menjaga langkah-langkahnya. Hal demikian itu dilakukan agar tujuan-tujuan ruhaninya tidak dikacaukan oleh segala hal disekelilingnya yang tidak relevan (tidak ada hubungannya) c. Safar Dan Watan; “Melakukan Perjalanan di Tanah Kelahirannya,” yaitu melakukan perjalanan bathin dengan meninggalkan segala bentuk ketidak sempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai makhluk yang mulia, atau dengan penafsiran lain yaitu suatu perjalanan fisik melintasi sekian negeri untuk mencari seorang mursyid sejati, atau kepada siapa seorang murid sepenuhnya pasrah dan dialah yang akan menjadi perantaraannya dengan Allah (al-Gumusykhawany). d. Khalwal Dar Anjuman; “ sepi da tengah keramaian. Beberapa pengarang memberikan berbagai penafsiran. Khalwat bermakna menyepinya seorang pertapa ( salik / santri ), anjuman dapat berarti perkumpulan tertentu. Beberapa orang mengartikan asas ini sebagai menyibukan diri dengan terus menerus membaca dzikir tanpa memperhatikan hal-hal lainnya, bahkan suatu berada di tempat keramaian. Yang lain mengartikan sebagai perintah untuk turut serta secara aktif dalam kehidupan bermasyarakat sementara pada waktu yang sama hatinya senantiasa terpaut kepada Allah dan selalu wara’. Keterlibatan banyak kaum Al-Naqsyabandy secara aktif di dalam politik dilegitimasi (mungkin juga dirangsang ) dengan mengacu kepada asas ini. e. Yard Kard; “ ingat, menyebut,” yaitu terus menerus mengulangi menyebut nama Allah atau dzikir tauhid ( berisi formula La Ilaha Illallah ) atau formula lainnya yang diberikan seorang guru di dalam hati maupun dengan lisan. Oleh sebab itu bagi penganut Al-Naqsyabandy dzikir itu tidak terbatas di lakukan secara berjamaah ataupun sendiri-sendiri setelah sholat, tetapi terus-merus agar di dalam hatinya bersemayam kesadaran akan Allah secara permanen. f. Baz Gasyt; “ kembali, memperbaharui,” yaitu agar senantiasa mengembalikan hati agar tidak condong kepada sesuatu yang menyimpang atau melantur. g. Nigah Dasyt; “ waspada.”yaitu menjaga fikiran dan perasan secara terus-menerus sewaktu melakukan dzikir untuk mencegah supaya fikiran dan perasan tidak menyimpang dari kesadaran yang tetap akan Allah dan untuk memelihara fikiran, perasan dan perilaku seseorang agar sesuai dengan kalimah tersebut.Muhammad Amin al-Qurdy mengutip perkataan seorang guru; “ Kujaga hatiku selama sepuluh hari, kemudian hatiku menjagaku selama dua puluh tahun.” h. Yad Dasyt; “ mengingat kembali,” yaitu penglihatan yang diberkati yang langsung menangkap zat Allah yang berbeda dari sifat dan asma’-nya,mengalami bahwa segalanya berasal dari Allah dan beraneka ragam ciptaan terus berlanjut ke yang terhingga.Penglihatan ini hanya mungkin dalam keadaan “jadzab” (ditarik Allah) dan itulah derajat yang tertinggi yang dapat di capai. Pada masa beliau inilajh disebut dengan masa “ Khawajagan” (baca ;Khojagan) atau para “Tuan Guru” sampai kepada masa-masa berikutnya.Dan pada masa ini pula Al-Naqsyabandy memperoleh bentuk yang jelas sebagai sebuah thoriqot. Proses ini dianggap selesai (sempurna) dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Baha’uddin al-Naqsyabandy. Abdul Kholiq al-Ghujdawany wafat pada tahun 617 H.ataubeatepatan dengan 1220 M. dengan meninggalkan delapan asas spritual yang sangat pokok hingga saat ini bagi thoriqot al- Naqsyabandy. 11. Arif al-Riwgory Arif al-Riwgory adalah tokoh shufi dari rantai silsilah Al-Naqsyabandy yang berguru langsung kepada Abdul Kholiq al-Ghujdawany (guru Al-Naqsyabandy generasi kesepuluh). Dalam literatur (sumber-sumber informasi) tashawuf, nama beliau sangat jarang disebut. Namun secara lengkap mungkin dapat diperoleh dari beberapa literatur biografi para guru (syekh) terkemuka thoriqat Al-Naqsyabandi yang walaupun sangat jarang beredar di Indonesia seperti” Rasyahat Ain al-Hayat “oleh Fakhruddin Ali Shafy dan dalam kitab “ Silsilama-i Khwajagan-i Naqsyaband “ oleh Muhammad ibnu Husain Qozwini dan beberapa biograqfi terpisah tentang Baha’uddin,Ubaidillah Ahror,Ahmad Sirhindi dan lain-lainnya. Arif al-Riwgory guru Shufi generasi kelima ini wafat pada tahun 657 H. Atau bertepatan dengan tahun 1259 M. 12. Mahmud Anjir al-Faghnawy Sebagaimana guru beliau Syekh Arif al-Riwgory, maka riwayat hidup Mahmud Anjir al-Faghnawy juga sangat jarang diceritakan. Namunyang jelas beliau merupakan murid langsung dari Arif al-Riwgory guru Al-Naqsyabandy genersi kesebelas. Mahmud Anjir al-Faghnawy wafat pada tahun 643 H.atau bertepatan dengan tahun 1245 M.Tetapi ada pendapat lain yang menerangkan bahwa beliau wafat pada tahun 670 H. Atau bertepatan dengan tahun 1272 M. 13. Azizan Ali Ramithon Demikian juga dengan Azizan Ali al-Ramithony, maka riwayat hidup beliau juga sangat jarang disinggung dalam sejarah tashawuf pada umumnya atau pada thoriqat al-Naqsyabandy pada khususnya, kecuali dalam kitab-kitab biografi para guru al-Nqasyabandi seperti yang telah disebutkan pada pembahasan terdahulu. Azizan Ali al-Ramithony wafat pada tahun 705 H.atau bertepatan dengan tahun 1306 M. Tetapi ada pendapat lain yang menerangkan bahwa beliau wafat pada tahun 721 H.atau bertepatan dengan tahun 1321 M. 14. Muhammad Baba al-Sammasy Muhammad Baba al-Sammasy adalah guru dari Amir Sayyid al-Kulaly Al- Bukhaty Muhammad dan juga Baha’uddin al-Naqsyabandy,walaupun pada akhirnya Muhammad Baha’uddin al-Naqsyabandy berguru (menjadi murid) secara penuh dari khalifah (pemggati) Beliau yaitu Amir al-Kulaly al-Bukhary setelah beliau wafat. Muhammad Baba al-Sammasy wafat pada 740 H. Atau bertapatan dengan tahun 1340 M. Tetapi ada pendapat lain yang menerangkan bahwa beliau wafat pada tahun 755 H. Atau bertepatan dengan tahun 1354 M. 15.Amir Sayyid al-Kulaly al-Bukhary. Beliau adalah guru dari Muhammad Baha’uddin al-Naqsyabandy setelah wafatnya Muhammad Baba al-Sammasy yang juga merupakan guru dari Baha’uddin al-Nqasyabandy sebelumnya. Dalam sejarah thoriqat al-Naqsyabandy, beliaulah yang mula-mula kembali melakukan dzikir keras disamping dzikir sir (diam) yang sejak masa Abdul Kholiq norma dzikir al-Nqasyabandi hanyalah dzikir sir (diam). Namun sebelum masa Abdul Kholiq, yaitu pada masa Abu Yusuf al-Hamadany (guru Al-Naqsyabandy generasi kesembilan) pernah melakukan penggabungan dua methode tersebut. Adapun dzikir sir (diam) tersebut tetap menjadi norma yang baku (norma utama) dan ciri khusus dari thoriqat ini yaitu pada masa Baha’uddin al-Naqsyabandy setelah menerima pembaitan secara barzakhy dari Abdul Kholiq al-Ghujdawany. Amir Sayyid al-Khulaly al-Bukhary wafat pada tahun 772 H. Atau bertapatan pada tahun 1371 M. 16.Muhammad Baha’uddin al-Naqsyabandy Nama beliau adalah Muhammad Baha’uddin al-Bukhary al-Naqsyabandy. Beliau dilahirkan pada tahun 717 H. Di daerah Hinduan di kawasan Bukharo dan beliau adalah keturunan dari Abu Yusuf al-Hamadany. Diberikan gelar al-Naqsyabandy karena mampu (piawai) menempa dan mengukir berbagai sifat keutamaan dan kebaikan dalam hati setiap orang.Dan kepada gelar beliau tersebut thoriqat ini dinisbahkan namanya yaitu “thoriqat al-Nqasyabandy.” Baha’uddin telah memperoleh dasar-dasar ilmu keislaman di daerah kelahirannya yaitu Bukharo.Meskipun sudah diasa cukup, namun beliau terus memperdalam ilmu keislamnya kepada guru-guru lain yang terkemuka. Adapun ulama-ulama yang telah beliau timba ilmunya yang paling utama adalah Muhammad Baba al-Sammasy dan khalifahnya Amir Sayyid al-Kulaly serta seorang ulama terkenal lainnya yaitu Arif al-Dikarany. Beliau melanjutkan perjalanannya ke kota Damaskus dan bekerja di istana Sulthon Kholil sebagai penasehat dalam bidang keagamaan setelah menyelesaikan pendidikannya di lembaga milik Syekh Arif al-Dikarany. Beliau memulai kehidupannya sebagai seorang shufi setelah beliau bekerja di istana selama dua belas tahun dan kemudian meneruskan perjalanannya ke Zawatun. Di Zawatun inilah beliau mempelajari ajaran tashawuf dengan hidup secara zuhud (sederhana), beliau mendekatkan diri kepada Allah dan senantiasa membina kehidupan yang baik dengan sesama manusia dengan ara mengamalkan ilmunya,yaitu memberikan penyuluhan,serta mengajarkan ilmu agama yang telah dimilikinya kepada masyarakat. Sebagai seorang tokoh shufi ternama, maka beliau telah mengembangkan beberapa dasar pemikiran di antaranya, yaitu: a. Beliau mengajarkan thoriqotnya atas dasar enam prinsip dasar tashawuf : 1. Al-Ilm (Pengrtahuan) 2. Al-Shobr (Kesabaran) 3. Al-Him (kepatuhan, penurut) 4. Al-Ridho (Kerelaan) 5. Al-Ikhlas (Ihklas) 6. Al-Akhlaq Al-Karima (Perilaku Terpuji) b. Karena beliau adalah murid Abdul Kholiq secara barzakhy, maka beliau menambahkan tiga asas dari delapan asas yang telah dirumuskan oleh Abdul Kholiq,yaitu : 1. Wukuf-i al-Zamany; “ memeriksa penggunaan waktu seseorang,” yaitu mengamati secara teratur sebagaimana seseorang menghabiskan waktunya.Muhammad Amin al-Kurdy (pengarang kitab Tanwirul Qulub) mensyaratkan agar hal ini dilakukan selama dua atau tiga jam perhari. Sebab jika seseorang terus-menerus sadar dan tenggelam dalam dzikir dan melakukan perbuatan terpuji, maka hendaklah bersyukur kepada Allah. Dan jika seseorang tidak ada perhatian atau melakukan perbuatan dosa, maka hendaklah ia mohon ampun kepada Allah. 2. Wukuf-i A’dadi,” memeriksa hitungan dzikir,” yaitu dengan berhati-hati beberapa kali seseorang mengulangi kalimat dzikir tanpa fikiran mengambang kemana-mana. 3. Wukuf-i Qolbi;”menjaga hati agar tetap kontrol,”menjaga hati agar tidak sadar kepada yang lain selain Allah. c. Mengharuskan setiap murid melalui pembinaan,yaitu: 1. “Shubhat al-Syejh”, yaitu usaha terus-menerus dalam bentuk pengabdian dengan ihklas dan tanpa pamri kepada syekh (guru). 2. “Al-Ribath,” yaitu uasaha untuk meningkatkan keterkaitan dengan syekh kamil,bukan saja jasmani tapi juga ruhani. 3. “Al-Iltizam,” yaitu usaha tetapnya seorang salik dalam bimbingan syekh kamil secara terus-menerus dan berkesinimbungan. 4. “Al-Dzikir,” seorang salik harus melakukan dzikir secara terus-menerus (dzikir dain). d. Menekan arti penting dari “Ruh”,sebab ruh adalah jisim yang halus, yamg tidak berkurang dalam jasad kasar (bercampur) dan tidak pula terlepas ke luar.Oleh karena pentingnya ruh agar tidak melupakan Allah, maka seseorang harus berdzikir terus-menerus. Adapuntentang dzikir, maka pada masa inilah ditetapkan dzikir sir (rahasia) sebagai norma baku (tetap) dalam tradisi al-Naqsyabandy. Dan sebagaimana juga telah diketahui bahwa Baha uddin telah belajar kepada Baba al-Sammasy dan juga khalifahnya Amir Sayyid al-Kulaly yang menyebabkan beliau telah memiliki mandat yang kuat sebagai pewaris tradisi “para khawajagan” atau “ para tuan guru.” Muhammad Baha’uddin al-Naqsyabandy wafat pada tahun 791 H. Atau bertepatan pada tahun 1389 M. Di daerah Hinduan (tanah kelahirannya) saat beliau berusia 74 tahun dengan meninggalkan pelajaran thoriqot yang terkenal sangat puritan (anti bid’ah dalam syara’) dan terkenal sangat sungguh-sungguh menghindari pertunjukan musik dan sama’ dengan senantiasa agar hukum Allah harus dapat diterapkan dalam aspek kehidupan. 17. Muhammad Ali Batu. Beliau adalah Muhammad Ali Batu Bangke Ilang Sabil yang oleh para sejarawan lokal maupun Belanda dianggap sebagai tokoh paling kharismatik sepanjang sejarah perjuangan rakyat Lombok, pemersatu masyarakat khususnya umat islam baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata dari perpecahan dan juga sebagai pejuang dalam perang melawan kekuasaan penjajahan Hindu-Bali di Lombok. Dengan kharisma beliau yang luar biasa saat itu telah menjadi modal utama dalam mempersatukan semua kalangan yang ada di Lombok yang terkenal sangat sulit untuk diwujudkan dan kemudian membawa mereka kepada satu tujuan yaitu perjuang suci. Keretakaan-keretakan hubungan masyarakat Lombok yang ada tersebut tidak lepas dari keterbelakangan dan adanya perasaan yang selalu ingin menang sendiri di antara mereka. Tengtang keadaan ini dapat diketahui dari Babad Lombok, Babad Selaparang, Babad Sakre-Karang Asem dan beberapa laporan dari pemerintah Belanda,antara lain: a. Tentang kharisma beliau yang luar biasa itu dapat diketahui dari sebuah laporan pemerintah Belanda yang menjelaskan sebagai berikut: “Di tanah ini (Lombok), Haji Muhammad Ali menebarkan benih thoriqotnya.......(yang menurut catatan Belanda disebut dengan “ Sekte Nakasabandrija”). Orang-orang berdatangan kepada Mohammad Ali di Sakre minta dibiat masuk thoriqotnya, kaum bangsawan dan juga rakyat jelata menganggap suatu keberuntungan apabila diperboleh bergabung dalam barisan para murid yang melakukan ziarah ke tempat kediaman sang guru suci......(Laporang Belanda,Minggu 28-10 s/d 4-11-1897(KV 28-11-1896,V19, hal 26-28). b. Tentang ketolol-tololan dan keterbelakangan pemikiran yang membut orang Sasak saat itu selalu terpecah-belah pada khususnya dapat di ketahui dari Babad Selaparang babd sakre-Karng Asem. “Terkisahkan sekarang di Bali, sudah siap lengkap perbekalan dan senjata ,para Gusti di perintahkan untuk mencari kapal layar tempat bekal mesin dan peluru. Ada bantuan dari Tabanan, Buleleng, dan Mangwi juga ikut membantu.Begitulah ceritnya (persiapan itu) sangat baik, kata musyawarah itu, “Raja Sasak itu semuanya tolol.”(Babad Selaparang Bait; 451) “ Mule meno kelampan Sasak, ndarak pade mele ngasorin, mele amesak-mesak, kewastuan pade cerengeh,marak beberas pesiaq tetolang, ndarak pade likat mudi.....”(Babad Sakre-Karang Asem) c. Tentang kepahlawanan beliau dan cita-cita perjuangannya yang suci dapat disimak dalam laporan Van Der Krann (1980) yang mengutip pokok-pokok pembahasan Neeb & Asbeck Brusse pada tahun 1897 dan dalam Babad Lombok II. “Pada tahun 1891 orang Muslim dari suku Sasak di Lombok melakukan pemberontakan terhadap pemerintah raja Bali (Anak Agung Ngurah Karang Asem). Ini bukanlah pemberontakan yang pertama, tetapi memeang yang paling dahsyat. Berbeda dengan sebelumnya, maka pemberontakan kali ini tidak dapat di padamkan. Pemberontakan ini telah menyababkan berakhirnya setengah Abad kekuasaan Bali di Lombok dan mengundang campur tangan Belanda.”(Van Der Krann) Sedangkan dalam Babad Lombok II dilukiskan tentang tujuan perjuangan suci itu sebagai berikut : “ Mun kesukaq Allah luih, Te beriuk ngiring Tuan Guru, Turut perang sabil andang Bat, .................................................. Mun te pade menang lemaq, Ite pade,ndek te buring te pegisiq, Rakse,dese,dasan te iriq, ...................................................... Petin kebon bangket te kawih ndidik anak jari, Gen payas gumi Selaprang seseniq. Secara terperinci tentang sejarah kepahlawanan beliau ini dapat di baca dalam Babad Sakre-Karng Asem.Babad ini belum lama berselang diterbitkan oleh Yayasan Kerta Raharja di Sakra,berupa stensilan dengan catatan-catatan singkat oleh L. Djelenge. Adapun khusus tentang sejarah perjalanan keguruan beliau dalam tashawuf(thoriqot), maka dapat disimak dari kiah yang dituturkan oleh Bapak.Guru.Syekh Abdusshomad Habibullah sebagai berikut: Sejarah keguruan Muhammad Ali berawal dari mimpi, dimana beliau dalam mimpi itu bertemu dengan Baha’uddin al-Naqsyabandy atau dalam dialek(penyebutan) masyarakat Sasak dikenal dengan nama Syekh Ba’idin yang memerintahkannya untuk melakukan suatu pelayaran ke Mekkah dengan membawa perbekalan berupa 160 biji paku,sebuah palu dan sebuah sabuk Saje sepanjang 40 Depa. Sampai pada mimpi yang ketiga beliau belum juga melaksanakan perintah mimpi itu hingga akhirnya pada mimpi yang keempat beliau baru berlayar dengan ditemani oleh seorang sahabatnya yaitu Guru Adam dari desa Aik Mual Praya. Dalam perjalanannya, beliau menghadapi berbagai rintangan yang menyebabkan perahunya pecah. GuruAdam dengan susah payah menyelamatkan diri dan akhirnya terdampar di desa Pengantap Sekotong, sedangkan beliau juga berhasil menyelamatkan diri karena menemukan pohon Paok Jenggik ( Paok ; Mangga ) yang tumbuh di tengah lautan.Kemudian teringat dengan bekal yang ada, beliau pun mulai memanjat dengan menggunakan paku yang dibawanya hingga menghabiskan 100 biji paku. Setelah sampai di atas pohon itu, beliau melihat buahnya yang hanya berjumlah satu biji. Namun mendadak seketika itu seekor burung Garuda datang dengan cepat dan memakan buah mangga itu hingga setengahnya. Kesempatan itu tidak disia-siakan,beliau segera bersembunyi dan sangat hati-hati beliau mengeluarkan sbuk saje kemudian mengikat dirinya di kaki burung itu.Karena burung itu hanya memakan setengahnya saja,beliau berfikir.”Di sini tidak ada yang bisa saya makan kecuali buah ini.”Buah itu pun di makannya hingga dirasa cukup sekedar untuk mengganjal perut. Setelah burung itu terbang jauh hingga sampai ke tengah hutan yang dalam dialek Sasak disebut dengan hutan Serandik yang ada di negeri Mesir.Beliau melepaskankan ikatan sabuknya untuk segera turun sebelum burung itu sadar dan melihatnya.Malang baginya, di tengah hutan itu beliau di kepung sekawanan binatang buas (srigala) yang menyebabkan harus segera menyelamatkan diri dengan memanjat sebatang pohon dengan menggunakan sisa 60 biji paku yang dibawanya.Setelah beberapa saat,seekor srigala yang merupakan raja sekawanan srigala itu segera memanggil srigala-srigala lainnya dan kemudian beramai-ramai mengencingi batang pohon itu sehingga membuat batangnya menjadi goyang.Melihat kondisi tersebut dengan cepat beliau mengikat kerisnya pada ujung sabuk saje dan menjatuhkannya ke mulut srigala hingga akhirnya binatang itu mati. Melihat rajanya mati,serta merta yang lainnya ketakutan dan segera melarikan diri. Dengan perasaan lega dan penuh rasa syukur yang mendalam beliau segera turun untuk menguliti binatang itu hingga kulitnya dapat dijadikan sebagai pakaian penghangat. Diperjalanan selanjutnya beliau melewati sungai Nil, terdpat tempat di sungai itu yang airnya dapat dapat mengubah segala benda yang jatuh didalam membatu(keras bagaikan batu).Hal terbusebut beliau menjadi takut dan ragu untuk menyebrang. Beliau tudak berputus asa, segera di ambilnya debu untuk bertayamum dan kemudian melaksanakan sholat sunat.Usai sholat beliau berdo’a mohon kepada Allah SWT.agar segera di pertolongan dari kesulitan yang dihadapinya. Allah SWT.mengabulkan do’anya dengan menurunkan hujan badai dahsyat yang menyebabkan sebatang pohon besar tumbang dengan posisi melintang seperti sebuah titian di atas sungai itu.Dengan hati-hati beliau berjalan di atas pohon yang tumbang itu dan berhasil melewati sungai terebut. Namun karena rasa penasaran dengan apa yang di lihatnya, beliau mencoba untuk membuktikan dengan mencelupkan jari telunjuknya kedalam sungai.Dengan kekuasaan Allah SWT. Jari beliau segera berubah membatu (menjadi keras bagaikan batu) dan oleh karena jari yang telah membatu inilah akhirnya gelar Muhammad Ali “ Batu “ dinisbahkan kepadanya. Singkat cerita sampailah beliau di sebuah desa di negeri Mesir dan mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakatnya. Oleh masyarakat setempat beliau kemudian diarak ke istana Raja (Sulthon). Karena Sulthon tertarik dengan kulit binatang yang dibawanya, maka dibelinya kulit binatang itu seharga dengan empat kantung uang dengan maksud untuk dijadikan jimat. Di desa itu beliau menginap di rumah seorang penghulu agama yang menceritakan kepadanya bahwa Syekh yang selama ini bekiau cari itu pada tiap tiga tahun sekali datang berkunjung ke desa tersebut dengan rupa yang berbeda-beda dan itulah sebabnya mengapa ketika beliau datang ke desa itu di sambut dan diarak ke istana raja.Hal itu tidak lain karena beliau dianggap sang Syekh.Penghulu itu juga menambahkan bahwasanya Syekh tersebut kini sedang melakukan suluk di Jabalil Asir (gunung Asir) yang terletak di negeri Yaman. Setelah mendengar cerita itu, Muhammad Ali mohon agar diantarkan ke tempat tersebut. Penghulu itu menjawab bahwa ia tidak berani pergi ke tempat dimana Syekh berkhalwat. Kemudian Muhammad Ali berkata:”Bila anda tidak berani (sanggup) ke tempat itu,maka cukuplah anda tunjukan dimana arah menuju tempat itu.”Oleh penghulu itu permintaan beliau dikabulkan. Kemudian meraka pun melakukan perjalanan ke tempat tujuan.Ketika mereka telah dekat,penghulu itu kemudian menunjukan tempat yang oloeh Muhammad Ali merupakan tempat yang tidak asing lagi baginya disebabkan beliau beberapakali melihatnya di dalam mimpi.Dan sebagai tanda terima kasihnya atas pertolongan penghulu yang telah menunjukan tempat itu,beliau menghadiahkan kepadanya seluruh uang (yang empat kantung) tanpa tersisa sedikitpun. Ini merupakan I’tibar (contoh) bahwa ilmu hakikat adalah ilmu yang tidak ternilai dan juga tidak bisa ditukar atau dibandingkan dengan harta berapapun banyaknya walau hanya sekedar ditunjuki tempat menututnya saja, apa lagi sampai dapat menerimanya. I’brah ini hendak menjadi renungan bagi setiap jama’ah untuk terus bersyukur kepada Allah SWT.karena tidak semua orang mampu berfikir akan tingginya ilmu ini dan juga tidak semua orang sanggup menghargainya sebagaimana Muhammad Ali telah menghargainya. &nbs ; Setelah itu beliau pun bertemu dengan Syekh Ba’idin dan langs ng mengucapkan salam kepadanya.Namun beliau sangat terkejut,sesampai di hadapan Syekh Ba’idin beliau bukannya mendapat sambutan sebagaimana yang diharapkan,malah ebaliknya dapat makian.Syekh Ba’idin bertanya:”siapa yang menyuruhmu kesini menemui saya ? “Muhammad Ali menjawab : “Anda wahai Syekh.” Kemudian setelah itu oleh Syekh Ba’idin beliau dipersilahkan untuk segera memasuki ruang Suluk (tempat khalwat / pertapaan).Ketika berada dalam pertapaan itulah ubun-ubun beliau di usap oleh Syekh Ba’idin hingga menyebabkan beliau berteriak-teriak dan merasa ketakutan yang luar biasa karena perlihatkan kepadanya keadaan siksa neraka yang konon saat itu sesaat terasa seperti 70 tahun lamanya. Kejadian saat itu telah meninggal bekas yang sangat mendalam hingga menyababkan beliau menyerah an hidup dan matinya kepada Syekh Ba’idin untuk mendapatkan bimbingan.Oleh Syekh Ba’idin beliau kemudian di perintahkan untuk masuk kembali ketempat khalwatnya yang kemudain ditutup dengan batu dan di tempat itulah beliau tinggal selama tiga tahun. Sementara beliau berada di tempat khalwatnya tersebut,di Lombok sahabat beliau Guru Adam kembali melakukan pencarian dengan tujuan agar dapat memukan beliau hidup atau mati.Namun usaha pencarian itu hasilnya tetap nihil. Untuk kesekian kalinya allah SWT.menunjukan kebesaran-nya, setelah berada selama tiga tahun di dalam batu tersebut,tiba-tiba saja tatkala bangun beliau telah mendapatkan dirinya berada di rumahnya di desa sakra.Keadaan ini bukan hanya mengejutkan dirinya namun juga bagi keluarga dan seluruh masyarakat desa saat itu yang secara spontan membunyikan kentongan tanda bahaya karena mendengar istri Muhammad Ali berteriak-teriak terkejut bahkan ketakutan tatkala tiba-tiba melihat seorang lelaki tidur di dalam rumahnya.Hal tersebut dapat di pahami, sebab sebelumnya beliau dianggap sudah meninggal ketika terdengar kabar perahu yang di tumpanginya pecah, dan terlebih lagi usaha pencarian yang dilakukan oleh Guru Adam tidak menghasilkan apa-apa.Keadaanpun kembali tenang setelah beliau menjelaskan kepada masyarakat semua peristiwa yang di alaminya hingga akhirnya kembali ke desa Sakra. Selang beberapa waktu di Sakra,tiba-tiba beliau mendapatkan sepucuk surat dari Ba’idin memerihtahkannya agar kembali berlayar ke negeri Mekkah dengan pesan apabilah telah mendekati pelabuhan Jeddah nanti pada hari jum’at tengah hari(sekarang kira-kira pukul 12:00 siang) untuk segera masuk ke sebuah masjid masjid yang terletak di tengah lautan untuk melaksanakan sholat jum’at. Kemudian beliau berangkat dan sampai di tempat itu pada waktu yang sesuai dengan apa yang tertulis dalam surat.Ketika beliau memasuki masjid,nampak suasana sepi tanpa seorang pun berada didalam.Namun keadaan tiba-tiba berubah,dalam waktu sekejap entah darimana asalnya jama’ah yang terdiri dari para waliyullah telqah memenuhi ruang masjid.Kemudian setelah khutbah jum’at Syekh Ba’idin datang untuk mengimami sholat jum’at dam Muhammad Ali berdiri tepat di belakangnya. Usai sholat,para waliyullah secara perlahan kembali menghilang dan keadaan pun kembali menghilang dan keadaan pun kembali kecuali beliau dan Syekh Ba’idin.karena khawatir Syekh Ba’idin juga akan meninggalkan tempat itu,segera beliau ikatkan jarinya ke surban Syekh Ba’idin hinggaketika sang Syekhhendak meninggalkan tempat itubeliau merasa dad yang menarik surbannya.Syekh Ba’idin pun tau kalau Muhammad Ali ada berada di belakangnya dan dengan segera kemudian beliau memanggil kembalijama’ah sholat jum’at (para waliyullah) untuk berkumpul serta mengumumkan bahwa Muhammad Ali adalah tempat menutup segala pangajian.dan di masjid inilah Muhammad Ali untuk pertama kalinya menerima tawajjuh sekligus mandat dari Syekh Ba’idin sebagai Guru ilmu hakikat. Singkat cerita,setelah itu beliau berhaji dan kemudian beliau kembali ke Lombok,untuk memberi pengajian kepada masyarakatdi pulau Lombok,menegakkan kebenaran memimpin mereka untuk mencapai kemerdekaan dari tangan penjajahan Hindu-Bali sebagaimana telah dikisahkan. Dengan damikan,maka hubungan antara Muhammad Ali Batu dengan Baha’uddin Naqsyabandy bukanlah hubungana keguruan yang bersifat Barzakhi atau Uwaisy karena pertemuan tersebut bukan dalam wujud ruhani (dalam ruhani ataupun dalam mimipi),namun pertemuan langsung secara dhohir(nyata) walaupun sebagaimana telah dikisahkan bahwa jarak kehidupan di antara keduanya adalah sekitar 500 tahun (Baha’uddin wafat pada tahun 1389 M. Dan Muahammad Ali pada tahun 1892 M.) dan jalur keguruan seperti ini sangat terjadi dalam sejarah pada shufi. Adapun jalur seperti di atas dalam sejarah keguruan para shufi pernah terjadi pada Syekh Abdul Karim al-Jilli dengan Nabi Muhammad SAW.sebagaimana beliau kisahkan dalam kisahnya al-Insan al-Kamil fii Ma’rifati Awaakhiri wal Awaalihi menjelaskan : “ Suatu ketika saya pernah bertemu dengan dia dalam bentuk persis seperti Syekh saya Syarafuddin Isma’il al-Jabarty,tetapi saya tidak mengetahui bahwa dia (Syekh) itu sebenarnya adalah Nabi Muhammad, karena setehu saya bahwa dia (Nabi) itu adalah Syekh.Ini adalah suatu penglihatan yang saya dapati di Zabit Yaman pada tahun 796 H (1393 M.).Maka hakikatnya yang ada dalam peristiwa itu adalah bhwa Nabi Muhammad mempunyai kekuatan unmenampilkan diri dalam setiap bentuk.” Haji Muhammad Ali Batu sang Guru suci,pemersatu umat danpahlawan pada perang Lombok itu wafat pada tanggal 15 Maulid 1310 H. Atau bertepatan tanggal 7 Oktober 1892 dalam suatu pertempuran yang menyebabkan beliau mendapatkan gelar Muhammad Ali Batu “ Ilang Sabil “yang artinya “ Mati syahid “dan dimakamkan di desa Sakra Lombok Timur. 18. Abdusshomad AL-Haqqy Habibullah. Beliau adalah Shomad bin Nursiah bin kiyah bin Raden Kerta Bayan,Beliau lahir di desa Taman Daya Puyung Lombok Tengah.Datuk beliau yaitu Raden KertaBayan seorang bangsawan Bayan yang Masyur di Bayan Beleq yang makamnya terletak persis di sebelah kiri Masjid Kuno. Makam tersebut oleh sebagian masyarakat sasak disebut degnan Makam Read (Beleq atau Datuk) sedangkan olehsebagian lainnya di sebut sebagai makam Syekh Gaust Abdul Rozaq salah seorang Wali besar yang terkenal di pulau Lombok. Beliau menamatkan sekolahnya pada tahun 1937 di kota Praya yang saat itu sekolahnya hanya sampai di kelas lima dan jika hendak melanjutkan ke yang lebih tinggi maka harus ke kota Mataram pada sekolah khusus Belanda.pada saat itu pula(setelah tamat) beliau langsung menerima tawaran untuk menjadi Jaksa di kota Praya,namun beliau menolaknya. Sebagai seorang pengamal ilmu Hakikat yang kuat,maka dari pribadi beliau terpancar pula pengaruh ilmu tersebut. Beliau terkeal jujur dalam menyampaikan suatu amanat, lemah lembut dan ramah dalam bergaul dengan setiap orang terutama para jama’ahnya (tidak suka menonjolkan perbedaan dan mengutamakan kesamaan derajat), sabar dalam menerima berbagai cobaan berat,tegas dalam berbicara (tidak suka plin-plan) ,berani dalam membela apa yang diyakininya benar bila hal itu sesuai dengan Al-Quran dan al-Hadist. Pada usia yang relatif masih muda yaitu pada usia 15 tahun, beliau telah menunjukkan bakat dan ketertarikan yang mendalam untuk menuntut ilmu thoriqot dan hakikat. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya para guru yang beliau pernah timba ilmunya, di antaranya : a. TGH. Abdul Mu’in di desa Pagutan b. Guru.Rukiq di desa Selagalas c. Guru Udin di desa Aik Mual Praya d. Guru Tasiah di desa Montong Sapah e. TGH.Arif di desa Sesanggok Gerung. f. TGH. Ma’mum di Praya. Dari sekian guru yang pernah beliau timba ilmunya tersebut, maka yang di sebut terakhir itu TGH.Ma’mum adalah satu-satunya tempat beliau menerima Bai’at. Ada suatu riwayat yang langsung diceritakan oleh beliau tentang asal-muasal ketertarikannya dalam menuntut ilmi Hakikat ini. Menurut beliau,ketertarikan ini tidak lepasdari sebuah petunjuk mimpi yang benar (Ru’yah al-Shodiqoh) dari Allah SWT. Pada suatu malam dalam tidurnya beliau bermimpi menaiki (memanjat) sebatang pohon Asem (Bageq; Sasak) sambil menggendong Matahari. Dari tafsir mimpi tersebut mengisyaratkan bahwa suatu hari nanti beliau akan memperoleh kedudukan yang tinggi yang bersifat keduniaan seperti jabatan maupun bersifat ukhrawi (akhirat) seperti ketinggian martabat rohani yang sangat tinggi yang pengaruhnya (sinarnya) tak tertandingi dan tersebar ke setiap penjuru. Namun hal tersebut tentu dengan syarat beliau menghendakinya. Di antara dua pilhan tersebut, maka dengan Hidayah dan Inayah Allah SWT.beliau memilih kedudukan ukhrawy yang berupa ketinggian martabat rohani dan hal ini di buktikan dengan penolakan beliau terhadap jabatan Jaksa di Praya serta kedudukan beliau sekarang sebagai Mursyd Thoriqot Haq Naqsyabandy. Selama sekian puluh tahun beliau menuntut ilmu thoriqot dan Hakikat pada sekian banyak guru tersebut belum mampu memberikan jawaban yang menyakinkan serta fikiran beliau masih diliput oleh kebingungan dengan apa yang di perolehnya.kemudian pada tahun 1950-an, beliau baru memperoleh ilmu yang sejati tentang kebenaran setelah bertemu dengan guru beliau Syekh Ahmad Dahlan al-Subaikah yang menetap di Gawah (hutan) Semotoh Mantng Lombok Tengah. Oleh gurunya pada tahun 1958 beliau diizinkan untuk memberikan pelajaran (membuka sebuah perguruan) di desa Puyung. Namun sampai akhir tahun 1950-an, beliau belum membuka perguruannya secara resmi sampai datangnya sebuah petunjuk yang jelas tentang kewajiban beliau untuk menyebarkannya. Pada sekitar tahun 60-an, beliau menerima pembai’atan Thoriqot Haq Naqsyabandysecara berzakhi dari Syekh Muhammad Ali Batu Bangke sehingga karena hubungan keguruan itulah beliau jga bergalar Syekh Abdussomad Habibullah Ibnu Akhiroty Min Syekh Muhammad Ali Batu Bangke atau kedudukan sebagai putra Syekh Muhammad Ali pada martabat ruhaninya.Pada saat itu juga beberapa jama’ah yang terbuka hijabnya seperti Mamiq Sunan dan Amaq Kholnah dari Persil menjelaskan dari terbukanya itu bahwa hubungan keguruan beliau langsung ka Syekh Muhammad Ali Batu kemudian ke Syekh Baha’uddin al-Naqsyabandy dan terakhir langsung kepada Nabi Muhammad. Silsilah pendek (ringkas) inilah yang sering dibacakan kepada para jama’ah disetiap perayaan ulang tahun perguruan hingga suatu saat pernah menimbulkan permasalahan, yaitu sillsilah di anggap mengada-ada atau meragukan (karena terlalu ringkas dan anggap sebagai suatu silsilah yang tidak lazim). Oleh KH.Ahmad Usman yang hadir ketika itu diberikan jawaban sebagai berikut : “ hendaknyalah kalian tidak mempersalahkan (mempertanyakan) dari mana asal-usul suatu peguruan, karena kalian tidak pernah tahu bagaimana ilmu suatu perguruan itu diperoleh. Namun yang hendaknya kalian pertannyakan adalah apakah ilmu perguruan itu telah sesuai dengan tuntutan dari Al-Quran dan al-Hadist, sebab percuma saja bila suatu perguruan apabila mengaku-ngaku mempunyai dasar silsilah yang jelas namun isi (ilmunya) yang terkandung dalam ajaran perguruan itu menyesatkan (tidak sesuai dengan al-Quran dan al-Hadits).” Dan khusus tentang catatan lengkap hasil terbukanya jama’ah ini telah di kumpulkan oleh putra beliau H. Muhammad Ali Bagi Harta. Adapun gelar” Habibullah,” maka hal itu merupakan gelar yang langsung di anugrahkan baginda Nabi Muhammad kepada beliau. Sedangkan dari salah seorang yang berasal dari Pontianak yaitu Zuhdi dari hasil terbukanya menjelaskan bahwa beliau telah mendapatkan gelar baru yaitu “ al-Haqqy.”Sehingga lengkapnya menjadi Syekh Abdussomad Al-Haqqy Habibullah. Pada awal pembukaannya,yaitu pada hari senin 1 April 1960 / 5 zulqoidah 1380 H. jama’ah baru berjumlah 10 orang yang berasal dari desa di sekitar desa Puyung dan saat itu tempat pengajian dilaksanakn di sebuah rumah sedrhana yang beratap alang-alang dan bar di antara tahun 1960-1963 dapat dirikan sebuah santren darurat sebagai tempat mengaji para jama’ah.Baru kemudian pada tahun 1967 di antara jama’ah mulai ada yang terbuka hijab. Sebagai sebuah perguruan baru saja berdiri tentu tidak lepas dari berbagai rintangan dan tantangan terlebih lagi bila ajaran dalam perguruan itu oleh sebagian besar masyarakat di anggap sesuatu yang asing ditambah dengan berbagai statement (pernyatan) dari beberapa Tuan Guru yang tak pernah bersimpati bahkan ada yang mengharamkannya. Pada tahun 1967-1968 merupakan masa yang paling sulit bagi beliau, karena lebih dari sepuluh kali beliau mendapatkan panggilan polisi dan di hadapkan ke pengadilan untuk menjelaskan berbagai tuduhan (fitnah) yang dilontarkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab yang sangat membenci ajaran ini serta beberapa ujian fisik seperti pelemparan Batu dan sebagainya ke tempat beliau mengajar.Namun hal tersebut tidak membuat beliau getar, bahkan sebaiknya di anggap merupakan sebuah tantangan yang membutuhkan jawaban untuk di selesaikan. Sebagaimana telah disebutkan dalam sebuah pepatah orang-orang bijak : Berakit-Rakit Ke Hulu, Berenang-Renang Ke Tepian. Bersakit-Sakit Dahulu, Bersenang-Senang Kemudian. Hal tersebut nampaknya terjadi pada perjalanan perjuangan beliau sebagai buah dari kesabaran akan segala cobaan yang menimpa beliau selama ini. Tepatnya pada tahun 1976,perguruan ini di sahkan oleh Kakanwil Depag NTB bapak HL.Nuruddin, SH yang di saksikan oleh K.H. Ahmad Usman (Mantan ketua MUI NTB) yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Penerangan TK. I NTB dan bapak L. Once Kakandepag Praya. Dealam kesempatan inilah bapak L. Once menyata kesiapannya untuk membela ajaran yang benar ini deng berkata : “ajaran ini ajaran benar,siapapun yang akan menyalahi perguruan ini,maka sayalah yang akan menjadi musuhnya,” Adapun jumlah jama’ah thoriqot ini beberapa tahun kemudian menunjukkan perkembangan yang sang signifikan, tepatnya mulai tahun 1980-an jama’ah yang berasal dari luar desa Puyung di seluruh Lombok mulai berdatangan. Kemudian pada tahun 1990-an merupan masa-masa perkembangan yang paling mengembiraka karena para jama’ah tidak hanya berdatangan dari daerah Lombok,namun juga dari beberapa daerah di luar pulau Lombok seperti Jawa,Madura,Bali,Sumbawa,Bima,Dompu Sulawesi,dan Kalimantan. Sesuai dengan sebuah petunjuk hasil terbuka seorang jama’ah yang di terima dari Datok Sakre (Syekh H. Muhammad Ali Batu),menjelaskan bahwa mulai pada tahun 2000 jama’ah akan datang dari berbagai penjuru negeri. Hal itu kemudian terbukti dengan datangnya beberapa jama’ah dari berbagai negeri seperti Belanda,Tunisia,dan dari negeri Jiran Malaysia.Sehingga jumlah jama’ah secara keseluruhan menurut data yang ada mulai tahun 1960-2003 ini di perkirakan berjumlah 5000-6000 0rang jama’ah. Dengan demikian,perkembangan Thoriqot Hqa Naqsyabandi ini sekali lagi tidak lepas dari kegigihan Bapak Guru Syekh Abdussomad al-Haqqy Habibullah yang senantiasa bercita-cita agar ajaran yang bersumber langsung dari Rasulullah yang diterima di Gua Hiro ini dapat tersebar luas dan tidak punah (hilang). Khusus tentang kata “ Haq “ pada nama Thoriqot ini menurut perjelasan langsung beliau merupakan penegasan jati diri sebagai suatu ajaran yang benar-benar sejati yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadist. Sebab banyak thoriqot yang mengaku Naq-syabandy namun sebenarnya Nuq-syabandy.Naqsyabandy berarti lukisan yang berada pada badan “ruh” (badan halus). Sedangkan Nuqsyabandy yang kata Nuq berasal dari kata “Nuqus” berarti lukisan yang berada di badan dhohir (badan kasar). Sebagai suatu organisasi yang bergerak dalam bidang keagamaan tentu regenerasi merupakan suatu keniscayaan (keharusan), karena hal itu sangat berhubungan erat dengan masa depan (kelanjutan) dari suatu gerakan keagamaan.Pada tanggal 10 Juni 1966 sesuai dengan petunjuk Datuk Sakre (Syekh Muhammad Ali Batu) dan Datuk Mambalan (atau oleh masyarakat Mambalan disebut sebagai L.Gede Batu Riti)telah menunjuk putra beliau (yang saat itu belum lahir) yaitu Muhammad Ali Bagi Harta sebagai pengganti Bapak Guru dan nama Muhammad Ali Bagi Harta juga merupakan nama yang di berikan langsung oleh mereka . Kendati demikian,pengesahan secara resmi baru dapat di laksanakan pada tahun 1990-an pada saat Ulang Tahun Perguruan yang saksikan oleh Ketua MUI Bapak KH. Ahmad Usman dan seluruh jama’ah thoriqot Haq Nqasyabandy. Islam & Aqidah Islam dan aqidah sudah lama ada sejak manusia pertama Adam AS. Hingga sampai hari ini yaitu lebih kurang 21 abad yang telah dilalui manusia. Islam merupakan syariat hidup manusia yang dikaruniakan Allah untuk kesempurnaan hidup umat manusia. Islam juga merupakan satu-satunya alternatif pilihan cara hidup yang terbaik di alam dunia dan juga di alam akhirat nanti. Islam telah lama berkembang dari satu zaman ke zaman yang lain dari seorang Nabi ke seorang Nabi dan sampai pada tahap kesempurnaan Islam yaitu di zaman Rasulullah SAW. Syari’at hidup Islam, thecnologi Islam dan Ilmu-ilmu Allah turut berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Keagungan islam dalam bidang ilmu dan pencapaian thecnologi telah terbukti di zaman silam sebagai contoh : Di zaman Nabi sulaiman AS, manusia mampu membangun istana di atas air berdagang dengan jin, menggunakan tenaga buruh yaitu bangsa jin untuk membangun jalan raya, berbicara dengan binatang serta manusia bisa berjalan di atas air, terbang di udara tanpa menggunakan alat. Dizaman Nabi Yusuf AS manusia bisa menguasai ilmu technologi tinggi yaitu penafsiran mimpi dan hanya dengan tafsir mimpi Nabi Yusuf dapat menerangkan dasar ekonomi negara mesir didalam usaha untuk menghadapi kemarau panjang, sehingga dengan ilmu mimpi ini selamatlah negara mesir dari penderitaan kemarau panjang. Di zaman Nabi Musa AS yang terkenal dengan tongkatnya yang sanggup membuat air laut menjadi beku dan manusia bisa berjalan diatasnya. Di Zaman Nabi Daud AS manusia dapat mencairkan logam dengan tangan tanpa menggunakan api, sehingga sanggup membuat senjata pedang hanya dengan tangan Di zaman Nabi Ilyas AS, manusia dapat menguasai ilmu kedokteran dan Farmasi sehingga mampu membuat beranekaragam obat dan menyembuhkan berbagai penyakit. Di zaman Nabi Isa AS. Manusia dapat menguasai ilmu menghidupkan orang mati dan ilmu membaca bisikan hati manusia serta ilmu menyembuhkan orang buta. Dan ilmu-ilmu tersebut di atas pernah juga dikuasai oleh para wali-wali Allah seperti Sech Abdul Kadir Zailani, Wali Songo dan lain-lain. Persoalannya mengapa ilmu-ilmu ini tidak dapat dikuasai oleh manusia di zaman sekarang ? dan dimana letak kelemahannya ? untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat dulu pembagian ilmu yang ada dapat/ boleh/ bisa dikuasai oleh manusia : 1. Ilmu Qalam Ilmu Qalam ialah ilmu yang paling sederhana yang dapat dikuasai oleh manusia contoh : ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu ekonomi, ilmu antrofologi, ilmu hukum dan lain-lain. Ilmu yang demikian bisa dikuasai siapa saja yang mau belajar tidak terkecuali dia orang Islam, Kristen, Yahudi maupun Nasrani. 2. Ilmu Ghaib 3. Ilmu Syahadah Sedangkan Ilmu Ghaib dan Ilmu Syahadah tidak mungkin bisa dikuasai oleh orang-orang yang non muslim, ilmu ini hanya bisa dikuasai oleh orang Islam tapi mengapa orang Islam di zaman ini ketinggalan sekali disemua bidang ? pastilah ada penyebabnya………….!!!!! Hal ini tidak terlepas dari beberapa faktor penyebab kelemahan umat Islam di zaman ini untuk menguasai thecnologi dan Ilmu Allah yang tinggi ini antara lain : 1. Jatuhnya beberapa kerajaan Islam termasyur di dunia misalnya : Kerajaan Islam di Bakdad yang diserang oleh tentara Monghul yang menyebabkan : • Banyak beberapa ulama tasauf dibunuh dan berkorban dalam peperangan • Banyak kitab tasauf yang dibakar • Banyak bangunan-bangunan/ gedung-gedung yang bertechnologi Islam tinggi dibakar dan dimusnahkan. 2. Timbulnya pertentangan antara ahli syari’at dengan ahli tasauf yang menyebabkan ; • Banyak para ahli tasauf yang dibunuh oleh golongan syari’at antara lain ahli tasauf termasyur bernama Khalat. • Banyak ahli-ahli tasauf yang difitnah dan dikatakan membawa ajaran sesat • Para ahli syari’at membuat opini dan menyebarkan isu bahwa ilmu tasauf, ilmu para wali dan orang awam tidak perlu mempelajarinya, orang awam cukup belajar masalah dosa dan pahala saja. 3. Banyak dikalangan ahli tasauf bersikap pengecut, malu untuk berterus terang dan membuka ilmunya kepada masyarakat dengan dalih rahasia sehingga masyarakat dan generasi muda banyak yang awam atau buta tentang ilmu ini 4. Kurangnya minat umat islam untuk mempelajari. Mendalami ilmu tasauf karena dianggap sulit dan yang mempelajarinya bisa gila, karena masyarakat menganggap ilmu ini aneh. Empat faktor inilah yang menyebabkan ilmu tasauf dizaman sekarang ini tidak dapat dikuasai oleh umat islam.Beruntunglah orang yang dapat menguasai ilmu ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Hasyr : 22 Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al- Hasyr : 22) Pengertian Islam PENGERTIAN Islam : Islam itu mengandung 4 Huruf Jadi bila dirangkaikan Islam itu berbunyi : Allahu Salamun Laa Ilaaha Illallah Muhammadarrasulullah …. Firman Allah Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang Telah diberi Al Kitab[189] kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, Karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Q.S. Ali ‘Imran : 19) [189] maksudnya ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran. Pengertian Iman Iman ialah: Memancarnya Nur Ilahi di dalam Jantung atau Rohani yang bercaya, menerbitkan suatu kekuatan dan kekuatan tersebut menimbulkan suatu keyakinan terhadap suatu perkara yang Ghaib dan Mereka meyakininya tanpa sedikit pun ada rasa ragu-ragu. Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. At-Taghabun : 11) Keterangan : At- Taghabun ayat 11 artinya hari dinampakkan kesalahan. Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus[1039], yang di dalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya)[1040], yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nur : 35) [1039] yang dimaksud lubang yang tidak tembus (misykat) ialah suatu lobang di dinding rumah yang tidak tembus sampai kesebelahnya, Biasanya digunakan untuk tempat lampu, atau barang-barang lain. [1040] Maksudnya: pohon zaitun itu tumbuh di puncak bukit ia dapat sinar matahari baik di waktu matahari terbit maupun di waktu matahari akan terbenam, sehingga pohonnya subur dan buahnya menghasilkan minyak yang baik. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (Q.S. AL-Bayyinah : 7) Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Q.S. Al-Anfal : 2) [594] Maksudnya: orang yang Sempurna imannya. [595] dimaksud dengan disebut nama Allah ialah: menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya . Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (Q.S. Al-Ankabut : 2) Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (Q.S. Ath-Thalaaq : 2) Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, (Q.S. Faathir :20) Tauhid Kita bergantung kepada Allah secara mutlak tanpa ada sedikitpun rasa syak wasangka dan was-was terhadap Allah Artinya : Kita bertauhid kepada Zat, Pada Sifat, Pada Asma’ dan pada Af’al Allah Semata Tauhid pada Zat ialah : Kita mutlak yakin bahwa zat Allah lah yang memerintah alam maya ini (dunia dan isinya) dan tidak menyekutukan- Nya dengan yang lain Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan. (Ali-Imran : 109) Tauhid pada Sifat ialah : Kita bergantung sepenuhnya pada Allah. Manusia tidak berhak atas segala sesuatu kecuali dengan izin Allah Artinya : kita menafikan diri jahir kita dan mengisbatkan diri kita hanya kepada Allah semata Tauhid pada Asma’ ialah : Kita memandang bahwa setiap yang ada dan wujud kita adalah membawa nama Allah dimanapun kita berada disitu ada Allah. Tauhid pada Af’al ialah : Kelakuan kita adalah kelakuan Allah SWT semata. Artinya : kita menafikan kelakuan diri jahir kita dengan mengisbatkan diri bathin kita itu ialah kelakuan zat Allah semata. 1. Suhudul Kasra fil wahda Artinya : saksikanlah pada yang banyak itu, kepada yang satu 2. Suhudul wahda fil Kasra Artinya : saksikanlah pada yang satu itu, kepada yang banyak Ma’rifatullah Mengenal Allah SWT. Pada Zat-Nya, pada Sifat-Nya, pada Asma’-Nya dan pada Af’al-Nya. 1. AWALUDIN MA’RIFATULLAH AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH 2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH TIDAK SYAH SHOLAT TANPA MENGENAL ALLAH 3. MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA 4. ALASTUBIRAFBIKUM QOLU BALA SYAHIDENA BUKANKAH AKU INI TUHANMU ? BETUL ENGKAU TUHAN KAMI, KAMI MENJADI SAKSI (Q.S AL-‘ARAF 172) 5. AL INSAANU SIRRI WA ANNA SIRRUHU MANUSIA ITU RAHASIAKU DAN AKULAH RAHASIANYA 6. WAFI AMFUSIKUM AFALA TUB SIRUUN AKU ADA DI DALAM JIWAMU MENGAPA KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN 7. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ AKU LEBIH DEKAT DARI URAT NADI LEHERMU 8. LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH ALLAH BILA AKU TIDAK MELIHATNYA LEBIH DAHULU HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH Pada alam Raibul Ruyub yaitu dalam keadaan antah berantah pada zat semata-mata yaitu pada belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan, belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatu. Malahan belum ada tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, diri yang empunya zat tersebut ialah mentajalikan diri-Nya untuk memuji diri-Nya Lantas ditajali-Nya-lah Nur Allah dan kemudian ditajali-Nya pula Nur Muhammad yaitu insan kamil, yang pada peringkat ini dinamakan anta ana, ana anta. Maka yang empunya zat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba. Lantas ditanyakannya kepada Nur Muhammad, apakah Aku ini Tuhanmu? Maka menjawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh roh, ya Engkau Tuhanku. Persaksian ini dengan jelas diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-‘Araf 172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", Selepas pengakuan atau persumpahan Roh ini dilaksanakan maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Seperti firman Allah dalam hadits qudsi yang artinya : “Aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan makhluk ini dan perkenalkan diriku kepada mereka lalu merekapun mengenal diriku. Apa yang dimaksud dengan makhluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan dari pada Nur Muhammad. Tuhan yang empunya zat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-Nya sendiri dengan diri Rahasianya sendiri, maka diri rahasianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia atau rohani. Firman Allah dalam hadits qudsi : Al-Insaanu Sirri wa Ana Sirruhu Artinya : Manusia itu adalah Rahasiku dan akulah yang menjadi rahasianya. Jadi yang dinamakan manusia itu ialah : karena Ia mengandung Rahasia Dengan perkataan lain manusia itu menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhan-Nya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang empunya diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu Tatkala berpisah Roh dengan jasad. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 58 sbb: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hal tersebut di atas dipertegas lagi oleh Allah dalam hadits qudsi : Man arafa nafsahu, paqat arafa rabbahu. Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan rahasia-Nya itu kepada langit, bumi dan gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya. Seperti firman Allah SWT. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72. Inna ‘araf nal amanata, alas samawati wal ardi wal jibal fa abaina anyah milnaha wa as fakna minha, wahama lahal insannu. Artinya : sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan memikulnya dan mereasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya. Oleh karena amanat (rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang empunya Rahasia Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri bathin/Roh) untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri penanggung rahasia dan berkembang dari satu dekade ke satu dekade, dari satu generasi ke generasi yang lain sampai alam ini mengalami kiamat dan rahasia dikumpulkan kembali. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun. Artinya : kita berasal dari Allah , kembali kepada Allah. Tingkat Ilmu ILMU QALAM ialah yang paling rendah tingkatannya yaitu Ilmu dunia. Namun demikian dengan ilmu ini manusia sudah sampai pergi ke Bulan. ILMU GHAIB ialah Ilmu yang diterima manusia melalui jalan laduni yaitu dengan petunjuk guru Ghaib yang Mursyid.melalui 5 cara : 1. NUR yaitu petunjuk ghaib yang diterima melalui mimpi-mimpi yang bisa diterjemahkan oleh guru ghaib. 2. TAJALI yaitu ilmu ghaib yang diterima melalui penjelmaan buah pikiran dari pada perasaan ZUK sesama mereka menjalani latihan tareqat tasauf,sehingga muncul dari akalnya suatu pengetahuan baru yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Misalnya : Terbacalah olehnya sepotong do’a sedangkan do’a tersebut belum pernah dibacanya atau diketahuinya. 3. CARA SIR ialah : suatu jalan penyampaian ilmu ghaib secara Rahasia, ia hanya dapat dirasai dan didengar oleh seseorang itu secara Mutlak. Dimana seseorang itu akan mendengar suatu suara yang data ng kepadanya. Suara tersebut akan memberi tahu sesuatu dan mengajarkan ilmu ghaib dengan terang dan jelas berupa bisikan dan disertai dengan satu Kelejatan yang sulit untuk diceritakan. 4. CARA SIRUSIR ialah : Suatu cara penyampaian ilmu ghaibdengan cara rahasia.seseorang yang menerima ilmu ghaib dengan cara ini mereka dapat meliat dengan mata Bathin dan mendengar dengn telinga bathin. 5. CARA TAWASSUL ialah penjelmaan seorang guru atau wali-wali Allah yang ghaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-orang tertentu yang sedang menjalankan ilmu tasauf. Mereka ketemu dengan keadaan nyata (hidup) bukan dalam mimpi, dia datang sama seperti kedatangan tamu biasa atau kawan kita. Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat oleh orang ramai, bila kebetulan penjelmaan itu terdapat banyak orang. Perlu diingat kedatangan mereka merupakan suatu penghomatan yang besar kepada ahli tasauf atau murid yang sedang mendalami ilmu tasauf. Bagi mereka yang dapat mengusai dan mengalami sendiri ilmu ini maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh Alam Maya. Mereka diberi peluang untuk menjelajahi alam lain termasuk alam Barzah,Surga dan Neraka.Arash dan Qursi Allah SWT. Bagi mereka yang sudah sampai ketahap ini sulit diterima oeh tahap-tahap pemikiran manusia. Mereka yang sudah sampai keperingkat ini jiwanya akan tenang disamping Tuhannya, semasa hidupnya didunia ini dan juga dialam akhirat nanti, mereka adalah termasuk dikalangan manusia yang baik dan beruntung. ILMU SYAHADAH : Ialah merupakan martabat ilmu yang tertinggi,karena ilmu ini Tuhan sendiri yang akan mengajarkannya kepada manusia. Manusia diajarkan untuk mengenali dirinya (Jasmani) dan diri bathinya (Rohani). Hanya orang-orang yang mempunyai martabat tinggi disisi Allah yang dapat menguasai ilmu ini. Ilmu ini sangat luar biasa karena hanya dimiliki oleh para Rasul, Nabi dan wali-wali Allah yang teragung.maka beruntunglah manusia yang termasuk wali-wali Allah. ……MAN ARAFA NAFSAHU,FAKAT ARAFA RABBAHU……………………….. (“ Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya “). Nyawa 1. Nafas Berada dimulut yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia 2. Ampas Berada dihidung yaitu keadaan keluar masuk dari pada tubuh manusia 3. Tanapas Berada ditengah-tengah antara telinga kanan dan telinga kiri 4. Nupus Berada dijantung yaitu keadaan kedalam jua, tidak keluar tidak kekanan, maupun kekiri, keatas maupun kebawah, kehadapan maupun kebelakang, yaitu Alif pada insan yang meliputi sekalian tubuh manusia. • Hidup Nafas Karena Ampas • Hidup Ampas Karena Tanapas • Hidup Tanapas Karena Nupus • Hidup Nupus Dengan Rahasia Dan Rahasia Itu Adalah Diri Rahasia Allah SWT, Yaitu Diri Bathin Manusia Tubuh Manusia Asal tubuh manusia terdiri dari empat dasar yaitu Tanah, Air, Angin dan Api Kesemuanya itu dari pada Nur Muhammad juga adanya : Adapun asal kejadian diri terdiri dari tiga perkara : Bapak Ibu Tuhan Urat besar Rambut Penglihatan Urat kecil Kulit Pendengaran Tulang Daging Pengrasan Otak Darah Penciuman Nyawa Jadi kesemuanya ini berjumlah 13 (tiga belas) perkara dan terhimpun dalam rukun shalat 13 (tiga belas) perkara. Syari’at Thoriqat Haqiqat Ma’rifat - Syari’at Tubuh - Af’al Allah (Diri Terperiksa - Syari’at Ilmul yakin) - Thariqat Hati - Asma’ Allah (Diri Terperi - Thariqat Ainul yakin) - Haqaiqat Ruh - Sifat Allah (Diri Tajalli - Haqiqat Hakul yakin - - Ma’rifat Rahasia - Zat Allah (Diri Tajalli - Ma’rifat Kanalul yaqin Adapun yang empat ini terhimpun didalam : LA Jasmani yakni Syari’at tubuh ( Syari’at itu perbuatanku-Jalal) ILAHA Ruhani yakni Thariqat hati (Thariqat itu kataku-Jamal) ILLA Haqiqat nyawa (Haqiqat itu kediamanku-Kahhar) ALLAH Ma’rifat atau Rahasia (Ma’rifat itu Rahasiaku-Kamal) Apabila kita hendak mencari/mengenal “Diri” maka hendaklah terlebih dahulu kita ketahui/kita kenal akan “Rahasia Nur Muhammad”. karena rahasia Nur Muhammad itulah sebenar-benarnya diri. Adapun yang bernama diri itu terbagi dua bagian : Pertama Diri yang Lahir : dan kedua Diri Bathin : Adapun diri yang lahir itu berasal dari Anasir Adam yaitu : Api Angin Air Bumi Adapun “Api” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf Alif bernama “Zat” menjadi rahasia hurufnya “Darah” pada kita. Adapun “Angin” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf “Lam Awwal” “Sifat” menjadi nyawa hurufnya “Nafas” pada kita. Adapun “Air” itu terbit daripada yang bathin,berhuruf Lam Akhir bernama “ Asma’ “menjadi Hati hurufnya “Mani” pada kita. Adapun “Bumi” itu terbit daripada yang bathin ,berhuruf “Ha” bernama “Af-al” menjadi Kelakuan hurufnya”Tubuh” pada kita. Jadi jika demikian diri kita yang lahir itu,terbit dari pada Bayang-bayang diri kita yang bathin juga berhuruf / berkalimah “Allah” danjanganlah kiranya syak dan waham lagi. Kemudia,sesudah kta ketahui Diri yang lahir itu,hendaklah kita ketahui pula Diri kita yang bathin : siapa yang mana ?sebab diri yang bathin itulah yang bisa mengenal Tuhannya,seperti sabda Nabi Muhammad SAW : Artinya : Barang siapa akan mengenal dirinya,maka akan dikenalnya Tuhannya. Sebelum kita mengenal diri kita yang bathin,hendak lebih dahulu kita matikan/fanakandiri kita yang lahir yang berwujud nama Allah itu seperti disabdakan oleh Nabi SAW : Artinya : Matikan dirimu sebelum kamu mati. Jika sudah mati/fana diri kita yang lahir itu,barulah Nyata diri kia yang bathin yang disebut sebenar-benarnya diri. Adapun cara mematikan diri yang lahir itu adalah dengan manafikan huruf-hurufnya : Alif Lam Lam Ha. Jadi jika diri kita yang lahir itu nyata sudah fana artinya sekali-kali tiada mempunyai ada lagi,berarti diri kita yang lahir ini Lebur/lenyap kepada diri yang bathin. Artinya: Dari pada tiada menjadi tiada,dan dari pada ada kembali menjadi tiada. Maksudnya,Diri yang lahir ini sehelai rambut-pun tiada menpunyai ada lagi dan tiada boleh dikatakan ada pada ilmunya hanya diri yang bathin yang bernama Muhammad seperti tersebut dalam hadits qudsi : Artinya : Kujadikan engkau (ya Muhammad) karena aku,dan kujadikan sesuatu karena engkau. Jadi jelaslah,bahwa yang bernama Muhammad itulah sebenarnya diri yang bathin.hendaknya janganlah kita syak dan atau waham lagi: karena Muhammad itulah yang ada mempunyai Tubuh,Hati,Nyawa,dan Rahasia. Adapun Tubuh Muhammad itulah yang bernama Alam Insan yakni syari’at. Adapun Hati Muhammad itulah yang bernama Alam Jisin yakni Thariqat. Adapun Nyawa Muhammad itulah yang bernama Alam Misal yakni Haqiqat. Adapun Sir Muhammad itulah yang bernama Alam Ruh yakni Ma’rifat. Sesudah demikian itu,hendaklah Muhammad itu pula yang mengenal Tuhannya.akan tetapi Muhammad belum bisa mengenal Tuhannya sbelum fana Tubuhnya,Hatinya,Nyawanya,dan Rahasianya. Zatnya,Sifatnya,Asma’nya,Af-alnya. Firman Allah artinya: katakan olehmu (Muhammad) bahwasanya Allah ta’ala itu Esa : Esa pada Zatnya,Esa pada sifatnya,Esa pada Asma’nya,Esa pada Af-alnya. Dan lagi Firman Allah artinya: Serahkan dirimu hai (Muhammad) pada Tuhan-mu yang hidup dan tiada mati. Mengenai Muhammad menyerahkan dan mengesakan diri kepada allah seperti diuraikan dibawah ini : jangan syak dan waham lagi terhadap perkataan diri. Adapun Bathin Muhammad adalah Zat kepada Allah,Rahasia kepada hamba. Adapun Awwal Muhammad adalah Sifat kepada Allah,Nyawa kepada hamba. Adapun Akhir Muhammad adalah Asma’ kepada Allah,Hati kepada hamba. Adapun Zahir Muhammad adalah Af-al kepada Allah,Tubuh kepada hamba. Adapun yang disebut hamba itu tiada lain dari pada Muhammad jua :dan jangan sekali-kali disangka hamba itu adalah kita,karena kita ini pada ilmunya sudah tidak ada lagi . Jadi,Rahasia-Nyawa-Hati-Tubuh-Muhammad itupun tiada jua karena sudah fana kepada zat-nya-sifatnya-asma’nya-af-alnya yakni Allah Ta’ala jua adanya.seperti firman Allah didalam Al-qur’an.artinya : Allah jua Tuhan yang awwal tiada baginya permulaan,dan ia jua yang akhir yang tiada baginya berkesudahan,dan ia jua yang Zahir,serta ia jua yang Bathin. Jadi,kita ini atau tubuh kita yang kasar ini-pada haqiqatnya/ilmunya fana kepada Maqam Baqa’ (fana kepada allah jua adanya) yaitu fana fillah dan Maqam Billah. Segala perbuatan adalah perbuatan Allah ,sihamba sawa sekali tidak memiliki perbuatan. Segala asma’ pada hakekatnya adalah Asma’ Allah Nur Nabi kita Muhammad SAW.dari pada Nur Zat Allah Ta’ala sekian mahluk dan segala sesuatu dijadikan dari padanya. Segala sifat pada hakekatnya adalah sifat Tuhan yang ada pada hamba adalah makna wujudnya. Itulah …….orang-orang yang sebenar-benarnya ma’rifat kepada Allah. Hakikat Solat Petunjuk mengerjakan sholat berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits Syah shalat tergantung rukun shalat Rukun Shalat ada 13 perkara : Harus memenuhiketenyuan sebagai berikut : I. Qalbi / Qalbu (Hati) II. Qauli (ucapan/Bacaan) III. Fikli (perbuatan) Yang dikerjakan Qalbi / Qalbu (Hati) ada dua macam : 1. Niat Buka Hakekat. 2. Tertib Berurutan,tidak boleh dibolak-balik Pengertian Niat secara hakekat ialah : Tetap yaitu Buka Hakeket,menghadirkan Qalbu. Pengertian Tertib secara hakekat ialah : Berhadapan Yang dikerjkan oleh Qauli ada 5 Yaitu : 1. Takbiratul ikhram (Allahu Akbar) 2. Membaca Alfateha 3. Membaca Tasyahud Akhir 4. Membaca Shalawat Nabi 5. Salam Yang dikerjakan oleh Fikli ada 6 Yaitu : 1. Berdiri (bagi yang mampu 2. Ruku’ 3. I’tidal 4. Sujud 5. Duduk diantara dua sujud/salam 6. Duduk pada tasyahud akhir Urut-Urutan Rukun Solat sebagai berikut : 1. Niat Buka Hakekat 2. Berdiri (bagi yang mampu) 3. Takbiratul Ikhram (membaca Allahu Akbar) Allah = Asma’ Akbar = Maha Besar 4. Membaca Al’fateha 5. Ruku’ 6. I’tidal 7. Sujud 8. Duduk diantara dau sujud/salam 9. Duduk pada Tasyahud akhir 10. Membaca Tasyahud akhir 11. Membaca shalawat Nabi 12. Salam 13. Tertib Niat Dengan membaca usalli itu perbatan Ulama Muthahirin (Ulama sekarang) yang ada di Indonesia,dan tidak ada dasar hukumnya.Di Arab (Mekkah / Madinah) tidak dikenal kata Usalli. Dan apabila usalli ini dilakukan berarti : Berdiri dulu baru Niat, jelas hal ini melanggar Rukun Shalat karena tidak tertib. Jika Usalli ini merupakan Lafas Niat berarti menambah Rukun. Menurut Imam Syafi’I Awal shalat itu ialah Zikri. Yang dimaksud Zikri ialah : Allau Akbar bukan Usalli Dan pengertian Mazhab dalam Islam sebenarnya tidak ada. Hal ini diperkuat oleh : DR. Muatofa Muhammad ASY. Syak’ah (seorang pakar Muslim). Dalam bukunya : “ISLAM TIDAK BERMAHZAB” PENERBIT : GEMA INSANI JAKARTA 1994. Kesilpulan : 1. Syahnya shalat itu letaknya di Niat (hadirnya Qalbu / hati),Rukunnya benar (sesuai dengan Rukun) 2. Kunci Shalat di Takbiratul Ikhram yaitu menyatukan syariat,Tharekat,hakekat dan Ma’rifat habisnya di Allahu Akbar (Takbiratul Ikhram). 3. Kekuatan Shalat di Al’fateha 4. Tulang / tiangnya Shalat itu di Ilmu Firman Allah : “WAS TA’INU BIS SABRI WAS SHALATI WAINNAHU LAKABIRATUN ILLA ALAL HASIRIN,” Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu dan sesungguhnya yang demikian itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang khusuk. (QS.AL-BAQARAH : 45). Sehingga Nabi / Rasul bersabda : ‘ ASHALATU MIFTAHU KULLI HAIRIN “ Artinya : Shalat adalah kunci dari segala kebaikan. Jadi bila ada orng shalat masih berbuat maksiat,berarti shalatnya perlu dipertanyakan ! Orang-orang seperti inilah dikategorikan perusak Islam,yaitu. 1. Melakukan sesuatu tanpa diketahuinya (tanpa dimengerti) maknanya. 2. Diketahuinya yang benar tapi tidak dikerjakannya. 3. Tidak diketuinya (tidak di mengerti) tapi tidak mau belajar dan bertanya. 4. Mencela orang yang berbuat baik (ibadah kepada Allah),orang berzikir atau shalat karena tidak sama dengan dia mlah difitnah padahalkan dia tidak punya ilmu alias tidak mengerti,tidak paham bagaimana caranya beribadah dengan benar sesuai Rukun. Yang membatalkan shalat ada 12 Perkara : 1. Sengaja berbicara 2. Bergerak yang bukan gerakan shalat berturut-turut 3 kali. 3. Berhadats kecil atau besar 4. Terkena najis 5. Terbukanya Aurat dengan sengaja 6. Berubah Niat 7. Membelakangi Kiblat 8. Makan atau minum dengan sengaja walaupun sedikit 9. Tertawa terbahak-bahak 10. Murtad 11. Meninggalkan salah satu rukun dengan sengaja 12. Mendahului Imam sebanyak 2 Rukun HAKEKAT RUKUN SEMBAHYANG (13 PERKARA) IALAH : Mengandung makna hakekat sendi-sendi besar yang bergerak pada tubuh manusia, yaitu : 1. Sendi Tengkuk 2. Sendi bahu kanan 3. Sendi lengan kanan 4. Sendi tangan kanan 5. Sendi bahu kiri 6. Sendi lengan kiri 7. Sendi tangan kiri 8. Sendi paha kanan 9. Sendi paha kiri 10. Sendi lutut kanan 11. Sendi kaki kanan 12. Sendi kaki kiri 13. Sendi lutut kiri Bergeraknya 13 sendi-sendi besar didalam tubuh,membuat badan menjadi sehat Niat senbayang dibagi empat : 1. Niat Basitah 2. Niat Tauzi’iyah 3. Niat Hurupiah 4. Niat Kamaliyah Niat yang batal Tidak ada dasar hukumnya, hanya kesepakatan Ulama. 1. Niat Basitah Artinya terhampar,mu7lai dari usalli lalu diartikan didalam hati. 2. Niat Tauzi’iyah ialah mengartikan dalam satu kalimat Contoh : Usalli fardal juhri Arba’araka atin lillahi ta’ala (tidak diartikan didalam hati 0. 2 Niat Yang Syah : Niat hurupiah ialah : Menghandirkan zat shalat dulu sedikit sebelum takbiratl ikhram. Zat shalat ialah Qalbu atau hati. Dasar hukumnya hadits Nabi “LA SHALATAN ILLA BIHUDURIL QALBI” Artinya : Tidak syah shalat kalau tidak hadir Qalbu / hatinya. Niat Hurupiah ini ada 3 yaitu : 1. Dani yaitu Roh Tabi’i 2. Usto’ yaitu Roh ‘Idafi 3. Kasui yaitu Roh Rohani yang lebih tinggi dari Dani dan Usto’ 2. Niat Kamalia yaitu : Niat para Nabi / Wali artinya mulailah Niat yang syah itu dari huruf Alif Allah dan diakhiri dengan Allahu Akbar. Roh Rabbani.Alif Allah ialah Qalbu. Jadi berdasarkan Niat tersebut diatas yang shalat itu sebenarnya Roh kita,maka Niatnya juga harus Niat Roh yaitu Buka hakekat,Menyamakan alam. Roh / nyawa berasal dari Allah,kembali kepada Allah Badan / Jasad berasal dari tanah kembali ketanah. Pertanyaannya : Bagaimana caranya buka hakekat ? Belajar pada orang yang ahli dibidangnya,karena tidak bisa dijelaskan pada tulisan ini. Dalil yang mendukung 2 Niat yang syah : 1. Awwaluddin Ma’rifatullah artinya : Awal agama mengenal Allah (Hadits Qudsi) 2. Layasul shalat illa bin ma’rifat artinya :Tidak syah shalat tanpa mengenal Allah (Hadits Qudsi) 3. La shalatan Bi Huduril Qalbi artinya :Tidak syah shalatnya kalau tidak hadir hatinya atau Qalbunya.(Hadits Qudsi) 4. W Qalbi Mu’minin Baitullah artinya : Jiwa (hati) orang Mu’min itu rumah Allah (Hadits Qudsi) 5. Wafi ampusikum afala tubsirun artinya : Aku ada didalam jiwamu (hatimu) mengapa kamu tidak melihat (QS.ZARIAT 21). 6. Man Arafa Nafsahu Faqad Arafa Rabbahu artinya : Barang siapa mengenal dirinya dia akan mengenal Tuhan-nya.(Hadits Qudsi) 7. Lat5ak budu Rabbana lam yarah artinya : Aku (Saidina Ali) tidak menyembah Allah bila aku tidak melihatnya. (Hadits Qudsi) 8. Wakulu man Birairi Ilmin Ya’malu akmaluhu Mardudatun Latak balu artinya : Setiap orang dengan tanpa ilmu dia beramal, maka amal-amalnya ditolak,tidak diterima (Hadits Qudsi) 9. Fas’alu ahlaz zikri inkuntum latak lamun artinya : Bertanyalah kepada orang mempunyai pengetahuan (ilmu) atau pada ahlinya jika kamu tidak mengerti/tidak mengetahui.(QS.AN-Nahl 43) 10. Dan seterusnya………banyak lagi dalil-dalil yang mendukung 2 Niat yang syah tersebut diatas. Nabi Bersabda : Bismillahirahman Nirrahim “INNA AURAMA YANJURU MIN AKMALIHIS SHALAT PA’IN ZAJAT LAHU NUJIRA FISA IRI AKHMALIHI WAINLAM TAJUD LAHU YANJURU FISAI IN MIN AKHMALIHI BAKDA” Artinya : Sesungguhnya yang mula-mula dilihat oleh Allah dari amal perbuatan dari anak manusia adalah shalatnya. Apa bila shalatnya sempurna maka diterimalah shalatnya itu dengan amal-amal yang lain. Jika shalatnya tidak sempurna maka ditolaklah shalatnya itu dengan amal-amal yang lain. (HR,Al-Hakim). “YAKTI ALANNAASI ZAMANU YUSALLUUNA WAYA TUSALLUUN “ Artinya : Akan datang kepada manusia suatu zaman ,banyak yang shalat padahal sebenarnya mereka tidak Shalat (HR.Ahmad). PAWAILUL LIL MUSALLIN……..Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. ALLAZINAHUM AN SHALATIHIM SAHUN …….(yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS>Al-Maun 4,5) QAD AFLAHA MAN TAJAKKA, WAJA KARAS MARABBIHI FASHALLAH Artinya :Sesungguhnya berbahagialah orang-orang yang selalu mensucikan dirinya (jiwanya). Dan ia ingat nama Tuhannya lalu ia shalat.(AL-A’LQA 14,15). MANUSIA Tatkala manusia dilahirkan kedunia, Bayi itu menangis dan tangisan tersebut mengandung makna sebagai berikut : 1. Tangisan pertama manusia itu merasa berat bebannya karena harus menanggung Rahasia Allah (Nyawa/ Roh). 2. Tangisan kedua manusia merasa gembira karena telah dilahirkan kedunia dan menjadi mahluk yang termulia. Bayi yang berumur satu hari membawa kalimah pikun ( ) dan ketika Bayi mulai ketawa Ahmad Namanya. Kemudian masa genggaman tangan mulai terbuka Muhammad Namanya ( ) sampai akil Baliqh,namanya muhammad Dan pada masa akil Baliqh inilah segala perintah Allah wajib baginya. Manusia atau Insan terdiri dari : 1. Jasmani atau Jasad Kasar 2. Rohani atau Jasad Halus Jasmani atau Jasad kasar ini dinamakan Muhammad. Sedangkan Rohani atau Jasad Halus dinamakan diri Bhatin atau Roh atau diri Rahasia Allah. Tanpa diri bhatin atau Roh manusia itu disebut mayat. Jadi yang dinamakan manusia itu karena dia menanggung Rahasia Allah (nyawa/Roh). Karena manusia menanggung Rahasia Allah (diri Bhatin/Nyawa/Roh)maka manusia harusberusaha mengenal dirinya yaitu diri yang sebenar-benarnya diri dan dengan mengenal dirinya manusia akan mengenal Tuhannya,Sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada yang punya diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT yaitu tatkala berpisah antara Roh/Nyawa dengan Jasadnya. Manusia akan berguna disisi Allah jika ia dapat menjaga Rahasia Allah (Nyawa/Roh) yaitu diri yang sebenar-benarnya diri. Sehingga sembahyang itu bukan berarti menyembah,tapi suatu istiadat penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita tiu hany6alah diri Allah semata . Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung Rahasia Allah SWT.dan tiada sesuatu pada diri kita hanya Rahasia Allah semata,serta tiada sesuatu yang kita punya kecuali Hak Allah semata. Fiaman Allah Dalam Al-Qur’an Surat AL-AHZAB 72 “INNA ‘ARADNAL AMANATA ‘ALAS SAMAWATI WAL ARDI WAL JIBAL. FA ABAINA ANYAH MIL NAHA WA’ASFAKNA MINHA WAHAMALAHAL INSANU” Artinya : “Sesungguhnya kami (Allah) lelah menawarkan suatu amanat kepada langit, Bumi, dan Gunung-gunung tapi mereka enggan menerimanya (Memikulnya) karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya”. Dan karena Firman Allah inilah kita mengucap “ASHADU ALLAA ILAA HA ILALLAH, WA ASHADU ANNA MUHAMMAD DARRASULULLAH”. Artinya :Kita bersaksi dengan diri kita sendiri,bahwa tiada yang nyata pada diri kita hanya Allah SWT. Semata, dan tubuh zahir kita (Muhammad) sebagai tempat menangggung Rahasia Allah. ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA SYAIDINA MUHAMMAD WA’ALA ALI SYIDINA MUHAMMAD. KAMA SALAITA ‘ALA SYAIDINA IBRAHIM,WA’ALA SYAIDINA IBRAHIM,WABARIK ‘ALA SYAIDINA MUHAMMAD,WA’ALA SYAIDINA MUHAMMAD,KAMA BARAKTA ‘ALA SYAIDINA IBRAHIM,WA’ALA SYAIDINA IBRAHIM.FIL ALAMIN INNAKA HAMIDUN MAJID. Dasar Hukumnya. AL-QUR’AN Surat AL-ZARIYAT 21. WA FII ANFUSIKUM AFA LAA TUBSHIRUUN. Artinya : “Aku (Allah) ada pada dirimu (Jiwamu) mengapa kamu tidak memperhatikan.(tidak melihat). WALIL LAHIL ASMA’UL HUSNA FAD ‘UHU BIHA. Artinya : “Hanya milik Allah Asma’ul Husna,maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna itu (QS.AL-ARAF 180). INNAMA YATAZAK KARU ULUL-ALBAB Artinya : “ Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran ini. (QS.AR-RADU 19). ALLAZINA YUFUNA BI’AHDILLAHI WALA YAN QUDUNAL MISAQ Artinya : “(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji.(QS.AR-RADU 20). Berdiri menyaksikan diri sendiri, kita bersaksi dengan diri kita sendiri, bahwa tiada yang nyata pada diri kita… hanya diri bathin (Allah) dan diri zahir kita (Muhammad) adalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah SWT. Hal ini terkandung dalam surat Al-Fatehah yaitu : Alhamdu (Alif, Lam, Ha, Mim, Dal) Kalimat alhamdu ini diterima ketika rasulullah isra’ dan mi’raj dan mengambil pengertian akan hakekat manusia pertama yang diciptakan Allah SWT. Yaitu : Adam AS. Tatkala Roh (diri bathin) Adam AS. Sampai ketahap dada, Adam AS pun bersin dan berkata alhamdulillah artinya : segala puji bagi Allah Apa yang di puji…. Adalah : zat (Allah) , Sifat (Muhammad), Asma’ (Adam) dan Af’al (Manusia): Jadi sembahyang itu bukan sekali-kali berarti : Menyembah, tapi suatu istiadat penyaksian diri sendiri dan sesungguhnya tiada diri kita itu adalah diri Allah semata.Kita menyaksikan bahwa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahasia Allah SWT. Dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahasia Allah semata serta.. tiada sesuatu yang kita punya : kecuali Hak Allah semata. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ahzab 72 Inna ‘aradnal amanata ‘alas samawati wal ardi wal jibal. Fa abaina anyah milnaha wa’asfakna minha wahamalahal insanu. Artinya : “sesungguhnya kami telah menawarkan suatu amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung tapi mereka enggan menerimannya (memikulnya) karena merasa tidak akan sanggup, lantas hanya manusia yang sanggup menerimanya” Dan karena firman Allah inilah kita mengucap : “Asyahadualla Ilaaha Illallah Wa Asyahadu Anna Muhammadar Rasulullah” Yang berarti : Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya Allah Semata dengan tubuh zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya sampai dengan tanggal yang telah ditentukan. Manusia akan berguna disisi Allah jika ia dapat menjaga amanah Rahasia Allah dan berusaha mengenal dirinya sendiri. Karena bila manusia dapat mengenal dirinya, maka dengan itu pulalah ia dapat mengenal Allah. Hadits Qudsi…. “MAN ARAFA NAFSAHU FAKAT ARAFA RABBAHU” Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Allah ALIF ITU ARTINYA : NIAT SEMBAHYANG LAM ITU ARTINYA : BERDIRI HA ITU ARTINYA : RUKU’ MIM ITU ARTINYA : DUDUK Perkataan pertama dalam sembahyang itu adalah : Allahu Akbar (Allah Maha Besar) Perkata ini diambil dari peringatan ketika sempurnanya roh diri Rahasia Allah itu dimasukkan kedalam tubuh Adam AS. Adam AS. Pun berusaha berdiri sambil menyaksikan keindahan tubuhnya dan berkata : Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Dalam sembahyang harus memenuhi 3 syarat : 1. Fiqli (perbuatan) 2. Qauli (bacaan) 3. Qalbi (Hati atau roh atau qalbu) Mengapa kita sembahyang sehari semalam 17 rakaat : Adalah mengambil pengertian sebagai berikut : Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah 1. Ah Itu Menandakan Sembahyang Subuh Rakaat Yaitu Zat Dan Sifat 2. Allah Itu Menandakan Sembahyang Zohor Rakaat Yaitu : Wujud, Alam, Nur Dan Shahadat. 3. Muhammad Itu Menandakan Sembahyang Asar Rakaat Yaitu : Tanah, Air, Api, Dan Angin 4. Adam Itu Menandakan Sembahyang Maghrib Rakaat Yaitu : Ahda, Wahda, Dan Wahdia 5. Hawa Itu Menandakan Sembahyang Isya Rakaat Yaitu : Mani’, Manikam, Madi, Dan Di MENGAPA KITA SEMBAHYANG SEHARI SEMALAM 17 RAKAAT : Adalah mengambil pengertian sebagai berikut : Hawa, Adam, Muhammad, Allah dan Ah ( ) 1. AH ( ) itu menandakan sembahyang subuh.......”2”rakaat yaitu…Zat dan Sifat 2. ALLAH itu menandakan sembahyang Zohor “4” rakaat yaitu :Wujud,Alam,Nur dan Syahadat. 3. MUHAMMAD itu menandakan sembahyang Asar “4” rakaat yaitu : Tanah,Air,Api dan Angin. 4. Adam itu menandakan sembahyang Magrib “3” rakaat yaitu :Ahda,Wahda,dan Wahdia. 5. HAWA itu menandakan sembahyang Isya “4” rakaat yaitu : Mani,Manikam,Madi dan DI. MENGAPA KITA MENGUCAP DUA KALIMAH SYAHADAT 9 KALI DALAM 5 WAKTU SEMBAHYANG Sebab diri bathin manusia mempunyai 9 wajah. Dua kalimah syahadat pada : 1. Sembahyang SUBUH 1 kali itu memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIRUSIR (Rahasia didalam Rahasia) 2. Sembahyang ZOHOR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat SIR dan AHDAH 3. Sembahyang ASAR 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat WAHDA dan WAHDIA 4. Sembahyang MAGHRIB 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat AHAD dan MUHAMMAD 5. Sembahyang ISYA 2 kali memberi kesaksian pada wajah kita pada martabat MUSTAFA dan MUHAMMAD MENGAPA KITA HARUS BERNIAT DALAM SEMBAHYANG Karena : niat itu merupakan kepala sembahyang. Hakekat niat letaknya pada martabat alif dan ataupun kalbu manusia didalam sembahyang itu kita lapazkan didalam hati : Niat sbb : “aku hendak sembahyang menyaksikan diriku karena Allah semata-mata.” Dalilnya : 1. LA SHALATAN ILLA BI HUDURIL QALBI Artinya : Tidak Sah Shalat Nya Kalau Tidak Hadir Hatinya (Qalbunya) 2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFATULLAH Artinya : Tidak Syah Sholat Tanpa Mengenal Allah 3. WAKALBUL MU’MININ BAITULLAH Artinya : Jiwa Orang Mu’min Itu Rumahnya Allah 4. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya : Aku (Allah) Lebih Dekat Dari Urat Nadi Lehermu 5. IN NAMAS SHALATU TAMAS KUNU TAWADU’U Artinya : Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhannya Adalah Cinta. Cintailah Allah Yang Karena Allah Engkau Hidup Dan Kepada Allah Engkau Kembali. (H.R. Tarmizi) 6. AKI MIS SHALATA LI ZIKRI Artinya : Dirikan Shalat Untuk Mengingat Allah (QS. Taha : 145) Sedangkan : 1. Al-Fatehah ialah merupakan tubuh sembahyang 2. Tahayat ialah merupakan hati sembahyang 3. Salam ialah merupakan kaki tangan sembahyan HAKEKAT AL-FATEHA DALAM SHALAT 1. Membersihkan hati dari syirik kepada Allah SWT 2. Mengingat kita bahwa tubuh manusia itu mempunyai 7 lapis susunan jasad yaitu : 1. Bulu 2. Kulit 3. Daging 4. Darah 5. Tulang 6. Lemak 7. Lendir 3. 7 ayat dalam Al-Fatehah merupakan tawaf 7 kali keliling ka’bah. HAKEKAT ALLAHU AKBAR DALAM SHALAT IALAH : “Mengambil magna ucapan Nabi Adam AS. Ketika berdiri menyaksikan dirinya sendiri dan Nabi Adam AS. Mengucap kalimah Allahu Akbar. Peristiwa ini merupakan tajali (perpindahan) diri rahasia Allah sehingga dapat di tanggung oleh manusia dengan 4 perkara yaitu : 1. Wujud 2. Ilmu 3. Nur 4. Syahadat Perkataan Allah pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat zat sedangkan perkataan “Akbar” pada Allahu Akbar mengandung magna atau martabat : sifat. Jadi zat dan sifat itu tidak boleh berpisah, zat dan sifat sama-sama saling puji memuji DALAM SHALAT ITU JUGA MENGANDUNG HAKEKAT ZAKAT. Hakekat zakat dalam shalat ialah : Mengandung makna “ Pembersih hati “ dari pada syirik kepada Allah SWT. “ Iiya Kanak Budu Wa Iiya Kanasta’in” Hanya kepada Allah lah aku menyembah dan hanya kepada Allah lah aku mohon pertolongan HAKEKAT PUASA DALAM SHALAT : 1. Tidak Boleh Makan Dan Minum 2. Mata Berpuasa 3. Telinga Berpuasa 4. Kulit Berpuasa 5. Hati Berpuasa SHALAT 5 WAKTU BERASAL DARI HURUF : ALIF, LAM, HA, MIM, DAL “ALHAMDU “ • Alif = Subuh = Syahadat = Allah = Niat = Alif Ha Mati • Lam = Zohor = Sembahyang = Api = Berdiri = Allah • Ha = Asar = Puasa = Amgin = Rukuk = Muhammad • Mim = Magrib = Zakat = Air = Sujud = Adam • Dal = Isa = Haji = Tanah = Duduk = Hawa Takbiratul Ihram Bahwa takbir engkau dengan syah lagi jasan yakni yaqin. Bahwa adalah hatimu itu hadir dengan Allah ta’ala yakni ingat kepada allah ta’ala ….maka takbir engkau serta membenarkan Allah ta’ala Takbir enkau itu menjauhi apa yang dilarang Allah SWT. Bahwa diwaktu mengangkat takbir itu tempat perhimpunan dari pada”LA ILAHA ILLA ALLAH” yaitu pandangan kita hanya kepada Allah semata-mata.artinya diri kita itu fana sekali-kali tidak mempunyai……..melainkan hanya Ujud Allah jua adanya. Sembahyang-mu itu dikerjakan dengan khusyu’ artinya tetap hatimu menghadap kepada Allah ta’ala fan tetap angota jangan bergerak yang sia-sia. Hendaklah sembahyangmu itu ikhlas artinya bersih amal ibadat kita semata-mata karena Allah ta’ala. Sujud engkau itu,munajat artinya berkata-kata dengan Allah ta’ala didalam sembahyang – pada ……rasanya didalam rahasia hatinya …….itulah orang munajat dihadirat Allah Ta’ala. Dan Takbir engkau itu…hadir hatimu kepada Allah Ta’ala. Hadir artinya tiada berpaling kepada sesuatu didalam sembahyangnya. Zat wajibal wujud qadim yang disembah Harap karunia ampun,rahmat dari pada Allah LA ILAHA ILALLAH : Bagi Ruhul Hayat MUHAMMAD DARRASULULLAH : Bagi Tubuh Insan Kamil. Ruhul Hayat itu artinya Allah Ta’ala tajallia kepada Hayat. Tubuh Insan Kamil itu artinya Tubuh Insan yang sempurna atau Tubuh Muhammad yang sempurna. Muhammad itu tiada jua sifat kebesaran,keelokan dan kesempurnaan.Sabda Nabi SAW. Artinya : Barang siapa yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja maka sesungguhnya kafir yang nyata. Ini adalah keterang dari pada mengenal jalan atau Aqidatun Rajih. Caranya kita hendak mengangkat Takbiratul Ihram yaitu kita tarik nafas kita dengan HU (haqiqatnya Aku (Aku-Besar-Allah) masuk kedalam,setelah itu angkat Takbir”Allahu Akbar” dengan qashad,Ta’aradl dan Ta’ayyin,- (tubuh hati-ruh). Dan didalam kita mengucapkan Takbir itu,diri kita fana dalam kalimah LA ILAHA “ALLAH”.tidak ada pengakuan kita,artinya fana hanya Allah Ta’ala semata-mata bukan kita,karena kita ini hamba. Tatkala kita mengangkat Takbir ingat akan Zat-Alif. Tatkala kita ruku’ ingat akan Sifat-Lam Awwal. Tatkala kita I’tidal ingat akan Asma’-Lam Akhir. Tatkala kita Sujud ingat akan Af-al-Ha. Zat-Alif Sifat-Lam Asma’-Lam Af-al-Ha Adapun Alif itu,ibarat Zat Allah menjadi Rahasia kepada Muhammad menjadi cahaya kepada kita Adapun Lam Awwal itu,ibarat sifat Allah,menjadi rupa kepada Muhammad menjadi tubuh kepada kita. Adapun Lam Akhir itu,ibarat Asma’ Allah,menjadi ilmu kepada Muhammad menjadi iman kepada kita. Adapun Ha itu,ibarat Af-al Allah,menjadi kelakuan kepada Muhammad,menjadi hati kepada kita. Maka Hu itu artinya Akulah Allah. Zat-Ma’rifat Sifat-Haqiqat Adapun Zat itu nyata Adapun Sifat itu nyata kepada Ma’rifat. kepada Haqiqat. Asma’-Thariqat Af-al-Syariat Adapun Asma itu nyata Adapun Af-al itu nyata kepada Thariqat. kepada Syariat. Adapun Syariat itu nyata pada kelakuan Tubuh Insan Adapun thariqat itu nyata kepada kelakuan Hati Insan Adapun Haqiqat itu nyata kepada kelakuan Nyawa Insan Adapun Ma’rifat itu nyata pada kelakuan Pu’ad (jantung) Zat-Ma’rifat Rahasia ( Min-Zat ) Sifat-Haqiqat Nyawa ( Ha-Sifat ) Asma’-Thariqat Hati ( Mim-Asma’) Af-al-Syariat Tubuh ( Dal-Af-al ) Yang dinamakan hamba itu,oleh Allah SWT.adalah Muhammad,karena Muhammad itulah yang menpunyai : Tubuh – Hati – Nyawa – rahasia. Muammad itu hamba,artinya ilmunya :Rahasia Allah. Bermula haqiqat takbir itu,hendaklah kita hadirkan mata hati dengan Musyahadah kepada zat Allah terlebih dahulu/sebelum mengangkat takbiratul ihrak,maka hendaklah kita tetapkan segala kehendak hati,Ruh,dan perasaan kita untuk tawajuh (menghadap) dan liqa’ (menemui) Allah SWT. Bila sudah demikian,baru kita kata usalli…dan sudah mengembalikan/menyerahkan amanat Allah Ta’ala yang ada pada kita,yakni ujud kita yang kasar ini (baharu) dan yang menanggung amanat yaitu diri kita yang bathin.Adapun amanat itu kita serahkan kepada pemilik amanah yakni Allah SWT.itulah sebabnya kita disebut Ummat Muhammad SAW yang ditanyai mengenai amanat Allah Ta’ala itu seperti firmannya : Artinya : Bahwasanya Allah Ta’ala memerintah kepadamu sekalian untuk mengembalikan amanat itu kepada pemiliknya Dengan dikembalikan/diserahkannya amanat Allah itu kepada pemiliknya yaitu Allah ta’ala itu sendiri,maka jadilah fana/lebur/hilang/karam sekalian sifat tubuh kita didalam laut “Ruh Bahrul Qadim”adapun yang tinggal ketika itu hanya sifat Ruh semata-mata,dan itulah Ruh ilmu Allah,kemudian,kita katakan Allahhu Akbar. Itulah yang dinamakan lebur/karam kehambaan diri kita (Fana Fillah) kedalam ke-Baqaan Allah,dimana nyata keadaan zat Allah semata-mata. Inilah yang harus kita syuhudkan sampai kepada salam. Maka janganlah kita lalai dari paenjelasan ini-yang artinya syuhud itu,dipancang dengan mata hati itulah pengetahuan zat dan ilmunya dan sebenar-benar ilmunya itu,iman kepada kita dan sebenar-benar Sir-Allah itu,cahaya kalam Allah yang tidak berhuruf,tidak bersuara yaitu ujud zat yang mutlak,seperti yang tersebut dalam Hadits Qudsi : Artinya : tidak bersuara,tidak berhuruf dan tiada bertempat/berbekas. Firman Allah dalam Al-qur’an : Artinya :Apakah mereka itu dijadikan bukan dari sesuatu atau mereka yang menjdikan mereka,dan bukanlah Aku yang menjadikan mereka. Hendaklah takbir kita itu,dengan syah lagi jazam yakni yaqin.hati kita hadir dengan Allah Ta’ala,yakni ingat kepada Allah maka takbir kita serta membesarkan Allah Ta’ala.pada waktu mengangkat takbir itu,menjadi tempat perhimpunan pada kalimah La Ilaha Illa Allah : yang kita pandang hanya Allah semata-mata artinyakita fana sekali-kali tidak ada,yang ada hanya Ujud Allah semata. Caranya adalah,sebelum mengangkat takbiratul ihram kita tarik nafas dengan Hu haqiqatnya Aku Allah Akbar yang lain semua kecil.sesudah itu di angkat takbiratul ihram “Allahu Akbar” dengan qasat,ta’aradh,ta’ayyin (tubuh hati Ruh). ARTI SURAH AL-FATEHA : Bismilah : Allah menamai akan dirinya Arrahman : Ya Muhammad aku menciptakan engkau. Arrahim : Ya Muhammad aku menhatakan Rahasiaku kepadamu Alhamdulillahi : Ya Muhammad,sembahyangku itu ganti sembahyangmu untuk memuji diriku. Rabbil Alamin : Ya Muhammad,aku tau yang lahir dan yang bathin. Arrahmannirrahim : Ya Muhammad,Yang membaca fateha itu aku dan sembahyang itu aku memuji diriku. Maliki Yaumiddin : Ya Muhammad,Aku Tuhan yang maha besar pada isi sekalian alam,kamu ganti kerajaanku. Iyya Kana’ Budu : Ya Muhammad,tiada lain yang sembahyang itu melainkan aku memuji diriku. Waiyyakanas Ta’in : Ya Muhammad,yang ghaib aku jua tiada aku engkau ganti kerajaanku. Ihdinasshirathal Mustaqim : Ya Muhammad,tiad yang tau………engkau jua yang mengetahui aku. Shiratallazi Na’an Amta’Alaihim : Ya Muhammad,tiada murka aku kepadamu,tiada nyata aku jika tiada engkau. Waladdhallin : Ya Muhammad,jika tiada kasihku tidak ada engkau dan tiada Rahasiaku sekaliannya. Amin : Ya Muhammad,adamu itu ganti rahasiaku. ARTI SURAH AL-IKHLAS : Qul Huwallahu Ahad : Aku nyata dengan dirimu. Allahus shamad : Aku jadi penolong dunia dan akhirat Lam Yalid Walam Yulad : Aku Esa Ghaib kepadamu. Walam Yakul Lahu Kupuan Ahad : Aku nyata dengan dirimu Kiblat Pertama : Kiblat kearah tenggelamnya arah matahari,masuk pada Syariat. Kedua : Kiblat I’tiqat hati berbetulan dengan Baitullah,masuk kepada Thariqat. Ketiga : Kiblat I’tiqat hati berbetulan dengan Baitul Ma’mur,masuk kepada Haqiqat. Keempat : Kiblat I’tiqat hati seakan-akan menghadap muka (wajah) kita kepada Allah Ta’ala masuk kepada Ma’rifat Kamalul Yaqin Adapun keterangan yang lebih jelas yang menentuka bahwasanya Muhammad itu tiada mempunyai sesuatu hanya sekedar nama jua,adalah seperti tersebut dibawah ini : Adapun yang dikatakan Rahasia Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 5 (lima) Sifat Allah yang dinamakan : Ujud – Qidam – Baqa – Mukhalafatuhu Lil Hawadits – dan Qiamuhu Ta’ala Binafsihi : yaitu kaliamah:La. Adapun yang dikatakan Nyawa Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 6 (enam) sifat Allah dinamakan kalimah : Ilaha yaitu: Sama’- Bashar – Kalam – Sami’un – Basirun – dan Mutakalimun.yaitu kalimah : Ilaha Adapun yang dikatakan Hati Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 4 (empat) sifat Allah yang dinamakan Illa yaitu : Qudrat – Iradat – Ilmu – dan Hayat,yaitu kaliamah Illa. Adapun yang dikatakan Tubuh Muhammad itu,sebenarnya tiada lain dari pada kezahiran 5 (lima) sifat Allah yang dinamakan kalimah Allah yaitu : Qadirun – Muridun – Alimun – Hayyun – dan wahdaniyat,yaitu kalimah: Allah. Jadi jelas bahwa Muhammad itu adalah sifat Allah jua.yaitu sifat kebesaran,keelokan,dan kesempurnaan yaitu yang dinamakan dengan kalimah tauhid artinya Esa. Kalimah yang mulia yaitu : “ LA ILAHA ILLA ALLAH “ artinya tiadfa yang terdahlu hai Muhammaad dan tiada yang terkemudian ya Muhammad malainkan tiap-tiap sesuatu itu beserta Allah. Maka wajiblah diketahui maksudnya kalimah yang itu,supaya menjadi tauhid dan Ma’rifat. Adapun kalimah “ La Ilaha Illa Allah “ itu terbagi dua: pertama La Ilaha-dan kedua Illa Allah. Adapun La Ilaha itu,sifat kekayaan yang tiada ad kekurangan yang maih berkehendak yaitu Muhammad. Kemudian hendaklah kita ketahui,yang bernama Muhammad itu,apa oleh Allah Ta’ala – dan yang bernama Alllah Ta’ala itu,apa oleh Muhammad ….supaya benar-benar bisa menjadi tauhid pada kalimah yang muliaitu adanya. Adapun itu,hamba artinya hamba itu,Ilmu-nya Rahasia-nya oleh Allah Ta’ala: karena Allah itu nama bagi zat yangWajibal Wujud dan mutlak,yakni bathin Muhammad dan Ta’ala itu adalah nama bagi sifat,yakni zahir Muhammad. Jadi jelaslah – zahir dan bathin Muhammad itulah yang bernama Allah Ta’ala.dengan demikian,maka patutlah kalimah yang mulia itudinamakan kalimah tauhid artinya kalimah Esa yaitu: La Ilaha Illa Allah,maka kalimah yang mulia ini pertemuan hamba dengan Tuhan-nya. Lagi pula,kalimah yang mulia ini – diumpamakan sebesar-besar dan selebar-lebar gedung perhimpunan segala Rahasia,segala Ruh,segala Nyawa,segala Ilmu,serta isinya Islam dan Iman,segala tauhid dan ma’rifat,yang kesemuanya itu adalah terhimpun didalam kalimah yang mulia itu adanya. “La Ilaha Illa Allah” pada Ma’rifat artinya Tiada ada Ujud sesuatupun melainkan Allah jualah yang Maujud Nafsu Suatu perlakuan naluri manusia yang mendorong manusia berperilaku menyimpang yang bertentangan dengan syariat dan hakekat Allah SWT. Karena nafsu itu merupakan tahap hijab yang harus ditembus atau dipecahkan oleh seorang anak manusia untuk mengenal dirinya dan mengenal Tuhannya. Tanpa memecahkan dinding hijab ini manusia tidak mungkin dapat kembali kepada Tuhannya semasa hidupnya didunia atau mematikan dirinya sebelum mati. 7 martabat nafsu 1. NAFSU AMARAH 2. NAFSU LAWAHMAH 3. NAFSU MULHAMAH 4. NAFSU MUTMAINAH 5. NAFSU RADIAH 6. NAFSU MARDIAH 7. NAFSU KAMALIAH WALAKAT HALAKNA PAUKA KUM SAB’ATARA-IKA Artinya : Kami telah menciptakan dirimu tujuh jalan (nafsu) (Q.S. Al-Mu’minun : 17) Memancarnya suatu nur didalam Jantung itulah yang dinamakan kalbu. (Iman) Setelah memecahkan dinding hijab yang disebut Nafsu Amarah Innan Nadsa la-am maratun bissu-i Artinya : Sesungguhnya nafsu amarah itu senantiasa menyuruh berbuat jahat. (Q.S. Yusuf 53) Sakaratul Maut CIRI-CIRI DATANGNYA SAKRATUL MAUT 1. Tubuh halus kita akan dikosongkan dari Rahasia Allah. 2. Ilmu milik Allah akan pergi mendahului kita 3. Tubuh halus kita akan menjadi cahaya hidup kita,bagi manusia yang menggunakan rahasia yang tersembunyi untuk mengenal Allah. 4. Ada yang bergerak di sum-sum tulang belakang 5. ada yang bergerak didasar pusat (pusar) 6. Tubuh dalam keadaan lemah/loyo 7. Ubun-ubun akan bergetar 8. Hati dalam keadaan kosong 9. ada yang datang untuk menguji kita : • Orang alim atau Ulama • Nenek-Nenek • Ibu dan Bapak kita • Orang yang hitam menyeramkan • Malaikat Izrail. (Dengan membawa bendera putih yang bertuliskan kalimah : LA-ILAHA-ILLALLAH dengan tulisan merah) 10. Serasa diloloskan dari sarungnya ketika diusung (digotong) oleh Rahasia Allah. 11. Jasad kasar akan diam dalam keadaan sunyi dan syahdu (terbujur sendirian). 12. Ketika Roh kita sampai kepada Allah, ditanya oleh”Allah” SWT. Apakah kamu telah melaksanakan apa yang telah aku perintahkan dan kamu jauhi apa yang aku larang maka dijawab oleh Roh dengan benar,baik dan jelas. 13. Maka turunlah perintah Allah kepada Malaikat Ridwan : 1. Masukan kedalam syurga,hambaku yang suka/senang merahasiakan rahasia yang datangnya dari Allah. 2. Dijawab oleh Malaikat Ridwan,Aku dekat denganmu Ya Allah !!! Syurga mana yang harus diberikan kepada hambamu ini. 3. Kemudian turun perintah Allah,masukan kedalam syurga JANNATUL ALIA bagi hambaku yang mencintai rahasia yang aku berikan. 4. Diperintahkan lagi kepada Malaikat Ridwan,saya terima hambamu ini dan saya senang sekali untuk menjaganya. 5. Diperintahkan lagi kepada Malaikat Ridwan ! Berikan untuk menyenangkan hati hambaku ini dengan : • 40 Anak bidadari • 40 Pohon kayu dan • 4 Kelompok burung 6. Masukan kedalam syurga yang penuh isi dan indah untuk hambaku yang jiwanya suci ini. Peristiwa ini cocok, pas dan sesuai dengan firman Allah dalam Al-quran surat Al-fajar…….yang berbunyi : 1. YA-AIYATUHAN NAFSUL MUT MA’INNAH 2. ARJI’I ILA RABBIKA RADIYATAM MARDIYATAN 3. FAD HULI FI IBADI 4. WAD HULI JANNATI Artinya : 1. Hai jiwa yang suci !!!!!!!! 2. Kembali kepada Tuhanmu dengan hati yang puas dan lagi di Ridho’i-nya 3. Masuklah kedalam jama’ah hamba-hambaku 4. Dan masuklah kedalam surgaku.
RAHASIA MAKRIFATULLAH KE 13 : KITAB ILMU MAKRIFAT TO’GURU PERAMU أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله RAHASIA MAKRIFATULLAH KE 13 : KITAB ILMU MAKRIFAT TO’GURU PERAMU Manuskrip yang disebut itu tiada dicatitkan siapa pengarangnya tetapi ada disebutkan sebagai ILMU DAN MAKRIFAT TOK GURU PERAMU. Ianya ditulis dalam Bahasa Melayu lama dengan ejaan jawi lama. ( contoh ba wau mim bukan bom tetapi bumi ) Fakir tidak pasti sama ada manuskrip ini benar benar hasil karangan Tok Guru Peramu atau ditulis oleh orang lain yang merujuknya sebagai Ilmu Makrifat Tok Guru Peramu. Namun fakir membiarkan perkara penulis ini sebagai satu persoalan yang tidak dapat fakir selesaikan dan menganggapnya manuskrip itu sebagai satu bahan sumber ilmu yang bernilai yang barangkali ditulis atau bersumberkan ilmu dari Tok Guru Peramu yang terkenal itu. Namun begitu perlu ditegaskan bahawa apa apa juga pendapat, fahaman dan tafsiran manuskrip ini merupakan pendapat, fahaman dan tafsiran penulis manuskrip dan bukannya pendapat , fahaman dan tafsiran fakir. Ada juga terdapat beberapa bahagian dan tulisan khususnya ayat ayat Al-Quran dan hadith hadith yang ditulis mengikut tulisan Arab yang tidak dapat fakir masukkan dan salin kedalam entri kerana kelemahan fakir sendiri dalam perkara ini. Jadi yang diambil hanyalah terjemahan ke- Bahasa Melayunya sahaja. KESIMPULAN HATI Pertama Hati Yang Beriman Lawannya Kafir Kedua Sum’ah Lawannya Bid’ah Ketiga Hati Yang Taat Lawannya Maksiat Dan HATI inilah tempat NIAT yang menentukan SAH SOLAT atau lain lain pekerjaan. KEDUDUKAN NIAT Bahawa NIAT itu tempatnya di HATI, tidak berhuruf dan bersuara sebagai letaknya harus melaksanakan :- QASAD menunjukkan ZAT akan SIFATNYA kepada yang disifatkan TAKRID menentukan ZAT akan SISATNYA dan kepada yang disifatkan. TA’AYUN sabenar2nya AKU menyatakan DIRI AKU dalam TAUHID Takbiratul Ihram Aku kepada Sifat yang disifatkan. Maka karamlah DIRI dalam lautan tidak bertepi itu nescaya SOLAT bukan lagi ENGKAU / AKU tetapi AKU ZAT yang melahirkan Kerja Aku dalam rupaku yakni SifatKu yang nyata dalam kelakuan hambaKu. Engkau tiada UPAYA dan KEKUATAN untuk melakukan solat itu malahan engkau lakukan atas Kurniaan & Rahmat Aku semata-mata. Kenapa engkau merasa ada kewujudan dalam hidup ini sedangkan WUJUD itu adalah Aku semata-mata ? Yang mengerjakan kelakuanmu itu Aku atas Kudrat & IradatKu. Yang menentukan waktu pun Aku, Aku punya Ilmu. Tanpa itu engkau tiada hambaku. Aku sengaja menyatakan DIRIKU padamu dan Aku memuji DiriKu diatas lidahmu wahai hambaku. Jangan sekali-kali ada rasa didalam hatimu bahawa engkau mempunyai kemampuan untuk memujiKu . Ketahuilah bahawa engkau adalah hambaKu yang FAKIR berhak menerima PemberianKu. TIANG SOLAT a. HADIR HATI yakni menghadap Allah dan membuangkan segala yang GHAYR (yang lain selain Allah ) didalam solat b. KHUSU’ / TETAP HATI didalam solat yakni tidak merayau –rayau fikiran kemana mana. c. SEMPURNA bacaan FATIHAH SAH SOLAT a. Sah solat kerana SAH WUDHU’ b. Sah Wudhu kerana Sah ISTINJA c. Istinja itu membersihakan anggota badan dari berupa bentuk najis besar mahupun kecil. KESEMPURNAAN ISLAM Nota oleh Fakir – S = Soalan , J = Jawapan S Yang dikatakan ISLAM berapa kesempurnaannya ? J Tiga Perkara :- a. Diikrarkan dengan lidah b. Ditashdiqkan dalam hati c. Dikerjakan dengan anggota S Berapa tandakah yang dikatakan sesaorang itu Islam ? J Empat perkara :- a. Merendahkan diri keHadrat Allah dan sesama islam b. Suci lidah dari memakan dan meminum benda haram c. Suci lidah dari dusta dan mengumpat d. Suci badan daripada Hadath Besar S Yang dikatakan Islam berapa syarat pakaiannya ? J Empat perkara :- a. Sabar akan Hukum Allah SWT b. Ridha akan Qadha Allah SWT c. Menyerahkan Diri kepada Allah dengan tulus ikhlas d. Mengikut Firman Allah dan Hadith Nabi. S Apakah yang membinasakan Islam ? J Empat perkara :- a. Berbuat sesuatu amalan yang tiada dasar dari Islam itu sendiri b. Mencela orang berbuat baik & meringankan Hukum Allah SWT c. Diketahui tetapi tidak dibuat d. Tiada tahu tetapi malas bertanya Adapun Makrifat yang mesti diketahui itu ialah 20 Perkara terbahagi kepada 5 Bahagian....... BAHAGIAN PERTAMA :- Hendaklah diketahui 4 perkara yakni :- Pertama Allah sabelum bernama Allah apa NamaNya ? Kedua Muhammad sebelum bernama Muhammad apa namanya ? Ketiga sebelum hari yang tujuh itu apa namanya ? Keempat sebelum Waktu Yang Lima itu apa namanya waktu itu ? BAHAGIAN KEDUA Hendaklah juga kamu ketahui 4 perkara lagi. Pertama 40 hari hendak mati Kedua 7 hari hendak mati Ketiga 3 harihendak mati Keempat 24 jam sebelum mati. BAHAGIAN KETIGA Lagi 4 perkara yang perlu kamu ketahui Pertama hendaklah KENAL DIRI kamu Kedua hendaklah kenal NYAWA kamu Ketiga hendaklah kenal PENGHULU kamu Keempat hendaklah kenal TUHAN kamu BAHAGIAN KEEMPAT Hendaklah ketahui akan ZIKIR PENYERAHAN NYAWA kepada Allah . Ada 4 perkara juga. Pertama Serahkan dengan ZIKIR AF’AL yakni La Ilaha Illallah Kedua serahkan dengan ZIKIR ASMA’ yakni Allah Allah Allah Ketiga serahkan dengan ZIKIR SIFAT yakni Hu Hu Hu Keempat serahkan dengan ZIKIR ZAT yakni Ah Ah Ah BAHAGIAN KELIMA Hendaklah ketahui berkenaan RUH juga 4 perkara Pertama RUH JASMANI yaitu TUBUH kita yakni DIRI TERJALLI Kedua RUH RUHANI yaitu HATI kita yakni DIRI TERPERI Ketiga RUH IDHAFI yaitu NYAWA kita yakni DIRI YANG TERPERI Keempat RUH AL-QUDDUS yaitu RAHSIA kita yakni DIRI YANG WUJUD. MUHAMMAD.............. Adapun nama MUHAMMAD itu jadi TUBUH pada kita. Tubuh kepada Muhammad jadi NYAWA pada kita Hati kepada Muhammad jadi NYAWA kepada kita Nyawa kepada Muhammad jadi RAHSIA kepada kita. TUBUH................. Adapun yang bernama TUBUH itu PERBUATAN yang datang daripada HATI. Perbuatan Hati datang daripada Nyawa Perbuatan Nyawa datang daripada Rahsia Perbuatan Rahsia datang daripada AF’AL ALLAH. FUAD................ Adapun yang bernama MATA itu ialah untuk MELIHAT dan orang yang melihat itu tempatnya pada MATA HATI pada JANTUNG. Didalam jantung ada FUAD Didalam Fuan ada CAHAYA Didalam Cahaya ada RAHSIA Didalam Rahsia itu adalah saperti Firman Allah SWT yang berbunyi :- Al Insanu Sirri...Wa Ana Sirruhu Insan itu adalah rahsiaKu dan Akulah rahsianya. KENAPA NAMA MUHAMMAD ? ( Rahsia Muhammad ) Adapun sebab Nabi Muhammad itu bernama Muhammad kerana Kehendak Allah. Sekalian ( Keseluruhan / Semuanya ) Alam ini terjadi kerana Muhammad saperti dinyatakan didalam Hadith Qudsi :- Sekalian jadi daripadamu Ya Muhammad dan engkau jadi daripada AKU Sabda Baginda Rasul :- Aku jadi kerana Allah dan sekalian alam jadi kerana aku. RAHSIA MUHAMMAD ( Mim Ha Mim Dal ) KETERANGAN HURUM MIM AWAL MUHAMMAD ( MIM AWAL ) Pertama menunjukkan ZAT hambanya berdiri solat Kedua Tempat Makrifat tatkala Qiam Ketiga Zikir Bagi Zat yaitu ZIKIR RAHSIA Keempat tatkala itu Tuhan bernama AHDIAH Kelima semasa itu Tuhan Semata-mata . Belim ada terjadi apa apa akan masa itu bernama AH...( Alif Ha ) KETERANGAN HURUM HA MUHAMMAD ( HA ) Artinya SIFAT HAMBA yakni RUKUK dalam solat Tempat HAKIKAT yaitu Rukuk Zikir bagi Sifat yakni Nyawa Tatkala itu Tuhan bernama WAHDAH KETERANGAN HURUM MIM KEDUA MUHAMMAD ( MIM KEDUA ) Artinya ASMA’ HAMBA yaitu SUJUD dalam solat Tempat TARIQAT tatkala Sujud Tatkala itu Tuhan bernama WAHADIAH Tatkala itu Tuhan TAJALLI sabenar-benarnya meliputi NUR MUHAMMAD. Masa itu Tuhan bernama ALLAH SWT KETERANGAN HURUM DAL MUHAMMAD ( DAL ) AF’AL HAMBA yaitu DUDUK dalam solat Tempat SYARIAT yaitu tatkala dalam Duduk Zikir bagi Af’al yaitu TUBUH La Ilaha Illallah Tatkala itu Tuhan ibarat LA ( Lam Alif ) Tatkala itu bercampur RAHSIA dengan NYAWA dan ANASIR ADAM ( Alif Dal Mim ) KEJADIAN DIRI. Adapun kejadian DIRI itu terkandung dalam 20 perkara dibahagi kepada 4 bahagian Bahagian Pertama 1 Jenis ZAT Diri Wujud Rahsia Kita Alam Lahut Ruh Al-Quddus 2 Jenis SIFAT Diri Terdiri Nyawa Kita Wujud Mutlak Ruh Idhafi Alam Jabarut 3 Jenis ASMA’ Diri Terperi Hati kita Wujud Alam Ruh Ruhani Tubuh halus 4 Jenis AF’AL Diri Tajalli Jasmani Wujud Idhafi Tubuh Yang Zahir Bahagian Kedua 1 Wujud Wujud mutlak – Wujud Hakiki – Wujud Idhafi Wujud Tajalli 2 Ilmu Ilmu Hakiki – Ilmu Maklumat – Ilmu Fikir – Ilmu Ma’dom Al-Asma’ 3 Nur Nur AlHadi – Nurul quddus – Nur hadi – Nur Al-bayan 4 Suhud Suhud Al-Ain – Suhud Khadafi – Khaliq Al-Asmat Suhud Taufil Bahagian Ketiga 1 Angin Angin Niat –Angin Padtar – Angin Sarsa – Angin Serul 2 Api Al-Hayat – Al-Muja – Sajin 3 Air Maal Hayat – Maal Kus – Maal Zam Zam – Maal Hain 4 Tanah Tanah Firdaus – Tanah Tiin – Arbail baasir – Tiin Siipaab Bahagian Keempat 1 Di Jadi Ruh Masripah – Tubuh – Af’al 2 Wadi Jadi Tulang – Tariqat – Hati – Asma’ 3 Mani Jadi urat – Haqiqat – Nyawa – Sifat 4 Ma’nikam Jadi Nyawa – Makrifat – Rahsia – Zat Bahagian Kelima 1 LA ( Laf Alif ) Ucapan bagi Tubuh menjaga kulit dan bulu Qalbi kepada Baitullah 2 ILAHA ( Alif Lam Ha ) Ucaoan bagi Hati penjaga daging dan darah Qalbi kepada Baitulmakmur 3 ILLA ( Alif Lam Alif ) Ucapan bagi Nyawa penjaga urat dan tulang Qalbi kepada Arasy 4 Allah ( Alif lam Lam Ha ) Ucapan kepada Rahsia penjaga urat dan sumsum Qalbi kepada Allah KEJADIAN BENIH HU QALBI itu RABBI terdiri Aku didalam Sifat Nafsiah Aku dikandung dalam Wujud Allah La Ilaha Illallah Muhammadur Rasullullah Fi Kul Lil Maha Tiin Wa Naf Sin Aa Da Da Maa Wa Si A-Hu Il Mullah Adapun asal kejadian BENIH manusia daripada MA’NIKAM daripada Syurga, dirupakan Allah SWT turun kepada HU GHAIB rupa Allah jadi Ma’nikam rupa gilang gemilang hingga tujuh petala langit dan tujuh petala bumi - kemudian manikam itu jatuh kepada ubun ubun bapa 100 hari - kemudian manikam itu jatuh kejantung bapa 40 hari - kemudian manikam itu jatuh ke Hati Nurani Cahaya Haq 7 hari - kemudian Manikam itu jatuh TA’AYUN HATI berupa air 3 hari - kemudian manikam itu MERTABAT ZAT pada pinggang bapa 24 jam - kemudian Manikam itu jatuh kerahim ibu dengan rupa huruf ALIF - kemudian Manikam itu kepada ALAM RUH berkumpul saperti biji . Itulah sebab ia bernama Manikam - kemudian manikam bersifat ia bernama ALAM MITHAL. Ini yang bernama saperti Firman Allah : al insanu sirri wa ana sirruhu - kemudian ia menilik dirinya terlalu indah, lalu lupa kepada dirinya bila bercampur dengan darah ibunya. Maka hilanglah rupa itu dan bernama pula ia ALAM AJSAM yakni Alam Kasar. Kemudian bila sampai janji, keluarlah ia dari kandungan ibunya dan hilanglah rupa yang dilihat maka menangis ia sebab suara inilah bernama ALAM INSAN. BILA AKHIR HAYAT Bila akhir hayat kita dapati BERDENYUT-DENYUT PUSAT saperti asap serta kita mendengar ucapan :- ALASTU BI RAB BIKUM – AH ( Alif Ha ) ANA MA – KAA NA BII MAA KAA NA MASA KAA NA. Maka jawablah :- YA ANA LA ILA HA ILLALLAH – 3 kali Kemudian nampak cahaya KEBESARAN ALLAH maka kita zikir ALLAH – 3 kali Kemudian kita nampak KALIMAH ALLAH maka kita zikir HU – 3 kali Kemudian kita dengar UCAPAN TUHAN : ANA ALLAH LA ILA HA ILLALLAH ANA....serta terus kita memandang akan KEBESARAN ALLAH maka kita zikir AH – AH- AH ( Alif Ha ). Maka tamatlah riwayat kita. Ruh kembali ke Rahmatullah. Hasanul Khatimah. ALHAMDU .....( Alif – Lam – Ha – Mim - Dal ) ALIF Huruf ALIF itu WAKTU SUBUH. Nabi Adam a.s cahayanya putih. Malikatnya Jibrael Ruhani. Sahabatnya Abu Bakar & Fatimah Keluar dari huruf ALIF itu DUA RAKAAT kerana TAJALLI Tuhan dua mertabat yakni MERTABAT ZAT atau AHDIAH dan Mertabat SIFAT atau WAHDAH. Istananya dibawah susu kiri . Keluar cahaya pada dahi. Kenyataan pada kita ialah MULUT & LIDAH LAM Huruf LAM itu waktu ZUHUR. Nabi IBRAHIM cahayanya Kuning. Malaikatnya MAKRIBUN. Keluar dari huruf Lam itu empat rakaat kerana TAJALLI Tuhan WUJUD – ILMU – NUR – SUHUD. Istananya pada HATI di lambung susu kiri yaitu RUH MAZIFAH. Kenyataan pada kita ialah HIDUNG & MATA HA Huruf HA ini waktu ASAR. Nabinya Nabi Yunus a.s Cahayanya Hijau Kuning. Malikaynya MIKAIL. Sahabatnya pula ialah Omar. Keluar dari huruf HA ini empat rakaat yakni API – AIR – ANGIn – TANAH. Istanayna pada LIMPA – Nafsu Jasmani. Kenyataan pada kita ialah BAHU & DADA. MIM Huruf MIM itu waktunya MAGHRIB . nabinya ialah Nabi MUSA. Cahayanya MERAH HITAM. Malikatnya ISHDAH & WAHIDIAH. Istananya PARU – PARU Nafsunya Nafsu Haiwan. Kenyataan pada kita ialah MATA ( Cahayanya ) DAL Huruf DAL itu waktu ISYA’ Nabinya Nabi NUH. Cahayanya HIJAU HITAM. Malikatnya IZRAFIL. Sahabatnya ALI. Keluar dari huruf DAL itu 4 rakaat kerana Tajalli Tuhan DI – WADI – MANI – MA’NIKAM. Istananya HEMPEDU dari bawah lidah hingga keteklinga. Kenyataan pada kita ialah TAPAK KAKI. TEMPAT ZIKIR PADA TUBUH ZIKIR QALBI Dua jari bawah susu kiri = QALBI = HATI ZIKIR RUH Dua jari bawah susu kanan = RUH = NYAWA ZIKIR SIRR Dua jari bawah susu kiri = SIRR = RAHSIA ZIKIR KHOFI Dua jari atas susu kanan = KHOFI = TERSEMBUNYI ZIKIR AKHFA Ditengah dada = AKHFA = TERLEBIH SEMBUNYI ZIKIR NAFAS Antara 2 kening meliputi sekalian kepala ZIKIR KHALIAH Di ubun ubun meliputi sekalian jasad 20 SIFAT DI DALAM DIRI 1 WUJUD Badan Insan SIFATKU mula jadi menanggung didalam dunia 2 QIDAM RUH JASMANI kulitku mula jadi meliputi sekalian alam 3 BAQA’ RUHANI dagingku mula jadi menanggung RAHSIA didalam DIRI 4 MUKHALAFATUHU LIL HAWADITH RUH NIBATI darahku mula menjadi meliputi Alam Sendiri 5 BINAFSIHI RUH INSAN nafasku mula jadi berjalan ucapan didalam DIRI 6 WAHDANIAT RUH RABBANI hatiku asal mula jadi TAHU didalam DIRI 7 KUDRAT RUH QUDUS urat putihku yang tidak berdarah berjalan setiap dalam DIRI-ku 8 IRADAT RUH KAHFI tulangku asal mula jadi menguatkan Alam Sendiri 9 ILMU RUH IDHAFI benihku asal mula jadi YANG NYATA didalam CERMIN HAQ 10 HAYAT RUH NURANI uratku yang meliputi didalam tubuh aku yang hidup alam sendiri. 11 SAMA’ BESI KURSANI pendengaranku asal semula jadi 12 BASAR PANCARAN MA’NIKAM kalam aku berkata-kata dengan sendiri 13 KALAM RUH MA’NIKAM menzahirkan perkataan didalam dunia 14 QADIRUN WUJUD MA’NIKAM tali Ruhku KUNHI ZAT dengan Sifatku 15 MURIDUN ILMU ALLAH badanku asal mula jadi KALIMAH didalam diriku 16 ALIMUN DARJAT ALLAH kebesaranku asal mula jadi duduk didalam otak yang putih 17 HAIYUN Amalan terlebih suci ialah amalan Kalimah Aku asal mula jadi alam diriku 18 SAMIUN Bersama ZAT & SIFAT WAHDAH didalam Kalimah iman diriku 19 BASIRUN RAHSIA NYAWA dengan BADANWAHIDAH bersamalah Zat dengan badan tidak bercerai dunia akhirat 20 MUTAKALLIMUN Ghaib didalam Ka’bah Ghaib aku didalam Ka’bah Kaca Arasy yang putih titik didalam Kalimah. AWALUDDIN MAKRIFATULLAH Permulaan agama mestilah MENGENAL ALLAH. Firman allah :- Ya Muhammad kenalkanlah DIRI kamu sebelum kamu Mengenal Aku dan sebenar-benar kenal Diri kamu ialah Engakau Kenal Aku Allah juga Berfirman :- Ya Muhammad Aku jadikan baharu alam ini kerana Engkau dan Aku jadikan engkau kerana Aku. Maka engkau inilah sebenar-benarnya RAHSIA AKU. Dengan ini bererti kita mesti berpegang kepada pokok kesimpulan RAHSIANYA itu yakni kita mesti betul betul kepada pengertian dan pemahaman RahsiaNya itu dengan terang dan jelas. Marilah kita renungi Firman Firman Allah saperti berikut :- Aku tidak memandang kepada rupamu yang cantik...pengetahuanmu yang banyak jika kamu tidak Mengenal Aku maka sia sia sajalah amal kebajikan serta solat kamu yakni umpama debu yang berterbangan diudara ditiup angin Engkau itu Aku dan Aku itu engkau Oleh itu saudaraku sekalian kamu tuntutlah betul betul dan pelajarilah dengan sungguh sungguh serta kajilah dengan mendalam agar kamu DAPAT MENGENAL ALLAH dengan sebanar-benarnya. Mudah-mudahan Allah akan mengangkat Darjat kamu menjadi AHLI SUFI dan WALINYA. Sebanyak manapun kitab kita baca, kaji dan pelajari INTIPATI yang perlu kita dapat dan perolehi hanya EMPAT ( 4 ) PERKARA sahaja yaitu perkara yang membolehkan amal ibadah kita diterima dan diakui oleh Allah SWT. Perkara itu ialah :- Pertama Mengenal Allah dengan sebenar-benar pengenalan dengan bukti yang terang dan jelas. Kedua sentiasa dalam TUBUH ALLAH dengan bukti yang terang dan jelas juga. Ketiga sentiasa mendengar SERUAN ALLAH juga dengan bukti yang jelas dan terang. Keempat Datang dari Allah kembali kepada Allah dengan pedoman yang sebenar-benarnya terang dengan bukti yang jelas. Sesungguhnya keputusan perkara perkara diatas, nampaknya senang dibaca tetapi tiap tiap satu perkara diatas bukanlah mudah diperolehi pemahaman dan pegangan keimanannya walaupun kita telah membaca mengkaji banyak buku, berguru dengan ramai guru, jika kita tidak menemui / ditemukan dengan buku buku dan guru guru yang benar benar dapat memberi petunjuk untuk pemahaman kita secra terang dan jelas. RAHSIA DI DALAM DIRI Inilah pada menyatakan bahawa didalam badan manusia itu EMPAT BAHAGI yaitu :- NAFAS ANPAS TANAPAS NUPUS Sesungguhnya bagaimana rupa jasmani begitu jugalah rupa NYAWA. Manakala Nyawa itu adalah NAFAS dan TANAPAS itu saperti ANPAS. Maka keempat itu berperingkat sampai kepada NUPUS dan Nupus itu saperti rupa ZAT manakala Zat itu saperti rupa SIFAT dan Sifat itu saperti rupa ASMA’ dan Asma’ itu saperti rupa AF’AL. Dan perkara diatas diakui oleh Allah saperti FirmanNya melalui Hadith Qudsi :- QA LAL LAH HU TAALA - AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRUHI SI FATI ILLA KHAIRI LIL LAH Insan itu rahsiaKu dan Aku rahsianya. SifatKu itu Sifatnya tiada ada daripadaku melainkan Allah Taala Barangsiapa mengenal akan BADANnya ia mengenal akan NYAWAnya. Barangsiapa mengenal akan nyawanya ia akan mengenal akan SIRRnya Barangsiapa mengenal akan Sirrnya akan mengenal akan TUHANnya yang qadim adanya. Ketahuilah olehmu wahai talib – YANG KELUAR itu bernama NAFAS dan yang dinamai ANPAS itu gerak dari hidung sampai kebawah leher. Dan yang dinamai TANAPAS itu gerak dari bawah leher sampai ke hati. Yang dinamai NUPUS itu didalam Hati. Itulah HAKIKAT NYAWA. WUJUD WUJU DU KA ZAHRU WALA YUQA MU BI HI ZAHBU Barangsiapa mengadakan DUA WUJUD jadi SYIRIK ANA WUJU DA HU Ada kita dengan DIA WA NAF SUHU Ada DIA dengan sendirinya. Adapun WUJUD itu AIN ZAT artinya kenyataan kerana lafaznya dibaca itu wujud maknanya ZAT. Ini adalah kerana Wujud itu ADA. Maka yang ADA itu ZAT. Maka tiada diperoleh dengan lafaz yang lain daripada Wujud itu kerana wujudnya itu menyatakan Zatnya. Maka disebabkan itu dikatakan AIN ZAT namanya. Adapun Wujud itu artinya ADA. Apa yang dikatakan itu ada. Yang dikatakan itu ialah ZAT. Adapun Wujud ini ditilikkan pihak lafaznya SIFAT dan jika ditilik pada maananya ZAT dan apa yang dikatakan lafaz itu kerana bacaan itu Wujud ada ZAT. Inilah maananya. Adapun WUJUD DIRI SENDIRI berdiri dengan ZAT. Apa sebab dikatakan Wujud itu berdiri dengan Zat ? Sebab lafaz wujud itu ada manakala yang ADA itu ialah ZAT. PERINGATAN TENTANG SEMBAHYANG Barangsiapa menyembah NAMA TANPA MAANA bahawasanya ia KUFUR Barangsiapa menyembah MAANA TANPA NAMA bahawasanya ia MUNAFIK Barangsiapa menyembah NAMA DAN MAANA dengan HAKIKAT MAKRIFAT mereka itulah MUKMIN sabenar benarnya t Barangsiapa meninggalkan NAMA DAN MAANA bahawasanya mereka itulah ARIFBILLAH Solah Daim itu ialah solah tanpa huruf tanpa suara tanpa apa apa perbuatan. Ianya ialah kerja HAYAT atau kerja HIDUP. Yang Hidup itu ialah NURULLAH atau Nur Muhammad yakni Nyawa. PENGERTIAN ALLAH DAN NABI MUHAMMAD MUSTAFFA RASULLULLAH NABI Adapun Tubuh Nabi Muhammad itu yang zahir ialah AF’AL daripada ZAT Adapun nyawa Nabi Muhammad itu SIFAT daripada ZAT ALLAH. SIFAT Adapun SIFAT itu NYAWA kepada Muhammad MUSTAFFA - Adapun hati Mustaffa itu ASMA’ daripada ZAT ALLAH. ASMA’ Adapun ASMA’ itu Nama NamaNya. AF’AL Adapun AF’AL itu Tubuh Nabi namanya AF’AL. RASULLULLAH - Adapun Rasullullah itulah SIRR daripada ZAT ALLAH SWT. ZAT Adapun ZAT itu TUHAN, Rahsia pada Nabi, Cahaya Ilmu Kalam - SIRRULLAH namanya. Inilah kita bertuhan pada Allah dengan 4 syarat yakni :- Pertama ZAT ALLAH itu Tuhan pada kita Kedua SIFAT ALLAH itu NYAWA pada kita Ketiga ASMA’ ALLAH itu HATI pada kita Keempat AF’AL ALLAH itu TUBUH pada kita. Dan TAJALLI Af’al Allah pada Tubuh kita dan Tajalli Asma’ Allah pada Hati kita dan Tajalli Sifat Allah pada Nyawa kita dan Tajalli Zat Allah pada Sirr kita yakni sebenar-benarnya RAHSIA kita adanya. ASAL RUKUN 13 DIDALAM SOLAT. Inilah asal Rukun 13 yang wajib diketahui dalam melakukan Solat. Adapun Rukun Solat itu datangnya daripada ALLAH – BAPA dan IBU. DATANG DARIPADA ALLAH – 5 PERKARA. 1 Niat 2 Nyawa 3 Wujud 4 Nafas 5 Af’al Yaitu didalam bentuk Merasa – Mencium – Menjamah – Melihat & Mendengar DATANG DARIPADA BAPA – 4 PERKARA 1 Tulang 2 Kuku 3 Rambut 4 Rupa DATANG DARIPADA IBU – 4 PERKARA 1 Darah 2 Daging 3 Otak 4 Lendir Terhimpun menjadi 13 . maka jadilah Rukun 13 perkara melakukan SOLAT setiap hari memulangkan sekalian HAKNYA sebagai ISI AMANAH yang dipertaruhkan kepada kita. YANG MATI – YANG HILANG - YANG TINGGAL – YANG PULANG YANG MATI itu ada 6 perkara yakni – Wujud – Anggota – Hawa – Nafsu – Gerak & Diam. YANG HILANG pula ada 4 perkara yakni Darah – Daging – Tulang & Kulit YANG TINGGAL itu ada 2 perkara yakni Iman & Taat YANG PULANG ada satu sahaja yakni NYAWA. Pulang keempunyanya keasalnya HENING – QASAD – TAQRID & TA’YUN HENING itu apa ? Adapun HENING itu tiada dapat menyerupai dengan CAHAYA yang lain. Adapun JERNIH itu apakala tertenung lantas 7 petala langit dan 7 petala bumi. Maka dalam cahaya yang HENING JERNIH itu yang terang benderang itulah CAHAYA PUTIH SIFAT saperti terlebih putih daripada kapas bersifat saperti SIFAT KITA. Ada tanda pada DAHI kita tersurat NAMA ALLAH. Inilah RUH NABI kita Maka dalam ZIKIR ALLAH syaratnya terhapus sekalian diri dengan keadaan diri kita yang kehambaan bagi RUH NABI saw yang dikatakan sebenar-benar SIFAT ALLAH NUR MUHAMMAD namanya. Dan cahaya terang benderang hening jernih itulah CAHAYA ZAT ALLAH adanya. Wallah Hu Alam. QASAD Adapun QASAD itu MENYATAKAN NIAT tiada huruf dan tiada suara. Yang ada huruf dan suara BUKAN NIAT tetapi ADOM ( ADAM ) Adapun yang sebenar-benarnya NIAT yang tiada huruf dan tiada suara itu ialah ZAT ALLAH. Inilah NIAT yang sebanar-benarnya. Asal Niat dan tempat niat pada zahirnya ialah kita yang berniat tetapi sebenarnya ialah TUHAN YANG MUTLAK yang bersifat WAJIBUL WUJUD KHALIQ AL ALAM lagi ber-Sifat KAMIL MUKAMIL. TA’RID Adapun TA’RID itu MENYATAKAN FARDHU. Yang sebenar-benarnya Fardhu itu ialah TAJALLI SIFAT ALLAH ertinya NYATA SIFAT ALLAH itu NUR MUHAMMAD AIN SABITAH pun ia juga namanya, UJUD IDHAFI dan INSAN pun ia juga. Inilah sebenar-benarnya FARDHU itu. Asal Fardhu ialah RUH NABI MUHAMMAD saw tempat Tajalli sekalian Ruh Adam itu. Sebab dikatakan ASAL FARDHU yang sebenarnya kerana sekalian nyawa itu tajalli daripada NUR MUHAMMAD saperti kata HADITH QUDSI :- ANA MINALLAH HU KUL LII SHAI IIN MINAN NUR yang bermaksud Daku daripada Allah manakala segala sesuatu atau cahaya alam ini daripada cahayaku. ANA MINALLAHU WAL ANBIYA ......( tidak jelas = fakir ) yang bermaksud :- Aku daripada Allah sekalian anbia’ daripada aku. ANA MINALLAHU WAL MUKMINI NAA MIN NI Aku daripada Allah dan segala / semua mukminin daripada aku Inilah sebabnya dikatakan MUHAMMAD itu BAPA SEKALIAN RUH dan ADAM itu BAPA SEKALIAN TUBUH / JASAD. Inilah juga sebab kenapa dikatakan yang Fardhu PADA KITA ITU NYAWA. Nyawa itu PEMERENTAH BADAN. Jika tidak digerak oleh Nyawa tidak bergeraklah badan. Wallah hu Alam. TA’YUN Adapun TA’YUN itu menyatakan WAKTU Zuhur, Asar dan lain lain lima waktu itu. Adapun yang sebenarnya NYATA AF’AL ALLAH SWT pada Jasad Adam yaitu Tubuh kita ialah ALAMM RUH YANG KASAR. Itulah sebenarnya TA’YUN yakni sebenar benar NYATA. TAUHID TAKBIRATUL IHRAM ( TI ) Adapun syarat TI itu hendaklah HADIR MATA HATI SYAHADAT KE ZAT ALLAH SWT. Sebelum takbir kita NIATKAN didalam Hati yang kita MEMULANGKAN SEKALIAN PANCAINDERA yang dikurniakan kepada kita ( kepada Allah = fakir ) Niatnya ialah Tiada pendengaranku hanya ia ( pendengaran Zat Allah ) tiada penglihatanku hanya ia tiada huruf tiada suara hanya ia tiada ciukmku hanya ia tiada gerak dan diamku hanya ia. HAKIKAT ZAT AF’AL – HAKIKAT SOLAT Adapun ertinya SOLAT sebenarnya YANG MENYEMBAH ITU HAMBA, YANG DISEMBAH ITU TUHAN. Yang menyembah itu FANA’ - yang disembah itu BAQA’. Maka sihamba PULANG KEPADA ADOMNYA. Maka KEKALLAH TUHAN semata-mata pada SUHUD ( pandangan = fakir ) kita. Yang Menyembah dan Yang Disembah pun ia juga. Yang memuji = DIA Yang Dipuji pun DIA juga kerana Allah SWT Memuji DiriNya sendiri melalui lidah makhlukNya ( Insan ) Maka hamba itu tetaplah FANA’ sebab ditilik sekalian keadaan dirinya habis terpulang kepada Allah – Ilmu, hayat, Kudrat, Iradat, Sam’, Basar, Kalam . Yang ada pada dirinya adalah SIFAT ZAT ALLAH semata-mata. Adapun Tuhan itu tiada diatas, tiada dibawah, tiada dihadapan, tiada dibelakang tiada dikanan mahupun dikiri. TIADA HAMBA TIADA TUHAN YANG WUJUD HANYA ZAT ALLAH WAJIBUL WUJUD. MEMULANGKAN AMANAH. Hadith Qudsi yang bermaksud :- 1 TUKARKAN CAHAYA DIRIMU KEPADA CAHAYA TUHANMU 2 MATIKAN DIRI KAMU SEBELUM KAMU MATI Adapun maksud MATIKAN itu ialah MEMULANGKAN AMANAH ALLAH yang ditanggungkan kepada kita. Amanah Allah itu ialah WUJUD KITA YANG KASAR ( Jasad ) dan Yang Menanggung Amanah itu ialah WUJUD KITA YANG BATIN yakni Nyawa dan YANG MENGAMANAHKAN itu ialah ZAT ALLAH. Adapun SYARAT Memulangkan Amanah Allah itu ialah tatkala kita mengatakan ALLAH itu tarik nafas kita dari dalam FUAD hingga sampai kealam QUDDUS. Alam itu UBUn UBUN dan makam KAB FUSAIN yaitu antara dua bulu kening. Maka kita tahankan hingga kuat sekalian alam kita merasa hapus wujud kita yang kasar kepada wujud kita yang batin – hapus wujud yang batin kepada ZAT SEMATA-MATA kepada suhud kita. Maka hapus dan karamlah sekalian SIFAT BASRIAH dalam lautan BAHRUL QADIM hingga nyata Sifat laut semata-mata yaitu Laut Alam Allah. Maka katakanlah ALLAH HU AKBAR . telah fana’ sekalian kelakuan dan diri kita maka nyatalah BAQA’ keadaan ZAT Tuhan semata-mata. Inilah dikatakan SUHUD sehingga sampai kepada SALAM. Adapun SUHUD itu ertinya PANDANG MATA HATI erti Mata Hati ialah pengetahuan Nyawa. Alam Nyawa itulah sebenar-benarnya IMAN. Inilah SIRRULLAH yaitu cahaya Alam Ilmu ZAT ALLAH yang tiada huruf tiada suara Wujud Mutlak yakni Wujud Zat Wajibul Wujud. Dengan ini Jasad kita KAMIL dengan Nyawa kita dan Nyawa Kamil Mukamil dengan ZAT ALLAH DALIL NAQLI – AYAT AL-QURAN Telah ada Aku dalam dirimu – betapa tidak kamu lihat ? SIFAT MAANI & SIFAT MAKNUYAH A DAERAH KITA MENGENAL DIRI YANG KASAR ADAM = JASAD YANG KASAR a. HIDUP Jasad dengan hidup Nyawa b. TAHU Jasad dengan tahu Nyawa c. BERKUASA Jasad dengan berkuasa Nyawa d. BERKEHENDAK Jasad dengan kehendak Nyawa e. MENDENGAR Jasad dengan mendengar Nyawa f. MELIHAT Jasad dengan melihat Nyawa g. BERKATA Jasad dengan berkata Nyawa B DAERAH KITA MENGENAL DIRI KITA YANG BATIN MUHAMMAD = NYAWA INSAN a. HIDUP Nyawa dengan HAYAT Tuhan b. TAHU Nyawa dengan ILMU Tuhan c. BERKUASA Nyawa dengan KUDRAT Tuhan d. MENDENGAR Nyawa dengan SAMA’ Tuhan e. MELIHAT Nyawa dengan BASAR Tuhan f. BERKEHENDAK Nyawa dengan IRADAT Tuhan g. BERKATA Nyawa dengan KALAM Tuhan PANDANG WUJUD YANG ESA PADA WUJUD YANG BANYAK ZIKIRNYA HU ALLAH Adapun Allah itu banyak namaNya kerana Nama Allah yang menjadikan Alam dengan limpah Sifat Sifat diatas. Oleh itu Alam ini ialah Hakikat ZAT YANG ESA. DALIL DALIL AL-QURAN WALLAH HU MUHITHU LIL ALAMIN Adapun Allah itu MELIPUTI sekalian Alam LA TATA HAR RAKU ZAR RATUN BI IZ NILLAH Tiada bergerak sesuatu walau sebesar zahrah sekalian melainkan dengan IZIn Allah WA LA HAU LA WALA QUWWA TA ILLA BILLAH Tiada DAYA UPAYA melainkan dengan KUDRAT Allah FA IN NA MA TAL WAL LAU AF SII HIM WAJ JAHULLAH Dimana kamu hadapkan wajahmu disitu Wajah Allah Barang kamu pandang pada ini hingga sampai yang menjadikan janganlah terhenti pandang kamu pada sekalian itu hingga sampai kepada yang Menjadikan yaitu ZAT WAJIBUL WUJUD Jika kamu pandang keadaan diri kamu hendaklah kamu pandang dengan HAYAT Tuhanmu. Jika kamu pandang pengetahuanmu hendaklah kamu pandang ILMU Allah. Apabila kamu pandang kuasamu hendaklah kamu pandang KUDRAT Allah. Begitulah seterusnya dengan pancaindera kamu dan Sifat Sifat MAANI Allah yang lain. Jika tidak demikian halnya sia sialah pandangan itu dan DERHAKA kamu terhadap Tuhan kamu ALLAH - NIAT – AHDAH – WAHDAH – WAHIDIAH ALLAH – Alif - Lam –Lam- Ha ALIF itu AHDIAH ZAT LA TAAYUN pun ia SIRRULLAH pun ia juga. Inilah ASAL NIAT yang tiada huruf dan tiada suara. Inilah USALLI SOLAT artinya Aku Solat Sifatnya NAFSI WUJUD Adapun ALIF itu dalil menyatakan FARDHU . Inilah maknanya ZAT mertabat INSAN dan AHADIAH. Dengan kebesaran ALIF ini maka jadilah LAM yakni dengan kebesaran dan kekayaan SIFAT ZAT ertinya ESA pada pihak TANZIL. LAM AWAL = ALIF DIATAS Adapun ALIF DI-ATAS itu dalil menyatakan SIFAT huruf ALIF diatas. Maka jadilah LAM AWAL maknanya SIFAT SEMATA-MATA mertabatnya WAHDAH yakni TA’AYUN AWAL ertinya NYATA YANG PERTAMA yakni TAJALLI SIFAT ALLAH menjadi NUR MUHAMMAD – AIN SABITAH – WUJUD IDHAFI – INSAN KAMIL pun ia juaga menanggung namaNya ALLAH. Inilah asal FARDHU yang sebenarnya yakni SIFAT MAANI. LAM AKHIR = ALIF DIBAWAH Adapun Alif Di-bawah itu dalil menyatakan ASMA’NYA. Huruf Alif dibawah menjadi LAM AKHIR maknanya ASMA’ mertabat WAHIDIAH yang bernama ALLAH yakni TA’AYUn THANI ertinya NYATA YANG KEDUA maka Tajallilah RUH ADAM dengan kebesaran , kelimpahan Ruh inilah menjadi Tubuh Adam daripada huruf Alif Di-Atas. Maka huruf ini maknanya Zat Alif Di-Atas maka jadilah LAM AWAL maknanya Sifat Alif dibawah. Maka jadilah LAM AKHIR maknanya ASMA’ ALIF didepan. Maka jadilah maknanya AFAL . Maka 4 huruf itu empat Sifat Alif Lam Lam Ha ALLAH HU AKBAR ALLAH – ( Alif – Lam – Lam – Ha ) – Empat Sifat ALIF = ZAT LAM AWAL = SIFAT LAM AKHIR = ASMA’ HA = AF’AL AKBAR – ( Alif – Kaf – Ba – Ra ) ALIF = KAHAR KAF = JAMAL BA = JALAL RA = KAMAL ALLAH = GHAIBUL GHUYUB ALIF = LA TA’AYUN = MERTABAT ZAT LAM AWAL = TA’AYUN AWAL = NUR MUHAMMAD = RUH LAM AKHIR = TA’AYUN THANI = MERTABAT ADAM = NYAWA HA = MERTABAT TUBUH = JASAD ZAT DIRI YSNG BERDIRI SENDIRI .Wujudnya di Alam LAHUT. Zikirnya AH ( Alif Ha ) AH . Ilmunya KAMAL YAKIN SIFAT DIRI DENGAN ZAT. Wujudnya Alam JABARUT. Zikirnya HU HU. Ilmunya HAQ QUL YAKIN ASMA’ DIRI YANG TERPERI. Wujudnya di Alam MALAKUT. Zikirnya ALLAH 3 x . Ilmunya – ILMU YAKIN AF’AL DIRI YANG TAJALLI. Wujudnya diAlam SAHADAH. Zikirnya LA ILA HA ILLALLAH. Ilmunya – ILMU YAKIN. Jelaslah kewujudan itu sebagai PENZAHIRAN KEBESARAN diriNya. Dengan wujud itu terzahir pula segala KEINDAHAN JAMAL Allah namanya. Lantas terzahir pulalah CAHAYANYA yang menerangi segala Keindahan itu JALAL ALLAH namanya dengan KEAGUNGAN itu sempurnalah sudah sebagai Kenyataan ALLA HU AKBAR. DARI ... Manuskrip ILMU & MAKRIFAT TOK GURU PERAMU - ENTRI KEENAM BELAS ( 16 – TERAKHIR. ) HAKIKAT FATIHAH................ Ia Menyatakan DIRI BISMILLAH.............. Menjadi ia diriNya AR-RAHMAN itu Ya Muhammad , engkau jua keadaan YA RAHIM itu. Ya Muhammad engkaulah kekasihKu. Tiada yang lain. ALHAMDULULLAH....... Ya Muhammad yang membaca Fatihah itu Aku. Yang memuji itu pun Aku. Alhamdulillah itu Ya Muhammad Solatmu ganti SolatKu tempat memuji DiriKu sendiri. RABBUL ALAMIN................ Rabbul Alamin itu Aku Tuhan Sekalian Alam. AR RAHMAN – AR – RAHIM........... Ya Muhammad yang membaca Ftihah itu Aku yang Memuji itu pun Aku juga. MALIKIYAU MID DIIN.............. Ya Muhammad Aku Raja Yang Maha Besar...engkaulah kerajaannya. IYYA KANA’ BUDU................ Ya Muhammad yang solat itu Aku. Aku memuji DiriKu Sendiri.. WA IYYA KAA NAS TAA IIN.... Ya Muhammad tiada kenyataanKu jika engkau tiada... IH DI NAS SII RATAL MUSTAAQIM... Ya Muhmammad Awal dan Akhir itu Aku SIRATAL LAZI NA AN AM TA ALAI HIM.. Ya Muhammad sebab Aku sukakan engkau ialah engkau itu kekasihKu. GHAI RIL MAGHDU BI ALAI HIM.. Ya Muhammad Aku jadi Pemurah padamu kerana engkau itu kekasihKu WA LAD DHAL LIN... Ya Muhammad jika tiada Aku maka tiadalah engkau.. AMIN.. Ya Muhammad Rahsiamu itu Rahsia Aku. Yakni yang disembah itu tiada suatu juapun didalamnya melainkan Tuhanku. Maka apabila Solat ghaiblah didalamnya . Apabila ghaib ESA-lah ia dengan Tuhannya. Yang Solat itu tiada dengan lafaz dan maknanya dengan citarasa yang solat amat rapat kepada Zat Yang Esa dengan kata ALLA HU AKBAR. Maka barangsiapa masuk didalam Solat tiada SERAH Tubuh dan Nyawa-nya maka kekallah Sifat dengan Tuhannya – tiada mengesakan dirinya dengan Tuhannya. Sabda Nabi saw :- Tatkala kamu Takbiratul Ihram membuangkan lafaz dan makna melainkan Wujud Mutlak semata-mata.
RAHASIA MAKRIFAT III : RAHSIANYA MENGENAL ZAT ALLAH DAN ZAT RASULULLAH
Ada pun makrifat itu rahsianya ialah mengenal Zat Allah dan Zat Rasulullah,oleh kerana itulah makrifat dimulakan:-
1. Makrifat diri yang zahir.
2. Makrifat diri yang bathin.
3. Makrifat Tuhan.
APA GUNA MAKRIFAT?
Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT iaitu mengenal yang Qadim dan mengenal yang baharu sebagaimana kata:
"AWALUDDIN MAKRIFATULLAH"
Ertinya: Awal ugama mengenal Allah.
Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat mengenal yang Qadim dan yang baharu,maka dapatlah membezakan diantara Tuhan dengan hamba.
BAITULLAH KALBU MUKMININ
Sesungguhnya hati ini sewaktu bayi sehingga aqil baliq diibaratkan bunga yang sedang menguntum,tidak ada seekor ulat atau kumbang yang dapat menjelajahnya! apabila dewasa (aqil baliq) maka hati itu ibaratkan bunga yang sedang mengembang,maka masuklah ulat dan kumbang menjelajah bunga itu!
Sesungguhnya amalan makrifat dan zikir yang dibaiah itu adalah untuk membersihkan hati agar dapat menguntum semula seperti hati kanak-kanak yang suci-bersih!
Hati ini juga seperti satu bekas menyimpan gula yang tertutup rapat dan dijaga dengan baik! sekiranya tutup itu tidak jaga dengan baik atau tutupnya sudah rosak,maka masuklah semut hitam yang sememangnya gula itu makanannya!
PEPERANGAN
Peperangan yang lebih besar dari perang UHUD, KHANDAK dan lain-lain peperangan ialah "Peperangan dalam diri sendiri (Hati)", setiap saat denyut jantung ku ini, aku akan terus berperang.Sesungguhnya iblis itu menanti saat dan ketika untuk merosakkan anak Adam !Sekiranya aku tidak ada bersenjata (zikir), nescaya aku pasti kecundang!Keluar masuk nafas anak Adam adalah zikir! 6,666 sehari semalam nafas keluar dan masuk, sekiranya anak Adam tidak bersenjata, pasti ia kecundang!
ASAL USUL MAKRIFAT
Rasulullah SAW mengajar kepada sahabatnya Saidina Ali Karamullah.Saidina Ali Karamullah mengajar kepada Imam Abu Hassan Basri.Imam Abu Hassan Basri mengajar kepada Habib An Najmi.Habib An Najmi mengajar kepada Daud Attaie.Daud Attaie mengajar kepada Maaruf Al Karhi.Maaruf Al Karhi mengajar kepada Sirris Sakatari.Sirris Sakatari mengajar kepada Daud Assakatar.Daud Assakatar mengajar kepada Al Junidi. Maka Al Junidi yang terkenal sebagai pengasas MAKRIFAT.Maka pancaran makrifat itu dari empat sumber iaitu:
1. Pancaran daripada sumber SULUK yang dinamakan
Makrifat Musyahadah.
2. Pancaran daripada sumber KHALWAT yang dinamakan
Makrifat Insaniah.
3. Pancaran daripada Inayah yang dinamakan ROHANI.
4. Pancaran daripada Pertapaan yang dinamakan JIRIM.
Maka dari sumber amalan itulah terbit makrifat yang tinggi dan mempunyai rahsia yang sulit.
API MA'RIFATULLAH
Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api Ma’rifattullah dalam kalimah “ALLAH” saya awali.
Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1).
Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.
Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur.
Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “ ALLAH ”.
Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha Esa itu bagi kita…?
Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
“ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “
Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLAH”.
Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna.
ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf demi hurufnya.
• Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
• Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
• Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya.
Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat, misalnya :
Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.
Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga.
Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini :
Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.
Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)
Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu.
Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).
Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.
Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf.
Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya.
Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.
Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif.
Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.
Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).
Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya.
Hakikat Muhammad itu ialah NUR MUHAMMAD.
NUR MUHAMMAD itu ialah HAKIKAT ALAM.
NUR MUHAMMAD atau HAKIKAT MUHAMMAD disebut juga NUR AWAL, artinya asal segala kejadian dan akhir segala kenabian : ALHAK dan dia pada Nabi. Itulah sebabnya hakikat MUHAMMADitu disebut utusan, maka kalau hakikat Muhammad itu disebut utusan tuhan maka carilah dan galilah sedalam-dalamnya hakikat hidup kita ini,supaya bisa pulang kembali keasalnya,yaitu kembali kepada hidup yang sejati, yaitu hidupnya tuhan yang kekal dan abadi,dan asali dan tidak terkena rusak. Itulah yang disebut Zat yang maha besar HAK Tuhan Allah yang dikenal dengan sebutan : HAQQULLAH TA’ALA.
Itulah tempat kembali, tempat manusia Ma’rifat, sebagai kesempurnaan kita yang sejati dan abadi. HAQQULLAH itu adalah sebagai kenyataan kita yaitu, untuk alam akhirat nanti dan alam dunia ini.
LIQO-PERTEMUAN
Bertemunya makhluk manusia kepada Tuhan dan sampainya, itulah puncak harapan, dan dengan itulah ia mencapai akan kebahagiaan dan kerajaan besar, bahkan dengan itulah ia akan lupa dan terhibur dari segala sesuatu selain Allah. Apabila tuhan membukakan bagimu jalan untuk ma’rifat atau mengenal kepadanya, maka janganlah engkau menghiraukan asal amalmu yang masih sedikit umpamanya.
Sebab tuhan tidak membukakan bagimu, melainkan Ia memperkenalkan DiriNya kepadamu. Tidaklah engkau ketahui bahwa ma’rifat itu adalah puncak keuntungan seorang hamba, maka tak usah kau hiraukan berapa banyak banyak amal kebaikanmu atau amal perbuatanmu, meskipun masih sedikit amalmu dengan anggota yang lahir, Ma’rifat itu suatu karunia pemberian Allah kepadamu, maka Ia sekali-kali tidak tergantung kepada banyak atau sedikitnya amal kebaikanmu.
Andaikata engkau tidak dapat sampai kepada Allah : kecuali sesudah habis lenyap semua dosa dan kekotoran sirik, niscaya engkau tak dapat sampai kepadanya. Untuk selamanya. Tetapi bila Allah menarik engkau kepadanya, maka Allah menutupi sifat2mu dengan sifatNya, dan kekuranganmu dangan kurniaNya. Hilangkan pandangan mahkluk kepadamu,karena puas dengan Penglihatan Allah kepadamu. Dan lupakan perhatian makhluk kepadamu,karena melihat bahwa Allah menghadap kepadamu.
Sebaik-baik saat dalam hidupmu : ialah saat ingat kepada tuhan,dan ptus hubungan dengan segala sesuatu yang lainnya.
Dan apabila pada saat itu tidak ada lagi pandangan yang lainnya dari Allah, maka pada saat itu murnilah pengertian tauhidmu kepada Allah.
Nikmat itu meskipun beraneka macam bentuknya : hanya disebabkan karena melihat dan dekatnya Allah. Demikianlah pula siksa itu walaupun ber macam-macam bentuknya itu hanya karena terhijab dari Allah. Demikanlah pandangan orang yang faham. Kesimpulannya adalah : siksa itu karena adanya hijab. Dan nikmat itu karena melihat kepada Zat yang wajibal ujud. Dan siapa fana dengan Allah: pastilah ia lupa segala sesuatu, dan siapa yang benar2 mengenal kepada Allah, Niscaya tiada risau dan sedih lagin menghadap hidup ini. Lagi pula barang siapa telah sampai titik puncak, Wali Allah namanya, atau yang sering disebut : AL ALIMURROBANIYAH,( Alim yang sebenarnya).
Ma’rifat yang paling tinggi dan yang paling dianugrahi Allah Ta’ala dengan ilmu Terbayang.
Apakah ilmu terbayang itu?
Yang dimaksud ilmu ternyang itu ialah ; ILMU LADUNIYAH, yang tiada mudah hilang.
Sedang ilmu yang tampak ini mudah hilang dibawa angin lalu, jadi yang dinamakan ilmu yang tampak ialah ilmu hafalan dan darusan. Apabila lupa ia dengan ilmunya,niscaya terhenti bicaranya(lafalnya). Karena kalau diteruskan bisa membawa kehancuran dan kerusakan menyeluruh. Itulah dia ilmu yang tampak. Sedang ilmu terbayang tak pernah pudar untuk selama-lamanya. Ilmu yang tampak hanya dimilki orang alim fiqih, sedang ilmu terbayang dimilki oleh Ahlullah.
Jadi ilmu yang tampak kitu hanya bercahaya dalam alam dunia ini saja. Sedang ilmu yang terbayang,bercahaya-cahaya meliputi hati orang yang memiliki qalbun salim. Artinya ; hati yang latif yang bersifat ketuhanan(Lahud).
Itulah DIA yang disebut cahaya yang cerlang cemerlang yang tiada harapan tuhan bartajali kepadanya. Dia bukan Zat, bukan benda dan bukan materi : tetapi dia adalah ……………………………… yang paling sulit pada segalanya. Itulah DIA kaymiyakbathin, DIA diatas daripada ilmu yang ada dalam dunia ini.
Kalau masih terhenti kepada ilmu, belumlah ilmu. Ilmu yang sejati ialah : ALIMULGOIBI WASYSYA’ADAH. Ilmu yang seperti ini hanya dianugrahi kepada hambanya yang dikehendakinya.
Ilmu yang nyata boleh untuk semua orang, ilmu yang goib hanya untuk hambanya yang beroleh petunjuk dan anugrah istimewa daripada Allah Ta’ala, bukti nyata lihatlah kepada nabi-nabi. khususnya kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Kalam yang tertulis dalam Al qur’an datangnya dariman dan kembalinya atau simpunnya kemana?
Apakah setelah membekas pada kulit2 kayu, daun korma, dibatu dan dikayu2 : sudah hilangkah yang sejatinya?
Apakah Al qur’an itu hanya tertulis di lukh mahfut saja? Adakah lagi lainnya? Bagaimana riwayatnya dan apakah nama tempatnya?
Kitab yang diturunkan Allah kebumi ini ada 104 buah kitab, Adakah kitab yang tersmbunyi dibalik yg 104 itu? Tidak; Kitabullah yang sebenarnya itu apakah ia berhuruf, bersuara, dan merupakn kata-kata?
Manusia ini ini hanya diberikan sedikit saja percikan kalam Tuhan yang hakiki dan Azali. Jadi siapa yang berhajat kepada ilmu, ilmulah namanya, siapa yang berhajat kepada Allah,Allah namanya.
Dan barang siapa tiada berhajat kepada ilmu dan kepada Allah, ITULAH YANG SEBENARNYA ,yang sampai.
Inilah makam tuhan yang hakiki dan Azali. Dan inilah makam Ahlul akhirat namanya. Inilah makam nabi-nabi dan rasul-rasul Allah, inilah makam MAHMUDAN namanya: Makam yang terpuji dilangit dan dibumi, jadi siapa yang dikehendaki Allah,semuanya Jadi.
Tidak ada tertengah bagi Allah,hanya engkau sendiri kurang faham dengan Allah. Bila engkau faham dengan Allah, maka berarti engkau sefaham dengan Allah. Artinya : fahaman satu rahasia dengan faham Allah. Kemauanmu satu rahasia dengan kemauan Allah. Kebesaranmu satu rahasia dengan kebesaran Allah. Akhirnya Ujudmu dan hidupmu satu rahasia dengan Ujud Allah dan Hayatullah Zat. Dan satu rahasia dengan perikemanusiaan, dan dengan seluruh jagat raya ini. Dan se-gala2nya dalam hal apapun jua, tetapi tetap satu rahasia dengan kebesaran dan kemuliaan dan kekerasan, keelokan dan kesmpurnaan zat. TUHAN YANG MAHA AGUNG DAN YANG MAHA SEMPURNA.
PANDANGAN HIDUP MUSLIM
Marilah kita menjadi seorang sufi,menjadi seorang sifa. Karena kita adalah pengikut nabi yang telah disucikan dan dibersihkan atau mutafa. Marilah kita menjadi sufi,dalam menghadapi kehidupan sehari-hari,suci dalam perniagaan,sufi dalam pergaulan,sufi dalam hidup kasih saying,dan sufi dalam hubungan dengan Tuhan. Sufi sejati luas perasaannya,tinggi hikmahnya dan putus segala tali pengikat yang mengikat kebebasan jiwa,terikat oleh siapapun,dan oleh apa-apa saja,selain terikat oleh Allah.
Sufi yang sejati meleburkan dirinya kedalam masdar tempat asalnya,fana diri kedalam baqa. Dalam manusia biasa,maksudnya dalam pandangan manusia biasa, Tuhan adalah yang maha kuasa atas alam ini. Alam ini dibolak balikkan,ditelentangkan dan ditelungkupkan oleh satu zat yang maha kuasa : ALLAHU AKBAR. Dalam pandangan sufi memandang bahwa Tuhan itu adalah hakikat ujud dalam hidup ini atau hakikat kekuatan dalam hidup. Kekuatan dan tenaga itulah menjadi gerak gerik hati manusia bahwa gerak gerik alam alam maya pada ini. Sufi yang sejati ialah : yang selalu ingat kepada Allah dalam setiap saat dan lidah tidak kering-kering menyebut Allah,dengan maksud nyawanya tidak putus mengingat Allah. Meskipun lidah jasmaninya berdiam diri saja. Sufi sejati telah putus segala-gala rantai yang beri batas dengan alam. Rohaninya terbang tinggi laksana burung yang terbang keangkasa luas menyusup awan hijau,ditinggalkannya sangkar,naik keatas puncak gunung,ditinggalkannya gunung naik keatas awan hijau,dia bertahta diatas awan hijau,dipandangnya sangat lemah sekali alam semesta ini,termasuk dirinya,kian lama kian terasa semakin lemah, AKUNYA : yang akhirnya leburlah AKU kedalam hakikat AKU yang sebenarnya. Itulah ufuk tinggi luar biasa,kadang-kadang ia berjumpa dengan orang-orang suci,atau aulia Allah,dan waliAllah,serta orang-orang ahli tasauf.inilah mi’rojnya yang pertama bagi seorang sufi. Jadi kalau aku masih merasa aku,maka belumlah aku sampai kepada inti cinta. Kalau AKUKU : Aku leburkan kedalam engkau,maka AKU adalah ENGKAU dalam segala hal.
Kini AKU tiada disana. Hanya engkau tinggal semata. Sekarang AKU tak dapat berkata-kata lagi. Bagaimana AKU menerangkan tentang DIA. Sedangkan AKU dengan AKU, dan AKU dengan dimana. Kalau AKU kembal, maka dengan AKU kembali itu terpisah. Kalau AKU lalai,dengan lalai itu, AKU diringankan. Apabila AKU berpadu kembali barulah jiwaku menjadi tentram dan damai/bahagia. Inilah pendirianku atau akidahku yang terakhir. Akhirnya : AKUKU LEBUR KEDALAM JIBU.
LAHURUFIN WALA SAUTIN,artinya : Tiada huruf, tiada suara, tiada kata-kata,zat dirinya.
Jadi kalau seorang penuntut telah sampai kepada JIBU / LA HURUFIN WALA SAUTIN : Maka pastilah ia faham akan apa-apa yang dibicarakan. Jadi siapa-siapa belum faham,berarti dia belum bisa menangkap segala pembicaraan yang amat halus ini dan sulit baginya untuk memahami. Demikianlah apa-apa yang dapat hamba sampaikan.
ALAM DAN TUHAN
Kehidupan dan alam penuhlah rahasia-rahasia. Rahasia-rahasia itu tertutup oleh dinding. Diantara dinding-dinding itu ialah hawa nafsu kita sendiri. Tetapi rahasia-rahasia itu mungkin terbuka atau tersimpan. Dan dinding-dinding / hijab itu mungkin tersimbah kita dapat melihat atau merasai berhubungan langsung dengan yang ter-rahasia,asal kita sudi menempuh jalannya. Jalannya ialah jalan yang dinamai tarikat. Dan jalan inilah yang menyampaikan kepada ilmu hakikat. Jadi kumpulan ilmu pengetahuan sariat,kesediannya menempuh jalan tarikat dan mencapainya akan hakikat,dan semuanya
Jadi ma’rifat itulah kumpulan ilmu pengetahuan,amal dan ibadah. Kumpulan daripada ilmu,dan filsfat agama. Kumpulan daripada pengamalan dan perasaan atau zauq. Dan kumpulan daripada mantik,keindahan dan cinta.
Jadi sariat itu artinya kenyataan,dan tarikat itu jalan. Sedang hakikat itu artinya : yang sebenarnya,yaitu : Itiqad yang sebenarnya,yang wajib dipercayakan dan takluk ia kepada perbuatan hati.
Hakikat itu ialah kebenaran sejati dan mutlak. Yang padanyalah ujung segala perjalanan bagaimanapun jauhnya. Akhirnya daripada segala langkah tujuan segala jalan. Dan untuknyalah sariat dan undang-undang,dan didalam perjalanan menuju hakikat itu,orang memulai dari dalam dirinya sendirinya. Untuk mengenal Tuhan kenallah diri ( diri sendiri ). Perjalanan itu dimulai dari dalam kita sendiri dari dalam terus kedalam,ahirnya serba alam dengan keindahannya dan dengan keganjulannya,hanyalah sebagai aksi pencari diri. Disini sering terjadilah cara yang didapat oleh ahli suluk atau ahli perjalanan / tharikat.
Setengahnya karena sakig asyiknya,maka dirasainya bahwa diri tiada lagi. Yang ada hanya yang ada atau: LAMUJUDA BIHAQQIN ILALLAH (hanya Tuhan yang ada sedang mahluk tiada ). Yang ada ialah yang AWAL,yang tidak ada permulaan dan yang akhir tidak ada penghabisan.
Adapun diri sendiri dalam alam seluruhnya tidaklah ada ; sebab awalnya ADAM,artinya tiada. Dan ahirnya fana dan lenyap : maka apabila jalan itu telah dijalani dengan segenap kesungguhan, ketaatan, dan setia memegang segala syarat dan rukunnya,akhirnya bertemulah kita dengan hakikat yang sebenarnya.
Mula-mula tercapailah kasyap,yaitu terbukalah rahasia yang senantiasa yang menyelubungi antara kita dengan DIA.
Maka dengan itu terbukalah hijab atau dinding yaitu : dinding-dinding tebal yang memisahkan kita dengan DIA, dan dinding-dinding itu ialah :Hawa nafsu kita sendiri atau yang disebut angkara murka,atau nafsu hewani atau nafsu syaiton. Maka dari itu gunanya kita TAJAHUT,artinya : melepaskan diri dari belenggu segala ikatan atas diri kita sendiri.
Dan apabila rohani kita telah mencapai kesempurnaan,maka otomatis takluklah jasmani kepada kehendak rohani. Pada waktu itu tidak ada miskin lagi,bahkan mautpun sebagai sangkar kecil kepada kebebasan luas mencari kekasih. Dan mereka katakana,mati itu adalah alamat CINTA sejati dan mutlak. Disini timbullah dalam kata yaitu yang dikatakan hulul. Hulul yaitu : timbul kesatuan diantaraasyik dan ma’syuknya. Atau meninggalnya antara asyik ma’syuk atau yang mencintai dengan yang dicintai,sehingga AKU adalah DIA,dan DIA adalah AKU dan Analhak. Disini mulailah ada pertingkahan diantara ulama ahli lahir dengan ulama ahli bathin. Tentu saja ada yang menolak dan adapula yang membela. Kata yang membela,orang yang telah mabuk cinta dan rindu,yang diliputi oleh perasaan-perasaan lebih mendalam daripada orang yang hanya menggunakan akal semata dan mantik semata.
AHLI TASYAUF YANG SEJATI
Ahli tasyauf yang sejati ialah mereka yang benar-benar memegang agama yang tulen. Ahli sufi yang sejati ialah mereka yang jiwanya bebas tidak terikat oleh apa-apa atau siapapun,dan bebas menjalankan kebenaran dari ilahi robbi. Berani mengatakan itu benar dan ini salah. Ahli tasyauf adalah putus dengan mahluk dan erat hubungannya dengan Tuhan,pandangannya Allah semata. Ahli tasyauf tidak melihat kepada dirinya lagi,hanya Allah dalam pandangannya. Jadi siapa yang masih melihat kepada dirinya, niscaya tiada melihat akan Tuhannya. Seluruh pandangan ruhaniyah memandang satu dalam banyak. Dan yang banyak pada yang satu.
Tersimpun dalam satu kesatuan yang dalam istilah sufi disebut pabrik KUN dan yang diatur oleh seorang insinyur yang pintar ialah : ALLAH TA’ALA. Kalau pandangan kita sudah mantap separti itu,maka hilanglah rasa takut dan gentar,kecuali kepada Allah saja. Jadi pandangan seorang yang dibawah memang berbeda dengan yang diatas. Ujud selain daripada ujud Allah adalah ujud injaman karena semua itu Allah dan Allah itu semuanya,ia hanya pertanda dari yang sebenarnya ada. Yang ada adalah yang ada,yang ada ialah yang awal dan tidak ada permulaannya,yang ahir tidak ada penghabisannya.
SABDA RASULULLAH S.A.W.
Zabir berkata,katanya : RASULULLAH S.A.W. bersabda : Siapa dapat melakukan HUSUDHZAN artinya ; baik sangka kapada Allah Ta’ala,sehingga ia tiada mati kecuali tetap dalam husnudhzan terhadap Allah Ta’ala.
Maka haruslah kita berbuat husnudhzan terhdap Allah Ta’ala dan pada sesama kita umat MUHAMMAD.
Sesungguhnya kata NABI,sebaik-baik fi’il / kelakuan ibadah kepada Allah ialah : baik sangka kepada Allah. Baik sangka kepada Allah itu pertanda bahwa sudah bulat tawakkalnya kepada Allah,dan penyerahannya kepada Allah, orang itu jaminannya hanya Allah.
LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHI
Artinya : TAK ADA DAYA UNTUK BERBUAT KEBAIKAN
DAN TAK ADA UPAYA UNTUK MENOLAK KEJAHATAN.
BUHARI MUSLIM BERKATA :
Tak ada dayaku untuk menolak suatu kemelaratan atau bahaya keburukan,dan tak ada upayaku untuk berbuat kemanfaatan,melainkan dengan Allah jua. Jadi tidak mudah bagi kaum sufi untuk mengatakan: La hawla wala quwwata illa billahi.
Disini hamba tekankan janganlah kamu berani mengatakan La hawla wala quwwata illa billahi,sebelum kamu memasuki alam tasyauf. Engkau katakan itu tetapi ujudmu masih ada,selama ujudmu masih ada, selama itu juga engkau dalam bergelimang dalam dosa durhaka kepadanya.
Selama ujud ADAM masih melekat dalam ingatanmu,selama itu pula engkau mempermainkan Tuhanmu. Ini namanya lain dimulut / dihati. Kalau engkau mengatakan : LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLAHI.
SEBELUM ENGKAU MATI,MAKA CELAKALAH KEMATIAANMU. Hilangkanlah ke AKUAN mu,lenyapkanlah kesombonganmu,baharu sempurna amal ibadahmu kepada Allah.
BISMILLAHI AWWALLUH, WA AKHIRU, artinya : Awalnya Allah,ahirnya Allah.
Awalnya tidak ada permulaannya. Dan ahirnya tidak ada penghabisannya.
MALLAM YASY KURINNAS, LAM YASY KURILLAH. Artinya : Barang siapa tidak berterima kasih kepada sesamanya,maka samalah ia tidak berterima kasih kepada Allah.
Sebab NUR MUHAMMAD itu adalah hakikat alam. Dan Allah adalah hakikat alam atau hakikat ujud dalam hidup ini. Allah adalah hakikat kekuatan dalam hidup ini. Johir Tuhan ada dimanusia, dan bathin manusia ada di Tuhan.
Kalau anda sudah mengerti,laksanakanlah.
Untuk memperkuat dalil ini,hamba bawakan sebuah hadist qudsyi yang berbunyi :
AL INSANU SIRRI,WA ANA SIRRUHU ( SIRROHU ).
Kata TUHAN : INSAN ITU RAHASIAKU, AKUPUN RAHASIANYA.
DAN LAGI : AL INSANU SIRRI WA ANA SIRRI, SIFATIN WA SIFATUN LA GOIRIH.
ARTINYA : INSAN ITU RAHASIAKU DAN RAHASIA ITU SIFATKU, SIFATKU ITU TIADA LAIN DAIPADAKU.
Dalil ini dalil nyata,tak bisa lagi diragukan. Menurut riwayat :Banyak para pemuka-pemuka agama,ahli tasyauf dan lain-lainnya : mencari siapa DIA yang sebenarnya. Maka datang para nabi-nabi dan rasul-rasul menyampaikan langsung,melompat dari mulut / lidahnya perkataan :
AMALLAH LA ILAHA ILLA ANA
Artinya AKU ALLAH, TIDAK ADA TUHAN, MELAINKAN AKU
Jadi menurut aqidah/pendirian hamba dalam soal ini ; hamba tidak taklid dengan siapapun,dan hamba nyatakan bahwa kalimah itu tadi adalah inti dari semua golongan tasyauf,golongan para wali-wali,para sahabat,aulia dan anbiya dan para nabi-nabi dan para rasul-rasul. Jadi kalau para nabi dan rasul demikian adanya,maka tiada lain andapun juga demikian hendaknya.
Banyak kaum sufi mati,karena mempertahankan pendiriannya.
Hamba sebagai penulis buku ini menyatakan : Apabila lain dari yang di ucapkan RASULULLAH s.a.w. itu tadi,maka : BUKANLAH IA DARI GOLONGAN MUHAMMAD. DAN KELUAR DARI GOLONGAN MUHAMMAD. MAKA IA BUKAN TERMASUK KELURGA TUHAN.
Didalam Al-Qur’anul karim Tuhan mengatakan :
AKU akan memberikan SATU kata kepadamu. Tetapi engkau tidak sanggup.
Apakah yang dimaksud SATU kata itu ?
Inilah SATU kata itu tadi : Siapa yang sanggup dialah keluarga Tuhan. Siapa tidak sanggup dialah keluarga syaiton.
Pilihlah antara dua : ingin jadi pahlawan Tuhan, atau jadi pahlawan syaiton.
Siapa menjadi kelurga Tuahan didunia ini,niscaya sampai ke-ahirat. Dan siapa menjadi keluarga syaiton didunia ini,niscaya sampai juga ke-ahirat.
SABDA RASULULLAH S.A.W.
SYARIAT ITU SEPERTI TANAH
THARIKAT ITU SEPERTI AIR
HAKIKAT ITU SEPERTI ANGIN
MA’RIFAT ITU SEPERTI API
TANAH ITU BADAB MUHAMMAD
AIR ITU NUR MUHAMMAD
ANGIN ITU NAFAS MUHAMMAD
API ITU PENGLIHATAN MUHAMMAD
ADAPUN MATI ORANG SYARIAT ITU HANCUR LULUH
ADAPUN MATI ORANG THARIKAT ITU KURUS KERING
ADAPUN MATI ORANG HAKIKAT ITU LAMAK GEMUK
ADAPUN MATI ORANG MA’RIFAT ITU HILANG LENYAP
SABDA NABI S.A.W. : SYARIAT ITU LIDAHKU
THARIKAT ITU HATIKU
HAKIKAT ITU KEDIAMANKU
MA’RIFAT ITU ROHKU
PERNYATAANKU :
AKU HIDUP BUKAN KARENA NAFAS
BUKAN KARENA DENGAN NYAWA
BUKAN KARENA DENGAN ROH
BUKAN KARENA ITU DAN INI
TAPI AKU HIDUP SENDIRINYA SEBELUM ADA KEHIDUPAN DIDUNIA INI
AKU SUDAH ADA SEBELUMNYA ADA DUNIA YANG ADA INI
AKU ADALAH AKU DIDALAM AKU, BER-AKU AKU
BILA AKU BERNYATA, ITULAH AKU DALAM KEAADANKU
SEBAB KEADAANKU ITU ADALAH KEADAANKU JUA
TENTANG FANA UL FANA
1. Fana zahir yaitu : merasakan tajali atau memantul keagungan Tuhan pada tindak tanduk seseorang,sehingga segala keinginan,kehendaknya,ikhtiarnya sudah terlepas dari dirinya. Karena itu kadang-kadang orang itu sampai-sampai beberapa lama tidak tahu makan dan minum dan sebagainya,semuanya terserah kepada Allah.
2. Fana bathin yaitu : hatinya saja yang fana dan lahirnya tidak,lahirnya seperti biasa. Hatinya terbuka pada melihat sifat-sifat Tuhan,dan keagungan serta gerakan-gerakan Tuhan,hilanglah segala was-was dan keragu-raguan dalam hatinya dan penuhlah hatinya dengan keyakinan terhadap Allah s.w.t. Tidak ada dalam hatinya timbul perasan takut dan gentar,kasih dan sayang, suka dan duka,kecuali kepada Allah.
Fana yang demikian itu yang membawa ke maqam baqabillah,serta melewati fana yang pertama. Biasanya lebih dahulu dimulai dengan pengakuan seluruh wujud. Sedang hatinya atau rohnya selalu melihat gerakan Allah,baik dalam ibadah seperti : dalam sembahyang. Dan dalam segala apa yang dilihat dan didengar dan lain-lain sebagainya.
Maqam baqabillah inilah yang senantiasa ada pada para nabi dan rasul-rasul,dan aulia dan anbiya Allah Ta’ala yang bereda dibawah qidamnya nabi Muhammad s.a.w.
Maqam baqabillah ini kebanyakan adalah maqam mereka yang mahzub,dimana setelah mereka berada dipuncak tauhid,lalu mereka turun kepada sifat,dan sama,terus kepada af’al,sehingga kelihatan pada lahirnya mereka seperti orang biasa saja,memandang akuan ini,dan berbuat seperti ahli syariat umumnya. Tetapi hati mereka tidak pernah lupa kepada Allah dan selalu berpegang kepadanya. Ada perbedaan sedikit bagi orang yang berada dimaqam fana,mereka adalah orang yang salik. Dimana pandangan mereka dimulai dari bawah dan terus naik atau tarakki. Yakni dimulai memandang akuan,naik kepada af’al,sama,terus kepada sifat,dan ahirnya kepda zat. Dan karena tajamnya dan asyiknya musahadah,mungkin terjadi perasaan fana,yang kita maksudkan dengan fana zahir yang tersebut diatas.
Demikianlah perjalanan fana dan baqa bagi seorang aribillah atau wali Allah Ta’ala. Jadi disini hamba katakan bahwa,kalau dimaqam fana belum faham betul atau belum mengerti,maka tidak ada harapan untuk mencapai maqam baqa. Maka daripada itu pandanglah sedalam-dalamnya tentang maqam fana, kalau sudah hasil makam fana,maka tercapailah maqam baqa.Demikianlah tentang maqam fana dan maqam baqa.
SOAL SOAL IKHLAS
Tidak dapat dikatan kecil perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas ( sepiring pamrih ).
Tidak dapat dikatakan benar awal-awal yang dilakukan dengan tidak ikhlas,karena belum ma’rifat.
Orang yang menjalankan fana dan baqa baru syah disebut husyu dan ikhlas.
Firman Allah Ta’ala dalam Al qur’anul karim : yang artinya demikian : Sesungguhnya Allah hanya menerima amal perbuatan yang sudah kembali. Yaitu amal yang dilakukan dengan ikhlas,dan tepat sasarannya menurut ajaran Tuhannya.
ABDULLAH IBNU MA’SUD r.a berkata : Dua rakaat yang dilakukan oleh orang yang berilmu,dan mengerti /ikhlas,adalah lebih baik daripada amal ibadah yang dilakukan oleh orang yang tidak mengerti, sepanjang umurnya atau selama hidupnya ( tidak diterima amal ibadahnya ).
Sekarang baiklah kita berkisar pada ilmu-ilmu. Ilmu itu ada tiga unsur atau tiga martabat :
1. Ilmuyakin ialah : keyakinan yang didapat dari pengertian teori belajar atau berguru.
2. Ainalyakin ialah : keyakinan yang didapat dari fakta keyakinan yang lahir,setelah terungkap atau terbuka.
3. Hakkulyakin ialah : keyakinan yang benar-benar langsung dari Tuhan dan tidak dapat diragukan lagi kebenarannya,yaitu ; keyakinan-keyakinan yang mutlak.Demikianlah adanya.
ZIKKRULLAH
Apakah yang disebut dengan ZIKKRULLAH itu ?
Menurut pengertian umum memuji dan menuju dengan hati yang tulus ikhlas. Tetapi tulus dan ikhlasnya itu berbeda dengan orang yang mengerti/ yang faham.Orang yang faham ialah,seperti dalil berbunyi :
LA YA’ZIKKRULLAH ILLALLAH,artinya : tida menyebut Allah hanya Allah.
Adapun yang mengatakan LA ILAHA ILLALLAH itu ialah : RAHASIA ALLAH ZAHIR DAN BATHIN,ATAU BATHIN DAN ZAHIR. Kesimpulannya ialah : tidak lagi kita ini yang mengatakan kalimat itu,melainkan
SIRULLAH jua adanya. Dengan demikian leburlah tubuh itu dan hati itu kepada Roh,dan Roh itu hancur pula menjadi NUR,dan NUR itu lenyap pula kepada RAHASIA ALLAH TA’ALA. Jadi yang berzikir itu adalah RAHASIA ALLAH jua.
Disini letaknya nialai,dan nilai itu terletak dalam diri pribadi masing-masing. Inilah yang disebut ISI daripada ZIKKRULLAH itu. Berzikirlah dengan Zikkrullah,dan ingatlah dengan ingatnya Allah dan pandanglah dengan pandangannya Allah.Dan berbuatlah dengan perbuatan Allah,dan tinggalkanlah apa-apa yang ditinggalkan oleh Allah.
Kerjakanlah apa yang dikerjakan Allah,dan tinggalkanlah apa yang ditolak Allah.
INILAH KATA-KATA PAHIT TAPI MANIS.
BEBERAPA KESIMPULAN
TIADA MENGENAL ALLAH,HANYA ALLAH
TIADA MELIHAT ALLAH,HANYA ALLAH
TIADA MENYEMBAH ALLAH,HANYA ALLAH
TIADA MENYEBUT ALLAH,HANYA ALLAH
TIADA YANG MAUJUD,HANYA ALLAH
TIADA UJUD BAGIKU,HANYA UJUD ALLAH
TIDAK ADA DALAM DIRI,MELAINKAN ALLAH
TIADA UJUD BAGI KITA,HANYA UJUD ALLAH
TIADA HIDUP KITA,HANYA HAYATULLAH ZAT
TIADA PERBUATAN KITA,HANYA FI’IL ALLAH
TIADA NAMA BAGI KITA,HANYA ASMA ALLAH
TIADA PANDANGAN KITA,HANYA PANDANGAN ALLAH
TIADA PENGLIHATAN BAGI KITA,HANYA PENGLIHATAN ALLAH
TIADA PENGUCAP BAGI KITA,HANYA UCAPAN ALLAH
TIADA PENCIUMAN BAGI KITA,HANYA PENCIUMAN ALLAH
TIADA RASA BAGI KITA,HANYA RAHASIA ALLAH
TIADA KUASA BAGI KITA,HANYA KUDRAT ALLAH
TIADA HIDUP BAGI KITA,HANYA KEHIDUPAN ALLAH
TIADA BERKEHENDAK KITA,HANYA IRADAT ALLAH
TIADA TAHU KITA,HANYA ILMU ALLAH
TIADA MENDENGAR KITA,HANYA ALLAH
TIADA MELIHAT KITA,HANYA ALLAH
TIADA BERKATA-KATA KITA,HANYA RAHASIA ALLAH
TIADA UJUD BAGI KITA,HANYA UJUD ALLAH
TIADA LAGI KITA KITA INI,HANYA DALAM RAHASIA ALLAH
DEMIKIANLAH BEBERAPA RAHASIA DALAM MA’RIFAT
KHALIK DAN MAHLUK
BEBERAPA KESIMPULAN :
Asal kata mahluk diambil dari kata-kata halq.
Dan kata-kata halq itu diambil dari kata khalik.
Dan kata-kata khalik itu adalah khalik.
Jadi asal dari khalik kembali lagi kepada khalik.
INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN.
DATANG DARI ALLAH KEMBALI KEPADA ALLAH.
Awalnya Allah,dan ahirnya Allah.
Awalnya Tuhan,dan ahirnya Tuhan.
Awalnya tidak ada permulaannya,dan ahirnyapun tidak ada penghabisannya.
Kalau ma’rifat kita sudah ta’zmullah,yaitu : tilik seorang arif itu akan kebesaran dan kemuliaan,keagungan sesuatu itu melainkan itu semata-mata kebesaran,kemuliaan,dan keagungan Tuhan Allah aza wazallah jua adanya.
Maka intisari daripada itu adalah : Segala mahluk itu adalah khalik,dan khalik itu sebaliknya.
Dalilnya : SYUHUDUL KASRAH FIL WAHDAH dan SYUHUDUL WAHDAH FIL KASRAH,ahirnya SYUHUDUL WAHDAH FIL WAHDAH. Demikianlah pandangan seorang arifibillah.
Jadi kesimpulannya adalah : SEMUA ITU ALLAH,dan ALLAH ITU SEMUANYA. Inilah yang disebut WAHDAH AL UJUD : atau kesatuan UJUD. Demikianlah yang dapat hamba menyimpulkan bahwa :
ALLAH ADALAH HAKIKAT ALAM.
RUKUN – AGAMA – ADA – EMPAT – PASAL
Agama islam adalah agama yang murni.Kemurniaan agama itu dibarengi oleh 4 rukun.
Pertama : SARIAT, Kedua : THARIKAT, Ketiga : HAKIKAT, Keempat : ialah MA’RIFAT. Tanpa yang empat macam ini bukan dinamakanagama.Pokok yang empat ini ialah : MA’RIFAT.
Dan MA’RIFAT ialah : kumpulan daripada syariat,tharikat,hakikat.Itulah yang disebut MA’RIFAT.
Syariat artinya : kenyataan
Tharikat artinya : jalan yang menuju/menyempurnakan syariat
Hakikat artinya : kebenaran yang sejati dan mutlak
Jadi kumpulan ilmu pengetahuan tentang syariat dan kesediaannya dengan tharikat,ahirnya akan bertemu dengan hakikat. Itulah yang disebut ma’rifat.
Maka nyatalah kepada kita bahwa ma’rifat itu adalah gabungan dari ilmu fiqih,usulludin dan ilmu tasauf. Kumpulan dari mantik,keindahan dan cinta. Dengan demikian hanya empat pasal inilah yang menyempurnakan agama Allah didalam dunia ini. Jadi tanpa yang empat ini,semua amal ibadah,baik lahir maupun bathin akan membaa masuk neraka. Sebab dalam amal ibadah pasti ada syariatnya, tharikatnya,hakikatnya dan ma’rifatnya.
Seperti dalam rukun islam ada lima perkara :
1. Dua kalimat syahadat
2. Mengerjakan sholat
3. Puasa pada bulan ramadhan
4. Mengeluarkan zakat fitrah
5. Naik haji kalau mampu
Jadi susunannya sebagai berikut dibawah ini :
1. Syariat syahadat
2. Tharikat syahadat
3. Hakikat syahadat
4. Ma’rifat syahadat
Inilah susunan syahadat yang sebenarnya. Dan rukun islam yang kedua ialah :
1. Syariat sholat
2. Tharikat sholat
3. Hakikat sholat
4. Ma’rifat sholat
Inilah susunan rukun islam yang ketiga ialah :
1. Syariat puasa
2. Tharikat puasa
3. Hakikat puasa
4. Ma’rifat puasa
Inilah susunan rukun islam yang keempat ialah :
1. Syariat zakat
2. Tharikat zakat
3. Hakikat zakat
4. Ma’rifat zakat
Inilah susunan rukun islam yang kelima ialah :
1. Syariat haji
2. Tharikat haji
3. Hakikat haji
4. Ma’rifat haji
Baiklah kita uraikan satu persatunya ;
Pertama Syahadat.
Syariat syahadat itu ialah : mengucap dengan lidah.
Tharikat syahadat itu ialah : pada sholat sejatinya,sedang melakukan tajli kepada Tuhan.
Hakikat syahadat itu ialah : hidup/hayat yang sesungguhnya.
Ma’rifat syahadat itu ialah : agar supaya merasa dan melingkupi yang mencorong itu dengan zat dan sifat Allah.
Kedua Sholat.
Syariat sholat ialah : saat-saat berdiri,ruku,sujud,dan lain-lain.
Tharikat sholat ialah : tetap saja dalam kita sedang sholat sejatinya ialah tajli mutlak.
Hakikat sholat ialah : telah jelas adanya,alif,lam awal,lam ahir,ha.Katakanlah Allah tak salah lagi.
Ma’rifat sholat ialah : harus sampai bertemu dengan Nur Muhammad itu.
Inilah sholat sejatinya,sebelum kita ini tahu dia sudah ada.
Ketiga Puasa.
Syariat puasa ialah : kita sudah maklum adanya.
Tharikat puasa ialah : menyatu dengan tajli.
Hakikat puasa ialah : puasa yang bergelimang dengan nafsu angkara murka,dan supaya kita berdiri
dengan nafsu zat hak ta’ala. ( nafsu yang diridhoi ).
Ma;rifat puasa ialah : harus bertemu dngan bulan purnama sidi. Yaitu terang benderangnya,Tuhan telah
Bertazalli kepadanya.
Keempat Zakat.
Syariat zakat ialah : kita sudah maklum adanya.
Tharikat zakat ialah : harus berdirinya/fananya mahluk dari ingatannya,dan harus tajli mutlak.
Hakikat zakat ialah : jangan sampai kita lupa atau salah dalam akidah.
Ma’rifat zakat ialah : harus bisa atau harus sanggup merasakan hilangnya ujud seluruhnya lahir dan
Bathin dan menunggal dengan Tuhan ( dalam rahasia ).
Kelima Haji.
Syariat haji ialah : kita sudah maklum adanya.
Tharikat haji ialah : sedang kita sholat atau waktu kita ada dibaitullah ( rumah Tuhan ).
Hakikat haji ialah : meleburkan dosa dengan jalan ma’rifat,mengenal Tuhan Allah.
Ma’rifat haji ialah : rohani dan jasmani telah menyatu dalam kesatuan yang utuh/mutlak.
Demikianlah yang dapat hamba sampaikan. Jadi rukun islam itu tadi tiap-tiap satu rukun mempunyai empat pasal. Maka klau demikian,lima rukun itu menjadi lima kali empat adalah duapuluh pasal. Inilah siempunya sifat dua puluh itu. Sebab dua puluh itu pasal ini menghimpunkan segala sifat-sifat Allah didalam alam ini. Dan manakah sifat istimewah bagi Tuhan ?
Segala-galanya harus bagi Tuhan,tidak ada yang tertegah bagi Tuhan/tidak ada dinding-dindingnya lagi. Hanya nafsumu sendiri yang tertegah,karena masih terdinding. Bagi Tuhan tidak ada lagi wajib,yang ajib hanya bagimu dan bagi orang yang belum faham dan belum mengerti. Jadi siapa yang faham,itulah yang beroleh petunjuk dari Tuhan Allah. Kesimpulan rukun agama itu tadi ialah ESA SEGALANYA dan tidak ada lagi DUANYA.
RUKUN – IMAN
Perihal rukun iman itu ialah :
1. AMANTUBILLAH
2. WAL MALAIKATIHI
3. WA KUTUBIHI
4. WA RASULIHI
5. WAL YAUMIL ACHIRI
6. WA QADRI ACHIRI, WAARIHI MINALLAHI TA’ALA
Artinya ialah :
Aku percaya adanya Tuhan Allah Ta’ala s.w.t.
Apakah cukup dngan keyakinan begitu saja ?
Apakah adanya yang ada itu berada di arsyi atau dilangit sebelah,ataukah berada dalam sorga ?
Kepercayaan yang seperti itu adalah kepercayaan orang taklid buta. Karena orang kebanyakan mereka raba sendiri-sendiri. Sedang dalil ada mengatakan :
WANNAHU AKROBU ILAIHI MINHABLIL WARID.
Artinya : dekat urat lehermu dengan daging.Maka dekat lagi Tuhan itu.
Jadi makna rukun iman yang pertama tadi harus begini dan tidak bisa dicari dengan dalil yang lain.
Jadi AMANTUBILLAH ini harus diartikan dengan : Sesungguhnya percaya bahwa kehidupan sendiri,kehidupan wujud ini,selama hidup ini adalah tanda adanya Tuhan Allah s.w.t.
Jadi jelasnya kepada kita bahwa dunia ini pasti didalam ruang lingkup hidupnya Tuhan. Sedangkan sifat hidup ini adalah zat Tuhan Allah.
1. AMANTUBILLAH,artinya : aku percaya adanya Tuhan.
2. WAL MALAIKATIHI,artinya : percaya kepada malaikatnya.
3. WA KUTUBIHI,artinya : percaya kepada kitab-kitabnya.
4. WA RASULIHI,artinya : percaya kepada rasul-rasulnya.
5. WAL YAUMIL ACHIRI,artinya : percaya kepada hari ahir.
6. WAL QADRI AHIRI,artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat daripada Allah Ta’ala.
Sekarang baiklah kita uraikan satu persatunya :
AMANTUBILLAHI,artinya : Percaya kepada adanya Tuhan.
Belumlah benar kalau belum dihalalkan,artinya kalau belum kembali kapada roh lagi dan perasaan.Dalil sudah jelas mengatakan bahwa Tuhan lebih dekat kepadamu,daripada urat lehermu sendiri. Jadi kita tak usah repot menari Tuhan. Tuhan ada pada kamu dimana saja kamu berada. Kesimpulannya ialah : pandangan dan tatapanmu itulah tanda adanya Tuhan/yang ada. LAMAUJUDA BI HAQQIN ILALLAH. Artinya,tidak ada yang maujud didalam alam ini,kecuali Allah Ta’ala.
WAL MALAIKATIHI,artinya : Percaya kepada malaikat-Nya.
Pertama kita yakin bahwa malaikat itu ada.
Cobalah tekadkan dan telanjangi sekujur badan kita,agar supaya cepat beriman kepada Tuhan Allah s.w.t. Supaya jadi iman kepada Tuhan yang maha Agung/maha kuasa. Tatkala sedang menghadapi sakaratul maut nanti.
Dalil apakah yang bisa menolong untuk nmenyempurnakan nyawa ?
Bukankah kita sudah tahu bahwa malaikat itu utusan Allah. Jelaslah sudah dengan usiknya utusan,tentu hiduplah yang memerintahkan,biarpun sehelai bulu usiknya,begitu pula bertambah panjangnya bulu itu, juga semua itu malaikat. Malaikat itu bukan jirim bukan jisim. Tentunya terasa oleh kita bahwa sedang tidur itupun,juga bulu memanjang akan tetap berlaku.Nah begitulah kenyataannya malaikat pada diri kita ini,tidak akan hilanhg dengan badan kita ini.Siang dan malam terus bekerja tiada hentinya. Jadi usiknya dalam melihat,mendengar,mencium,dn dalam bicara.Mandornya ialah, JIBRIL,MIKAIL,ISROFIL, DAN IZROIL.
WA KUTUBIHI,artinya : Percaya kepada kitab kitab-Nya.
Jadi yang benar-benar percaya kepada kitabnya itu seperti Al-qur’an,harus dirangkap dengan wujud kita ini.Jdi begini,kalau kita belum mengetahuinya,kita harus percaya kepadaa takdir yang sudah tertulis kepada diri kita sendiri.Kita harus yakin dngan adanya takdir Tuhan itu.Tulisn wujud kita ini yang sesungguhnya,kalau kita sudah ainal yakin dan hakkul yakin,kita bisa sabar dalam menghadapi apapun juga. Karena pohon ilmu itu adalah sabar dan ridho.Tentunya sudah tertulis dilikhmakhfudh. Jadi iman kepada kitab-kitabnya itu umum.Persoalan diluar alkitab,manusia tidak ada yang tahu,terkeuali Allah. Memang ada persoalan diluar kitab,tetapi amat sulit mencapainya.Itulah yang disebut MAKHSYAF,yang tiada huruf,tiada suara,dan tiada kata-kata.Ini adalah RAHASIA yang amat dalam dan amat dahsyat,dan tidak seorangpun yang mendapatkannya,keuali Tuhan sendiri. Kehendak Tuhan idak ada yang menghalanginya. Dia sanggup merubah yang tak dapat dirubah oleh mahluk. Sedang perubahan yang ada padaa mahluk ini adalah perubahan pada sangkamu saja. Tuhan kuasa menghidupkan yang mati, dan mematikan yang hidup. Fahamkanlah wahai sekalian tholib.
WA RASULIHI,artinya : Percaya kepada rasul-rasulnya.
Memang kita percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul,itupun tak ada salahnya,memang dlam bentuk nyaa,memang demikian.Tetapi karena sudah pada wafat semua,sudah lestari,maka tinggal percaya itu berbalik kepada wujud.Yaitu,kepada hakikat badan yang jadi utusan hidup kita pribadi,beginilah tekad kita sesungguhnya percaya kapada rasa wjud kita.Seperti,melihat,mendengar,mengucap dan mencium. Coba saja kita rasakan,bagaimana kita tidak peraya kepada ujud kita kita ini ?
Kalau kita menciipi garam,sudah tentu kita merasa asin,tidak mungkin yang lainnya.Demikian pula dengan yang lainnya,seperti : pendengaran,tidak mungkin salah lagi.Juga seperti panglihatan,penium dan pengucap.Semuanya dapat kita fahami dengan perasaan kita.
Disinilah orang banyak tidak faham arti rasul yang sesungguhnya.Padahal rasul atau utusan itu ada pada kita jua.Makanya kita kalau mengatakan dua kalimat syahadat itu,harus tahu rahasianya. Kalau Tuhan mengatakan Aku naik saksi,tiada Tuhan melainkan Aku,dan Muhammad ituutusanKu.Maka kitapun demikian pula adanya,kalau lain daripada itu,maka tersalahlah ma’rifat kita.Orang kebanyakan salah memahami tentang arti rasul yang sebenarnya,mereka mengira rasul itu hanya ada pada nabi-nabi, seperti nabi Muhammad. Jadi yang dimaksud dalam pengertian Muhammad itu utusanku,yaitu Muhammad dalam arti rahasia ma’rifat.Karena setiap insan kamil itu mempunyai utusan(rasul) pribadi. Disinilah letaknya nilai dan barang yang bernilai itu letaknya dalam pribadi masing-masing.
Inilah arti percaya kepada rasul-rasul yang hak.
WAL YAUMIL ACHIRI,artinya : Percaya kepada hari akhir yaitu hari kiamat ( pembalasan ).
Kiamat besar hanya kita yakini dan kiamat kecil dapat kita rasakan masing-masing.
Pertama kiamat diri,yaitu hancur leburnya kedalam Nur Muhammad,dan hingga sirna dan tuntas sampai tiada merasa lagi memiliki wujud lahir dan bathin.Dan akhirnya menunggal dengan kemaha agungan Tuhan ( menunggal dalam rahasia ).
Dan kiamat diri yang kedua ialah : dikala sakaratul maut telah tiba.Inilah yang disebut kiamat sugro,sedangkan kiamat kubro adalah kiamat yang sebenarnya.
Inilah pengertian walyaumil akhiri itu tadi. Yang terakhir sekali ialah :
WAQODRI AKHIRI, artinya : percaya kepada untung baik dan untung jahat datang daripada Allah jua. Maksunya segala perbuatan yang berlaku didalam ala mini adalah perbuatan Allah Ta’ala. Allah yang menjadikan kamu dan barang perbuatan kamu. Dan yakinlah kita bahwa kita ini tidak mempunyai daya dan upaya, kecuali dengan kudrat dan iradat Allah Ta’ala jua adanya. Maka dengan adanya rukun iman ini yang ke-enam ini, tentunya kita menjadi sadar akan diri kita ini. Kesadaran itu timbul karena ma’rifat dan ma’rifat itu timbul karena terbuka hijab (dinding).
Orang Ahli hakekat yang telah lupa kepada makhluk, karena langsung melihat Allah raja yang Hak. Mereka lupa dengan sebab musabab, karena teringat kepada yang menentukan dan yang menjadikannya. Orang ini sebagai hamba yang menghadapi hakikat yang nyata baginya terang cahayanya dan sedang berjalan pada jalannya.
Telah sampai pada puncaknya, hanya ia sedang tenggelam dalam alam cahaya : sehingga tidak kelihatan bekas-bekas mahluknya lagi. Dan lebih banyak lupanya terhadap alam, daripada ingatnya kepada makhluk. Dan bertemunya daripada renggangnya, dan lenyapnya atau leburlah dirinya dari tetapnya perasaannya, dan lupanya terhadap mahkluk daripada ingatnya pada mereka.
Demikianlah seorang ahli hakikat : yang telah fana zahirnya dan fana bathinnya kepada yang Hak. Dan siapa yang telah fana dengan Allah maka pasti ia lupa atau goib dari segala sesuatu. Orang ini pandangannya Allah semata. Siapa dalam tauhidnya itu seolah-olah sebagai hasil kepintarannya sendiri,maka tauhidnya itu tidak dapat menyelamatkan dirinya dari Api neraka.
BERTEMUNYA MANUSIA KEPADA TUHAN
Bertemunya manusia kepada Tuhan dan sampainya kepadanya, itulah puncak harapan, dan dengan itulah dia mencapai kebahagiaan dan kerajaan besar ; bahwa dengan itulah dia akan lupa dan terhibur dari sesuatu selain Allah Ta’ala. Hilangkan pandangan makhluk kepadamu, karena pua dengan englihatan Allah kepadamu. Dan lupakan perhatian/menghadapnya mahluk kepadamu.
Nikmat itu meskipun beraneka ragam bentuknya ; hanya disebabkan karena melihat Allah dan dekatnya kepada Allah. Demikian pula siksa itu walau bagaimana pun aneka ragamnya,karena terhijab, dan sempurna nikmat itu, karena melihat kepada ZAT Tuhan yang maha mulia.
Maha suci Allah yang sengaja tidak member tanda kepada walinya kecuali sekedar untuk mengenal kepadaNya.
Sebagaimana tidak menyampaikan dengan mereka, kecuali kepada orang yang hendak disampaikannya untuk mengenal Allah ; itulah HIKMAH YANG MAHA TINGGI.
Sejatinya SYECH SITI JENAR (menurut : M. SYAHIDI)
SYECH SITI JENAR lahir di Persia Iran bernama SAYYID HASAN ALI AL HUSAINI, setelah dewasa dijuluki SYECH ABDUL JALIL, ketika berdakwah di caruban – tenggara Cirebon bergelar SYECH SITI JENAR/SYECH LEMAH ABANG/SYECH BRIK
NASAB SYECH SITI JENAR
SYECH SITI JENAR/SAYYID HASAN ALI AL HUSAINI
1. BIN SAYYID SHALIH
2. BIN SAYYID ISA AL ALAWY
3. BIN SAYYID AHMAD SYAH JALALUDIN
4. BIN SAYYID ABDULLAH KHAN
5. BIN SAYYID ABDUL MALIK ASMAD KHAN
6. BIN SAYYID ALWI AMIL FAQIH
7. BIN SAYYID MUHAMMAD SOHIB MIRBAD
8. BIN SAYYID ALI HALI HASAN
9. BIN SAYYID ALWI SOHIB BAITI JUBAER
10. BIN SAYYID MUHAMMAD MAULA AS SAUMAH
11. BIN SAYYID ALWI AL-MUTTAQIR
12. BIN SAYYID UBAIRILLAH
13. BIN SAYYID AHMAD AL-MUHAJIR
14. BIN SAYYID ISA ANNAQIB
15. BIN SAYYID ALI AL –URAIDI
16. BIN SAYYID IMAM JAKFAR SHODIQ
17. BIN SAYYID IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR
18. BIN SAYYID ALI ZAINAL ABIDIN
19. BIN SAYYID IMAM HUSAINI ASSYAHID
20. BIN SAYYIDA FATIMA AZZAHRO
21. BINTI NABI MUHAMMAD S.A.W
Menurut tilik fikir dan hati saya;
Ajaran tauhid syech siti jenar mengalami beberapa ujian:
1. Syi’ar agama islam oleh WALI SANGA yang menghendaki tahapan – tahapan
2. Kekhawatiran Situasi politik kekuasan kerajaan(Raja Demak - TRENGGONO (yang pada saat itu wali sanga adalah sebagai penasehat kerajaan) yang tidak menghendaki tersaingi oleh ajaran syech siti jenar yang Semakin meluas,
3. Adanya pihak pihak yang ambil keuntungan dalam situasi tersebut, bahkan memilintir/membelok belokkan ajaran syech siti jenar
4. Adanya kolonial DE VIDE IMPERA
5. Pemahaman masyarakat di masa itu masih sangat awam, yang pada umumnya; sangat lebih mementingkan kepentingan duniawi belaka.
6. Beserta lain sejenisnya……….
TENTANG ALLAH, TAUHID DAN MANUNGGALING KAWULA GUSTI
SATU
“Allah itu adalah keadaanku, kenapa kawan-kawan pada memakai penghalang? Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun tiada wujud dua, nanti Allah sekarang Allah, tetap dzahir batin Allah, kenapa kawan-kawan masih memakai pelindung?” (Babad Tanah Sunda, Sulaeman Sulendraningrat, 1982, bagian XLIII).
Ucapan spiritual Syekh Siti Jenar tersebut diucapkan pada saat para wali menghendaki diskusi yang membahas masalah Micara Ilmu tanpa Tedeng Aling-aling. Diskusi para wali diadakan setelah Dewan Walisanga mendengar bahwa Syekh Siti Jenar mulai mengajarkan ilmu ma’rifat dan hakikat. Sementara dalam tugas resmi yang diberikan oleh Dewan Walisanga hanya diberi kewenangan mengajarkan syahadat dan tauhid. Sementara menurut Syekh Siti Jenar justru inti paling mendasar tentang tauhid adalah manunggal, di mana seluruh ciptaan pasti akan kembali menyatu dengan yang menciptakan.
Pada saat itu, Sunan Gunung Jati mengemukakan, “Adapun Allah itu adalah yang berwujud haq”; Sunan Giri berpendapat, “Allah itu adalah jauhnya tanpa batas, dekatnya tanpa rabaan.”; Sunan Bonang berkata, “Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”; Sunan Kalijaga menyatakan, “Allah itu adalah seumpama memainkan wayang.”; Syekh Maghribi berkata, “Allah itu meliputi segala sesuatu.”; Syekh Majagung menyatakan, “Allah itu bukan disana atau disitu, tetapi ini.”; Syekh Bentong menyuarakan, “Allah itu itu bukan disana sini, ya inilah.”; Setelah ungkapan Syekh Bentong inilah, tiba giliran Syekh Siti Jenar dan mengungkapkan konsep dasar teologinya di atas. Hanya saja ungkapan Syekh Siti Jenar tersebut ditanggapi dengan keras oleh Sunan Kudus, yang salah menangkap makna ungkapan mistik tersebut, “Jangan suka terlanjur bahasa menurut pendapat hamba adapun Allah itu tidak bersekutu dengan sesama.”
Mulai persidangan itulah hubungan Syekh Siti Jenar dengan para wali memanas, sebab Syekh Siti Jenar tetap teguh pada pendirian tauhid sejatinya. Sementara para Dewan Wali mengikuti madzhab resmi yang digariskan oleh kerajaan Demak, Sunni-Syafi’i. Sampai masa persidangan penentuannya, Syekh Siti Jenar tetap menyuarakan dengan lantang teologi manunggalnya bahwa, “Utawi Allah iku nyataning sun kang sampurna kang tetep ing dalem dhohir batin,” (bahwa Allah itu nyatanya aku yang sempurna yang tetap di dalam dzahir dan batin) . Riwayat yang agak sama juga tercantum dalam Babad Cerbon, terbitan Brandes (1911) pada Pupuh 23, Kinanti bait 1-8.
DUA
“Jika ada seorang manusia yang percaya kepada kesatuan lain selain dari Tuhan yang Mahakuasa, ia akan kecewa karena ia tidak akan memperoleh apa yang ia inginkan.” (S. Soebardi, The Book of ebolek, hlm. 103).
Menurut beberapa sumber, di antaranya Soebardi (1975), beberapa saat setelah Syekh Siti Jenar wafat, para wali mendengar suara yang berasal dari roh Syekh Siti Jenar yang berupa ungkapan mistik tersebut. Ungkapan mistik itu merupakan ungkapan terakhir dari sang sufi sebagai bukti bahwa sampai sesudah wafatnya, dia memperoleh apa yang diinginkannya, dan menjadi bukti kebenaran ajarannya, yakni kehidupan sejati dalam kesatuan; manunggaling kawula-Gusti.
TIGA
“… tidak usah kebanyakan teori semu, sesungguhnya ingsun inilah Allah. Nyata Ingsun Yang Sejati, bergelar Prabu Satmata, yang tidak ada lain kesejatiannya, yang disebut sebangsa Allah…” (R. Tanoyo: Walisanga, hlm. 124)
Maksud bebas ungkapan tersebut adalah “tidak usah kebanyakan bicara tentang teori ketuhanan, sesungguhnya ingsun (aku sejati) inilah Allah. Yaitu Ingsun (Kedirian) Yang Sejati, juga bergelar Prabu Satmata (Tuhan Yang Maha Melihat, mengetahui segala-galanya), dan tidak boleh ada yang lain yang penyebutannya mengarah kepada Allah sebagai Tuhan”.
EMPAT
“Mungguh sajatine ananing zdat kang sanyata iku muhung ana anteping tekat kita, tandhane ora ana apa-apa, ananging kudu dadi sabarang sedya kita kang satuhu” [Sebenarnya, keberadaan dzat yang nyata itu hanya berada pada mantapnya tekad kita, tandanya tidak ada apa-apa, akan tetapi harus menjadi segala niat kita yang sungguh-sungguh]. (Serat Candhakipun Riwayat Jati, hlm. 1).
Menurut Syekh Siti Jenar, keberadaan dzat hanya ada beserta kemantapan hati dalam merengkuh Tuhan. Dalam diri tidak ada apa-apa kecuali menjadikan menunggal sebagai niat dan yang mewarnai segala hal yang berhubungan dengan asma, sifat dan af’al Pribadi. Inilah di antara maksud utama ungkapan di atas. Jadi pemahaman atas ungkapan itu harus tetap berada dalam lingkup kemanunggalan. Kemanunggalan tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan perangkat syari’at dan tarekat. Apalagi sekedar syari’at lahiriyah (nominal). Kemanunggalan akan berhasil seiring dengan tekad hati dan keseluruhan Pribadi dalam merengkuh Allah, sebagaimana roh Allah pada awalnya ditiupkan atas setiap pribadi manusia.
LIMA
“…marilah kita berbicara dengan terus terang. Aku ini Allah. Akulah yang sebenarnya disebut Prabu Satmata, tidak ada lain yang bernama Allah…saya menyampaikan ilmu tertinggi yang membahas ketunggalan. Ini bukan badan, selamanya bukan, karena badan tidak ada. Yang kita bicarakan ialah ilmu sejati dan untuk semua orang kita membuka tabir [artinya membuka rahasia yang paling tersembunyi.]” (Serat Siti Jenar Asmarandana, hlm. 15, bait 20-22).
ENAM
“Tidak usah banyak tingkah, saya inilah Tuhan, Ya, betul-betul saya ini adalah Tuhan yang sebenarnya, bergelar Prabu Satmata, ketahuilah bahwa tidak ada bangsa Tuhan yang lain selain saya. …. Saya ini mengajarkan ilmu untuk betul-betul dapat merasakan adanya kemanunggalan. Sedangkan bangkai itu selamanya kan tidak ada. Adapun yang dibicarakan sekarang ini adalah ilmu yang sejati yang dapat membuka tabir kehidupan. Dan lagi, semuanya sama. Sudah tidak ada tanda secara samar-samar, bahwa benar-benar tidak ada perbedaan lagi. Jika ada perbedaan yang bagaimanapun, saya akan tetap mempertahankan tegaknya ilmu tersebut.” (Boekoe Siti Djenar, Tan Khoen Swie, hlm. 18-20).
TUJUH
“Jika Anda menanyakan dimana rumah Tuhan, jawabnya tidaklah sulit. Allah berada pada dzat yang tempatnya tidak jauh, yaitu bersemayam di dalam tubuh. Tetapi hanya orang yang terpilih yang bisa melihatnya, yaitu orang yang suci.” (Suluk Wali Sanga, R. Tanaja, hlm. 42-46).
Ungkapan no. 5, 6, dan 7.
Dinyatakan dalam sidang para wali yang dipimpin oleh Sunan Giri bertempat di Giri Kedaton. Penjelasan Syekh Siti Jenar bahwa dirinya bukan badan menanggapi pernyataan Maulana Maghribi yang bertanya, “Tetapi yang kau tunjukkan itu hanya badan.” Syekh Siti Jenar menyampaikan ajaran “ingsun” yang dikemukakan secara radikal, yang mengajarkan kesamaan tuntas antara san pembicara dengan Allah. Ini sebagai efek dari berbagai pengalaman spiritualnya yang demikian tinggi, sehingga Manunggaling Kawula-Gusti juga meniscayakan adanya manunggalnya kalam (pembicaraan, sabda, firman). Adapun gelar Prabu Satmata memilki makna sama dengan Hyang Manon atau Yang Maha Tahu. Gelar tersebut juga diberikan kepada para Walisanga kepada Sunan Giri. Nampak bahwa Syekh Siti Jenar memiliki pendirian tegas, bahwa ilmu spiritual harus diajarkan kepada semua orang. Karena justru dengan membuka tabir itulah, orang akan mengetahui hakikat kehidupan dan rahasia hidupnya.
DELAPAN
“Syekh Lemah Abang namaku, Rasulullah ya aku, Muhammad ya aku, Asma Allah itu sesungguhnya diriku; ya Akulah yang menjadi Allah ta’ala.” (Wawacan Sunan Gunung Jati terbitan Emon Suryaatmana dan T.D. Sudjana, Pupuh 38 Sinom, bait 13).
Ungkapan mistik Syekh Siti Jenar tersebut menunjukkan, bahwa dalam teologi manunggaling kawula-Gusti, tidak hanya terjadi proses kefanaan antara hamba dan pencipta sebagaimana apa yang dialami oleh Bayazid al-Bustami dan Manshur al-Hallaj. Dalam kasus pengalaman mistik Syekh Siti Jenar, antara syahadat Rasul dan syahadat Tauhid ikut larut dalam kefanaan.
Sehingga dalam pengalaman mistik manunggal ini, terjadi kemanunggalan diri, Rasul dan Tuhan. Suatu titik puncak pengalaman spiritual, yang sudah dialami oleh para ulama sufi sejak abad ke-9, yakni sejak fana’nya Bayazid al-Busthami, Junaid al-Baghdadi, “ana al-Haqq”-nya Manshur al-Hallaj, juga ‘Aynul Quddat al-Hamadani, dan Syaikh al-Isyraq Syuhrawardi al-Maqtul, dan akhirnya menemukan titik kulminasinya pada teologi Manunggaling Kawula-Gusti Syekh Siti Jenar.
SEMBILAN
“Sesungguhnyalah, Lapal Allah yaitu kesaksian akan Allah, yang tanpa rupa dan tiada tampak, membingungkan orang, karena diragukan kebenarannya. Dia tidak mengetahui akan diri pribadinya yang sejati, sehingga ia menjadi bingung. Sesungguhnya nama Allah itu untuk menyebut wakil-Nya, diucapkan untuk menyatakan yang dipuja dan menyatakan suatu janji. Nama itu ditumbuhkan menjadi kalimat yang diucapkan: “Muhammad Rasulullah”. Padahal sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur lebur bercampur tanah.” “Lain jika kita sejiwa dengan Zat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani, naha sakti dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu Pangeran saya, yang menguasai dan memerintah saya, yang bersifat wahdaniyah, artinya menyatukan diri dengan ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara melebihi peluru atau anak sumpitan, bukan budi bukan nyawa, bukan hidup tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak tanpa tujuan.” “Dia itu yang bersatu padu menjadi wujud saya. Tiada susah payah, kodrat dan kehendak-Nya, pergi ke mana saja tiada haus, tiada lelah tanpa penderitaan dan tiada lapar. Kekuasan-Nya dan kemampuan-Nya tiada kenal rintangan, sehingga pikiran keras dari keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya kearif-bijaksanaan tanpa saya ketahui keluar dan masuk-Nya, tahu-tahu saya menjumpai Ia sudah ada disana”. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sastrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 45-48).
Pernyataan di atas adalah tafsir sederhana dari sasahidan yang menjadi intisari ajaran Syekh Siti Jenar, dan landasan mistik teologi kemanunggalan. Kalimah syahadat yang hanya diucapkan dengan lisan dan hanya dihiasi dengan perangkat kerja fisik (pelaksanaan fiqih Islam dengan tanpa aplikasi spiritual), hakikatnya adalah kebohongan. Pelaksanaan aspek fisik keagamaan yang tidak disertai dengan implikasi kemanunggalan roh, sebenarnya jiwa orang itu mencuri, yakni mencuri dari perhatiannya kepada aspek Allah dalam diri. Itulah sebenar-benarnya munafik dalam tinjauan batin, dan fasik dalam kacamata lahir. Sebab manusia sebagai khalifah-Nya adalah cermin Ilahiyah yang harus menampak kepada seluruh alam. Sebagai alatnya adalah kemanunggalan wujudiyah sebagaimana terdapat dalam Sasahidan. Terdapat kesatupaduan antara Allah, Rasul dan manusia. Masing-masing bukanlah sesuatu yang saling asing mengasingkan.
Kesejatian Hidup dan Kehidupan
SEPULUH.
“Rahasia kesadaran kesejatian kehidupan, ya ingsun ini kesejatian hidup, engkau sejatinnya Allah, ya ingsun sejatinya Allah; yakni wujud (yang berbentuk) itu sejatinya Allah, sir (rahsa=rahasia) itu Rasulullah, lisan (pangucap) itu Allah, jasad Allah badan putih tanpa darah, sir Allah, rasa Allah, rahasia kesejatian Allah, ya ingsun (aku) ini sejatinya Allah.” (Wejangan Walisanga: hlm. 5).
Subtansi dari ungkapan spiritual tersebut adalah bahwa kesejatian hidup, rahasia kehidupan hanya ada pada pengalaman kemanunggalan antara kawula-Gusti. Dan dalam tataran atau ukuran orang ‘awam hal itu bisa diraih dengan memperhatikan uraian dan wejangan Syekh Siti Jenar tentang “Shalat Tarek Limang Waktu”.
SEBELAS
“Adanya kehidupan itu karena pribadi, demikian pula keinginan hidup itupun ditetapkan oleh diri sendiri. Tidak mengenal roh, yang melestarikan kehidupan, tiada turut merasakan sakit ataupun lelah. Suka dukapun musnah karena tiada diinginkan oleh hidup. Dengan demikian hidupnya kehidupan itu, berdiri sendiri sekehendak.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 32).
Pernyataan tersebut menunjukkan adanya kebebasan manusia dalam menentukan jalan hidup. Manusia merdeka adalah manusia yang terbebas dari belenggu kultural maupun belenggu struktural. Dalam hidup ini, tidak boleh ada sikap saling menguasai antar manusia, bahkan antara manusia dengan Tuhanpun hakikatnya tidak ada yang menguasai dan yang dikuasai. Ini jika melihat intisari ajaran manunggalnya Syekh Siti Jenar. Sebab dalam manusia ada roh Tuhan yang menjamin adanya kekuasaan atas pribadinya dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Dan allah itulah satu-satunya Wujud. Yang lain hanya sekedar mewujud. Cahaya hanya satu, selain itu hanya memancarkan cahaya saja, atau pantulannya saja. Subtansi pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut adalah Qs. Al-Baqarah/2;115, “Timur dan Barat kepunyaan Allah. Maka ke mana saja kamu menghadap di situlah Wajah Allah. ” Wujud itu dalam Pribadi, dan di dunia atau alam kematian ini, memerlukan wadah bagi pribadi untuk mengejawantah, menguji diri sejauh mana kemampuannya mengelola keinginan wadag, sementara Pribadinya tetap suci.
Tuhan dan Kemanusiaan
DUA BELAS
“Zat wajibul maulana adalah yang menjadi pemimpin budi yang menuju ke semua kebaikan. Citra manusia hanya ada dalam keinginan yang tunggal. Satu keinginan saja belum tentu dapat melaksanakan dengan tepat, apa lagi dua. Nah, cobalah untuk memisahkan zat wab/jibul maulana dengan budi, agar supaya manusia dapat menerima keinginan yang lain”. (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 44).
Manusia yang mendua adalah manusia yang tidak sampai kepada derajat kemanunggalan. Sementara manusia yang manunggal adalah pemilik jiwa yang iradah dan kodratnya telah pula menyatu dengan Ilahi. Sehingga akibat terpecahnya jiwa dengan roh Ilahi, maka kehidupannya dikuasai oleh keinginan yang lain, yang dalam al-Qur’an disebut sebagai hawa nafsu. Maka agar tidak terjadi split personality, dan tidak mengakibatkan kerusakan dalam tatanan kehidupan, harus ada keterpaduan antara Zat Wajibul Maulana dengan budi manusia. Dan sang Zat Wajibul Maulana ini berada di dalam kedirian manusia, bukan di luarnya.
TIGA BELAS
“Hyang Widi, kalau dikatakan dalam bahasa di dunia ini, baka bersifat abadi, tanpa antara, tiada erat dengan sakit ataupun rasa tidak enak. Ia berada baik di sana, maupun di sini, bukan itu bukan ini. Oleh tingkah yang banyak dilakukan dan yang tidak wajar, menuruti raga, adalah sesuatu yang baru. Segala sesuatu yang berwujud, yang tersebar di dunia ini, bertentangan dengan sifat seluruh yang diciptakan, sebab isi bumi itu angkasa yang hampa.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 30).
Tuhan adalah yang maha meliputi. Keberadaannya, tidak dibatasi oleh lingkup ruang dan waktu, keghaiban atau kematerian. Hakikat keberadaan segala sesuatu adalah keberadaan-Nya. Oleh karenanya keberadaan segala sesuatu di hadapan-Nya sama dengan ketidakberadaan segala sesuatu, termasuk kedirian manusia. Maka sikap yang selalu menuruti raga disebut sebagai “sesuatu yang baru” dalam arti tidak mengikuti iradah-Nya. Raga seharusnya tunduk kepada jiwa yang dinaungi roh Ilahi. Sebab raga hanyalah sebagai tempat wadag bagi keberadaan roh itu. Jangan terjebak hanya menghiasi wadahnya, namun seharusnya yang mendapat prioritas untuk dipenuhi perhiasan dan dicukupi kebutuhannya adalah isi dari wadah.
EMPAT BELAS
“Gagasan adanya badan halus itu mematikan kehendak manusia. Dimanakah adanya Hyang Sukma, kecuali hanya diri pribadi. Kelilingilah cakrawala dunia, membumbunglah ke langit yang tinggi, selamilah dalam bumi sampai lapisan ke tujuh, tiada ditemukan wujud yang Mulia.”
“Ke mana saja sunyi senyap adanya; ke utara, selatan, barat, timur dan tengah, yang ada di sana-sana hanya di sini adanya. Yang ada di sini bukan wujud saya. Yang ada didalamku adalah hampa yang sunyi. Isi dalam daging tubuh adalah isi perut yang kotor. Maka bukan jantung bukan otak yang pisah dari tubuh, laju pesat bagaikan anak panah lepas dari busur, menjelajah Mekah dan Madinah.”
“Saya ini bukan budi, bukan angan-angan hati, bukan pikiran yang sadar, bukan niat, bukan udara, bukan angin, bukan panas dan bukan kekosongan atau kehampaan. Wujud saya ini jasad, yang akhirnya menjadi jenazah, busuk bercampur tanah dan debu. Napas saya mengelilingi dunia, tanah, api, air dan udara kembali ke tempat asalnya atau aslinya, sebab semuanya barang baru, bukan asli.”
“Maka saya ini Zat yang sejiwa, menyukma dalam Hyang Widi. Pangeran saya bersifat jalal dan jamal, artinya Mahamulia dan Mahaindah. Ia tidak mau shalat atas kehendak sendiri, tidak pula mau memerintahkan untuk shalat kepada siapapun. Adapun orang shalat, itu budi yang menyuruh, budi yang laknat dan mencelakakan, tidak dapat dipercaya dan diturut, karena perintahnya berubah-ubah. Perkataannya tidak dapat dipegang, tidak jujur, jika diturut tidak jadi dan selalu mengajak mencuri.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 33-36).
Menurut Syekh Siti Jenar, Allah bukanlah sesuatu yang asing bagi diri manusia. Allah juga bukan yang ghaib dari manusia. Walaupun Ia penyandang asma al-Ghayb, namun itu hanya dari sudut materi atau raga manusia. Secara rohiyah, Allah adalah ke-Diri-an manusia itu. Dalam diri manusia terdapat roh al-idhafi yang membimbing manusia untuk mengenal dan menghampirinya. Sebagai sarananya, dalam otak kecil manusia, Allah menaruh God-spot (titik Tuhan) sebagai filter bagi kerja otak, agar tidak terjebak hanya berpikir materialistik dan matematis. Inilah titik spiritual yang akan menghubungkan jiwa dan raga melalui roh al-idhafi. Dari sistem kerja itulah kemudian terjalin kemanunggalan abadi. Maka kalau ada anggapan bahwa Allah itu ghaib bagi manusia, sesuatu yang jauh dari manusia, pandangan itu keliru dan sesat.
Sekali lagi apa yang terurai di atas, adalah suatu kedaaan dan kesadaran yang sudah tidak ada tingkatan lagi. Jika masih ada terdapat tingkatan maka sebaiknya disempurnakan lagi. Karena tingkatan itu telah dilebur menjadi satu dengan nama keyakinan, sehingga tidak ada perbedaan atau tingkatan. Semuanya berpulang kepada Allah, Tuhan sekalian Alam, apa kata Alam ini ialah juga kehendak-Nya yang merupakan wujud ADA dalam kehidupan manusia beserta makhluk lainnya…allahu akbar.
LIMA BELAS
“Syukur kalo saya sampai tiba di alam kehidupan yang sejati. Dalam alam kematian ini saya kaya akan dosa. Siang malam saya berdekatan dengan api neraka. Sakit dan sehat saya temukan di dunia ini. Lain halnya apabila saya sudah lepas dari alam saya kematian ini. Saya akan hidup sempurna, langgeng tiada ini itu.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh VI Pangkur, 20-21).
Dalam prespektif kemanunggalan, dunia adalah alam kematian yang sesungguhnya, dikarenakan roh Ilahinya terpenjara dalam badan wadagnya. Dengan badan wadag yang berhias nafsu itulah, terjadi dosa manusia. Sehingga keberadaan manusia di dunia penuh dengan api neraka. Ini sangat berbeda kondisinya dengan alam setelah manusia memasuki pintu kematian. Manusia akan manunggal di alam kehidupan sejati setelah mengalami mati. Disanalah ditemukan kesejatian Diri yang tidak parsial. Dirinya yang utuh, sempurna, dengan segala kehidupan yang juga sempurna.
ENAM BELAS
“Menduakan kerja bukan watak saya! Siapa yang mau mati! Dalam alam kematian orang kaya akan dosa! Balik jika saya hidup yang tak kenal ajal, akan langgeng hidup saya, tidak perlu ini itu. Akan tetapi bila saya disuruh milih hidup atau mati saya tidak sudi! Sekalipun saya hidup, biar saya sendiri yang menentukan! Tidak usah Walisanga memulangkan saya ke alam kehidupan! Macam bukan wali utama saya ini, mau hidup saja minta tolong pada sesamanya. Nah marilah kamu saksikan! Saya akan pulang sendiri ke alam kehidupan sejati.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh VIII Dandanggula, 14-16).
Karena kematian hanya sebagai pintu bagi kesempurnaan hidup yang sesungguhnya, maka sebenarnya kematian juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari keberadaan manusia sebagai pribadi. Oleh karena itu, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan bukan sesuatu yang bisa dipilih orang lain. Kematian adalah hal yang muncul dengan kehendak Pribadi, menyertai keinginan pribadi yang sudah berada dalam kondisi manunggal. Oleh karena itu, dalam sistem teologi Syekh Siti Jenar, sebenarnya tidak ada istilah “dimatikan” atau “dipulangkan”, baik oleh Allah atau oleh siapapun. Sebab dalam hal mati ini, sebenarnya tidak ada unsur tekan-menekan atau paksaan. Pintu kematian adalah sesuatu hal yang harus dijalani secara sukarela, ikhlas, dan harus diselami pengetahuannya, agar ia mengetahui kapan saatnya ia menghendaki kematiannya itu. Barulah jika seseorang memang tidak pernah mempersiapkan diri, dan tidak pernah mau mempelajari ilmu kematian, tanpa tau arahnya ke mana, dan tidak mengerti apa yang sedang dialami.
TUJUH BELAS
“…Betapa banyak nikmat hidup manfaatnya mati. Kenikmatan ini dijumpai dalam mati, mati yang sempurna teramat oleklah dia. Manusia sejati-sejatinya yang sudah meraih puncak ilmu. Tiada dia mati, hidup selamanya. Menyebutkan mati syirik, lantaran tak tersentuh lahat, hanya beralih tempatlah dia dengan memboyong kratonnya. Kenikmatan mati tak dapat dihitung…” “…Tersasar, tersesat, lagi terjerumus, menjadikan kecemasan, menyusahkan dalam patinya, justru bagi ilmu orang remeh…” (Babad Jaka Tingkir-Babad Pajang, hlm. 74).
Menurut penuturan Babad Jaka Tingkir, ungkapan mistik itu keluar dari ucapan darah Syekh Siti Jenar, setelah dipenggal kepalanya oleh Dewan Walisanga. Darah yang menyembur, jatuh ke tanah melukis kaligrafi la ilaaha illallah, dan mengeluarkan ucapan-ucapan mistik tersebut. Para wali dan masyarakat yang menyaksikannya terkejut campur bingung. Setelah beberapa saat, dari lisan kepala yang sudah dipenggal, keluar ucapan yang memerintahkan agar darah kembali ke jasadnya, demikian pula kepala menyatu dengan tubuh. Jelas bahwa kematian fisik tak mampu menyentuh Syekh Siti Jenar. Mati ada dalam hidup, hidup ada dalam mati.hidup selamanya tidak mati, kembali ke tujuan, langgeng selamanya. Setelah berpamitan dan mengucapkan salam kepada semua yang menyaksikan, Syekh Siti Jenar dengan diliputi oleh semerbak bau harum terbungkus cahaya gemerlapan yang menyorot ke atas, kemudian lenyap terserap ke dalam al-Ghaib, Dia Yang Sudah Dimuliakan. Iringan cahaya bersinar cemerlang, berkilau gemilang, berkobar menyala, menyuramkan sinar sang mentari, menyilaukan pandang semua orang yang menyaksikan.
Adapun pelaksanaan hukuman atas dirinya, oleh Syekh Siti Jenar sengaja dibiarkan terlaksana, guna memenuhi hukum duniawi, sekaligus sebagai monumen kebenaran ajarannya. Tanpa bukti yang dinampakkan secara dzahir, maka kebenaran ajaran Manunggaling Kawula-Gusti tidak akan pernah terwujud. Sebab pembuktian itu –sebagaimana sudah terjadi pada Mansur al-Hallaj, al-Syuhrawardi dan ‘Aynul Quddat al-Hamadani sebagai pendahulunya – memang menuntut jasad sang Guru sebagai martir atau syahid bagi kesufiannya. Dengan kemartirannya dan kesediannya sebagai syuhada’ bagi sufisme di Tanah Jawa itulah ia disebut sebagai Syekh Jatimurni, Guru Pemilik Inti Kesejatian atau Pusar Ilmu Kasampurnan.
AJARAN TENTANG PENERAPAN RUKUN IMAN, ISLAM DAN IHSAN
Materi Pokok Pengajaran Syekh Siti Jenar
DELAPAN BELAS
“…Kepada mereka, Siti Jenar pertama-tama mengajarkan akan asal usul kehidupan, kedua diberitahukan akan pintu kehidupan. Ketiga, tempat besok bila sudah hidup kekal abadi, keempat alam kematian yaitu yang sedang dijalani sekarang ini. Lagipula mereka diberitahu akan adanya Yang Maha Luhur…” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh IV Sinom, 6-7).
Kepada pada muridnya, Syekh Siti Jenar mengajarkan ilmu ma’rifat secata bertahap, yang harus dikuasai oleh seseorang, jika ingin menjadi manusia sempurna (al-insan al-kamil), serta bagi yang ingin menempuh laku manunggal dengan Tuhan. (1) Pertama-tama Syekh Siti Jenar mengajarkan tentang asal-usul manusia [ngelmu sangkan-paran]; (2) Langkah berikutnya, ia mengajarkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan, khususnya apa yang disebut sebagai pintu kehidupan; (3) Langkah ketiga Syekh Siti Jenar menunjukkan tempat manusia besok ketika sudah hidup kekal abadi; (4) Taham keempat, ia menunjukkan tempat alam kematian, yaitu yang sedang dialami dan dijalani manusia sekarang ini, di dunia ini, serta berbagai kiat cara menghadapinya; (5) Langkah terakhir Syekh Siti Jenar mengajarkan tentang adanya Tuhan Yang Maha Luhur yang menjadikan bumi dan angkasa, sebagai pelabuhan akhir bagi kemanunggalan dan keabadian.
Sasahidan: Intisari Ajaran Syekh Siti Jenar
SEMBILAN BELAS
“Insun anakseni ing Datingsun dhewe, satuhune ora ana Pangeran amung Ingsun, lan nakseni Ingsun satuhune Muhammad iku utusan Ingsun, iya sajatine kang aran Allah iku badan Ingsun, Rasul iku rahsaning-Sun, Muhammad iku cahyaning-Sun, iya Ingsun kang eling tan kena ing lali, iya Ingsun kan langgeng ora kena owah gingsir ing kahanan jati, iya Ingsun kang waskitha ora kasamaran ing sawiji-wiji, iya Ingsun kang amurba amisesa, kang kawasa wicaksana ora kukurangan ing pangerti, byar.. sampurna padhang terawang-an, ora karasa apa-apa, ora ana keton apa-apa, mung Insun kang nglimputi ing ngalam kabeh, kalawan kodrating-Sun.” (R. Ng. Ranggawarsita, WIRID Punika Serat Wirid Anyariyo-saken Wewejanganipun Wali VIII, Administrasi Jawi Kandha Surakarta, penerbit Albert Rusche & Co., Surakarta, 1908, hlm.15-16).
Terjemahan, “Aku angkat saksi di hadapan Dzat-Ku sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku, dan Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku, sesungguhnya yg disebut Allah Ingsun diri sendiri (badan-Ku), Rasul itu Rahsa-Ku, Muhammad itu cahaya-Ku, Akulah Dzat yg hidup tidak akan terkena mati, Akulah Dzat yang selalu ingat tidak pernah lupa, Akulah Dzat yg kekal tidak ada perubahan dalam segala keadaan, (bagi-Ku) tidak ada yg samar sesuatupun, Akulah Dzat yang Maha Menguasai, yang Kuasa dan Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benerang, tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanya Aku yg meliputi sekalian alam dengan kodrat-Ku.”
Ajaran tersebut disebut sebagai ajaran atau wejangan Sasahidan Serat Wirid Hidayat Jati merupakan naskah paling terkenal hasil karya R. Ng. Ranggawarsita. Menurut R. Ng. Ranggawarsita, naskah tersebut merupakan wejangan wali ke-8. wali VIII yang dimaksud adalah Sunan Kajenar atau Syekh Siti Jenar. Ini sesuai dengan pernyataan Ranggawarsita sendiri dalam naskah tersebut pada halaman 5 dan 6, dimana wejangannya adalah Sasahidan atau Penyaksian. Oleh Ranggawarsita, Sunan Kajenar disebut sebagai wali dalam dua angkatan, yakni angkatan pertama di awal Kerajaan Demak dan angkatan dua, yakni pada masa akhir Kerajaan Demak. Melihat pernyataan ini, logis jika tahun wafatnya Syekh Siti Jenar ditetapkan pada tahun 1517, sebab setelah kekuasaan Raden Fatah usia Kerajaan Demak tidak berlangsung lama, disambung dengan Kerajaan Pajang.
Dari wejangan Sasahidan itu, nampaklah pengalaman spiritual dan keadaan kemanunggalan pada diri Syekh Siti Jenar terjadi dalam waktu yang lama, dan mendominasi keseluruhan wahana batin Syekh Siti Jenar. Nampak juga bahwa dalam intisari ajaran tersebut, konsistensi sikap batin dan sikap dzahir dari ajaran Syekh Siti Jenar. Jika ilmu tidak ada yang dirahasiakan dalam pengajaran, maka demikian pula pengalaman batin dari keagamaan juga tidak bisa disembunyikan. Dan pengalaman keagamaan yang terlahir tidak harus ditutup-tutupi walaupun dengan dalih dan selubung syari’at. Dan akhirnya dalam ajaran Sasahidan itulah, semua ajaran Syekh Siti Jenar tersimpul.
Kemanunggalan Ke-Iman-an
DUA PULUH
“Adapun manunggalnya keimanan, itu menjadi tempat berkumpulnya jauhar (mutiara) Muhammad, terdiri atas 15 perkara, seperti perincian di bawah ini:
a. Imannya imam, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah keberadaan Allah.
b. Imannya tokide (tauhid), maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah panunggale (tempat manunggalnya) Allah.
c. Imannya syahadat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah sifatullah (sifatnya Allah).
d. Imannya ma’rifat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah kewaspadaan Allah.
e. Imannya shalat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah menghadap Allah.
f. Imannya kehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah.
g. Imannya takbir, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah kepunyaan keangungan Allah.
h. Imannya saderah, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah pertemuan Allah.
i. Imannya kematian, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah kesucian Allah.
j. Imannya junud, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah wadahnya Allah.
k. Imannya jinabat, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah kawimbuhaning (bertambahnya ni’mat dan anugerah) Allah.
l. Imannya wudlu, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah asma (Nama) Allah.
m.Imannya kalam (perkataan), maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah ucapan Allah.
n. Imannya akal, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah juru bicara Allah.
o. Imannya nur, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah wujudullah, yaitu tempat berkumpulnya seluruh jagat (makrokosmos), dunia akhirat, surga neraka, ‘arsy kursi, loh kalam (lauh al-kalam), bumi langit, manusia, jin, belis (iblis) laknat, malaikat, nabi, wali, orang mukmin, nyawa semua, itu berkumpul di pucuknya jantung yang disebut alam kiyal (‘alam al-khayal), maksudnya adalah angan-angannya Tuhan, itulah yang agung yang disebut alam barzakh, yang dimaksudnya adalah pamoring gusti kawula, yang disebut alam mitsal, yang dimaksudnya adalah awal pengetahuan, yaitu kesucian dzat sifat asma af’al, yang disebut alam arwah, maksudnya berkumpulnya nyawa yang adalah dipenuhi sifat kamal jamal.” (Wedha Mantra, hlm. 54-55).
Ajaran tersebut terkenal dengan sebutan panunggaling iman. Dari aplikasi iman dalam bentuk keimanan Manunggaling Kawula-Gusti tersebut tampak, bahwa fungsi manusia sebagai khalifatullah (wakil real Allah) di muka bumi betul-betul nyata. Manusia adalah cermin dan pancaran wujud Allah, dengan fungsi iradah dan kodrat yang berimbang. Semua bentuk syari’at agama ternyata memiliki wujud implementasi bagi tekad hatinya, sekaligus ditampakkan melalui tingkah lahiriyahnya.
Jelas sudah bahwa dalam sistem sufisme Imannya kehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah, ajaran “langit” Allah berhasil “dibumikan” oleh Imannya kehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah. Melalui doktrin utama Manunggaling Kawula-Gusti. Manusia diajak untuk membuktikan keberadaan Allah secara langsung, bukan hanya memahami “keberadaan” dari sisi nalar-pikir (ilmu) dan rasa sentimen makhluk (perasaan yang dipaksa dengan doktrin surga dan neraka). Imannya kehidupan, maksudnya adalah jangan ragu dan jangan mensekutukan, engkau adalah kehidupannya Allah. Mengajarkan dan mengajak manusia bersama-sama “merasakan” Allah dalam diri pribadi masing-masing.
DUA PULUH SATU
Adapun yang menjadi maksud:
a. Iman, adalah pangandeling (pusaka andalan), roh.
b. Tokid (tauhid), panunggale (saudara tak terpisah, tempat manunggal) roh.
c. Ma’rifat, penglihatan roh.
d. Kalbu, penerimaan (antena penerima) roh.
e. Akal, pembicaraannya roh.
f. Niat, pakaremaning roh.
g. Shalat, menghadapnya roh.
h. Syahadat, keadaan roh.” (Wedha Mantra, hlm. 54).
Pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut mempertegas maksud Manunggalnya Iman di atas. Di dalam hal ini, Syekh Siti Jenar menjelaskan maksud dari masing-masing doktrin pokok tauhid dan fiqih ketika dikaitkan dengan spiritual. Iman, tauhid, ma’rifat, qalbu, dan akal adalah doktrin pokok dalam wilayah tauhid; dan niat, shalat serta syahadat adalah doktrin pokok fiqih. Oleh Syekh Siti Jenar semua itu sirangkai menjadi bentuk perbuatan roh manusia, sehingga masing-masing memiliki peran dan fungsi yang dapat menggerakkan seluruh kepribadian manusia, lahir dan batin, roh dan jasadnya. Itulah makna keimanan yang sesungguhnya. Sebab rukun iman, rukun Islam dan ihsan pada hakikatnya adalah suatu kesatuan yang utuh yang membentuk kepribadian illahiyah pada kedirian manusia.
DUA PULUH DUA
“Yang disebut kodrat itu yang berkuasa, tiada yang mirip atau yang menyamai. Kekuasaannya tanpa piranti, keadaan wujudnya tidak ada baik luar maupun dalam merupakan kesantrian yang beraneka ragam. Iradatnya artinya kehendak yang tiada membicarakan, ilmu untuk mengetahui keadaan, yang lepas jauh dari pancaindera bagaikan anak gumpitan lepas tertiup.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandangula, 31).
Bagi Syekh Siti Jenar, kodrat dan iradat bukanlah hal yang terpisah dari manusia, dan bukan mutlak milik Allah. Kodrat dan iradat menurut Syekh Siti Jenar terkait erat dengan eksistensi sang Pribadi (manusia). Pribadi adalah eksistensi roh. Maka jika roh adalah pancaran cahaya-Nya, pribadi adalah tajalli-Nya, penjelmaan Diri-Nya. Pribadi adalah Allah yang menyejarah. Maka Syekh Siti Jenar mengemukakan bahwa dirinya adalah sang pemilik dua puluh sifat ketuhanan. Oleh karena itu kodrat merupakan kuasa pribadi, sifat yang melekat pada pribadi sejak zaman azali dan itu langgeng. Demikian pula adanya iradat, kehendak atau keinginan.
Antara karsa, keinginan dan kuasa, adalah hal yang selalu berkelindan bagi wujud keduanya. Tentu menyangkut kehendak, setiap pribadi memiliki karsa yang mandiri dan yang berhak merumuskan hanyalah “perundingan” antara pemilik iradah dengan Yang Maha Memiliki Iradah. Kemudian untuk mewujudkan rasa cipta itu, perlu juga pelimpahan kodrat Allah pada manusia. Untuk itu semua, Syekh Siti Jenar mendidik manusia untuk mengetahui Yang Maha Kuasa, dan mengetahui letak pintu kehidupan serta kematian. Tujuannya jelas, agar manusia menjadi Pribadi Sejati, pemilik iradah dan kodrat bagi dirinya sendiri.
Syahadat
DUA PULUH TIGA
“Inilah maksud syahadat: ‘Ashadu;jatuhnya rasa, ilaha;kesejatian rasa, illallah; bertemu rasa. Muhammad hasil karya yang maujud, Pangeran; kesejatian kehidupan.”
Dalam hal syahadat ini, Syekh Siti Jenar mengajarkan berbagai macam syahadat dan hal itu selaras dengan konsep utama ajarannya, manunggaling kawula-Gusti, serta tetap di atas fondasi ajaran shalat daim. Syahadat dalam hal ini, adalah menjadi keadaan roh, bukan sekedar ucapan lisan, dan hasil pengolahan nalar-pikiran, atau bisikan hati. Susunan kalimat syahadat adalah campuran bahasa Arab dan bahasa Jawa. Hal ini menjadi kebiasaan Syekh Siti Jenar dalam mengajarkan ajaran-ajarannya, sehingga dengan mudah dan gamblang murid serta pengikutnya mampu memahami dan mengamalkan ajaran tersebut, tanpa kesulitan akibat kendala bahasa.
Beberapa wali di Jawa, selain Syekh Siti Jenar juga memiliki dan mengajarkan syahadat. Misalnya syahadat Sunan Giri, “Bismillahirrahmanirrahim, syahadat kencana sinarawedi, sahadu minangka kencana sinarawedi, dzat sukma kang ginawa mati, kurungan mas ilang tanpa kerana, sira muliha maring kubur.” Syahadat Sunan Bonang, “Bismillahirrahmanirrahim, syahadat kencana, linggih ing maligi mas, ulir sjroh-ning geni muskala, ilang ing kawulat aja kari, ya hu ya hu ya hu, sirna kurungan tanpa kerana.” Dan syahadat Sunan Kalijaga, “Bismillahirrahmanirrahim, syahadat kencana, kurungan mas, kuliting jati sajatining sukma, ginawa mati, sirna tan ana kari, sukma ilang jiwa ilang, kang lunga padha rupane, dap lap ilang,” (Wejangan Walisanga, hlm. 50).
Dibawah ini adalah aplikasi syahadat menurut Syekh Siti Jenar. Sebagian syahadat yang ada merupakan dzikir dan wirid ketika Syekh Siti Jenar mengajarkan cara melepaskan air kehidupan (tirta nirmaya) untuk membuka pintu kematian menuju kehidupan sejati di alam akhirat. Syahadat-syahadat sejenis juga diajarkan oleh Ki Ageng Pengging kepada Sunan Kudus, sebelum wafatnya.
Jatunya rasa (tibaning rasa) maksudnya adalah meresapnya Allah dalam kehendak dan kedalaman jiwa. Ini kemudian dipupuk dengan laku spiritual yang melahirkan sajatining rasa (kesejatian rasa), di mana ruang keseluruhan jiwa telah terdominasi oleh al-Haqq (Allah). Kemudian lahirlah ungkapan illallah sebagai puncak, yakni pertemuan rasa, manunggalnya yang mengungkapkan “asyhadu” dengan sarana ungkapan, yakni Allah. Kemanunggalan ini memunculkan tenaga dan energi kreativitas positif, dalam bentuk karya yang berbentuk nyata, bermanfaat dan berdaya guna, serta bersifat langgeng, yang diidentifikasikan dengan sebutan Muhammad (Yang Memiliki Segala Keterpujian) sebagai perwujudan riil dari sang Wajib al-Wujud. Maka diri manusia sebagai ”Pangeran” (Tuhan) itulah yang perupakan kesejatian hidup atau kehidupan. Syahadat dalam sistem ajaran Syekh Siti Jenar bukanlah hanya sekedar bentuk pengakuan lisan yang berupa syahadat tauhid dan syahadat rasul. Namun syahadat adalah persaksian batin, yang teraplikasi dalam tindakan dzahir sebagai wujud kemanunggalan kawula-Gusti. Dengan demikian syahadat mampu melahirkan karya-karya yang bermanfaat.
DUA PULUH EMPAT
“Mengertilah, bahwa sesungguhnya ini syahadat sakarat, jika tidak tau maka sekaratnya masih mendapatkan halangan, hidupnya dan matinya hanya seperti hewan. Lafalnya mengucapkan adalah : “Syahadat Sakarat Sajati, iya Syahadat Sakarat, wus gumanang waluya jati sirne eling mulya maring tunggal, waluya jati iya sajatining rasa, lan dzat sajatining dzat pesthi anane langgeng tan kenaning owah, dzat sakarat roh madhep ati muji matring nyawa, tansah neng dzatullah, kurungan mas melesat, eling raga tan rusak sukma mulya Maha Suci.” (Mantra Wedha, bab 205, hlm. 53).
(Syahadat Sakarat Sejati adalah Syahadat Sakarat [Menjelang dan proses datangnya pintu kematian], sudah nyata penuh kesempatan hilangnya ingatan kemuliaan kepada yang tunggal, keselamatan dan kesentosaan itu adalah sejatinya kehidupan, tunggal sejatinya hidup, hidup sejatinya rasa dan sejatinya rasa dan dzat sejatinya dzat pasti dalam keberadaan kelanggengan tidak terkena perubahan, dzat sekarat roh menghadap hati memuji nyawa, selalu berada dalam dzatullah, sangkar mas hilang, mengingat raga tidak terkena kerusakan sukma mulia Maha Suci).
Syahadat Sakarat adalah syahadat atau persaksian menjelang kematian. Sebagaimana diketahui, bahwa salah satu ajaran Syekh Siti Jenar adalah kemampuan memadukan iradah dan qudrat diri dengan iradah dan qudrat Ilahi, sebagai efek kemanunggalan. Sehingga apa yang menjadi ilmu Allah, maka itu adalah ilmu diri manusia yang manunggal. Maka orang yang sudah meninggal mencapai al-Insan al-Kamil, juga mengetahui kapan saatnya dia meninggalkan alam kematian di dunia ini, menuju alam kehidupan sejati di akhirat, untuk menyatu selamanya dengan Allah. Syahadat sekarat yang terpapar di atas, adalah syahadat sakarat yang bersifat umum, sebab nanti masih ada beberapa syahadat. Semua syahadat yang diajarkan Syekh Siti Jenar menjadi lafal harian atau dzikir, terutama saat menjelang tidur, agar dalam kondisi tidur juga tetap berada dalam kondisi kemanunggalan iradah dan qodrat. Namun syahadat-syahadat yang ada tidak hanya sekedar ucapan, sebab saat pengucapan harus disertai dengan laku (meditasi) dan paling tidak mengheningkan daya cipta, rasa dan karsa, sehingga lafal-lafal yang berupa syahadat tersebut, menyelusup jauh ke dalam diri atau dalam sukma.
DUA PULUH LIMA
“Syahadat Allah, Allah, Allah lebur badan, dadi nyawa, lebur nyawa dadi cahya, lebur cahya dadi idhafi, lebur idhafi dadi rasa, lebur rasa dadi sirna mulih maring sajati, kari amungguh Allah kewala kang langgeng tan kena pati.” (syahadat Allah, Allah, Allah badan lebur menjadi (roh) idhafi, (roh) idhafi lebur menjadi rasa, rasa lebur sirna kembali kepada yang sejati, tinggallah hanya Allah semata yang abadi tidak terkena kematian). [Mantra Wedha, hlm. 53).
Syahadat paleburan diucapkan ketika (menjalani keheningan = samadhi), menyatukan diri kepada Allah. Lafal tersebut lahir dari pengalaman Syekh Siti Jenar ketika memasuki relung-relung kemanunggalan, di mana jasad fisiknya ditinggalkan rohnya, sesudah semua nafs dalam dirinya mengalami kasyaf.
DUA PULUH ENAM
“Ashadu-ananingsun, la ilaha rupaningsun, illallah – Pangeransun, satuhune ora ana Pangeran angging Ingsun, kang badan nyawa kabeh” (ashadu-keberadaanku, la ilaha – bentuk wajahku, illallah – Tuhanku, sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Aku, yaitu badan dan nyawa seluruhnya).
Inilah yang disebut Syahadat Sajati. Pengakuan sejati ini adalah ungkapan yang sebenarnya bersifat biasa-biasa saja, di mana ungkapan tersebut lahir dari hati dan rohnya, sehingga dari ungkapan yang ada dapat diketahui sampai di mana tingkatan tauhidnya (tauhid dalam arti pengenalan akan ke-Esaan Allah), bukan sekedar pengenalan akan nama-nama Allah.
DUA PULUH TUJUH
“Sakarat pujine pati, maksude napas pamijile napas, kaketek meneng-meneng, iya iku sing ameneng, pati sukma badan, mulya sukma sampurna, mulih maring dzatullah, Allah kang bangsa iman, iman kang bangsa nur, nur kang bangsa Rasulullah, iya shalat albar, Muhammad takbirku, Allah Pangucapku, shalat jati asembahyang kalawan Allah, ora ana Allah, ora ana Pangeran, amung iku kawula tunggal, kang agung kang kinasihan.” (mantra Wedha, hlm. 53).
“Sekarat ku kemuliaan kematian, maksudnya adalah napas munculnya napas, yang hilang berangsur-angsur secara diam-diam, yaitu yang kemudian diam, kematian sebagai sukma badan-wadag, kemuliaan sukma kesempurnaan, kembali kepada dzatullah, Allah sebagai labuhan iman, iman yang berbentuk cahaya, cahaya yang berwujud Rasulullah, yaitu adalah shalat yang agung, Muhammad sebagai takbirku, Allah sebagai ucapanku, shalat sejati menyembah Allah, tidak ada Allah tidak ada Tuhan, hanyalah aku (kawula) yang tunggal saja, yang agung dan dikasihi.”
Ini adalah Syahadat Sakarat Permulaan Kematian. Ketika seseorang sudah melihat akhir hayatnya, maka orang tersebut diajarkan untuk memperbanyak melafalkan dan mengamalkan “syahadat sakarat wiwitane pati” ini.
DUA PULU DELAPAN
“Ashadu ananingsun, anuduhake marga kang padhang, kang urip tan kenaning pati, mulya tan kawoworan, elinge tan kena lali, iya rasa iya rasulullah, sirna manjing sarira ening, sirna wening tunggal idhep jumeneng langgeng amisesa budine, angen-angene tansah amadhep ing Pangeran.” (mantra Wedha, hlm. 54).
(Ashadu keberadaanku, yang menunjukkan jalan yang terang, yang hidup tidak terkena kematian, yang mulia tanpa kehinaan, kesadaran yang tidak terkena kematian, yang mulia tanpa kehinaan, kesadaran yang tidak terkena lupa, itulah rasa yang tidak lain adalah Rasulullah, selesailah berada di alam terang, itulah hakikat Rasulullah, hilang musnah ketempat wujud yang hening, hilang keheningan menyatu-tunggal menempati secara abadi memelihara budi, angan-angan selalu menghadap Tuhan).
Syahadat Sekarat Hati pada hakikatnya adalah syahadat Nur Muhammad. Suatu penyaksian bahwa kedirian manusia adalah bagian dari Nur Muhammad. Dari inti syahadat ini, jelas bahwa kematian manusia bukanlah jenis kematian pasif, atau kematian negatif, dalam arti kematian yang bersifat memusnahkan. Kematian dalam pandangan sufisme Syekh Siti Jenar hanya sebagai gerbang menuju kemanunggalan, dan itu harus memasuki alam Nur Muhammad. Bentuk konkretnya, dalam pengalaman kematian itu, orang tersebut tidaklah kehilangan akan kesadaran manunggal-Nya. Ia melanglang buana menuju asal muasal hidup. Oleh karenanya keadaan kematiannya bukanlah suatu kehinaan sebagaimana kematian makhluk selain manusia. Di sinilah arti penting adanya syafa’at sang Utusan (Rasulullah) dalam bentuk Nur Muhammad atau hakikat Muhammad. Nur Muhammad adalah roh kesadaran bagi tiap Pribadi dalam menuju kemanunggalannya. Sehingga dengan Nur Muhammad itulah maka pengalaman kematian oleh manusia, bagi Syekh Siti Jenar bukan sejenis kematian yang pasif, atau kematian yang negatif, dalam arti kematian dalam bentuk kemusnahan sebagaimana yang terjadi terhadap hewan.
Kematian itu adalah sesuatu aktivitas yang aktif. Sebab ia hanyalah pintu menuju keadaan manunggal. Dalam ajaran Syekh Siti Jenar yang diperuntukkan bagi kaum ‘awam (orang yang belum mampu mengalami Manunggaling Kawula-Gusti secara sempurna) di atas, nampak bahwa dalam kematian itu, seseorang tetap tidak kehilangan kesadaran kemanunggalannya. Dengan hakikat Muhammadnya ia tetap sadar dalam pengalaman kematian itu, bahwa ia sedang menempuh salah satu lorong manunggal. Melalui lorong itulah kediriannya menuju persatuan dengan Sang Tunggal. Kematian manusia adalah proses aktif sang al-Hayyu (Yang Maha Hidup), sehingga hanya dengan pintu yang dinamakan kematian itulah, manusia menuju kehidupan yang sejati, urip kang tan kena pati, hidup yang tidak terkena kematian.
DUA PULUH SEMBILAN
“Syahadat Panetep panatagama, kang jumeneng roh idlafi, kang ana telenging ati, kang dadi pancere urip, kang dadi lajere Allah, madhep marang Allah, iku wayanganku roh Muhammad, iya, iku sajatining manusia, iya iku kang wujud sampurna. Allahumma kun walikun, jukat astana Allah, pankafatullah ya hu Allah, Muhammad Rasulullah.” (mantra Wedha, hlm. 54).
(Syahadat Penetap Panatagama, yang menempati roh idlafi, yang ada di kedalaman hati, yang menjadi sumbernya kehidupan, yang menjadi bertempatnya Allah, menghadap kepada Allah, bayanganku adalah roh Muhammad, yaitu sejatinya manusia, yaitu wujudnya yang sempurna. Allahumma kun walikun jukat astana Allah, pankafatullah ya hu Allah, Muhammad Rasulullah).
Syahadat ini adalah sejenis syahadat netral, yakni yang memiliki fungsi dan esensi yang umum. Pengucapannya tidak berhubungan dengan waktu, tempat, dan keadaan tertentu sebagaimana syahadat yang lain. Hakikat syahadat ini hanyalah berfungsi untuk meneguhkan hati akan tauhid al-wujud.
TIGA PULUH
“Ini adalah syahadat sakaratnya roh (pecating nyawa), yang meliputi empat perkara :
1. Ketika roh keluar dari jasad, yakni ketika roh ditarik sampai pada pusar, maka bacaan syahadatnya adalah, “la ilaha illalah, Muhammad rasulullah.”
2. Kemudian, ketika roh ditarik dari pusar sampai ke hati, syahadat rohnya adalah “la ilaha illa Anta”.
3. Kemudian roh ditarik sampai otak, maka syahadatnya “la ilaha illa Huwa”.
4. Maka kemudian roh ditarik dengan halus. Saat itu sudah tidak mengetahui jalannya keluar roh dalam proses sekarat lebih lanjut. Sekaratnya manusia itu sangat banyak sakitnya, seakan-akan hidupnya sekejap mata, sakitnya sepuluh tahun. Dalam keadaan seperti itulah manusia kena cobaan setan, sehingga kebanyakkan kelihatan bahwa kalau tidak melihat jalan keluarnya roh menjadi lama dalam proses sekaratnya. Jika rohnya tetap mendominasi kesadarannya, tidak kalah oleh sifat setan, maka syahadatnya roh adalah “la ilaha illa Ana”. (Mantra Wedha, bab 211, hlm. 57).
Ajaran tentang syahadat pecating nyawa tersebut diberikan oleh Syekh Siti Jenar bagi orang yang belum mampu menempuh laku manusia manunggal, sehingga diperlukan prasyarat lahiriyah yang berupa syahadat pecating nyawa tersebut. Bagi yang sudah mampu menempuh laku manunggal, maka prosesnya seperti yang dilakukan Syekh Siti Jenar, kematian bukan masalah kapan ajalnya datang, juga bukan masalah waktu. Kematian termasuk dalam salah satu agenda manunggalnya iradah dan qudrat kawula Gusti dan sebaliknya.
Kalau diperhatikan secara seksama, ajaran Syekh Siti Jenar yang dikhususkan bagi kalangan ‘awam (yang tidak mampu mengalami Manunggaling Kawula Gusti secara sempurna) tersebut hampir sama dengan ajaran Syuhrawardi.
Shalat (tarek dan Daim)
Syekh Siti Jenar mengajarkan dua macam bentuk shalat, yang disebut shalat tarek dan shalat daim. Shalat tarek adalah shalat thariqah, diatas sedikit dari syari’at. Shalat tarek diperuntukkan bagi orang yang belum mampu untuk sampai pada tingkatan Manunggaling Kawula Gusti, sedang shalat daim merupakan shalat yang tiada putus sebagai efek dari kemanunggalannya. Sehingga shalat daim merupakan hasil dari pengalaman batin atau pengalaman spiritual. Ketika seseorang belum sanggup melakukan hal itu, karena masih adanya hijab batin, maka yang harus dilakukan adalah shalat tarek. Shalat tarek masih terbatas dengan adanya lima waktu shalat, sedang shalat daim adalah shalat yang tiada putus sepanjang hayat, teraplikasi dalam keseluruhan tindakan keseharian ( penambahan, mungkin efeknya adalah berbentuk suci hati, suci ucap, suci pikiran ); pemaduan hati, nalar, dan tindakan ragawi.
Kata “tarek” berasal dari kata Arab “tarki” atau “tarakki” yang memiliki arti pemisahan. Namun maksud lebih mendalam adalah terpisahnya jiwa dari dunia, yang disusul dengan tanazzul (manjing)-nya al-Illahiyah dalam jiwa. Shalat tarek yang dimaksud di sini adalah shalat yang dilakukan untuk dapat melepaskan diri dari alam kematian dunia, menuju kemanunggalan. Sehingga menurut Syekh Siti Jenar, shalat yang hanya sekedar melaksanakan perintah syari’at adalah tindakan kebohongan, dan merupakan kedurjanaan budi.
Pengambilan shalat tarek ini berasal dari Kitab Wedha Mantra bab 221; Shalat Tarek Limang Wektu. (Sang Indrajit: 1979, hlm. 63-66).
Keterangan bagi yang mengamalkan ilmu shalat tarek lima waktu ini.
(Semua hal yang berkaitan dengan shalat tarek ini diterjemahkan dengan apa adanya dari Kitab Wedha Mantra. Makna terjemahan yang bertanda kutip hanyalah arti untuk memudahkan pemahaman. Adapun maksud dan substansi yang ada dalam kalimat-kalimat asli dalam bahasa Jawa-Kawi, lebih mendalam dan luas dari pemahaman dan terjemahan diatas.(penulisnya wanti-wanti banget). Pelaksanaan shalat tarek bisa saja diamalkan bersamaan dengan shalat syari’at sebagaimana biasa, bisa juga dilaksanakan secara terpisah. Hanya saja terdapat perbedaan dalam hal wudlunya. Jika dalam shalat syari’at, anggota wudhu yang harus dibasuh adalah wajah, tangan, sebagian kepala, dan kaki, sementara dalam shalat tarek adalah di samping tempat-tempat tersebut, harus juga membasuh seluruh rambut, tempat-tempat pelipatan anggota tubuh, pusar, dada, jari manis, telinga, jidat, ubun-ubun, serta pusar tumbuhnya rambut (Jawa; unyeng-unyengan). Walhasil wudlu untuk shalat tarek sama halnya dengan mandi besar (junub/jinabat).
Bahwa kematian orang yang menerapkan ilmu ini masih terhenti pada keduniaan, akan tetapi sudah mendapatkan balasan surga sendiri. Maka paling tidak ujaran-ujaran shalat tarek ini hendaknya dihafalkan, jangan sampai tidak, agar memperoleh kesempurnaan kematian.
Bagi yang akan membuktikan, siapa saja yang sudah melaksanakan ilmu ini, dapat saja dibuktikan. Ketika kematian jasadnya didudukkan di daratan (di atas tanah), di kain kafan serta diberi kain lurub (penutup) serta selalu ditunggu, kalau sudah mendapatkan dan sampai tujuh hari, bisa dibuka, niscaya tidak akan membusuk, (bahkan kalau iradah dan qudrahnya sudah menyatu dengan Gusti), jasad dalam kafan tersebut sudah sirna. Kalau dikubur dengan posisi didudukkan, maka setelah mendapat tujuh hari bisa digali kuburnya, niscaya jasadnya sudah sirna, dan yang dikatakan bahwa sudah menjadi manusia sempurna. Maka karena itu, orang yang menerapkan ilmu ini, sudah menjadi manusia sejati.
Sedangkan tentang ilmu ini, bukanlah manusia yang mengajarkan, cara mendapatkannya adalah hasil dari laku-prihatin, berada di dalam khalwat (meditasi, mengheningkan cipta, menyatu karsa dengan Tuhan sebagaimana diajarkan Syekh Siti Jenar).
Tentang anjuran untuk pembuktian di atas, sebenarnya tidak diperlukan, sebab yang terpenting adalah penerapan pada diri kita masing-masing. Justru pembuktian paling efektif adalah jika kita sudah mengaplikasikan ilmu tersebut. Apalagi pembuktian seperti itu jika dilaksanakan akan memancing kehebohan, sebagaimana terjadi dalam kasus kematian Syekh Siti Jenar serta para muridnya.
TIPULUH SATU
Shalat Subuh
Niat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, roh Kudus kang shalat, iya iku rohing Allah. Allah iku lungguh ana ing paningal, shalat iku sajrone shalat ana gusti, sajroning gusti ana sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajro-ning urip ana eling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruh ing awakku.”
(Aku berniat shalat, roh Kudus yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnya Allah. Allah yang menempati penglihatan, shalat yang di dalam shalat itu ada gusti, di dalam gusti ada sukma, di dalam sukma ada nyawa, di dalam nyawa terdapat kehidupan, di dalam kehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala, Allahu akbar tetap mantap mengerti akan diriku sendiri).
Malaikatnya adalah Haruman (malaikat Rumman), memujinya dengan “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Niatnya, “Niyatingsun shalat, sirku kang shalat, pardlu ta’ala Allahu akbar, tetep madhep langgeng weruh ing sirku.”
(Aku berniat shalat, sir [rahasia]-ku yang shalat, wajib dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap menghadap dengan abadi mengerti akan sir [rahasia]-ku).
Malaikatnya Haruman, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Kemudian memuji; “ya Rajamu, ya Rajaku.” (Arab; Ya maliku al-Mulku). Seratus kali.
Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jumeneng Allah, nur gumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncak adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung membuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.” (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing Allahku”, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH DUA
Shalat Luhur
Niat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, roh idlafi kang shalat, iya iku rohing Pangeran. Pangeran iku lungguhe ana ing kaketek, shalat iku sajroning sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajroning urip ana eling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruh ing Pangeranku.” (Aku berniat shalat, roh Idlafi yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnya Tuhan. Tuhan yang menempati ketiak, shalat yang di dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalam sukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalam kehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan Tuhanku). Malaikatnya adalah Jabarail (malaikat Jibril), memujinya dengan, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Niatnya, “Niyatingsun shalat, kang shalat osikku, pardlu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing osikku.” (Aku berniat shalat, yang shalat bisikan dan gerak hatiku, wajib dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan bisikan nuraniku).
Malaikatnya Jabarail, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Kemudian memuji; “Ya Rajamu, ya rajaku.” (Arab; Ya Maliku al-Mulku). Seratus kali.
Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nur gumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncak adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung membuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.”
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing Allahku”,
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH TIGA
Shalat ‘Ashar
Niat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, roh Abadi kang shalat, iya iku rohing Rasul. Rasul iku lungguhe ana ing poking ilat, shalat iku sajroning sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajroning urip ana eling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruh ing Rasulku.”
(Aku berniat shalat, roh keabadian yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnya Utusan. Utusan Tuhan yang menempati ujung lidah, shalat yang di dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalam sukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalam kehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan Utusanku).
Malaikatnya adalah Mikail, memujinya dengan, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Niatnya, “Niyatingsun shalat, angen-angenku kang shalat, pardlu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing angen-angenku.”
(Aku berniat shalat, angan-anganku yang shalat, wajib dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan angan-anganku).
Malaikatnya Mikail, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Kemudian memuji; “Ya Rajamu, ya rajaku.” (Arab; Ya Maliku al-Mulku). Seratus kali.
Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nur gumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncak adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung membuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.” (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing Allahku”, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH EMPAT
Shalat Maghrib
Niat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, rokhani kang shalat, iya iku rohing Muhammad. Muhammad iku lungguhe ana ing talingan, shalat iku sajroning sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajroning urip ana eling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruh ing Muhammadku.”
(Aku berniat shalat, rohani yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnya Muhammad. Muhammad yang menempati ujung telinga, shalat yang di dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalam sukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalam kehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan Muhammadku).
Malaikatnya adalah Israfil, memujinya dengan, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Niatnya, “Niyatingsun shalat, tekadku kang shalat, pardlu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing tekadku.”
(Aku berniat shalat, tekadku yang shalat, wajib dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan tekadku).
Malaikatnya Israfil, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Kemudian memuji; “Ya Rajamu, ya rajaku.” (Arab; Ya Maliku al-Mulku). Seratus kali.
Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nur gumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncak adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung membuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.”
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing Allahku”, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH LIMA
Shalat ‘Isya’
Niat yang paling awal, “Niyatingsun shalat, roh Robbi kang shalat, iya iku rohing urip. urip iku lungguhe ana ing napas, shalat iku sajroning sukma, sajroning sukma ana nyawa, sajroning nyawa ana urip, sajroning urip ana eling, pardhu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep weruh ing uripku.”
(Aku berniat shalat, roh Pembimbing yang melaksanakan shalat, yaitulah rohnya kehidupan. Utusan Tuhan yang menempati napas, shalat yang di dalam sahalat itu ada gusti, didalam gusti terdapat sukma, di dalam sukma terkandung nyawa, di dalam nyawa adanya kehidupan, di dalam kehidupan terdapat kesadaran menyeluruh, kewajiban dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap mantap mengerti akan kehidupanku).
Malaikatnya adalah Izrail, memujinya dengan, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Niatnya, “Niyatingsun shalat, karepku kang shalat, pardlu ta’ala Allahu akbar, tetep mantep madhep langgeng weruh ing karepku.”
(Aku berniat shalat, keinginanku yang shalat, wajib dari Allah ta’ala, Allahu akbar, tetap mantap menghadap dengan abadi mengerti akan keinginanku).
Malaikatnya Izrail, pepujiannya, “Ya Hu, Ya Hu.” Seratus kali.
Kemudian memuji; “Ya Rajamu, ya rajaku.” (Arab; Ya Maliku al-Mulku). Seratus kali.
Dilanjutkan, “Sirrullah, darajatullah, sifatullah”. Seratus kali.
Dilanjutkan lagi, “Lah giri-giri Allah, sir jeneng, sir jumeneng Allah, nur gumulung, gumulung agawe jagat,” (Sungguh puncak dari segala puncak adalah Allah, rahasia tempat berdiam Allah, cahaya tergulung, tergulung membuat semesta). Seratus kali.
Kemudian berdzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes kena ing Allahku.”
(Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh pasti sudah kena pada Allahku).Seratus kali.
Dilanjutkan dengan dzikir, “Lah wes kena Pangeranku, lah wes nyata ing Allahku”, (Sungguh sudah kena Tuhanku, sungguh sudah nyata pada Allahku), Seratus kali.
TIGA PULUH ENAM
“Inilah shalat satu raka’at salam, yang dilaksanakan setiap tanggal (bulan purnama), dengan waktu tengah malam tepat :
a. Inilah niatnya, “Ushalli urip dzatullah Allahu akbar” (Aku berniat melaksanakan shalat kehidupan dzatullah, Allahu akbar).
b. Membaca surat al-Fatihah, kemudian membaca ayat dengan menyebut, “aku pan Sukma” (Aku sang pemilik Sukma).
c. Melakukan ruku’ dengan menyebut, “langgeng urip dzatullah” (Kehidupan abadi dzatullah).
d. Sujud dengan mengucapkan, “ibu bumi dzatullah”.
e. Duduk di antara dua sujud dengan doa, “langgeng urip dzatullah tan kena pati” (kehidupan abadi dzatullah yang tidak terkena kematian).
f. Sujud lagi dengan bacaan, “Ibu bumi dzatullah”.
g. Tahiyat dengan membaca, “Urip dzatullah”.
h. Membaca syahadat dengan bacaan, “Ashadu uripingsun lan sukma” (Ashadu kehidupanku dan Sukma).
I. Salam dengan bacaan, “Ingsun kang agung, ingsun kang memelihara kehidupan yang tidak terkena kema-tian.
j. Membaca doa, “Allahumma papan tulis hadhdhari langgeng urip tan kena pati” (Allahumma papan tulis segala sesuatu yang abadi hidup yang tak pernah terkena mati).
k. Kemudian berdoa dalam hati, “Ingsun kang agung ingsun kang wisesa suci dhiriningsun” (ingsun yang Agung, ingsun yang memelihara, suci diriku sendiri [ingsun]).
Dalam Islam dikenal shalat satu raka’at, namun itu hanya sebagian dari shalat witir (shalat penutup akhir malam dengan raka’at yang ganjil).
Shalat satu raka’at salam dalam ajaran Syekh Siti Jenar bukanlah shalat witir, namun shalat ngatunggal, atau shalat yang dilaksanakan dalam rangka mencapai kemanunggalan diri dengan Gusti.
Bacaan-bacaan shalat ngatunggal tidak semuanya memakai bahasa Arab, hanya lafazh takbir dan al-Fatihah serta ayat-ayat yang dibaca satu madzhab fiqih Islam sekalipun (yakni madzhab Imam Hanafi, dan di Indonesia terutama madzhab Hasbullah Bakri), bacaan dalam shalat selain takbir dan al-Fatihah boleh diucapkan dengan bahasa ‘ajam (selain bahasa Arab).
TIGA PULUH TUJUH
“Shalat lima kali sehari, puji dan dzikir itu adalah kebijaksanaan dalam hati menurut kehendak pribadi. Benar atau salah pribadi sendiri yang akan menerima, dengan segala keberanian yang dimiliki.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 33).
Syekh Siti Jenar menuturkan bahwa sebenarnya shalat sehari-hari itu hanyalah bentuk tata krama dan bukan merupakan shalat yang sesungguhnya, yakni shalat sebagai wahana memasrahkan diri secara total kepada Allah dalam kemanunggalan. Oleh karenanya dalam tingkatan aplikatif, pelaksanaannya hanya merupakan kehendak masing-masing pribadi.
Demikian pula, masalah salah dan benarnya pelaksanaan shalat yang lima waktu dan ibadah sejenisnya, bukanlah esensi dari agama. Sehingga merupakan hal yang tidak begitu penting untuk menjadi perhatian manusia. Namanya juga sebatas krama, yang tentu saja masing-masing orang memiliki sudut pandang sendiri-sendiri.
TIGA PULUH DELAPAN
“Pada waktu saya shalat, budi saya mencuri, pada waktu saya dzikir, budi saya melepaskan hati, menaruh hati kepada seseorang, kadang-kadang menginginkan keduniaan yang banyak. Lain dengan Zat Allah yang bersama diriku. Nah, saya inilah Yang Maha Suci, Zat Maulana yang nyata, yang tidak dapat dipikirkan dan tidak dapat dibayangkan.” (Serat Syaikh Siti Jenar Ki Sasrawijaya, Pupuh III Dandanggula, 37).
Pada kritik yang dikemukakan Syekh Siti Jenar terhadap Islam formal Walisanga tersebut, namun jelas penolakan Syekh Siti Jenar atas model dan materi dakwah Walisanga. Pernyataan tersebut sebenarnya berhubungan erat dengan pernyataan-pernyataan pada point 37 diatas, dan juga pernyataan mengenai kebohongan syari’at yang tanpa spiritualitas di bawah.
Menurut Syekh Siti Jenar, umumnya orang yang melaksanakan shalat, sebenarnya akal-budinya mencuri, yakni mencuri esensi shalat yaitu keheningan dan kejernihan busi, yang melahirkan akhlaq al-karimah. Sifat khusyu’nya shalat sebenarnya adalah letak aplikasi pesan shalat dalam kehidupan keseharian.
Sehingga dalam al-Qur’an, orang yang melaksanakan shalat namun tetap memiliki sifat riya’ dan enggan mewujudkan pesan kemanusiaan disebut mengalami celaka dan mendapatkan siksa neraka Wail. Sebab ia melupakan makna dan tujuan shalat (QS. Al-Ma’un/107;4-7). Sedang dalam Qs.Al-Mukminun/23; 1-11 disebutkan bahwa orang yang mendapatkan keuntungan adalah orang yang shalatnya khusyu’. Dan shalat yang khusyu’ itu adalah shalat yang disertai oleh akhlak berikut : (1) menghindarkan diri dari hal-hal yang sia-sia dan tidak berguna, juga tidak menyia-siakan waktu serta tempat dan setiap kesempatan; (2) menunaikan zakat dan sejenisnya; (3) menjaga kehormatan diri dari tindakan nista; (4) menepati janji dan amanat serta sumpah; (5) menjaga makna dan esensi shalat dalam kehidupannya. Mereka itulah yang disebutkan akan mewarisi tempat tinggal abadi; kemanunggalan.
Namun dalam aplikasi keseharian, apa yang terjadi? Orang muslim yang melaksanakan shalat dipaksa untuk berdiam, konsentrasi ketika melaksanakan shalat. Padahal pesan esensialnya adalah, agar pikiran yang liar diperlihara dan digembalakan agar tidak liar. Sebab pikiran yang liar pasti menggagalkan pesan khusyu’ tersebut. Khusyu’ itu adalah buah dari shalat. Sedangkan shalat hakikatnya adalah eksperimen manunggal dengan Gusti. Manunggal itu adalah al-Islam, penyerahan diri . Sehingga doktrin manunggal bukanlah masalah paham qadariyah atau jabariyah, fana’ atau ittihad.
Namun itu adalah inti kehidupan. Khusyu’ bukanlah latihan konsentrasi, bukan pula meditasi. Konsentrasi dan meditasi hanya salah satu alat latihan menggembalaan pikiran. Wajar jika Syekh Siti Jenar menyebut ajaran para wali sebagai ajaran yang telah dipalsukan dan menyebut shalat yang diajarkan para Wali adalah model shalatnya para pencuri.
Puasa Zakat dan Haji
TIGA PULUH SEMBILAN
“Syahadat, shalat dan puasa itu, sesuatu yang tidak diinginkan, jadi tidak perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Mekah, itu semua omong kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan terhadap sesama manusia. Orang-orang dungu yg menuruti aulia, karena diberi harapan surga di kelak kemudian hari, itu sesungguhnya keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar. Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini tidak masuk akal! Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.” .
Syekh Siti jenar menyebutkan bahwa syariat yang diajarkan para wali adalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson kabeh”(sudah tidak ada yang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan orang selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syari’at Islam. Yang ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti Jenar menggunakan istilah “iku wes palson kabeh”, yg artinya “itu sudah dipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda pengertiannya dengan kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.”
Jadi yang dikehendaki Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa syari’at Islam pada masa Walisanga telah mengalami perubahan dan pergeseran makna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya menjadi formalitas belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkan menjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formal syariat tsb.
Bagi Syekh Siti Jenar, syariat bukan hanya pengakuan dan pelaksanaan, namun berupa penyaksian atau kesaksian. Ini berarti dalam pelaksanaan syariat harus ada unsur pengalaman spiritual. Nah, bila suatu ibadah telah menjadi palsu, tidak dapat dipegangi dan hanya untuk membohongi orang lain, maka semuanya merupakan keburukan di bumi. Apalagi sudah tidak menjadi sarana bagi kesejahteraan hidup manusia. Ditambah lagi, justru syariat hanya menjadi alat legitimasi kekuasaan (seperti sekarang ini juga).Yang mengajarkan syari’at juga tidak lagi memahami makna dan manfaat syari’at itu, dan tidak memiliki kemampuan mengajarkan aplikasi syari’at yg hidup dan berdaya guna. Sehingga syari’at menjadi hampa makna dan menambah gersangnya kehidupan rohani manusia.
Nah, yg dikritik Syekh Siti Jenar adalah shalat yg sudah kehilangan makna dan tujuannya itu. Shalat haruslah merupakan praktek nyata bagi kehidupan. Yakni shalat sebagai bentuk ibadah yg sesuai dgn bentuk profesi kehidupannya. Orang yg melakukan profesinya secara benar, karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan shalat sejati, shalat yg sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupaya mewujudkan Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-cipta itulah shalat yg sesungguhnya. Itulah pula yang menjadi rangkaian antara iman, Islam, dan Ihsan. Lalu bagaimana posisi shalat lima waktu? Shalat lima waktu dalam hal ini menjadi tata krama syari’at atau shalat nominal.
Makna Ihsan
EMPAT PULUH
“Itulah yang dianggap Syekh Siti Jenar Hyang Widi. Ia berbuat baik dan menyembah atas kehendak-NYA. Tekad lahiriahnya dihapus. Tingkah lakunya mirip dengan pendapat yg ia lahirkan. Ia berketetapan hati untuk berkiblat dan setia, teguh dalam pendiriannya, kukuh menyucikan diri dari segala yg kotor, untuk sampai menemui ajalnya tidak menyembah kepada budi dan cipta. Syekh Siti Jenar berpendapat dan menggangap dirinya bersifat Muhammad, yaitu sifat rasul yg sejati, sifat Muhammad yg kudus.”
EMPAT PULUH SATU
“Gusti Zat Maulana. Dialah yg luhur dan sangat sakti, yg berkuasa maha besar, lagipula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas kehendak-NYA. Dialah yg maha kuasa, pangkal mula segala ilmu, maha mulia, maha indah, maha sempurna, maha kuasa, rupa warna-NYA tanpa cacat seperti hamba-NYA. Di dalam raga manusia Ia tiada nampak. Ia sangat sakti menguasai segala yg terjadi dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngidraloka”.
Dua kutipan di atas adalah aplikasi dari teologi Ihsan menurut Syekh Siti Jenar, bahwa sifatullah merupakan sifatun-nafs. Ihsan sebagaimana ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu hadistnya (Sahih Bukhari, I;6), beribadah karena Allah dgn kondisi si ‘Abid dalam keadaan menyaksikan (melihat langsung) langsung adanya si Ma’bud. Hanya sikap inilah yg akan mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah, sabar dan tidak mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran.
Sebab Syekh Siti Jenar merasa, hanya Sang Wujud yg mendapatkan haq untuk dilayani, bukan selain-NYA. Sehingga, dgn kata lain, Ihsan dalam aplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan sifatullah dan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi.
Dengan memiliki sifat Muhammad itulah, ia akan mampu berdiri kokoh menyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam “menyaksikan langsung” ada-NYA Allah. “Persaksian langsung” itulah terjadi dalam proses manunggal.
EMPAT PULUH DUA
“Bonang, kamu mengundang saya datang di Demak. Saya malas untuk Datang, sebab saya merasa tidak di bawah atau diperintah oleh siapapun, kecuali oleh hati saya. Perintah hati itu yang saya turutinya, selain itu tidak ada yang saya patuhi perintahnya. Bukankah kita sesama mayat? Mengapa seseorang memerintah orang lain? Manusia itu sama satu dengan yang lain, sama-sama tidak mengetahui siapa Hyang Sukma itu. Yang disembah itu hanya nama-Nya saja. Meskipun demikian ia bersikap sombong, dan merasa berkuasa memerintah sesama bangkai.” .
Ihsan berasal dari kondisi hati yg bersih. Dan hati yg bersih adalah pangkal serta cermin seluruh eksistensi manusia di bumi. Keihsanan melahirkan ketegasan sikap dan menentang ketundukan membabi-buta kepada makhluk. Ukuran ketundukan hati adalah Allah atau Sang Pribadi. Oleh karena itu, sesama manusia dan makhluk saling memiliki kemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itu sifatnya pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, serta tatanan masyarakat yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahian manusia. Penjajahan atas eksistensi manusia lain hakikatnya adalah bentuk dari ketidaktahuan manusia akan Hyang Widhi…Allah (seperti Rosul sering sekali mengatakan bahwa “Sesungguhnya mereka tidak mengerti”).
Karena buta terhadap Allah Yang Maha Hadir bagi manusia itulah, maka manusia sering membabi-buta merampas kemanusiaan orang lain. Dan hal ini sangat ditentang oleh Syekh Siti Jenar. Termasuk upaya sakralisasi kekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh Siti Jenar harus ditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke dalam kedzaliman manusia yang mengatasnamakan hamba Allah yg shalih dan mengatasnamakan demi penegakan syari’at Islam.
EMPAT PULUH TIGA
“Hyang Widi, wujud yg tak nampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, seperti penampakan raga yg tiada tampak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus-menerus, menggambarkan kenyataan tiada berdusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yg meniadakan permulaan, karena asal dari diri pribadi.”
Pribadi adalah pancaran roh, sebagai tajalli atau pengejawantahan Tuhan. Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah, Manuggaling Kawula-Gusti, sebagai puncak dan substansi tauhid. Maka manusia merupakan wujud dari sifat dan dzat Hyang Widi itu sendiri. Dengan manusia yg manunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yg nyata bukan keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yg dibuat oleh rekayasa manusia, berdasarkan ukurannya sendiri. Namun keselamatan itu adalah efek bagi terejawantah-NYA Allah melalui kehadiran manusia.
Sehingga proses terjadinya keselamatan dan kesejahteraan manusia berlangsung secara natural (sunnatullah), bukan karena hasil sublimasi manusia, baik melalui kebijakan ekonomi, politik, rekayasa sosial dan semacamnya sebagaimana selama ini terjadi.
Maka dapat diketahui bahwa teologi Manuggaling Kawula Gusti adalah teologi bumi yg lahir dengan sendirinya sebagai sunnatullah. Sehingga ketika manusia mengaplikasikannya, akan menghasilkan manfaat yg natural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan kemanusiaan tidak akan terjadi, sifat merasa ingin menguasai, sifat ingin mencari kekuasaan, memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi. Dan tentu saja pertentangan antar manusia sebagai akibat perbedaan paham keagamaan, perbedaan agama dan sejenisnya juga pasti tidak akan terjadi.
EMPAT PULUH EMPAT
“Sabda sukma, adhep idhep Allah, kang anembah Allah, kang sinembah Allah, kang murba amisesa.” .
Pernyataan Syekh Siti Jenar di atas sengaja penulis nukilkan dalam bahasa aslinya, dikarenakan multi-interpretasi yang dapat muncul dari mutiara ucapan tersebut. Secara garis besar maknanya adalah, “Pernyataan roh, yang bertemu-hadapan dengan Allah, yang menyembah Allah, yang disembah Allah, yang meliputi segala sesuatu.”
Inilah adalah salah satu sumber pengetahuan ajaran Syekh Siti Jenar yang maksudnya adalah sukma (roh di kedalaman jiwa) sebagai pusat kalam (pembicaraan dan ajaran). Hal itu diakibatkan karena di kedalaman roh batin manusia tersedia cermin yang disebut mir’ah al-haya’ (cermin yang memalukan). Bagi orang yang sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya serta mencapai fana’ cermin tersebut akan muncul, yang menampakkan kediriannya dengan segala perbuatan tercelanya. Jika ini telah terbuka maka tirai-tirai rohani juga akan tersingkap, sehingga kesejatian dirinya beradu-satu (adhep-idhep), “aku ini kau, tapi kau aku”. Maka jadilah dia yang menyembah sekaligus yang disembah, sehingga dirinya sebagai kawula-Gusti memiliki wewenang murba amisesa, memberi keputusan apapun tentang dirinya, menyatu iradah dan kodrat kawula-Gusti.
EMPAT PULUH LIMA
“Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera. Pancaindera ini merupakan barang pinjaman yang jika sudah diminta oleh yang empunya, akan menjadi tanah dan membusuk, hancurlebur bersifat najis. Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari pancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur, dan seringkali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkan kesombongan, untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan, sehingga menodai nama dan citranya. Kalau sudah sampai sedemikian jauhnya, baru orang menyesalkan perbuatannya.” .
Menurut Syekh Siti Jenar, baik pancaindera maupun perangkat akal tidak dapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Sebab semua itu bersifat baru, bukan azali. Satu-satunya yang bisa dijadikan gondhelan dan gandhulan hanyalah Zat Wajibul Maulana, Zat Yang Maha Melindungi. Pancaindera adalah pintu nafsu, dan akal adalah pintu bagi ego. Semuanya harus ditundukkan di bawah Zat Yang Wajib Memimpin.
Karena itu Dialah yang menunjukkan semua budi baik. Jadi pencaindera harus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin oleh Sang Penguasa Budi atau Yang Maha Budi.
Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak terikat dalam jeratan dan jebakan nama tertentu. Sebab nama bukanlah hakikat. Nama itu bisa Allah, Hyang Widhi, Hyang Manon, Sang Wajibul Maulana, dan sebagainya. Semua itu produk akal sehingga nama tidak perlu disembah. Jebakan nama dalam syari’at justru malah merendahkan Nama-Nya.
EMPAT PULUH LIMA
“Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, sungsum, bisa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya? Biarpun bersembahyang seribu kali setiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya menjadi debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, Apakah para Wali dapat membawa pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan baru, dalilnya layabtakiru hilamuhdil yang artinya tidak membuat sesuatu wujud lagi tentang terjadinya alam semesta sesudah dia membuat dunia.” .
Dari pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut, nampak bahwa Syekh Siti Jenar memandang alam semesta sebagai makrokosmos sama dengan mikrokosmos (manusia). Sekurangnya kedua hal itu merupakan barang baru ciptaan Tuhan yang sama-sama akan mengalami kerusakan, tidak kekal dan tidak abadi.
Pada sisi yang lain, pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut juga memiliki muatan makna pernyataan sufistik, “Barangsiapa mengnal dirinya, maka ia pasti mengenal Tuhannya.” Sebab bagi Syekh Siti Jenar, manusia yang utuh dalam jiwa raganya merupakan wadag bagi penyanda, termasuk wahana penyanda alam semesta. Itulah sebabnya pengelolaan alam semesta menjadi tanggungjawab manusia. Maka, mikrokosmos manusia tidak lain adalah blueprint dan gambaran adanya jagat besar termasuk semesta.
Bagi Syekh Siti Jenar, manusia terdiri dari jiwa dan raga yang intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (sang Pribadi). Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yang dilengkapi pancaindera, berbagai organ tubuh seperti daging, otot, darah dan tulang. Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman yang suatu saat setelah manusia terlepas dari pengalaman kematian di dunia ini, akan kembali berubah menjadi tanah. Sedangkan rohnya yang menjadi tajalli Ilahi, manunggal ke dalam keabadian dengan Allah.
Manusia tidak lain adalah ke-Esa-an dalam af’al Allah. Tentu ke-Esa-an bukan sekedar af’al, sebab af’al digerakkan oleh dzat. Sehingga af’al yang menyatu menunjukkan adanya ke-Esa-an dzat, ke mana af’al itu dipancarkan.
EMPAT PULUH LIMA
“Segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini pada hakikatnya adalah af’al (perbuatan) Allah. Berbagai hal yang dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi keliru dan sesat pandangan yang mengatakan bahwa yang baik dari Allah dan yang buruk selain Allah.” “…Af’al Allah harus dipahami dari dalam dan luar diri. Saat manusia menggoreskan pena misalnya, di situlah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yang dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-Nya, yakni kemampuan kodrati gerak pena. Di situlah berlaku dalil Wa Allahu khalaqakum wa ma ta’malun (QS. Ash-Shaffat:96), yang maknanya Allah yang menciptakan engkau dan segala apa yang engkau perbuat. Di sini terkandung makna mubasyarah. Perbuatan yang terlahir dari itu disebut al-tawallud. Misalnya saya melempar batu. Batu yang terlempar dari tangan saya itu adalah berdasar kemampuan kodrati gerak tangan saya. Di situ berlaku dalil Wa ma ramaitaidz ramaita walakinna Allaha rama (QS. Al-Anfal:17), maksudnya bukanlah engkau yang melempar, melainkan Allah jua yang melempar ketika engkau melempar. Namun pada hakikatnya antara mubasyarah dan al-tawallud hakikatnya satu, yakni af’al Allah sehingga berlaku dalil la haula wa la quwwata illa bi Allahi al-‘aliyi al-adzimi. Rasulullah bersabda la tataharraku dzarratun illa bi idzni Allahi, yang maksudnya tidak bergerak satu dzarah pun melainkan atas izin Allah.” .
EMPAT PULUH DELAPAN
Menurut Syekh Siti Jenar, bahwa al-Fatihah adalah termasuk salah satu kunci sahnya orang yang menjalani laku manunggal (ngibadah). Maka seseorang wajib mengetahui makna mistik surat al-Fatihah. Sebab menurut Syekh Siti Jenar, lafal al-Fatihah disebut lafal yang paling tua dari seluruh sabda-Sukma. Inilah tafsir mistik al-Fatihah Syekh Siti Jenar. .
Bis………………………… kedudukannya…………. ubun-ubun.
Millah………………………kedudukannya….. ………rasa.
Al-Rahman-al-Rahim…….kedudukannya……………penglihatan (lahir batin).
Al-hamdu…………………kedudukannya………… …hidupmu (manusia).
Lillahi………………………kedudukannya…. ……….cahaya.
Rabbil-‘alamin…………….kedudukannya…………..n yawa dan napas.
Al-Rahman al-Rahim…….kedudukannya……………leher dan jakun.
Maliki……………………..kedudukannya…… ………dada.
Yaumiddin………………..kedudukannya……… ……jantung (hati).
Iyyaka……………………kedudukannya…….. …….hidung.
Na’budu…………………..kedudukannya…….. …….perut.
Waiyyaka nasta’in………kedudukannya…………….dua bahu.
Ihdinash………………….kedudukannya…….. ……..sentil (pita suara).
Shiratal…………………..kedudukannya……. ………lidah.
Mustaqim…………………kedudukannya……… ……tulang punggung (ula-ula).
Shiratalladzina…………..kedudukannya……… …….dua ketiak.
An’amta…………………..kedudukannya…….. ……..budi manusia.
‘alaihim……………………kedudukannya…… ………tiangnya (pancering) hati.
Ghairil…………………….kedudukannya…… ……….bungkusnya nurani.
Maghdlubi………………..kedudukannya……… …….rempela/empedu.
‘alaihim……………………kedudukannya…… ……….dua betis.
Waladhdhallin……………kedudukannya………. ……mulut dan perut (panedha).
Amin………………………kedudukannya……. ………penerima.
Tafsir mistik Syekh Siti Jenar tetap mengacu kepada Manunggaling Kawula-Gusti, sehingga baik badan wadag manusia sampai kedalaman rohaninya dilambangkan sebagai tempat masing-masing dari lafal surat al-Fatihah. Tentu saja pemahaman itu disertai dengan penghayatan fungsi tubuh seharusnya masing-masing, dikaitkan dengan makna surahi dalam masing-masing lafadz, maka akan ditemukan kebenaran tafsir tersebut, apalagi kalau sudah disertai dengan pengalaman rohani/spiritual yang sering dialami.
Konteks pemahaman yang diajukan Syekh Siti Jenar adalah, bahwa al-Qur’an merupakan “kalam” yang berarti pembicaraan. Jadi sifatnya adalah hidup dan aktif. Maka taksir mistik Syekh Siti Jenar bukan semata harfiyah, namun di samping tafsir kalimat, Syekh Siti Jenar menghadirkan tafsir mistik yang bercorak menggali makna di balik simbol yang ada (dalam hal ini huruf, kalimat dan makna historis).
EMPAT PULUH SEMBILAN
“Di di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yang cepat juga akan menjadi busuk dan bercampur tanah…Ketahuilah juga, apa yang dinamakan kawula-Gusti tidak berkaitan dengan seorang manusia biasa seperti yang lain-lain. Kawula dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-Gusti itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, gusti dan kawula lenyap, yang tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam Ada sendiri. Bila kau belum menyadari kebenaran kata-kataku maka dengan tepat dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hiburan aneka warna. Lebih banyak lagi hal-hal yang menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat pancaindera. Itu hanya impian yang sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orang yang terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian. Satu-satunya yang kuusahakan, ialah kembali kepada kehidupan.” .
Syekh Siti Jenar menyatakan secara tegas bahwa dirinya sebagai Tuhan, ia memiliki hidup dan Ada dalam dirinya sendiri, serta menjadi Pangeran bagi seluruh isi dunia. Sehingga didapatkan konsistensi antara keyakinan hati, pengalaman keagamaan, dan sikap perilaku dzahirnya. Juga ditekankan satu satu hal yang selalu tampil dalam setiap ajaran Syekh Siti Jenar. Yakni pendapat bahwa manusia selama masih berada di dunia ini, sebetulnya mati, baru sesudah ia dibebaskan dari dunia ini, akan dialami kehidupan sejati. Kehidupan ini sebenarnya kematian ketika manusia dilahirkan. Badan hanya sesosok mayat karena ditakdirkan untuk sirna. (bandingkan dengan Zotmulder; 364). Dunia ini adalah alam kubur, di mana roh suci terjerat badan wadag yang dipenuhi oleh berbagai goda-nikmat yang menguburkan kebenaran sejati, dan berusaha mengubur kesadaran Ingsun Sejati.
LIMA PULUH
“Syekh Siti Jenar berpendapat dan mengganggap dirinya bersifat Muhammad, yaitu sifat Rasul yang sejati, sifat Muhammad yang kudus. Ia berpendapat juga, bahwa hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera. Pancaindera ini merupakan barang pinjaman, yang jika sudah diminta oleh empunya akan menjadi tanah dan membusuk, hancur-lebur bersifat najis. Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup.”
“Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari pancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur, dan sering kali tidak jujur. Akal itu pula yang siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkan kesombongan, untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan, sehingga menodai nama dan citranya.” .
“Kalau kamu ingin berjumpa dengan dia, saya pastikan kamu tidak akan menemuinya, sebab Kyai Ageng berbadan sukma, mengheningkan puja ghaib. Yang dipuja dan yang memuja, yang dilihat dan melihat yang bersabda sedang bertutur, gerak dan diam bersatu tunggal. Nah, buyung yang sedang berkunjung, lebih baik kembali saja.” .
Ini adalah pandangan Syekh Siti Jenar tentang psikologi dan pengetahuan. Menurut Syekh Siti Jenar, sumber ilmu pengetahuan itu terdiri atas tiga macam; pancaindera, akal-nalar, dan intuisi (wahyu). Hanya saja pancaindera dan nalar tidak bisa dijadikan pedoman pasti. Hanya intuisi yang berasal dari orang yang sudah manunggallah yang betul-betul diandalkan sebagai pengetahuan.
Oleh karenanya, konsistensi dengan pendapat tersebut, Syekh Siti Jenar menegaskan bahwa baginya Muhammad bukan semata sosok utusan fisik, yang hanya memberikan ajaran Islam secara gelondongan, dan setelah wafat tidak memiliki fungsi apa-apa, kecuali hanya untuk diimani.
Justru Syekh Siti Jenar menjadikan Pribadi Rasulullah Muhammad sebagai roh yang bersifat aktif. Dalam memahami konsep syafa’at, Syekh Siti Jenar berpandangan bahwa syafa’at tidak bisa dinanti dan diharap kehadirannya kelak di kemudian hari. Justru syafa’at Muhammad hanya terjadi bagi orang yang menjadikan dirinya Muhammad, me-Muhammad-kan diri dengan keseluruhan sifat dan asmanya. Rahasia asma Allah dan asma Rasulullah adalah bukan hanya untuk diimani, tetapi harus merasuk dalam Pribadi, menyatu-tubuh dan rasa. Itulah perlunya Nur Muhammad, untuk menyatu cahaya dengan Sang Cahaya. Dan itu semua bisa terjadi dalam proses Manunggaling Kawula-Gusti.
LIMA PULUH SATU
“Bukan kehendak, angan-angan, bukan ingatan, pikir atau niat, hawa nafsu pun bukan, bukan juga kekosongan atau kehampaan. Penampilanku bagai mayat baru, andai menjadi gusti jasadku dapat busuk bercampur debu, napasku terhembus ke segala penjuru dunia, tanah, api, air, kembali sebagai asalnya, yaitu kembali menjadi baru. Syekh Siti Jenar belum mau menuruti perintah sultan. Hal ini disebabkan karena bumi, langit, dan sebagainya adalah kepunyaan seluruh manusia. Manusialah yang memberikan nama. Buktinya sebelum saya lahir tidak ada.
Syekh Siti Jenar menghubungkan antara alam yang diciptakan Allah, dengan konteks kebebasan dan kemerdekaan manusia. Kebebasan alam mencerminkan kebebasan manusia. Segala sesuatu harus berlangsung dan mengalami hal yang natural (alami), tanpa rekayasa, tanpa pemaksaan iradah dan qudrah. Maka ketidakmauannya memenuhi penggilan sultan, dikarenakan dirinya hanyalah milik Dirinya Sendiri. Jadi seluruh manusia masing-masing mamiliki hak mengelola alam. Alam bukan milik negara atau raja, namun milik manusia bersama. Maka setiap orang harus memiliki dan diberi hak kepemilikan atas alam. Ada yang harus dimiliki secara privat dan ada juga yang harus dimiliki secara kolektif.
Dari wejangan Syekh Siti Jenar tersebut, juga diketahui bahwa hakikat seluruh alam semesta adalah tajaliyat Tuhan (penampakan wajah Tuhan). Adapun mengenai alam yang kemudian memiliki nama, bukanlah nama yang sesungguhnya, sebab segala sesuatu yang ada di bumi ini, manusialah yang memberi nama, termasuk nama Tuhanpun, dalam pandangan Syekh Siti Jenar, diberikan oleh manusia. Dan nama-nama itu seluruhnya akan kembali kepada Sang Pemilik Nama yang sesungguhnya. . Maka memang nama itu perlu, namun jangan sampai menjebak manusia hanya untuk memperdebatkan nama.
Tarekat dan Jalan Mistik Syekh Siti Jenar
LIMA PULUH DUA
“Adapun asalnya kehidupan itu, berdasar kitab Ma’rifat al’iman, seperti dijelaskan di bawah ini, terbebani 16 macam titipan;
Yang dari Muhammad : roh, napas.
Yang dari Malaikat : budi, iman.
Yang dari Tuhan : pendengaran, penciuman, pengucapan, penglihatan.
Yang dari Ibu : kulit, daging, darah, bulu.
Yang dari Bapak : tulang, sungsum, otot, otak.
Inilah maksud dari lafal “kulusyaun halikun ilawajahi”, maksudnya semua itu akan rusak kecuali dzat Allah yang tidak rusak. .
Kitab Ma’rifat al-Iman adalah karya dari Maulana Ibrahim al-Ghazi, al-Samarqandi, yang menjadi salah satu sumber bacaan Syekh Siti Jenar.
Kalimat “kulusyaun halikun ilawajahi” lebih tepatnya berbunyi “kullu syai-in halikun illa wajhahu” (Segala sesuatu itu pasti hancur musnah, kecuali wajah-Nya (penampakan wajah Allah)) [QS : Al-Qashashash / 28:88]. Dari kalimat inilah Syekh Siti Jenar mengungkapkan pendapatnya, bahwa badan wadag akan hancur mengikuti asalnya, tanah. Sedangkan Ingsun Sejati (Jiwa) mengikuti “illa wajhahu”, (kecuali wajah-Nya). Ini juga menjadi salah satu inti dan kunci dalam memahami teori kemanunggalan Syekh Siti Jenar. Maka kata wajhahu di sini diberikan makna Dzatullah.
Bagi Syekh Siti Jenar, antara Nur Muhammad, Malaikat, dan Tuhan, bukanlah unsur yang saling berdiri sendiri-sendiri sebagaimana umumnya dipahami manusia. Nur Muhammad dan malaikat adalah termasuk dalam Ingsun Sejati. Ini berhubungan erat dengan pernyataan Allah, bahwa segala sesuatu yang diberikan kepada manusia (seperti pendengaran, penglihatan dan sebagainya) akan dimintakan pertanggungjawabannya kepada Allah, maksudnya adalah apakah dengan alat titipan itu, manusia bisa manunggal dengan Allah atau tidak. Sedangkan proses kejadian manusia yang melalui orangtua, adalah sarana pembuatan jasad fisik, yang di alam kematian dunia, roh berada dalam penjara badan wadag tersebut.
LIMA PULUH TIGA
“Kehilangan adalah kepedihan. Berbahagialah engkau, wahai musafir papa, yang tidak memiliki apa-apa. Sebab, engkau yang tidak memiliki apa-apa maka tidak pernah kehilangan apa-apa.” .
Hakikat Zuhud bukanlah meninggalkan atau mengasingkan diri dari dunia. Zuhud adalah perasaan tidak memiliki apa-apa terhadap makhluk lain, sebab teologi kepemilikan itu hakikatnya tunggal. Manusia baru memiliki segalanya ketika ia telah berhasil Manunggal dengan Gustinya, sebab Gusti adalah Yang Maha Kuasa, otomatis Yang Maha Memiliki. Sehingga dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sikap yang realistis adalah perasaan tidak memiliki, karena sebatas itu antara makhluk (manusia) dengan makhluk lain (apa pun yang bisa ‘dimiliki’ manusia) tidak bisa saling memiliki dan dimiliki. Karena semua itu merupakan aspek dari ketunggalan.
Orang yang masih selalu merasa ‘memiliki’ akan makhluk lain, pasti tidak akan berhasil menjadi salik (penempuh jalan spiritual) yang akan sampai ke tujuan sejatinya, yakni Allah Yang Maha Tunggal, karena memang ia belum mampu untuk manunggal. Nah, zuhud dalam pandangan Syekh Siti Jenar adalah menjadi satu maqamat menuju kemanunggalan dan menjadi salah satu poros keihsanan dan keikhlasan.
LIMA PULUH EMPAT
“Jika engkau kagum kepada seseorang yang engkau anggap Wali Allah, janganlah engkau terpancang pada kekaguman akan sosok dan perilaku yang diperbuatnya. Sebab saat seseorang berada pada tahap kewalian maka keberadaan dirinya sebagai manusia telah lenyap, tenggelam ke dalam al-Waly. Kewalian bersifat terus-menerus, hanya saja saat Sang Wali tenggelam dalam al-Waly. Berlangsungnya Cuma beberapa saat. Dan saat tenggelam ke dalam al-Waly itulah sang wali benar-benar menjadi pengejawantahan al-Waly. Lantaran itu, sang wali memiliki kekeramatan yang tidak bisa diukur dengan akal pikiran manusia, di mana karamah itu sendiri pada hakikatnya adalah pengejawantahan dari kekuasaan al-Waly. Dan lantaran itu pula yang dinamakan karamah adalah sesuatu di luar kehendak sang wali pribadi. Semua itu semata-mata kehendak-Nya mutlak.
Kekasih Allah itu ibarat cahaya. Jika ia berada di kejauhan, kelihatan sekali terangnya. Namun jika cahaya itu di dekatkan ke mata, mata kita akan silau dan tidak bisa melihatnya dengan jelas. Semakin dekat cahaya itu ke mata maka kita akan semakin buta tidak bisa melihatnya. Engkau bisa melihat cahaya kewalian pada diri seseorang yang jauh darimu. Namun, engkau tidak bisa melihat cahaya kewalian yang memancar dari diri orang-orang yang terdekat denganmu.” .
Doktrin kewalian Syekh Siti Jenar sangat berbeda dengan doktrin kewalian orang Islam pada umumnya. Bagi Syekh Siti Jenar, yang menentukan seseorang itu wali atau bukan hanyalah pemilik nama al-Waliy, yaitu Allah. Sehingga seorang wali tidak akan pernah peduli dengan berbagai tetek-bengek pandangan manusia dan makhluk lain terhadapnya. Demikian pula terhadap orang yang memandang kewalian seseorang.
Syekh Siti Jenar menasihatkan agar jangan terkagum-kagum dan menetukan kewalian hanya karena perilaku serta kewajiban yang muncul darinya. Yang harus diingat adalah bahwa para auliya’ Allah adalah pengejawantahan dari Allah al-Waliy. Sehingga apapun yang lahir dari wali tersebut, bukanlah perilaku manusia dalam wadagnya, namun itu adalah perbuatan Allah. Seorang wali dalam pandangan Syekh Siti Jenar tidak lain adalah manusia yang manunggal dengan al-Waliy dan itu berlangsung terus-menerus. Hanya saja perlu diingat, setiap tajalliyat-Nya adalah bagian dari si Wali tersebut, namun tidak semua sisi dan perbuatan si wali adalah perbuatan atau af’al al-Waliy.
Oleh karena itu sampai di sini, kita harus menyikapi dengan kritis terhadap sebagian naskah-naskah Jawa Tengahan yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar pernah mengungkapkan pernyataan, “di sini tidak ada Syekh Siti Jenar, yang ada hanya Allah,” serta ungkapan sebaliknya “di sini tidak ada Allah, yang ada hanya Siti Jenar.” Kisah yang berhubungan dengan pernyataan tersebut, hanya anekdot atau kisah konyol dan bukan kisah yang sebenarnya. Dan itu merupakan bentuk penggambaran ajaran anunggaling Kawula Gusti yang salah kaprah. Pernyataan pertama “di sini tidak ada Syekh Siti Jenar, yang ada hanya Allah,” memang benar adanya. Namun pernyataan kedua, “di sini tidak ada Allah, yang ada hanya Siti Jenar,” tidak bisa dianggap benar, dan jelas keliru.
Teologi Manunggaling Kawula Gusti bukanlah teologi Fir’aun yang menganggap kedirian-insaniyahnya menjadi Tuhan, sekaligus dengan keberadaan manusia sebagai makhluk di dunia ini. Jadi kita harus ekstra hati-hati dalam memilah dan memilih naskah-naskah tersebut., sebab banyak juga pernyataan yang disandarkan kepada Syekh Siti Jenar, namun nyatanya itu bukan berasal dari Syekh Siti Jenar.
Ajaran Syekh Siti Jenar menurut Ki Lonthang Semarang
“Kalau menurut wejangan guru saya, orang sembahyang itu siang malam tiada putusnya ia lakukan. Hai Bonang ketahuilah keluarnya napasku menjadi puji. Maksudnya napasku menjadi shalat. Karena tutur penglihatan dan pendengaran disuruh melepaskan dari angan-angan, jadi kalau kamu shalat masih mengiaskan kelanggengan dalam alam kematian ini, maka sesungguhnyalah kamu ini orang kafir.”
“Jika kamu bijaksana mengatur tindakanmu, tanpa guna orang menyembah Rabbu’l ‘alamien, Tuhan sekalian alam, sebab di dunia ini tidak ada Hyang Agung. Karena orang melekat pada bangkai, meskipun dicat dilapisi emas, akhirnya membusuk juga, hancur lebur bercampur dengan tanah. Bagaimana saya dapat bersolek?”
“Menurut wejangan Syekh Siti Jenar, orang sembahyang tidak memperoleh apa-apa, baik di sana, maupun di sini. Nyatanya kalau ia sakit, ia menjadi bingung. Jika tidur seperti budak, disembarang tempat. Jika ia miskin, mohon agar menjadi kaya tidak dikabulkan. Apalagi bila ia sakaratul maut, matanya membelalak tiada kerohan. Karena ia segan meninggalkan dunia ini. Demikianlah wejangan guru saya yang bijaksana.”
“Umumnya santri dungu, hanya berdzikir dalam keadaan kosong dari kenyataan yang sesungguhnya, membayangkan adanya rupa Zat u’llahu, kemudian ada rupa dan inilah yang ia anggap Hyang Widi.”
“Apakah ini bukan barang sesat? Buktinya kalau ia memohon untuk menjadi orang kaya tidak diluluskan. Sekalipun demikian saya disuruh meluhurkan Dzat’llahu yang rupanya ia lihat waktu ia berdzikir, mengikuti syara’ sebagai syari’at, jika Jum’at ke mesjid berlenggang mengangguk-angguk, memuji Pangeran yang sunyi senyap, bukan yang di sana, bukan yang di sini.”
“Saya disuruh makbudullah, meluhurkan Tuhan itu, serta akan ditipu diangkat menjadi Wali, berkeliling menjual tutur, sambil mencari nasi gurih dengan lauknya ayam betina berbulu putih yang dimasak bumbu rujak pada selamatan meluhurkan Rasulullah. Ia makan sangat lahap, meskipun lagaknya seperti orang yang tidak suka makan. Hal itulah gambaran raja penipu!”
“Bonang, jangan berbuat yang demikian. Ketahuilah dunia ini alam kematian, sedang akhirat alam kehidupan yang langgeng tiada mengenal waktu. Barang siapa senang pada alam kematian ini, ia terjerat goda, terlekat pada surga dan neraka, menemui panas, sedih, haus, dan lapar”. .
“Tiada usah merasa enggan menerima petuahku yang tiga buah jumlahnya. Pertama janganlah hendaknya kamu menjalankan penipuan yang keterlaluan, agar supaya kamu tidak ditertawakan orang di kelak kemudian hari. Yang kedua, jangan kamu merusak barang-barang peninggalan purba, misalnya : lontar naskah sastra yang indah-indah, tulisan dan gambar-gambar pada batu candhi. Demikian pula kayu dan batu yang merupakan peninggalan kebudayaan zaman dulu, jangan kamu hancur-leburkan. Ketahuilah bagi suku Jawa sifat-sifat Hindu-Budha tidak dapat dihapus. Yang ketiga, jika kamu setuju, mesjid ini sebaiknya kamu buang saja musnahkan dengan api. Saya berbelas kasihan kepada keturunanmu, sebab tidak urung mereka menuruti kamu, mabuk do’a, tersesat mabuk-tobat, berangan-angan lam yakunil.”
“…orang menyembah nama yang tiada wujudnya, harus dicegah. Maka dari itu jangan kamu terus-teruskan, sebab itu palsu.” .
Khotbah Perpisahan Sunan Panggung
“Banyak orang yang gemar dengan ksejatian, tapi karena belum pernah berguru maka semua itu dipahami dalam konteks dualitas. Yang satu dianggap wjud lain. Sesungguhnya orang yng melihat sepeti ini akan kecewa. Apalagi yang ditemui akan menjadi hilang. Walaupun dia berkeliling mencari, ia tidak akan menemukan yang dicari. Padahal yang dicari, sesungguhnya telah ditimang dan dipegang, bahkan sampai keberatan membawanya. Dan karena belum tahu kesejatiannya, ciptanya tanpa guru menyepelekan tulisan dan kesejatian Tuhan.”
“Walaupun dituturkan sampai capai, ditunjukkan jalannya, sesungguhnya dia tidak memahaminya karena ia hanya sibuk menghitung dosa besar dan kecil yg diketahuinya. Tentang hal kufur kafir yang ditolaknya itu, bukti bahwa ia adalah orang yang masih mentah pengetahuannya. Walaupun tidak pernah lupa sembahyang, puasanya dapat dibangga-banggakan tanpa sela, tapi ia terjebak menaati yang sudah ditentukan Tuhan.
Sembah puji dan puasa yang ditekuni, membuat orang justru lupa akan sangkan paran (asal dan tujuan). Karena itu, ia lebih konsentrasi melihat dosa besar-kecil yang dikhawatirkan, dan ajaran kufur kafir yang dijauhi justru membuat bingung sikapnya. Tidak ada dulu dinulu. Tidak merasa, tidak menyentuh. Tidak saling mendekati, sehingga buta orang itu. Takdir dianggap tidak akan terjadi, salah-salah menganggap ada dualisme antara Maha Pencipta dan Maha Memelihara.
Jika aku punya pemikiran yang demikian, lebih baik aku mati saja ketika masih bayi. Tidak terhitung tidak berfikir, banyak orang yang merasa menggeluti tata lafal, mengkaji sembahyang dan berletih-letih berpuasa. Semua itu dianggap akan mampu mengantarkan. Padahal salah-salah menjadikan celaka dan bahkan banyak yang menjadi berhala.”
“Pemikiran saya sejak kecil, Islam tidak dengan sembahyang, Islam tidak dengan pakaian, Islam tidak dengan waktu, Islam tidak dengan baju dan Islam tidak dengan bertapa. Dalam pemikiran saya, yang dimaksud Islam tidak karena menolak atau menerima yang halal atau haram.
Adapun yang dimaksud orang Islam itu, mulia wisesa jati, kemuliaan selamat sempurna sampai tempat tinggalnya besok. Seperti bulu selembar atau tepung segelintir, hangus tak tersisa. Kehidupan di dunia seperti itu keberadaannya.”
“Manusia, sebelum tahu makna Alif, akan menjadi berantakan….Alif menjadi panutan sebab uintuk semua huruf, alif adalah yang pertama. Alif itu badan idlafi sebagai anugerah. Dua-duanya bukan Allah. Alif merupakan takdir, sedangkan yang tidak bersatu namanya alif-lapat. Sebelum itu jagat ciptaan-Nya sudah ada. Lalu alif menjadi gantinya, yang memiliki wujud tunggal. Ya, tunggal rasa, tunggal wujud. Ketunggalan ini harus dijaga betul sebab tidak ada yang mengaku tingkahnya. ALif wujud adalah Yang Agung. Ia menjadi wujud mutlak yang merupakan kesejatian rasa. Jenisnya ada lima, yaitu alif mata, wajah, niat jati, iman, syari’at.”
“Allah itu penjabarannya adalah dzat Yang Maha Mulia dan Maha Suci. Allah itu sebenarnya tidak ada lain, karena kamu itu Allah. Dan Allah semua yang ada ini, lahir batin kamu ini semua tulisan merupakan ganti dari alif, Allah itulah adanya.”
“Alif penjabarannya adalah permulaan pada penglihatan, melihat yang benar-benar melihat. Adapun melihat Dzat itu, merupakan cermin ketunggalan sejati menurun kepada kesejatianmu. Cahaya yang keluar, kepada otak keberadaan kita di dunia ini merupakan cahaya yang terang benderang, itu memiliki seratus dua puluh tujuh kejadian. Menjadi penglihatan dan pendengaran, napas yang tunggal, napas kehidupan yang dinamakan Panji. Panji bayangan dzat yang mewujud pada kebanyakkan imam. Semua menyebut dzikir sejati, laa ilaaha illallah.” .
Kematian di Mata Sunan Geseng
“Banyak orang yang salah menemui ajalnya. Mereka tersesat tidak menentu arahnya, pancaindera masih tetap siap, segala kesenangan sudah ditahan, napas sudah tergulung dan angan-angan sudah diikhlaskan, tetapi ketika lepas tirta nirmayanya belum mau. Maka ia menemukan yang serba indah.”
“Dan ia dianggap manusia yang luar biasa. Padahal sesungguhnya ia adalah orang yang tenggelam dalam angan-angan yang menyesatkan dan tidak nyata. Budi dan daya hidupnya tidak mau mati, ia masih senang di dunia ini dengan segala sesuatu yang hidup, masih senang ia akan rasa dan pikirannya. Baginya hidup di dunia ini nikmat, itulah pendapat manusia yang masih terpikat akan keduniawian, pendapat gelandangan yang pergi ke mana-mana tidak menentu dan tidak tahu bahwa besok ia akan hidup yang tiada kenal mati. Sesungguhnyalah dunia ini neraka.”
“Maka pendapat Kyai Siti Jenar betul, saya setuju dan tuan benar-benar seorang mukmin yang berpendapat tepat dan seyogyanya tuan jadi cermin, suri tauladan bagi orang-orang lain. Tarkumasiwalahu (Arab asli : tarku ma siwa Allahu), di dunia ini hamba campur dengan kholiqbta, hambanya di surga, khaliknya di neraka agung.”
Syari’at Palsu Para Wali Menurut Ki Cantula
“Menurut ajaran guruku Syekh Siti Jenar, di dunia ini alam kematian. Oleh karena itu, dunia yang sunyi ini tidak ada Hyang Agung serta malaikat. Akan tetapi bila saya besok sudah ada di alam kehidupan saya akan berjumpa dan kadang kala saya menjadi Allah. Nah, di situ saya akan bersembahyang.”
“Jika sekarang saya disuruh sholat di mesjid saya tidak mau, meskipun saya bukan orang kafir. Boleh jadi saya orang terlantar akan Pangeran Tuhan. Kalau santri gundul, tidak tahunya yang ada di sini atau di sana. Ia berpengangan kandhilullah, mabuk akan Allah, buta lagi tuli.”
“Lain halnya dengan saya, murid Syekh Siti Jenar. Saya tidak menghiraukan ujar para Wali, yang mengkukuhkan Syari’at palsu, yang merugikan diri sendiri. Nah, Syekh Dumba, pikirkanlah semua yang saya katakan ini. Dalam dadamu ada Al-Qur’an. Sesuai atau tidak yang saya tuturkan itu, kanda pasti tahu.” .
Jawaban Ki Bisono Tentang Semesta, Tuhan dan Roh
Ki Bisana menyanggupi kemudian menjawab pertanyaan dari Sultan Demak:
“Pertanyaan pertama : Pertanyaan, bahwa Allah menciptakan alam semesta itu adalah kebohongan belaka. Sebab alam semesta itu barang baru, sedang Allah tidak membuat barang yang berwujud menurut dalil : layatikbiyu hilamuhdil, artinya tiada berkehendak menciptakan barang yang berwujud. Adapun terjadinya alam semesta ini ibaratnya : drikumahiyati : artinya menemukan keadaan. Alam semesta ini : la awali. Artinya tiada berawal. Panjang sekali kiranya kalau hamba menguraikan bahwa alam semesta ini merupakan barang baru, berdasarkan yang ditulis dalam Kuran.”
“Pertanyaan yang kedua : Paduka bertanya di mana rumah Hyang Widi. Hal itu bukan merupakan hal yang sulit, sebab Allah sejiwa dengan semua zat. Zat wajibul wujud itulah tempat tinggalnya, seumpamanya Zat tanahlah rumahnya. Hal ini panjang sekali kalau hamba terangkan. Oleh karena itu hamba cukupkan sekian saja uraian hamba.”
“Selanjutnya pertanyaan ketiga : berkurangnya nyawa siang malam, sampai habis ke manakah perginya nyawa itu. Nah, itu sangat mudah untuk menjawabnya. Sebab nyawa tidak dapat berkurang, maka nyawa itu bagaikan jasad , berupa gundukan, dapat aus, rusak dimakan anai-anai. Hal inipun akan panjang sekali untuk hamba uraikan. Meskipun hamba orang sudra asal desa, akan tetapi tata bahasa kawi hamba mengetahui juga, baik bahasa biasa maupun yang dapat dinyanyikan. Lagu tembang sansekerta pun hamba dapat menyanyikan juga dengan menguraikan arti kalimatnya, sekaligus hamba bukan seorang empu atau pujangga, melainkan seorang yang hanya tahu sedikit tentang ilmu.”
“Itu semua disebabkan karena hamba berguru kepada Syekh Siti Jenar, di Krendhasawa, tekun mempelajari kesusasteraan dan menuruti perintah guru yang bijaksana. Semua murid Syekh Siti Jenar menjadi orang yang cakap, berkat kemampuan mereka untuk menerima ajaran guru mereka sepenuh hati.”
“Adapun pertanyaan yang keempat : paduka bertanya bagaimanakah rupa Yang Maha Suci itu. Kitab Ulumuddin sudah memberitahukan : walahu lahir insan, wabatinul insani baitu-baytullahu (Arab asli : wa Allahu dzahir al-insan, wabathin, al-insanu baytullahu), artinya lahiriah manusia itulah rupa Hyang Widi. Batiniah manusia itulah rumah Hyang Widi. Banyak sekali yang tertulis dalam Kitab Ulumuddin, sehingga apabila hamba sampaikan kepada paduka, Kanjeng Pangeran Tembayat tentu bingung, karena paduka tidak dapat menerima, bahkan mungkin paduka mengira bahwa hamba seorang majenun. Demikianlah wejangan Syekh Siti Jenar yang telah hamba terima.”
“Guru hamba menguraikan asal-usul manusia dengan jelas, mudah diterima oleh para siswa, sehingga mereka tidak menjadi bingung. Diwejang pula tentang ilmu yang utama, yang menjelaskan tentang dan kegunaan budi dalam alam kematian di dunia ini sampai alam kehidupan di Akhirat. Uraiannya jelas dapat dilihat dengan mata dan dibuktikan dengan nyata.”
“Dalam memberikan pelajaran, guru hamba Syekh Siti Jenar, tiada memakai tirai selubung, tiada pula memakai lambang-lambang. Semua penjelasan diberikan secara terbuka, apa adanya dan tanpa mengharapkan apa-apa sedikitpun. Dengan demikian musnah segala tipu muslihat, kepalsuan dan segala perbuatan yang dipergunakan untuk melakukan kejahatan. Hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan para guru lainnya. Mereka mengajarkan ilmunya secara diam-diam dan berbisik-bisik, seolah-olah menjual sesuatu yang gaib, disertai dengan harapan untuk memperoleh sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya.”
“Hamba sudah berulang kali berguru serta diwejang oleh para wali mu’min, diberitahu akan adanya Muhammad sebagai Rosulullah serta Allah sebagai Pangeran hamba. Ajaran yang dituntunkan menuntun serta membuat hamba menjadi bingung dan menurut pendapat hamba ajaran mereka sukar dipahami, merawak-rambang tiada patokan yang dapat dijadikan dasar atau pegangan. Ilmu Arab menjadi ilmu Budha, tetapi karena tidak sesuai kemudian mereka mengambil dasar dan pegangan Kanjeng Nabi. Mereka mematikan raga, merantau kemana-mana sambil menyiarkan agama. Padahal ilmu Arab itu tiada kenal bertapa, kecuali berpuasa pada bulan Romadan, yang dilakukan dengan mencegah makan, tiada berharap apapun.”
“Jadi jelas kalau para wali itu masih manganut agama Budha, buktinya mereka masih sering ketempat-tempat sunyi, gua-gua, hutan-hutan, gunung-gunung atau tepi samudera dengan mengheningkan cipta, sebagai laku demi terciptanya keinginan mereka agar dapat bertemu dengan Hyang Sukma. Itulah buktinya bahwa mereka masih dikuasai setan ijajil. Menurut cerita Arab Ambiya, tiada orang yang dapat mencegah sandang pangan serta tiada untuk kuasa berjaga mencegah tidur kecuali orang Budha yang mensucikan dirinya dengan jalan demikian. Nah, silahkan memikirkan apa yang hamba katakan, sebagai jawaban atas empat pertanyaan paduka.”.
Wasiat dan Ajaran Syekh Amongraga
”Syekh Amongraga adalah salah seorang pewaris ajaran Syekh Siti Jenar pada masa Sultan Agung Hanyokusumo (1645). Mengenai rincian kehidupan dan ajaran Syekh Amongraga dapat dibaca di serat Centini”.
Syekh Amongraga mewasiatkan berbagai inti ajaran yang meliputi (Primbon Sabda Sasmaya; hlm. 24):
1. Rahayu ing Budhi (selamat akhlak dan moral).
2. Mencegah dan berlebihnya makanan.
3. Sedikit tidur.
4. Sabar dan tawakal dalam hati.
5. Menerima segala kehendak dan takdir Tuhan.
6. Selalu mensyukuri takdir Tuhan.
7. Mengasihi fakir dan miskin.
8. Menolong orang yang kesusahan.
9. Memberi makan kepada orang yang lapar.
10. Memberi pakaian kepada orang yang telanjang.
11. Memberikan payung kepada orang yang kehujanan.
12. Memberikan tudung kepada orang yang kepanasan.
13. Memberikan minum kepada orang yang haus.
14. Memberikan tongkat penunjuk kepada orang yang buta.
15. Menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat.
16. Menyadarkan orang yang lupa.
17. Membenarkan ilmu dan laku orang yang salah.
18. Mengasihi dan memuliakan tamu.
19. Memberikan maaf kepada kesalahan dan dosa sanak-kandung, saudara, dan semua manusia.
20. Jangan merasa benar, jangan merasa pintar dalam segala hal, jangan merasa memiliki, merasalah bahwa semua itu hanya titipan dari Tuhan yang membuat bumi dan langit, jadi manusia itu hanyalah sudarma (memanfaatkan dengan baik dengan tujuan dan cara yang baik pula) saja. Pakailah budi, syukur, sabar, menerima, dan rela.
Ajaran Syekh Siti Jenar Menurut Pangeran Panggung
“….Saya mencari ilmu sejati yang berhubungan langsung dengan asal dan tujuan hidup, dan itu saya pelajari melalui tanajjul tarki. Menurut saya , untuk mengharapkan hidayah hanyalah bias didapat dengan kesejatian ilmu. Demi kesentausaan hati menggapai gejolak jiwa, saya tidak ingin terjebak dalam syariat.”
“Jika saya terjebak dalam syariat, maka seperti burung sudah bergerak, akan tetapi mendapatkan pikiran yang salah. Karena perbuatan salah dalam syariat adalah pada kesalahpahaman dalam memahami larangan. Bagi saya kesejatian ilmu itulah yang seharusnya dicari dan disesuaikan dengan ilmu kehidupan. Kebanyakan manusia itu, jika sudah sampai pada janji maka hatinya menjadi khawatir, wataknya selalu was-was…senantiasa takut gagal….Alam dibawah kolong langit, diatas hamparan bumi dan semua isi didalamnya hanyalah ciptaan Yang Esa, tidak ada keraguan. Lahir batin harus bulat, mantap berpegang pada tekad.” (Serat Suluk Malang Sumirang, Pupuh 1-2).
“Yang membuat kita paham akan diri kita, Pertama tahu akan datang ajal, karena itu tahu jalan kemuliaannya, Kedua, tahu darimana asalnya ada kita ini sesungguhnya, berasal dari tidak ada. Kehendak-Nya pasti jadi, dan kejadian itu sendiri menjadi misal. Wujud mustahil pertandanya sebagai cermin yang bersih merata keseluruh alam. Yang pasti dzatnya kosong, sekali dan tidak ada lagi. Dan janganlah menyombongkan diri, bersikaplah menerima jika belum berhasil. Semua itu kehendak Sang Maha Pencipta. Sebagai makhluk ciptaan, manusia didunia ini hanya satu repotnya. Yaitu tidak berwenang berkehendak, dan hanya pasrah kepada kehendak Allah.”
“Segala yang tercipta terdiri dari jasad dan sukma, serta badan dan nyawa. Itulah sarana utama, yakni cahaya, roh, dan jasad. Yang tidak tahu dua hal itu akan sangat menyesal. Hanya satu ilmunya, melampaui Sang Utusan. Namun bagi yang ilmunya masih dangkal akan mustahil mencapai kebenaran, dan manunggal dengan Allah. Dalam hidup ini, ia tidak bisa mengaku diri sebagai Allah, Sukma Yang Maha Hidup. Kufur jika menyebut diri sebagai Allah. Kufur juga jika menyamakan hidupnya dengan Hidup Sang Sukma, karena sukmaitu adalah Allah.” .
” Waktu shalat merupakan pilihan waktu yang sesungguhnya berangkat dari ilmu yang hebat. Mengertikah Anda, mengapa shalat dzuhur empat raka’at? Itu disebabkan kita manusia diciptakan dengan dua kaki dan dua tangan. Sedang shalat ‘Ashar empat raka’at juga, adalah kejadian bersatunya dada dengan Telaga al-Kautsar dengan punggung kanan dan kiri. Shalat Maghrib itu tiga raka’at, karena kita memiliki dua lubang hidung dan satu lubang mulut. Adapun shalat ‘Isya’ enjadi empat raka’at karena adanya dua telinga dan dua buah mata. Adapun shalat Subuh, mengapa dua raka’at adalah perlambang dari kejadian badan dan roh kehidupan. Sedangkan shalat tarawih adalah sunnah muakkad yang tidak boleh ditinggalkan dua raka’atnya oleh yang melakukan, men-jadi perlambang tumbuhnya alis kanan dan kiri.”
“Adapun waktu yang lima, bahwa masing-masing berbeda-beda yang memilikinya. Shalat Subuh, yang memiliki adalah Nabi Adam. Ketika diturunkan dari surga mulia, berpisah dengan istrinya Hawa menjadi sedih karena tidak ada kawan. Lalu ada wahyu dari melalui malaikat Jibril yang mengemban perintah Tuhan kepada Nabi Adam, “Terimalah cobaan Tuhan, shalat Subuhlah dua raka’at”. Maka Nabi Adampun siap melaksanakannya. Ketika Nabi Adam melaksanakan shalat Subuh pada pagi harinya, ketika salam. Telah mendapati istrinya berada dibelakangnya, sambil menjawab salam. Shalat Dzuhur dimaksudkan ketika Kanjeng Nabi Ibrahim pada zaman kuno mendapatkan cobaan besar, dimasukkan ke dalam api hendak dihukum bakar. Ketika itu Nabi Ibrahim mendapat wahyu ilahi, disuruh untuk melaksanakan shalat Dzuhur empat raka’at. Nabi Ibrahim melaksanakan shalat, api padam seketika. Adapun shalat Ashar, dimaksudkan ketika Nabi Yunus sedang naik perahu dimakan ikan besar. Nabi Yunus merasakan kesusahan ketika berada di dalam perut ikan. Waktu itu terdapat wahyu Ilahi, Nabi Yunus diperintahkan melaksanakan shalat Ashar empat raka’at. Nabi Yunus segera melaksanakan, dan ikan itu tidak mematikannya. Malah ikan itu mati, kemudian Nabi Yunus keluar dari perut ikan. Sedangkan shalat Maghrib pada zaman kuno yang memulainya adalah Nabi Nuh. Ketika musibah banjir bandang sejagat, Nabi Nuh bertaubat merasa bersalah. Dia diterima taubatnya disuruh mengerjakan shalat. Kemudian Nabi Nuh melaksanakan shalat Maghrib tiga raka’at, maka banjirpun surut seketika. Shalat ‘Isya sesungguhnya Nabi Isa yang memulainya. Ketika kalah perang melawan Raja Harkiyah (Juga disebut Raja Herodes, atasan Gubernur Pontius Pilatus) semua kaumnya bingung tidak tahu utara, selatan, barat, timur dan tengah. Nabi Isa merasa susah, dan tidak lama kemudian datang malaikat Jibril membawa wahyu dengan uluk salam. Nabi Isa diperintahkan melaksanakan shalat ‘Isya. Nabi Isa menyanggupinya, dan semua kaumnya mengikutinya, dan malaikat Jibril berkata, “Aku yang membalaskan kepada Pendeta Balhum.” .
“Menurut pemahaman saya, sesuai petunjuk Syekh Siti Jenar dahulu, anasir itu ada empat yang berupa anasir batin dan ansir lahir. Pertama, anasir Gusti. Perlu dipahami dengan baik dzat, sifat, asma dan af’al (perbuatan) kedudukannya dalam rasa. Dzat maksudnya adalah bahwa diri manusia dan apapun yang kemerlap di dunia ini tidak ada yang memiliki kecuali Tuhan Yang Maha Tinggi, yang besar atau yang kecil adalah milik Allah semua. Ia tidak memiliki hidupnya sendiri. Hanya Allah yang Hidup, yang Tunggal. Adapun sifat sesungguhnya segala wujud yang kelihatan yang besar atau kecil, seisi bumi dan langit tidak ada yang memiliki hanya Allah Tuhan Yang Maha Agung. Adapun asma sesungguhnya, nama semua ciptaan seluruh isi bumi adalah milik Tuhan Allah Yang Maha Lebih Yang Maha Memiliki Nama. Sedangkan artinya af’al adalah seluruh gerak dan perbuatan yang kelihatan dari seluruh makhluk isi bumi ini adalah tidak lain dari perbuatan Allah Yang Maha Tinggi, demikian maksud anasir Gusti.”
“Anasir roh, ada empat perinciannya yang berwujud ilmu yang dinamai cahaya persaksian (nur syuhud). Maksudnya adalah sebagai berikut : pertama, yang disebut wujud sesungguhnya adalah hidup sejati atau amnusia sejati seperti pertempuran yang masih perawan itulah yang dimaksud badarullah yang sebenarnya. Kedua, yang disebut ilmu adalah pengetahuan batin yang menjadi nur atau cahaya kehidupan atau roh idhafi, cahaya terang menyilaukan seperti bintang kejora. Ketiga, yang dimaksud syuhud adalah kehendak batin kejora. Ketiga, yang dimaksud syuhud adalah kehendak batin tatkala memusatkan perhatian terutama ketika mengucapkan takbir. Demikianlah penjelasan tentang anasir roh, percayalah kepada kecenderungan hati.”
“Anasir manusia maksudnya hendaklah dipahami bahwa manusia itu terdiri dari bumi, api, angin dan air. Bumi itu menjadi jasad, api menjadi cahaya yang bersinar, angin menjadi napas keluar masuk, air, menjadi darah. Keempatnya bergerak tarik menarik secara ghaib. Demikianlah penjelasan saya tentang anasir.
Kompilasi Dari Beberapa Sumber Tentang Syeh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar (juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitibrit, Lemahbang, dan Lemah Abang) adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar.
Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran - ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti.
Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo.
Daftar isi:
1. Konsep dan ajaran
2. Pengertian Zadhab
3. Kontroversi
4. Kisah pada saat pasca kematian
5. Pranala luar
1. Konsep dan ajaran
Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syeh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi.
Konsekuensinya, ia tidak dapat dikenai hukum yang bersifat keduniawian (hukum negara dan lainnnya), tidak termasuk didalamnya hukum syariat peribadatan sebagaimana ketentuan syariah. Dan menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu: syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syech Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj (tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi) tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat (dengan menjalankan hukum-hukum agama spt sholat, zakat dll); 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma'rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syekh. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan 'syariat'. Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap 'hakekat' dan bahkan 'ma'rifat'kepada Allah (kecintaan dan pengetahuan yang mendalam kepada ALLAH). Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata 'SESAT'.
Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing - masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda - beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing - masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar.
Syech Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas.
1. 1. Manunggaling Kawula Gusti
Dalam ajarannya ini, pendukungnya berpendapat bahwa Syekh Siti Jenar tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan. Manunggaling Kawula Gusti dianggap bukan berarti bercampurnya Tuhan dengan Makhluknya, melainkan bahwa Sang Pencipta adalah tempat kembali semua makhluk. Dan dengan kembali kepada Tuhannya, manusia telah menjadi sangat dekat dengan Tuhannya.
Dan dalam ajarannya, 'Manunggaling Kawula Gusti' adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur'an yang menerangkan tentang penciptaan manusia ("Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)")>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi.
Perbedaan penafsiran ayat Al Qur'an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham 'Manunggaling Kawula Gusti'.
2. Pengertian Zadhab
Dalam kondisi manusia modern seperti saat ini sering temui manusia yang mengalami hal ini terutama dalam agama Islam yang sering disebut zadhab atau kegilaan berlebihan terhadap Illa yang maha Agung atau Allah.
Mereka belajar tentang bagaimana Allah bekerja, sehingga ketika keinginannya sudah lebur terhadap kehendak Allah, maka yang ada dalam pikirannya hanya Allah, Allah, Allah dan Allah.... disekelilingnya tidak tampak manusia lain tapi hanya Allah yang berkehendak, Setiap Kejadian adalah maksud Allah terhadap Hamba ini.... dan inilah yang dibahayakan karena apabila tidak ada GURU yang Mursyid yang berpedoman pada AlQuran dan Hadits maka hamba ini akan keluar dari semua aturan yang telah ditetapkan Allah untuk manusia.Karena hamba ini akan gampang terpengaruh syaitan, semakin tinggi tingkat keimanannya maka semakin tinggi juga Syaitan menjerumuskannya.Seperti contohnya Lia Eden dll... mereka adalah hamba yang ingin dekat dengan Allah tanpa pembimbing yang telah melewati masa ini, karena apabila telah melewati masa ini maka hamba tersebut harus turun agar bisa mengajarkan yang HAK kepada manusia lain seperti juga Rasullah pun telah melewati masa ini dan apabila manusia tidak mau turun tingkatan maka hamba ini akan menjadi seprti nabi Isa AS.Maka Nabi ISA diangkat Allah beserta jasadnya. Seperti juga Syekh Siti Jenar yang kematiannya menjadi kontroversi.Dalam masyarakat jawa kematian ini disebut "MUKSO" ruh beserta jasadnya diangkat Allah.
2. 1. Hamamayu Hayuning Bawana
Prinsip ini berarti memakmurkan bumi. Ini mirip dengan pesan utama Islam, yaitu rahmatan lil alamin. Seorang dianggap muslim, salah satunya apabila dia bisa memberikan manfaat bagi lingkungannya dan bukannya menciptakan kerusakan di bumi.
3. Kontroversi
Kontroversi yang lebih hebat terjadi di sekitar kematian Syekh Siti Jenar. Ajarannya yang amat kontroversial itu telah membuat gelisah para pejabat kerajaan Demak Bintoro. Di sisi kekuasaan, Kerajaan Demak khawatir ajaran ini akan berujung pada pemberontakan mengingat salah satu murid Syeh Siti Jenar, Ki Ageng Pengging atau Ki Kebokenanga adalah keturunan elite Majapahit (sama seperti Raden Patah) dan mengakibatkan konflik di antara keduanya.
Dari sisi agama Islam, Walisongo yang menopang kekuasaan Demak Bintoro, khawatir ajaran ini akan terus berkembang sehingga menyebarkan kesesatan di kalangan umat. Kegelisahan ini membuat mereka merencanakan satu tindakan bagi Syekh Siti Jenar yaitu harus segera menghadap Demak Bintoro. Pengiriman utusan Syekh Dumbo dan Pangeran Bayat ternyata tak cukup untuk dapat membuat Siti Jenar memenuhi panggilan Sri Narendra Raja Demak Bintoro untuk menghadap ke Kerajaan Demak. Hingga konon akhirnya para Walisongosendiri yang akhirnya datang ke Desa Krendhasawa di mana perguruan Siti Jenar berada.
Para Wali dan pihak kerajaan sepakat untuk menjatuhkan hukuman mati bagi [b]Syekh Siti Jenar dengan tuduhan telah membangkang kepada raja.[/b] Maka berangkatlah lima wali yang diusulkan oleh Syekh Maulana Maghribi ke Desa Krendhasawa. Kelima wali itu adalah Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Pangeran Modang, Sunan Kudus, dan Sunan Geseng. (Walet: Ini adalah Noordin M Top Jaman Dulu)
Sesampainya di sana, terjadi perdebatan dan adu ilmu antara kelima wali tersebut dengan Siti Jenar. Menurut Siti Jenar, kelima wali tersebut tidak usah repot-repot ingin membunuh Siti Jenar. Karena beliau dapat meminum tirtamarta (air kehidupan) sendiri. Ia dapat menjelang kehidupan yang hakiki jika memang ia dan budinya menghendaki.
Tak lama, terbujurlah jenazah Siti Jenar di hadapan kelima wali. Ketika hal ini diketahui oleh murid-muridnya, serentak keempat muridnya yang benar-benar pandai yaitu Ki Bisono, Ki Donoboyo, Ki Chantulo dan Ki Pringgoboyo pun mengakhiri "kematian"-nya dengan cara yang misterius seperti yang dilakukan oleh gurunya di hadapan para wali.[rujukan?]
4. Kisah pada saat pasca kematian
Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa ketika jenazah Siti Jenar disemayamkan di Masjid Demak, menjelang salat Isya, semerbak beribu bunga dan cahaya kilau kemilau memancar dari jenazah Siti Jenar.
Gambar Masjid Demak
Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali. Pendapat lain mengatakan, ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain.
Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. Di antaranya yang terceritakan adalah Kiai Lonthang dari Semarang Ki Kebokenanga dan Ki Ageng Tingkir.
Sumber: http://www.mesias.8k.com/jenar.htm
Judul: Syekh Siti Jenar, Pergumulan Islam-Jawa
Penulis: Abdul Munir Mulkan
Penerbit: Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, November 1999
Tebal: xvi + 353 halaman
SYEKH SITI JENAR adalah tokoh kontroversial sekaligus legendaris dalam sejarah Islam di Jawa, karena "pembangkangan tasawuf"-nya dan mitos kesaktian yang dimilikinya.
Buku ini mencoba memahami secara lebih jernih, konteks peristiwa penghukuman mati Syeh Siti Jenar yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam oleh Wali Songo ini. Pengarang buku ini secara kritis melihat ketegangan internal dan eksternal yang terjadi masa itu. Ketegangan itu berkaitan dengan berbagai kelompok kepentingan yang saling bersinggungan dan hendak mengambil tempat utama dalam peta politik.
Secara singkat dan hati-hati, pengarangnya menguraikan ajaran Siti Jenar dan mengkritisinya dalam tradisi sufistik Islam dan filsafat Barat. Kemudian, ditunjukkan bagaimana Siti Jenar menerapkan ajarannya itu dan akhirnya tidak bisa tidak bertemu dengan kekuatan ulama paling dominan, Wali Songo.
Sudah jelas bahwa pada saat itu, peran ulama yang terorganisir dalam Wali Songo mengambil ruang paling besar dalam legitimasi agama. Kehadiran Siti Jenar dengan ajarannya yang jauh berbeda dari "kebenaran" yang digariskan Wali Songo menjadi ganjalan besar, baik untuk penyebarluasan Islam maupun pengaruh politik Wali Songo sendiri.
Nilai lebih buku ini adalah dilampirikannya Serat Syeh Siti Jenar (Keluarga Bratakesawa, Yogyakarta, 1958) terjemahan dari R. Sosrowidjojo, sehingga pembaca bisa melihat langsung "ajaran" Syekh Siti Jenar ini.*
by walet » Sun Sep 06, 2009 3:12 am
Sufisme Syekh Siti Jenar : Kajian Kitab Serat dan Suluk Siti Jenar
Sufisme: Syekh Siti Jenar: Kajian Kitab Serat dan Suluk Siti Jenar / Muhammad Sholikhin
Penyunting, Windy Afiyanti.
-- Yogyakarta: Narasi, 2004.
-- Cet.1.
-- xvi, 336 P.; 22 cm
Buku ini merupakan sistematisasi dan rekonstruksi ajaran otentik Syekh Siti Jenar dalam nuansa mistik kejawen dan spiritualitas.
Sang wali nyentrik, Syekh Siti Jenar, menghadirkan kearifan spiritual Islam di Tanah Jawa. Tujuan utama ajaran Syekh Siti Jenar adalah mengajak manusia selalu tumbuh berkembang seperti pohon Sidratul Muntaha; selalu aktif, progresif dan positif; membangkitkan Ingsun Sejati melalui tauhid al-wujud atau yang dikenal secara lokal dengan Manunggaling Kawula-Gusti. Gerakan yang dilakukan Syekh Siti Jenarbersumbu pada pembebasan kultural, pembebasan kemanusiaan dari kungkungan struktur politik berdalih agama sekaligus pembebasan dari pasungan keagamaan yang formalistik.
Namun, benarkah tuduhan bahwa ajaran Syekh Siti Jenar merupakan pertempuran antara Kejawen dan Islam? Benarkah ajaran Syekh Siti Jenar adalah rekayasa budaya untuk menyerang Islam?
Syekh Lemah Abang
( Syekh Siti Jenar )
Sumber:
http://www.eastjava.com/books/walisongo/html/otherwali/sitijenar.html
The legend of the trial and execution of Siti Jenar for heresy by the Wali Songo is well known in Indonesia, though there is argument over whether his death was real or symbolic. The truth may never be known, but the message of the legend is clear and speaks across the generations. From the beginning the Wali Songo were confronted with the problem of how far to compromise with existing beliefs and it is said that they became divided into two 'camps'. Sunan Giri of Gresik represented the orthodox, while innovation was favoured by Sunan Kalijaga.
Eventually it was innovation which provided the solution when Sunan Kalijaga elected for Sunan Giri as leader of the Wali Songo. Through this gesture Sunan Kalijaga ensured that orthodoxy remained the final authority, thus effectively setting limits on the extent to which innovation could be carried. The pantheistic teaching of Siti Jenar, which during his lifetime had attracted a considerable following, was considered dangerous and inappropriate and was thus sacrificed for the sake of order, balance and harmony.
The tomb of Syekh Lemah Abang, often called the '10th Wali', at Gedong Ombo, Tuban
KESIMPULAN:
Pembunuh-pembunuh yang mengatasnamakan Islam sudah ada sejak Islam hadir di Indonesia.
Dari cerita-cerita diatas kita tahu minimal ajaran Syekh Siti Jenar Bagus dan tidak mengajarkan pembunuhan seperti yang wali sanga lakukan.
MENGENAL NAMA SYEKH SITI JENAR
Syekh Siti Jenar (829-923 H/1348-1439 C/1426-1517 M), memiliki banyak nama : San Ali (nama kecil pemberian orangtua angkatnya, bukan Hasan Ali Anshar seperti banyak ditulis orang); Syekh ‘Abdul Jalil (nama yg diperoleh di Malaka, setelah menjadi ulama penyebar Islam di sana); Syekh Jabaranta (nama yg dikenal di Palembang, Sumatera dan daratan Malaka); Prabu Satmata (Gusti yg nampak oleh mata; nama yg muncul dari keadaan kasyf atau mabuk spiritual; juga nama yg diperkenalkan kepada murid dan pengikutnya); Syekh Lemah Abang atau Lemah Bang (gelar yg diberikan masyarakat Lemah Abang, suatu komunitas dan kampung model yg dipelopori Syekh Siti Jenar; melawan hegemoni kerajaan. Wajar jika orang Cirebon tidak mengenal nama Syekh Siti Jenar, sebab di Cirebon nama yg populer adalah Syekh Lemah Abang); Syekh Siti Jenar (nama filosofis yg mengambarkan ajarannya tentang sangkan-paran, bahwa manusia secara biologis hanya diciptakan dari sekedar tanah merah dan selebihnya adalah roh Allah; juga nama yg dilekatkan oleh Sunan Bonang ketika memperkenalkannya kepada Dewan Wali, pada kehadirannya di Jawa Tengah/Demak; juga nama Babad Cirebon); Syekh Nurjati atau Pangran Panjunan atau Sunan Sasmita (nama dalam Babad Cirebon, S.Z. Hadisutjipto); Syekh Siti Bang, serta Syekh Siti Brit; Syekh Siti Luhung (nama-nama yg diberikan masyarakat Jawa Tengahan); Sunan Kajenar (dalam sastra Islam-Jawa versi Surakarta baru, era R.Ng. Ranggawarsita [1802-1873]); Syekh Wali Lanang Sejati; Syekh Jati Mulya; dan Syekh Sunyata Jatimurti Susuhunan ing Lemah Abang.
Siti Jenar lebih menunjukkan sebagai simbolisme ajaran utama Syekh Siti Jenar yakni ilmu kasampurnan, ilmu sangkan-paran ing dumadi, asal muasal kejadian manusia, secara biologis diciptakan dari tanah merah saja yg berfungsi sebagai wadah (tempat) persemayaman roh selama di dunia ini. Sehingga jasad manusia tidak kekal akan membusuk kembali ketanah. Selebihnya adalah roh Allah, yg setelah kemusnaan raganya akan menyatu kembali dengan keabadian. Ia di sebut manungsa sebagai bentuk “manunggaling rasa” (menyatu rasa ke dalam Tuhan).
Dan karena surga serta neraka itu adalah untuk derajad fisik maka keberadaan surga dan neraka adalah di dunia ini, sesuai pernyataan populer bahwa dunia adalah penjara bagi orang mukmin. Menurut Syekh Siti Jenar, dunia adalah neraka bagi orang yg menyatu-padu dgn Tuhan. Setelah meninggal ia terbebas dari belenggu wadag-nya dan bebas bersatu dgn Tuhan. Di dunia manunggalnya hamba dgn Tuhan sering terhalang oleh badan biologis yg disertai nafsu-nafsunya. Itulah inti makna nama Syekh Siti Jenar.
Asal Usul Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 829 H/1348 C/1426 M (Serat She Siti Jenar Ki Sasrawijaya; Atja, Purwaka Tjaruban Nagari (Sedjarah Muladjadi Keradjan Tjirebon), Ikatan Karyawan Museum, Jakarta, 1972; P.S. Sulendraningrat, Purwaka Tjaruban Nagari, Bhatara, Jakarta, 1972; H. Boedenani, Sejarah Sriwijaya, Terate, Bandung, 1976; Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil Perjalanan Rohani Syaikh Syekh Siti Jenar dan Sang Pembaharu, LkiS, yogyakarta, 2003-2004; Sartono Kartodirjo dkk, [i]Sejarah Nasional Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1976; Babad Banten; Olthof, W.L., Babad Tanah Djawi. In Proza Javaansche Geschiedenis, ‘s-Gravenhage, M.Nijhoff, 1941; raffles, Th.S., The History of Java, 2 vol, 1817), dilingkungan Pakuwuan Caruban, pusat kota Caruban larang waktu itu, yg sekarang lebih dikenal sebagai Astana japura, sebelah tenggara Cirebon. Suatu lingkungan yg multi-etnis, multi-bahasa dan sebagai titik temu kebudayaan serta peradaban berbagai suku.
Selama ini, silsilah Syekh Siti Jenar masih sangat kabur. Kekurangjelasan asal-usul ini juga sama dgn kegelapan tahun kehidupan Syekh Siti Jenar sebagai manusia sejarah.
Pengaburan tentang silsilah, keluarga dan ajaran Beliau yg dilakukan oleh penguasa muslim pada abad ke-16 hingga akhir abad ke-17. Penguasa merasa perlu untuk “mengubur” segala yg berbau Syekh Siti Jenar akibat popularitasnya di masyarakat yg mengalahkan dewan ulama serta ajaran resmi yg diakui Kerajaan Islam waktu itu. Hal ini kemudian menjadi latar belakang munculnya kisah bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing.
Dalam sebuah naskah klasik, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas, “Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]…..
Jadi Syekh Siti Jenar adalah manusia lumrah hanya memang ia walau berasal dari kalangan bangsawan setelah kembali ke Jawa menempuh hidup sebagai petani, yg saat itu, dipandang sebagai rakyat kecil oleh struktur budaya Jawa, disamping sebagai wali penyebar Islam di Tanah Jawa.
Syekh Siti Jenar yg memiliki nama kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syekh ‘Abdul Jalil adalah putra seorang ulama asal Malaka, Syekh Datuk Shaleh bin Syekh ‘Isa ‘Alawi bin Ahmadsyah Jamaludin Husain bin Syekh ‘Abdullah Khannuddin bin Syekh Sayid ‘Abdul Malikal-Qazam. Maulana ‘Abdullah Khannuddin adalah putra Syekh ‘Abdul Malik atau Asamat Khan. Nama terakhir ini adalah seorang Syekh kalangan ‘Alawi kesohor di Ahmadabad, India, yg berasal dari Handramaut. Qazam adalah sebuah distrik berdekatan dgn kota Tarim di Hadramaut.
Syekh ‘Abdul Malik adalah putra Syekh ‘Alawi, salah satu keluarga utama keturunan ulama terkenal Syekh ‘Isa al-Muhajir al-Bashari al-‘Alawi, yg semua keturunannya bertebaran ke berbagai pelosok dunia, menyiarkan agama Islam. Syekh ‘Abdul Malik adalah penyebar agama Islam yg bersama keluarganya pindah dari Tarim ke India. Jika diurut keatas, silsilah Syekh Siti Jenar berpuncak pada Sayidina Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah. Dari silsilah yg ada, diketahui pula bahwa ada dua kakek buyutnya yg menjadi mursyid thariqah Syathariyah di Gujarat yg sangat dihormati, yakni Syekh Abdullah Khannuddin dan Syekh Ahmadsyah Jalaluddin. Ahmadsyah Jalaluddin setelah dewasa pindah ke Kamboja dan menjadi penyebar agama Islam di sana.
Adapun Syekh Maulana ‘sa atau Syekh Datuk ‘Isa putra Syekh Ahmadsyah kemudian bermukim di Malaka. Syekh Maulana ‘Isa memiliki dua orang putra, yaitu Syekh Datuk Ahamad dan Syekh Datuk Shaleh. Ayah Syekh Siti Jenar adalah Syekh Datuk Shaleh adalah ulama sunni asal Malaka yg kemudian menetap di Cirebon karena ancaman politik di Kesultanan Malaka yg sedang dilanda kemelut kekuasaan pada akhir tahun 1424 M, masa transisi kekuasaan Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sumber-sumber Malaka dan Palembang menyebut nama Syekh Siti Jenar dgn sebutan Syekh Jabaranta dan Syekh ‘Abdul Jalil.
Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, besama-sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat.
Sejak itulah San Ali atau Syekh Siti Jenar kecil diasuh oleh Ki Danusela serta penasihatnya, Ki Samadullah atau Pangeran Walangsungsang yg sedang nyantri di Cirebon, dibawah asuhan Syekh datuk Kahfi.
Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu.
Saat itu Cirebon dgn Padepokan Giri Amparan Jatinya yg diasuh oleh seorang ulama asal Makkah dan Malaka, Syekh Datuk Kahfi, telah mampu menjadi salah satu pusat pengajaran Islam, dalam bidang fiqih dan ilmu ‘alat, serta tasawuf. Sampai usia 20 tahun, San Ali mempelajari berbagai bidang agama Islam dgn sepenuh hati, disertai dgn pendidikan otodidak bidang spiritual.
Padepokan Giri Amparan Jati
Setelah diasuh oleh Ki Danusela samapai usia 5 tahun, pada sekitar tahun 1431 M, Syekh Siti Jenar kecil (San Ali) diserahkan kepada Syekh Datuk Kahfi, pengasuh Pedepokan Giri Amparan Jati, agar dididik agama Islam yg berpusat di Cirebon oleh Kerajaan Sunda di sebut sebagai musu(h) alit [musuh halus] .
Di Padepokan Giri Amparan Jati ini, San Ali menyelesaikan berbagai pelajaran keagamaan, terutama nahwu, sharaf, balaghah, ilmu tafsir, musthalah hadist, ushul fiqih dan manthiq. Ia menjadi santri generasi kedua. Sedang yg akan menjadi santri generasi ketiga adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Syarif Hidayatullah baru datang ke Cirebon, bersamaan dgn pulangnya Syekh Siti Jenar dari perantauannya di Timur Tengah sekitar tahun 1463, dalam status sebagai siswa Padepokan Giri Amparan Jati, dgn usia sekitar 17-an tahun.
Pada tahun 1446 M, setelah 15 tahun penuh menimba ilmu di Padepokan Amparan Jati, ia bertekad untuk keluar pondok dan mulai berniat untuk mendalami kerohanian (sufi). Sebagai titik pijaknya, ia bertekad untuk mencari “sangkan-paran” dirinya.
Tujuan pertmanya adalah Pajajaran yg dipenuhi oleh para pertapa dan ahli hikmah Hindu-Budha. Di Pajajaran, Syekh Siti Jenar mempelajari kitab Catur Viphala warisan Prabu Kertawijaya Majapahit. Inti dari kitab Catur Viphala ini mencakup empat pokok laku utama.
Pertama, nihsprha, adalah suatu keadaan di mana tidak adal lagi sesuatu yg ingin dicapai manusia. Kedua, nirhana, yaitu seseorang tidak lagi merasakan memiliki badan dan karenanya tidak ada lagi tujuan. Ketiga, niskala adalah proses rohani tinggi, “bersatu” dan melebur (fana’) dgn Dia Yang Hampa, Dia Yang Tak Terbayangkan, Tak Terpikirkan, Tak Terbandingkan. Sehingga dalam kondisi (hal) ini, “aku” menyatu dgn “Aku”. Dan keempat, sebagai kesudahan dari niskala adalah nirasraya, suatu keadaan jiwa yg meninggalkan niskala dan melebur ke Parama-Laukika (fana’ fi al-fana’), yakni dimensi tertinggi yg bebas dari segala bentuk keadaan, tak mempunyai ciri-ciri dan mengatasi “Aku”.
Dari Pajajaran San Ali melanjutkan pengembaraannya menuju Palembang, menemui Aria Damar, seorang adipati, sekaligus pengamal sufi-kebatinan, santri Maulana Ibrahim Samarkandi. Pada masa tuanya, Aria Damar bermukim di tepi sungai Ogan, Kampung Pedamaran.
Diperkirakan Syekh Siti Jenar berguru kepada Aria Damar antara tahun 1448-1450 M. bersama Aria Abdillah ini, San Ali mempelajari pengetahuan tentang hakikat ketunggalan alam semesta yg dijabarkan dari konsep “nurun ‘ala nur” (cahaya Maha Cahaya), atau yg kemudian dikenal sebagai kosmologi emanasi.
Dari Palembang, San Ali melanjutkan perjalanan ke Malaka dan banyak bergaul dgn para bangsawan suku Tamil maupun Malayu. Dari hubungan baiknya itu, membawa San Ali untuk memasuki dunia bisnis dgn menjadi saudagar emas dan barang kelontong. Pergaulan di dunia bisnis tsb dimanfaatkan oleh San Ali untuk mempelajari berbagai karakter nafsu manusia, sekaligus untuk menguji laku zuhudnya ditengah gelimang harta. Selain menjadi saudagar, Syekh Siti jenar juga menyiarkan agama Islam yg oleh masyarakat setempat diberi gelar Syekh jabaranta. Di Malaka ini pula, ia bertemu dgn Datuk Musa, putra Syekh Datuk Ahmad. Dari uwaknya ini, Syekh Datuk Ahmad, San Ali dianugerahi nama keluarga dan nama ke-ulama-an Syekh Datuk ‘Abdul Jalil.
Dari perenungannya mengenai dunia nafsu manusia, hal ini membawa Syekh Siti Jenar menuai keberhasilan menaklukkan tujuh hijab, yg menjadi penghalang utama pendakian rohani seorang salik (pencari kebenaran). Tujuh hijab itu adalah lembah kasal (kemalasan naluri dan rohani manusia); jurang futur (nafsu menelan makhluk/orang lain); gurun malal (sikap mudah berputus asa dalam menempuh jalan rohani); gurun riya’ (bangga rohani); rimba sum’ah (pamer rohani); samudera ‘ujub (kesombongan intelektual dan kesombongan ragawi); dan benteng hajbun (penghalang akal dan nurani).
Pencerahan Rohani di Baghdad
Setelah mengetahui bahwa dirinya merupakan salah satu dari keluarga besar ahlul bait (keturunan Rasulullah), Syekh Siti Jenar semakin memiliki keinginan kuat segera pergi ke Timur Tengah terutama pusat kota suci Makkah.
Dalam perjalanan ini, dari pembicaraan mengenai hakikat sufi bersama ulama Malaka asal Baghdad Ahmad al-Mubasyarah al-Tawalud di sepanjang perjalanan. Syekh Siti Jenar mampu menyimpan satu perbendaharaan baru, bagi perjalanan rohaninya yaitu “ke-Esaan af’al Allah”, yakni kesadaran bahwa setiap gerak dan segala peristiwa yg tergelar di alam semesta ini, baik yg terlihat maupun yg tidak terlihat pada hakikatnya adalah af’al Allah. Ini menambah semangatnya untuk mengetahui dan merasakan langsung bagaimana af’al Allah itu optimal bekerja dalam dirinya.
Inilah pangkal pandangan yg dikemudian hari memunculkan tuduhan dari Dewan Wali, bahwa Syekh Siti Jenar menganut paham Jabariyah. Padahal bukan itu pemahaman yg dialami dan dirasakan Syekh Siti Jenar. Bukan pada dimensi perbuatan alam atau manusianya sebagai tolak titik pandang akan tetapi justru perbuatan Allah melalui iradah dan quradah-NYA yg bekerja melalui diri manusia, sebagai khalifah-NYA di alam lahir. Ia juga sampai pada suatu kesadaran bahwa semua yg nampak ada dan memiliki nama, pada hakikatnya hanya memiliki satu sumber nama, yakni Dia Yang Wujud dari segala yg maujud.
Sesampainya di Baghdad, ia menumpang di rumah keluarga besar Ahmad al-Tawalud. Disinilah cakrawala pengetahuan sufinya diasah tajam. Sebab di keluarga al-Tawalud tersedia banyak kitab-kitab ma’rifat dari para sufi kenamaan. Semua kitab itu adalah peninggalan kakek al-Tawalud, Syekh ‘Abdul Mubdi’ al-Baghdadi. Di Irak ini pula, Syekh Siti Jenar bersentuhan dgn paham Syi’ah Ja’fariyyah, yg di kenal sebagai madzhab ahl al-bayt.
Syekh Siti Jenar membaca dan mempelajari dgn Baik tradisi sufi dari al-Thawasinnya al-Hallaj (858-922), al-Bushtamii (w.874), Kitab al-Shidq-nya al-Kharaj (w.899), Kitab al-Ta’aruf al-Kalabadzi (w.995), Risalah-nya al-Qusyairi (w.1074), futuhat al-Makkiyah dan Fushush al-Hikam-nya Ibnu ‘Arabi (1165-1240), Ihya’ Ulum al-Din dan kitab-kitab tasawuf al-Ghazali (w.1111), dan al-Jili (w.1428). secara kebetulan periode al-jili meninggal, Syekh Siti Jenar sudah berusia dua tahun. Sehingga saat itu pemikiran-permikiran al-Jili, merupakan hal yg masih sangat baru bagi komunitas Islam Indonesia.
Dan sebenarnya Syekh Siti Jenar-lah yg pertama kali mengusung gagasan al-Hallaj dan terutama al-Jili ke Jawa. Sementara itu para wali anggota Dewan Wali menyebarluaskan ajaran Islam syar’i madzhabi yg ketat. Sebagian memang mengajarkan tasawuf, namun tasawuf tarekati, yg kebanyakkan beralur pada paham Imam Ghazali. Sayangnya, Syekh Siti Jenar tidak banyak menuliskan ajaran-ajarannya karena kesibukannya menyebarkan gagasan melalui lisan ke berbagai pelosok Tanah Jawa. Dalam catatan sastra suluk Jawa hanya ada 3 kitab karya Syekh Siti Jenar; Talmisan, Musakhaf (al-Mukasysyaf) dan Balal Mubarak. Masyarakat yg dibangunnya nanti dikenal sebagai komunitas Lemah Abang.
Dari sekian banyak kitab sufi yg dibaca dan dipahaminya, yg paling berkesan pada Syekh Siti Jenar adalah kitab Haqiqat al-Haqa’iq, al-Manazil al-Alahiyah dan al-Insan al-Kamil fi Ma’rifat al-Awakhiri wa al-Awamil (Manusia Sempurna dalam Pengetahuan tentang sesuatu yg pertama dan terakhir). Ketiga kitab tersebut, semuanya adalah puncak dari ulama sufi Syekh ‘Abdul Karim al-Jili.
Terutama kitab al-Insan al-Kamil, Syekh Siti Jenar kelak sekembalinya ke Jawa menyebarkan ajaran dan pandangan mengenai ilmu sangkan-paran sebagai titik pangkal paham kemanuggalannya. Konsep-konsep pamor, jumbuh dan manunggal dalam teologi-sufi Syekh Siti Jenar dipengaruhi oleh paham-paham puncak mistik al-Hallaj dan al-Jili, disamping itu karena proses pencarian spiritualnya yg memiliki ujung pemahaman yg mirip dgn secara praktis/’amali-al-Hallaj; dan secara filosofis mirip dgn al-Jili dan Ibnu ‘Arabi.
Syekh Siti Jenar menilai bahwa ungkapan-ungkapan yg digunakan al-Jili sangat sederhana, lugas, gampang dipahami namun tetap mendalam. Yg terpenting, memiliki banyak kemiripan dgn pengalaman rohani yg sudah dilewatkannya, serta yg akan ditempuhnya. Pada akhirnya nanti, sekembalinya ke Tanah Jawa, pengaruh ketiga kitab itu akan nampak nyata, dalam berbagai ungkapan mistik, ajaran serta khotbah-khotbahnya, yg banyak memunculkan guncangan-guncangan keagamaan dan politik di Jawa.
Syekh Siti Jenar banyak meluangkan waktu mengikuti dan mendengarkan konser-konser musik sufi yg digelar diberbagai sama’ khana. Sama’ khana adalah rumah-rumah tempat para sufi mendengarkan musik spiritual dan membiarkan dirinya hanyut dalam ekstase (wajd). Sama’ khana mulai bertumbuhan di Baghdad sejak abad ke-9 (Schimmel; 1986, hlm. 185). Pada masa itu grup musik sufi yg terkenal adalah al-Qawwal dgn penyanyi sufinya ‘Abdul Warid al-Wajd.
Berbagai pengalaman spiritual dilaluinya di Baghdad sampai pada tingkatan fawa’id (memancarnya potensi pemahaman roh karena hijab yg menyelubunginya telah tersingkap. Dgn ini seseorang akan menjadi berbeda dgn umumnya manusia); dan lawami’ (mengejawantahnya cahaya rohani akibat tersingkapnya fawa’id), tajaliyat melalui Roh al-haqq dan zawaid (terlimpahnya cahaya Ilahi ke dalam kalbu yg membuat seluruh rohaninya tercerahkan). Ia mengalami berbagai kasyf dan berbagai penyingkapan hijab dari nafsu-nafsunya. Disinilah Syekh Siti Jenar mendapatkan kenyataan memadukan pengalaman sufi dari kitab-kitab al-Hallaj, Ibnu ‘Arabi dan al-Jili.
Bahkan setiap kali ia melantunkan dzikir dikedalaman lubuk hatinya dgn sendirinya ia merasakan denting dzikir dan menangkap suara dzikir yg berbunyi aneh, Subhani, alhamdu li, la ilaha illa ana wa ana al-akbar, fa’budni (mahasuci aku, segala puji untukku, tiada tuhan selain aku, maha besar aku, sembahlah aku). Walaupun telinganya mendengarkan orang di sekitarnya membaca dzikir Subhana Allah, al-hamduli Allahi, la ilaha illa Allah, Allahu Akbar, fa’buduhu, namun suara yg di dengar lubuk hatinya adalah dzikir nafsi, sebagai cerminan hasil man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu tersebut. Sampai di sini, Syekh Siti Jenar semakin memahami makna hadist Rasulullah “al-Insan sirri wa ana sirruhu” (Manusia adalah Rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya).
Sebenarnya inti ajaran Syekh Siti Jenar sama dgn ajaran sufi ‘Abdul Qadir al-Jilani (w.1165), Ibnu ‘Arabi (560/1165-638-1240), Ma’ruf al-Karkhi, dan al-Jili. Hanya saja ketiga tokoh tsb mengalami nasib yg baik dalam artian, ajarannya tidak dipolitisasi, sehingga dalam kehidupannya di dunia tidak pernah mengalami intimidasi dan kekerasan sebagai korban politik dan menemui akhir hayat secara biasa.
Ingsun, Allah dan Kemanunggalan (Syekh Siti Jenar)
SATU
“Sabda sukma, adhep idhep Allah, kang anembah Allah, kang sinembah
Allah, kang murba amisesa.”
Pernyataan Syekh Siti Jenar diatas secara garis besarnya adalah: “Pernyataan roh yg bertemu-hadapan dgn Allah, yg menyembah Allah, yg disembah Allah, yg meliputi segala sesuatu.”
Ini adalah salah satu sumber pengetahuan ajaran Syekh Siti Jenar yg maksudnya adalah sukma (roh di kedalaman jiwa) sebagai pusat kalam (pembicaraan dan ajaran). Hal itu diakibatkan karena di kedalaman roh batin manusia tersedia cermin yg disebut mir’ah al-haya’ (cermin yg memalukan). Bagi orang yg sudah bisa mengendalikan hawa nafsunya serta mencapai fana’ cermin tersebut akan muncul, yg menampakkan kediriannya dengan segala perbuatan tercelanya. Jika ini telah terbuka maka tirai-tirai Rohani juga akan tersingkap, sehingga kesejatian dirinya beradu-adu (adhep idhep), “aku ini kau, tapi kau aku”.
Maka jadilah dia yg menyembah sekaligus yg disembah, sehingga dirinya sebagai kawula-Gusti memiliki wewenang murba amisesa, memberi keputusan apapun tentang dirinya, menyatu iradah dan kodrat kawula-Gusti.
DUA
“Hidup itu bersifat baru dan dilengkapi dengan pancaindera. Pancaindera ini merupakan barang pinjaman, yg jika sudah diminta oleh yg empunya, akan menjadi tanah dan membusuk, hancur lebur bersifat najis. Oleh karena itu pancaindera tidak dapat dipakai sebagai pedoman hidup. Demikian pula budi, pikiran, angan-angan dan kesadaran, berasal dari pancaindera, tidak dapat dipakai sebagai pegangan hidup. Akal dapat menjadi gila, sedih, bingung, lupa tidur dan seringkali tidak jujur. Akal itu pula yg siang malam mengajak dengki, bahkan merusak kebahagiaan orang lain. Dengki dapat pula menuju perbuatan jahat, menimbulkan kesombongan, untuk akhirnya jatuh dalam lembah kenistaan, sehingga menodai nama dan citranya. Kalau sudah sampai sedemikian jauhnya, baru orang menyesalkan perbuatannya.”
Menurut Syekh Siti Jenar, baik pancaindera maupun perangkat akal tidak dapat dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Sebab semua itu bersifat baru, bukan azali. Satu-satunya yg bisa dijadikan gondhelan dan gandhulan hanyalah Zat Wajibul Maulanan, Zat Yang Maha Melindungi. Pancaindera adalah pintu nafsu dan akal adalah pintu bagi ego. Semuanya harus ditundukkan di bawah Zat Yang Wajib memimpin.
Karena hanya Dialah yg menunjukkan semua budi baik. Jadi pancaindera harus dibimbing oleh budi dan budi dipimpin oleh Sang Penguasa Budi atau Yang Maha Budi. Sedangkan Yang Maha Budi itu tidak terikat dalam jeratan dan jebakan nama tertentu. Sebab nama bukanlah hakikat. Nama itu bisa Allah, Hyang Widi, Hyang Manon, Sang Wajibul Maulana dan sebagainya. Semua itu produk akal, sehingga nama tidak perlu disembah. Jebakan nama dalam syari’at justru malah merendahkan nama-NYA.
TIGA
“Apakah tidak tahu bahwa penampilan bentuk daging, urat, tulang, sunsum, bisa rusak dan bagaimana cara Anda memperbaikinya? Biarpun bersembahyang seribu kali setiap harinya akhirnya mati juga. Meskipun badan Anda, Anda tutupi akhirnya menjadi debu juga. Tetapi jika penampilan bentuknya seperti Tuhan, Apakah para Wali dapat membawa Pulang dagingnya, saya rasa tidak dapat. Alam semesta ini baru. Tuhan tidak akan membentuk dunia ini dua kali dan juga tidak akan membuat tatanan batu, dalilnya layabtakiru hilamuhdil yg artinya tidak membuat sesuatu wujud lagi tentang terjadinya alam semesta sesudah dia membuat dunia.”
Dari pernyataan itu nampak Syekh Siti Jenar memandang alam makrokosmos sama dengan mikrokosmos (manusia). Kedua hal tersebut merupakan barang baru ciptaan Tuhan yg sama-sama akan mengalami kerusakan atau tidak kekal.
Pada sisi lain, pernyataan Syekh Siti Jenar tsb mempunyai muatan makna pernyataan sufistik, “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia pasti mengenal Tuhannya.” Sebab bagi Syekh Siti Jenar manusia yg utuh dalam jiwa raganya merupakan wadag bagi penyanda, termasuk penyanda alam semesta. Itulah sebabnya pengelolaan alam semesta menjadi tanggungjawab manusia.
Maka mikrokosmos manusia, tidak lain adalah Blueprint dan gambaran adanya jagat besar termasuk semesta.
Baginya Manusia terdiri dari jiwa dan raga yg intinya ialah jiwa sebagai penjelmaan dzat Tuhan (Sang Pribadi). Sedangkan raga adalah bentuk luar dari jiwa yg dilengkapi pancaindera, berbagai organ tubuh seperti daging, otot, darah dan tulang. Semua aspek keragaan atau ketubuhan adalah barang pinjaman yg suatu saat setelah manusia terlepas dari pengalaman kematian di dunia ini, akan kembali berubah menjadi tanah. Sedangkan rohnya yg menjadi tajalli Ilahi, manunggal ke dalam keabadian dengan Allah.
EMPAT
“Segala sesuatu yg terjadi di alam semesta ini pada hakikatnya adalah af’al (perbuatan) Allah. Berbagai hal yg dinilai baik maupun buruk pada hakikatnya adalah dari Allah juga. Jadi keliru dan sesat pandangan yg mengatakan bahwa yg baik dari Allah dan yg buruk dari selain Allah.” “…Af’al Allah harus dipahami dari dalam dan dari luar diri. Saat manusia menggoreskan pena misalnya, di situ lah terjadi perpaduan dua kemampuan kodrati yg dipancarkan oleh Allah kepada makhluk-NYA, yakni kemampuan kodrati gerak pena. Di situlah berlaku dalil “Wa Allahu khalaqakum wa ma ta’malun (Qs.Ash-Shaffat:96)”, yg maknanya Allah yg menciptakan engkau dan segala apa yg engkau perbuat. Di sini terkandung makna mubasyarah. Perbuatan yg terlahir dari itu disebut al-tawallud. Misalnya saya melempar batu. Batu yg terlempar dari tangan saya itu adalah berdasarkan kemampuan kodrati gerak tangan saya. Di situ berlaku dalil “Wa ma ramaita idz ramaita walakinna Allaha rama (Qs.Al-Anfal:17)”, maksudnya bukanlah engkau yg melempar, melainkan Allah jua yg melempar ketika engkau melempar. Namun pada hakikatnya antara mubasyarah dan al-tawallud hakikatnya satu, yakni af’al Allah sehingga berlaku dalil la haula wa la quwwata illa bi Allahi al-‘aliyi al-‘adzimi. Rosulullah bersabda “La tataharraku dzarratun illa bi idzni Allahi”, yg maksudnya tidak akan bergerak satu dzarah pun melainkan atas idzin Allah.”
Eksistensi manusia yg manunggal ini akan nampak lebih jelas peranannya, dimana manusia tidak lain adalah ke-Esa-an dalam af’al Allah. Tentu ke-Esa-an bukan sekedar af’al, sebab af’al digerakkan oleh dzat. Sehingga af’al yg menyatu menunjukkan adanya ke-Esa-an dzat, kemana af’al itu dipancarkan.
LIMA
“Di dunia ini kita merupakan mayat-mayat yg cepat juga akan menjadi busuk dan bercampur tanah. Ketahuilah juga apa yg dinamakan kawula-Gusti tidak berkaitan dgn seorang manusia biasa seperti yg lain-lain. Kawula dan Gusti itu sudah ada dalam diriku, siang dan malam tidak dapat memisahkan diriku dari mereka. Tetapi hanya untuk saat ini nama kawula-Gusti itu berlaku, yakni selama saya mati. Nanti, kalau saya sudah hidup lagi, Gusti dan kawula lenyap, yg tinggal hanya hidupku sendiri, ketentraman langgeng dalam ADA sendiri. Bila kau belum menyadari kebenaran kata-kataku maka dgn tepat dapat dikatakan, bahwa kau masih terbenam dalam masa kematian. Di sini memang terdapat banyak hiburan aneka warna. Lebih banyak lagi hal-hal yg menimbulkan hawa nafsu. Tetapi kau tidak melihat, bahwa itu hanya akibat pancaindera. Itu hanya impian yg sama sekali tidak mengandung kebenaran dan sebentar lagi akan cepat lenyap. Gilalah orang yg terikat padanya. Saya tidak merasa tertarik, tak sudi tersesat dalam kerajaan kematian. Satu-satunya yg kuusahakan, ialah kembali kepada kehidupan.”
Syekh Siti Jenar menyatakan dgn tegas bahwa dirinya sebagai Tuhan, ia memiliki hidup dan Ada dalam dirinya sendiri, serta menjadi Pangeran bagi seluruh isi dunia. Sehingga didapatkan konsistensi antara keyakinan hati, pengalaman keagamaan, dan sikap perilaku dzahirnya. Juga ditekankan satu hal yg selalu tampil dalam setiap ajaran Syekh Siti Jenar. Yakni pendapat bahwa manusia selama masih berada di dunia ini sebetulnya mati, baru sesudah ia dibebaskan dari dunia ini, akan dialami kehidupan sejati. Kehidupan ini sebenarnya kematian ketika manusia dilahirkan. Badan hanya sesosok mayat karena ditakdirkan untuk sirna. (bandingkan dengan Zoetmulder; 364). Dunia ini adalah alam kubur, dimana roh suci terjerat badan wadag yg dipenuhi oleh berbagai goda-nikmat yg menguburkan kebenaran sejati dan berusaha menguburkan kesadaran Ingsun Sejati.
Semoga yg ini bermanfaat dalam kepasrahan yg tidak bisa dipikir dgn Akal tapi dengan Hati yang sulit mengungkapkan rasa Cinta itu secara Tulus….
Walaupun rasa Cinta itu sulit diungkapkan dgn bahasa kita yg sangat terbatas ini…..amin….amin.
Surga dan Negara Syekh Siti Jenar
“anal jannatu wa nara katannalr al anna”, sering digunakan oleh Syekh Siti Jenar dalam menjelaskan hakikat surga dan neraka. Penulisan yg benar nampaknya adalah “inna al-janatu wa al-naru qath’un ‘an al-ana” (Sesungguhnya keberadaan surga dan neraka itu telah nyata adanya sejak sekarang atau di dunia ini). Sesungguhnya, menurut ajaran Islam pun, surga dan neraka itu tidaklah kekal. Yang menganggap kekal surga dan neraka itu adalah kalangan awam. Sesungguhnya mereka berdua wajib rusak dan binasa. Bagi Syekh Siti Jenar, surga atau neraka bukanlah tempat tertentu untuk memberikan pembalasan baik dan buruknya manusia. Surga neraka adalah perasaan roh di dunia, sebagai akibat dari keadaan dirinya yg belum dapat menyatu-tunggal dgn Allah. Sebab bagi manusia yg sudah memiliki ilmu kasampurnan, jelas bahwa ketika mengalami kematian dan melalui pintunya, ia kembali kepada Hidup Yang Agung, hidup yang tan kena kinaya ngapa (hidup sempurna abadi sebagai Sang Hidup). Yaitu sebagai puncak cita-cita dan tujuan manusia. Jadi, karena surga dan neraka itu ternyata juga makhluk, maka surga dan neraka tidaklah kekal, dan juga bukanlah tempat kembalinya manusia yang sesungguhnya. Sebab tidak mungkin makhluk akan kembali kepada makhluk, kecuali karena keadaan yang belum sempurna hidupnya. Oleh al-Qur’an sudah ditegaskan bahwa tempat kembalinya manusia hanya Allah, yang tidak lain adalah proses kemanunggalan ……ilaihi raji’un, ilaihi al-mashir………
Puasa dan Haji Syekh Siti Jenar
“Syahadat, shalat dan puasa itu, sesuatu yang tidak diinginkan, jadi tidak perlu. Adapun zakat dan naik haji ke Makah, itu semua omong kosong (palson kabeh). Itu seluruhnya kedurjanaan budi, penipuan terhadap sesama manusia. Orang-orang dungu yg menuruti aulia, karena diberi harapan surga di kelak kemudian hari, itu sesungguhnya keduanya orang yang tidak tahu. Lain halnya dengan saya, Siti Jenar.”
“Tiada pernah saya menuruti perintah budi, bersujud-sujud di mesjid mengenakan jubah, pahalanya besok saja, bila dahi sudah menjadi tebal, kepala berbelulang. Sesungguhnya hal ini idak masuk akal! Di dunia ini semua manusia adalah sama. Mereka semua mengalami suka-duka, menderita sakit dan duka nestapa, tiada beda satu dengan yang lain. Oleh karena itu saya, Siti Jenar, hanya setia pada satu hal saja, yaitu Gusti Zat Maulana.”
Syekh Siti jenar menyebutkan bahwa syariat yang diajarkan para wali adalah “omong kosong belaka”, atau “wes palson kabeh”(sudah tidak ada yang asli). Tentu istilah ini sangat amat berbeda dengan anggapan orang selama ini, yang menyatakan bahwa Syekh Siti Jenar menolak syari’at Islam. Yang ditolak adalah reduksi atas syari’at tersebut. Syekh Siti Jenar menggunakan istilah “iku wes palson kabeh”, yg artinya “itu sudah dipalsukan atau dibuat palsu semua.” Tentu ini berbeda pengertiannya dengan kata “iku palsu kabeh” atau “itu palsu semua.” Jadi yang dikehendaki Syekh Siti Jenar adalah penekanan bahwa syari’at Islam pada masa Walisanga telah mengalami perubahan dan pergeseran makna dalam pengertian syari’at itu. Semuanya hanya menjadi formalitas belaka. Sehingga manfaat melaksanakan syariat menjadi hilang. Bahkan menjadi mudharat karena pertentangan yang muncul dari aplikasi formal syariat tsb.
Bagi Syekh Siti Jenar, syariat bukan hanya pengakuan dan pelaksanaan, namun berupa penyaksian atau kesaksian. Ini berarti dalam pelaksanaan syariat harus ada unsur pengalaman spiritual. Nah, bila suatu ibadah telah menjadi palsu, tidak dapat dipegangi dan hanya untuk membohongi orang lain, maka semuanya merupakan keburukan di bumi.
Apalagi sudah tidak menjadi sarana bagi kesejahteraan hidup manusia. Ditambah lagi, justru syariat hanya menjadi alat legitimasi kekuasaan (seperti sekarang ini juga). Yang mengajarkan syari’at juga tidak lagi memahami makna dan manfaat syari’at itu, dan tidak memiliki kemampuan mengajarkan aplikasi syari’at yg hidup dan berdaya guna. Sehingga syari’at menjadi hampa makna dan menambah gersangnya kehidupan rohani manusia.
Nah, yg dikritik Syekh Siti Jenar adalah shalat yg sudah kehilangan makna dan tujuannya itu. Shalat haruslah merupakan praktek nyata bagi kehidupan. Yakni shalat sebagai bentuk ibadah yg sesuai dgn bentuk profesi kehidupannya. Orang yg melakukan profesinya secara benar, karena Allah, maka hakikatnya ia telah melaksanakan shalat sejati, shalat yg sebenarnya. Orientasi kepada yang Maha Benar dan selalu berupaya mewujudkan Manunggaling Kawula Gusti, termasuk dalam karya, karsa-cipta itulah shalat yg sesungguhnya.
Makna Ihsan
“Itulah yang dianggap Syekh Siti Jenar Hyang Widi. Ia berbuat baik dan menyembah atas kehendak-NYA. Tekad lahiriahnya dihapus. Tingkah lakunya mirip dengan pendapat yg ia lahirkan. Ia berketetapan hati untuk berkiblat dan setia, teguh dalam pendiriannya, kukuh menyucikan diri dari segala yg kotor, untuk sampai menemui ajalnya tidak menyembah kepada budi dan cipta. Syekh Siti Jenar berpendapat dan menggangap dirinya bersifat Muhammad, yaitu sifat rasul yg sejati, sifat Muhammad yg kudus.”
“Gusti Zat Maulana. Dialah yg luhur dan sangat sakti, yg berkuasa maha besar, lagipula memiliki dua puluh sifat, kuasa atas kehendak-NYA. Dialah yg maha kuasa, pangkal mula segala ilmu, maha mulia, maha indah, maha sempurna, maha kuasa, rupa warna-NYA tanpa cacat seperti hamba-NYA. Di dalam raga manusia Ia tiada nampak. Ia sangat sakti menguasai segala yg terjadi dan menjelajahi seluruh alam semesta, Ngidraloka”.
Dua kutipan di atas adalah aplikasi dari teologi Ihsan menurut Syekh Siti Jenar, bahwa sifatullah merupakan sifatun-nafs. Ihsan sebagaimana ditegaskan oleh Nabi dalam salah satu hadistnya (Sahih Bukhari, I;6), beribadah karena Allah dgn kondisi si ‘Abid dalam keadaan menyaksikan (melihat langsung) langsung adanya si Ma’bud. Hanya sikap inilah yg akan mampu membentuk kepribadian yg kokoh-kuat, istiqamah, sabar dan tidak mudah menyerah dalam menyerukan kebenaran.
Sebab Syekh Siti Jenar merasa, hanya Sang Wujud yg mendapatkan haq untuk dilayani, bukan selain-NYA. Sehingga, dgn kata lain, Ihsan dalam aplikasinya atas pernyataan Rasulullah adalah membumikan sifatullah dan sifatu-Muhammad menjadi sifat pribadi.
Dengan memiliki sifat Muhammad itulah, ia akan mampu berdiri kokoh menyerukan ajarannya dan memaklumkan pengalamannya dalam “menyaksikan langsung” ada-NYA Allah. “Persaksian langsung” itulah terjadi dalam proses manunggal.
“Hyang Widi, wujud yg tak nampak oleh mata, mirip dengan ia sendiri, sifat-sifatnya mempunyai wujud, seperti penampakan raga yg tiada tampak. Warnanya melambangkan keselamatan, tetapi tanpa cahaya atau teja, halus, lurus terus-menerus, menggambarkan kenyataan tiada berdusta, ibaratnya kekal tiada bermula, sifat dahulu yg meniadakan permulaan, karena asal dari diri pribadi.”
Ihsan berasal dari kondisi hati yg bersih. Dan hati yg bersih adalah pangkal serta cermin seluruh eksistensi manusia di bumi. Keihsanan melahirkan ketegasan sikap dan menentang ketundukan membabi-buta kepada makhluk. Ukuran ketundukan hati adalah Allah atau Sang Pribadi. Oleh karena itu, sesama manusia dan makhluk saling memiliki kemerdekaan dan kebebasan diri. Dan kebebasan serta kemerdekaan itu sifatnya pasti membawa kepada kemajuan dan peradaban manusia, serta tatanan masyarakat yg baik, sebab diletakkan atas landasan Ke-Ilahian manusia. Penjajahan atas eksistensi manusia lain hakikatnya adalah bentuk dari ketidaktahuan manusia akan Hyang Widhi…Allah (seperti Rosul sering sekali mengatakan bahwa “Sesungguhnya mereka tidak mengerti”).
Karena buta terhadap Allah Yang Maha Hadir bagi manusia itulah, maka manusia sering membabi-buta merampas kemanusiaan orang lain. Dan hal ini sangat ditentang oleh Syekh Siti Jenar. Termasuk upaya sakralisasi kekuasaan Kerajaan Demak dan Sultannya, bagi Syekh Siti Jenar harus ditentang, sebab akan menjadi akibat tergerusnya ke-Ilahian ke dalam kedzaliman manusia yang mengatasnamakan hamba Allah yg shalih dan mengatasnamakan demi penegakan syari’at Islam.
Pribadi adalah pancara roh, sebagai tajalli atau pengejawantahan Tuhan. Dan itu hanya terwujud dengan proses wujudiyah, Manuggaling Kawula-Gusti, sebagai puncak dan substansi tauhid. Maka manusia merupakan wujud dari sifat dan dzat Hyang Widi itu sendiri. Dengan manusia yg manunggal itulah maka akan menjadikan keselamatan yg nyata bukan keselamatan dan ketentraman atau kesejahteraan yg dibuat oleh rekayasa manusia, berdasarkan ukurannya sendiri. Namun keselamatan itu adalah efek bagi terejawantah-NYA Allah melalui kehadiran manusia. Sehingga proses terjadinya keselamatan dan kesejahteraan manusia berlangsung secara natural (sunnatullah), bukan karena hasil sublimasi manusia, baik melalui kebijakan ekonomi, politik, rekayasa sosial dan semacamnya sebagaimana selama ini terjadi. Maka dapat diketahui bahwa teologi Manuggaling Kawula Gusti adalah teologi bumi yg lahir dengan sendirinya sebagai sunnatullah. Sehingga ketika manusia mengaplikasikannya, akan menghasilkan manfaat yg natural juga dan tentu pelecehan serta perbudakan kemanusiaan tidak akan terjadi, sifat merasa ingin menguasai, sifat ingin mencari kekuasaan, memperebutkan sesama manusia tidak akan terjadi. Dan tentu saja pertentangan antar manusia sebagai akibat perbedaan paham keagamaan, perbedaan agama dan sejenisnya juga pasti tidak akan terjadi.
Tafsir Kisah Musa dan Khidir (Syekh Siti Jenar)
“Sesungguhnya, Khidir AS bukanlah sosok lain yg terpisah sama sekali dari keberadaan manusia rohani. Apa yg disaksikan sebagai tanah menjorok dgn lautan di sebelah kanan dan kiri itu bukanlah suatu tempat yg berada di luar diri manusia. Tanah itulah yg disebut perbatasan (barzakh). Dua lautan itu adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na), perlambang alam tidak kasatmata (‘alam al-ghaib) dan lautan Jisim (bahr al-ajsam), perlambang alam kasatmata (‘alam asy-syahadat).”
“Sedangkan kawanan udang adalah perlambang para pencari Kebenaran yg sudah berenang di perbatasan alam kasatmata san alam tidak kasatmata. Kawanan udang perlambang para penempuh jalan rohani (salik) yg benar-benar bertujuan mencari Kebenaran. Sementara itu, kawanan udang yg berenang di lautan sebelah kiri, di antara batu-batu, merupakan perlambang para salik yg penuh diliputi hasrat-hasrat dan pamrih-pamrih duniawi.”
“Sesungguhnya, peristiwa yg dialami Nabi Musa AS dgn Khidir AS, sebagaimana termaktub di dalam Al-Qur’an Al-Karim, bukanlah hanya peristiwa sejarah seorang manusia bertemu manusia lain. Ia adalah peristiwa perjalanan rohani yg berlangsung di dalam diri Nabi Musa AS sendiri. Sebagaimana yg telah saya jelaskan, yg disebut dua lautan di dalam Al-Qur’an tidak lain dan tidak bukan adalah Lautan Makna (bahr al-ma’na) dan Lautan Jisim (bahr al-ajsam). Kedua lautan itu dipisahkan oleh wilayah perbatasan atau sekat (barzakh).”
“Ikan dan lautan dalam kisah Qur’ani itu merupakan perlambang dunia kasatmata (‘alam asy-syahadat) yg berbeda dengan wilayah perbatasan yg berdampingan dgn dunia gaib (‘alam al-ghaib). Maksudnya, jika saat itu Nabi Musa AS melihat ikan dan kehidupan yg melingkupi ikan tersebut dari tempatnya berdiri, yaitu di wilayah perbatasan antara dua lautan, maka Nabi Musa AS akan melihat sang ikan berenang di dalalm alamnya, yaiu lautan. Jika saat itu Nabi Musa AS mencermati maka ia akan dapat menyaksikan bahwa sang ikan yg berenang itu dapat melihat segala sesuatu di dalam lautan, kecuali air (dilambangkan manusia juga sama). Maknanya, sang ikan hidup di dalam air dan sekaligus di dalam tubuh ikan ada air, tetapi ia tidak bisa melihat air dan tidak sadar jika dirinya hidup di dalam air. Itulah sebabnya, ikan tidak dapat hidup tanpa air yg meliputi bagian luar dan bagian dalam tubuhnya. Di mana pun ikan berada, ia akan selalu diliputi air yg tak bisa dilihatnya.”
“Sementara itu, seandainya sang ikan di dalam lautan melihat Nabi Musa AS dari tempat hidupnya di dalam air lautan maka sang ikan akan berkata bahwa Musa AS di dalam dunia-yang diliputi udara kosong-dapat menyaksikan segala sesuatu, kecuali udara kosong yg meliputinya itu. Maknanya, Nabi Musa AS hidup di dalam liputan udara kosong yg ada di luar maupun di dalam tubuhnya, tetapi ia tidak bisa melihat udara kosong dan tidak sadar jika dirinya hidup di dalam udara kosong. Itu sebabnya, Nabi Musa AS tidak dapat hidup tanpa udara kosong yg meliputi bagian luar dan dalam tubuhnya. Di mana pun Nabi Musa AS berada, ia akan selalu diliputi udara kosong yg tidak bisa dilihatnya.”
“Sesungguhnya, pemuda (al-fata) yg mendampingi Nabi Musa AS dan membawakan bekal makanan adalah perlambang dari terbukanya pintu alam tidak kasatmata. Sesungguhnya, dibalik keberadaan pemuda (al-fata) itu tersembunyi hakikat sang Pembuka (al-Fattah). Sebab, hijab gaib yg menyelubungi manusia dari Kebenaran sejati tidak akan bisa dibuka tanpa kehendak Dia, sang Pembuka (al-Fattah). Itu sebabnya, saat Nabi Musa AS bertemu dgn Khidir AS, pemuda (al-fata) itu disebut-sebut lagi karena ia sejatinya merupakan perlambang keterbukaan hijab ghaib.”
“Adapun bekal makanan yg berupa ikan adalah perlambang pahala perbuatan baik (al-‘amal ash-shalih) yg hanya berguna untuk bekal menuju ke Taman Surgawi (al-jannah). Namun, bagi pencari Kebenaran sejati, pahala perbuatan baik itu justru mempertebal gumpalan kabut penutup hati (ghain). Itu sebabnya, sang pemuda mengaku dibuat lupa oleh setan hingga ikan bekalnya masuk ke dalam lautan.”
“Andaikata saat itu Nabi Musa AS memerintahkan si pemuda untuk mencari bekal yg lain, apalagi sampai memburu bekal ikan yg telah masuk ke dalam laut, niscaya Nabi Musa AS dan si pemuda tentu akan masuk ke Lautan Jisim (bahr al-ajsam) kembali. Dan, jika itu terjadi maka setan berhasil memperdaya Nabi Musa AS.”
“Ternyata, Nabi Musa AS tidak peduli dgn bekal itu. Ia justru menyatakan bahwa tempat di mana ikan itu melompat ke lautan adalah tempat yg dicarinya sehingga tersingkaplah gumpalan kabut ghain dari kesadaran Nabi Musa AS. Saat itulah purnama rohani zawa’id berkilau dan Nabi Musa AS dapat melihat Khidir AS, hamba yg dilimpahi rahmat dan kasih sayang (rahmah al-khashshah) yg memancar dari citra ar-Rahman dan ar-Rahim dan Ilmu Ilahi (ilm ladunni) yg memancar dari Sang Pengetahuan (al-Alim).”
“Anugerah Ilahi dilimpahkan kepada Khidir AS karena dia merupakan hamba-NYA yg telah mereguk Air Kehidupan (ma’ al-hayat) yg memancar dari Sang Hidup (al-Hayy). Itu sebabnya, barang siapa di antara manusia yg berhasil bertemu Khidir AS di tengah wilayah perbatasan antara dua lautan, sesungguhnya manusia itu telah menyaksikan pengejawantahan Sang Hidup (al-Hayy), Sang Penyayang (ar-Rahim). Dan, sesungguhnya Khidir AS itu tidak lain dan idak bukan adalah ar-roh al-idhafi, cahaya hijau terang yg tersembunyi di dalam diri manusia, “Sang Penuntun” anak keturunan Adam AS ke jalan Kebenaran Sejati. Dialah penuntun dan penunjuk (mursyid) sejati ke jalan Kebenaran (al-Haqq). Dia sang mursyid adalah pengejawantahan yang Maha Menunjuki (as –Rasyid).”
“Demikianlah, saat sang salik melihat Khidir AS sesungguhnya ia telah menyaksikan ar-roh al-idhafi, mursyid sejati di dalam diri manusia sendiri. Saat ia menyaksikan kawanan udang di lautan sebelah kanan, sesungguhnya ia telah menyaksikan Lautan Makna (bahr-al-ma’na) yg merupakan hamparan permukaan Lautan Wujud (bahr al-wujud). Namun, jika terputus penglihatan batiin (bashirab) itu pada titik ini, berarti perjalanan menusia itu menuju ke Kebenaran Sejati masih akan berlanjut.”
Sesungguhnya, perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati penuh diliputi tanda kebesaran Ilahi yg hanya bisa diungkapkan dalam bahasa perlambang. Sesungguhnya, masing-masing menusia akan mengalami pengalaman rohani yg berbeda sesuai pemahamannya dalam menangkap kebenaran demi kebenaran. Yang jelas, pengalaman yg akan manusia alami tidak selalu mirip dgn pengalaman yg dialami Nabi Musa AS.”
“Setelah berada di wilayah perbatasan, Khidir AS dan Nabi Musa AS digambarkan melanjutkan perjalanan memasuki Lautan Makna, yaitu alam tidak kasatmata. Mereka kemudian digambarkan menumpang perahu. Sesungguhnya, perahu yg mereka gunakan untuk menyeberang itu adalah perlambang dari wahana (syari’ah) yg lazimnya digunakan oleh kalangan awam untuk mencari ikan, yakni perlambang perbuatan baik (al ‘amal ash-shalih). Padahal, perjalanan mengarungi Lautan Makna menuju Kebenaran Sejati adalah perjalanan yg sangat pribadi menuju Lautan Wujud. Itulah sebabnya, perahu (syari’ah) itu harus dilubangi agar air dari Lautan Makna masuk ke dalam perahu dan penumpang perahu mengenal hakikat air yg mengalir dari lubang tersebut.”
“Setelah penumpang perahu mengenal air yg mengalir dari lubang maka ia akan menjadi sadar bahwa lewat lubang itulah sesungguhnya ia akan bisa masuk ke dalam Lautan Makna yg merupakan permukaan Lautan Wujud. Andaikata perahu itu tidak dilubangi, dan kemudian perahu diteruskan berlayar, maka perahu itu tentu akan dirampas oleh Sang Maha Raja (malik al-Mulki) sehingga penumpangnya akan menjadi tawanan. Jika sudah demikian, maka untuk selamanya sang penumpang perahu tidak bisa melanjutkan perjalanan menuju Dia, Yang Maha Ada (al-Wujud), yg bersemayam di segenap penjuru hamparan Lautan Wujud. Penumpang perahu itu mengalami nasib seperti penumpang perahu yg lain, yakni akan dijadikan hamba sahaya oleh Sang Maha Raja. Bahkan, jika Sang Maha Raja menyukai hamba sahaya-NYA itu maka ia akan diangkat sebagai penghuni Taman (jannah) indah yg merupakan pengejawantahan Yang Maha Indah (al Jamal).”
“Adapun Atas Pernyataan kenapa wahana (syariah) harus dilubangi dan tidak lagi digunakan dalam perjalanan menembus alam ghaib manuju Dia? Dapat dijelaskan sebagai berikut.”
“Sebab, wahana adalah kendaraan bagi manusia yg hidup di alam kasatmata untuk pedoman menuju ke Taman Surgawi. Sedangkan alam tidak kasatmata adalah alam yg tidak jelas batas-batasnya. Alam yg tidak bisa dinalar karena segala kekuatan akal manusia mengikat itu tidak bisa berijtihad untuk menetapkan hukum yg berlaku di alam gaib. Itu sebabnya, Khidir AS melarang Nabi Musa AS bertanya sesuatu dgn akalnya dalam perjalanan tersebut. Dan, apa yg disaksikan Nabi Musa AS terdapat perbuatan yg dilakukan Khidir AS benar-benar bertentangan dgn hukum suci (syari’at) dan akal sehat yg berlaku di dunia, yakni melubangi perahu tanpa alasan, membunuh seorang anak kecil tak bersalah dan menegakkan tembok runtuh tanpa upah.”
“Namun jika wahana (syari’ah) tidak lagi bisa dijadikan petunjuk, sebenarnya pedomannya tetaplah sama, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul. Tetapi pemahamannya bukan dgn akal (‘aql) melainkan dgn dzauq, yaitu cita rasa rohani. Inilah yg disebut cara (thariqah). Di sini, sang salik selain harus berjuang keras juga harus pasrah kepada kehendak-NYA. Sebab, telah termaktub dalam dalil araftu rabbi bi rabbi bahwa kita hanya mengenal Dia dgn Dia. Maksudnya jika Tuhan tidak berkehendak kita mengenal-NYA maka kita pun tidak akan bisa mengenal-NYA. Dan, kita mengenal-NYA pun maka hanya melalui Dia (walaupun kita tidak mau tetapi semua telah kehendak-NYA). Itu sebabnya, di alam tidak kasatmata yg tidak jelas batas dan tanda-tandanya itu kita tidak dapat berbuat sesuatu kecuali pasrah seutuhnya dan mengharap limpahan rahmat dan hidayah-NYA.”
“Tentang makna di balik kisah Khidir AS membunuh seorang anak (ghulam) dapat saya jelaskan sebagai berikut.”
“Anak adalah perlambang keakuan kerdil yg kekanak-kanakan. Kedewasaan rohani seorang yg teguh imannya bisa runtuh akibat terseret cinta kepada keakuan kerdil yg kekanak-kanakan tersebut. Itu sebabnya, keakuan kerdil yg kekanak-kanakan itu harus dibunuh agar kedewasaan rohani tidak terganggu.”
“Sesungguhnya, di dalam perjalanan rohani menuju Kebenaran Sejati selalu terjadi keadaan di mana keakuan kerdil yg kekanak-kanakan (ghulam) dari salik cenderung mengikari kehambaan dirinya terhadap Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad) sebagai akibat ia belum fana ke dalam Sang Rasul (fana fi rasul). Ghulam cenderung durhaka dan ingkar terhadap kehambaan kepada Sang Rasul. Jika keakuan yg kerdil dan kekanak-kanakan itu dibunuh maka akan lahir ghulam yg lebih baik dan lebih diberbakti yg melihat dengan mata batin bahwa dia sesungguhnya adalah “hamba” dari Sang Rasul, pengejawantahan Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad).”
“Sesungguhnya, keakuan kerdil yg kekanak-kanakan adalah perlambang dari keberadaan nafsu manusia yg cenderung durhaka dan ingkar terhadap Sumbernya. Sedangkan ghulam yg baik dan berbakti merupakan perlambang dari keberadaan roh manusia yg cenderung setia dan berbakti kepada Sumbernya. Dan sesungguhnya, perbuatan Khidir AS itu adalah perlambang yg sama saat Nabi Ibrahim AS akan menyembelih Nabi Ismail AS ‘Pembuhunan’ itu adalah perlambang puncak dari keimanan mereka yg beriman (mu’min).”
“Adapun dinding yg ditinggikan Khidir AS adalah perlambang Sekat Tertinggi (al barzakh al ‘a’la) yg disebut juga dgn Hijab Yang Maha Pemurah (hajib ar-Rahman). Dinding itu adalah pengejawantahan Yang Maha Luhur (al-Jalil). Lantaran itu, dinding tersebut dinamakan Dinding al-Jalal (al jidar al-Jalal), yg dibawahnya tersimpan Khazanah Perbendaharaan (Tahta al-Kanz) yg ingin diketahui.”
“Sedangkan dua anak yatim (ghulamaini yatimaini) pewaris dinding itu adalah perlambang jati diri Nabi Musa AS, yg keberadaannya terbentuk atas jasad ragawi (al-basyar) dan rohani (roh). Kegandaan jati diri manusia itu baru tersingkap jika seseorang sudah berada dalam keadaan tidak memiliki apa-apa (muflis), terkucil sendiri (mufrad) dan telah berada di dalam waktu tak berwaktu (ibn al-waqt). Dua anak yatim itu adalah perlambang gambaran Nabi Musa AS dan bayangannya di depan Cermin Memalukan (al-mir’ah al-haya’I).”
“Adapun gambaran tentang ‘ayah yg salih’ dari kedua anak yatim, yakni ayah yg mewariskan Khazanah Perbendaharaan , adalah perlambang diri dari Abu halih, Sang Pembuka Hikmah (al-hikmah al-futuhiyyah), yakni pengejawantahan Sang Pembuka. Dengan demikian apa yg telah dialami Nabi Musa AS dalam perjalanan bersama Khidir AS (QS. Al-Kahfi : 60-82) menurut penafsiran adalah perjalanan rohani Nabi Musa AS ke dalam dirinya sendiri yg penuh dgn perlambang (isyarat).”
“Memang Nabi Musa AS lahir hanya satu. Namun, keberadaan jati dirinya sesungguhnya adalah dua, yaitu pertama keberadaan sebagai al-basyar ‘anak’ Adam AS yg berasal dari anasir tanah yg tercipta; dan keberadaannya sebagai roh ‘anak’ Cahaya Yang Terpuji (Nur Muhammad) yg berasal dari tiupan (nafakhtu) Cahaya di Atas Cahaya (Nurun ‘ala Nurin). Maksudnya, sebagai al-basyar, keberadaan jasad ragawi nabi Musa AS berasal dari Yang Mencipta (al-Kha-liq).”
“Sehingga tidak akan pernah terjadi perseteruan dalam memperebutkan Khazanah Perbendaharaan warisan ayahnya yg shalih. Sebab, saat keduanya berdiri berhadap-hadapan di depan Dinding al-jalal (al-jidar al-Jalal) dan mendapati dinding itu runtuh maka saat itu yg ada hanya satu anak yatim. Maksudnya, saat itu keberadaan al-basyar ‘anak’ Adam AS akan terserap ke dalam roh ‘anak’ Nur Muhammad. Saat itulah sang anak sadar bahwa ia sejatinya berasal dari Cahaya di Atas cahaya (Nurun ‘ala Nurin) yg merupakan pancaran dari Khazanah Perbendaharaan. Sesungguhnya, hal semacam itu tidak bisa diuraikan dgn kaidah-kaidah nalar manusia karena akan membawa kesesatan. Jadi, harus dijalani dan dialami sendiri sebagai sebuah pengalaman pribadi.”
TANYA JAWAB DENGAN SYEH SITI JENAR
Ajaran Syekh Siti Jenar dikenal sebagai ajaran ilmu kebatinan. Suatu ajaran yang menekankan aspek kejiwaan dari pada aspek lahiriah yang kasat mata. Intinya ialah konsep tujuan hidup. Titik akhir dari ajaran Siti Jenar ialah tercapainya manunggaling kawula-Gusti. Yaitu bersatunya antara roh manusia dengan Dzat Allah. Paham inilah yang hampir sama dengan ajaran para zuhud, wali dan orang-orang khowash. Zuhud banyak dijumpai dalam dunia tasawuf. Mereka merupakan orang-orang atau kelompok yang menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan duniawi. Sebab mereka mempunyai tujuan hidup yang lebih utama, yakni ingin mencapai kesucian jiwa atau roh.
Inti ajaran Syeh Siti Jenar adalah pencapaian spiritualitas yang tinggi dalam penyatuan antara makhluk dengan Dzat Pencipta, yang lebih populer disebut sebagai manunggaling kawula-Gusti. Bagian-bagian dari ajaran itu adalah meliputi penguasaan hidup, pengetahuan tentang pintu kehidupan, tentang kematian, tempat kelak sesudah ajal, hidup kekal tak berakhir, dan tentang kedudukan Yang Mahaluhur. Paham yang hampir senada dengan falsafah Jawa kuno.
Suatu ketika Syeh Siti Jenar mengajarkan ilmu kepada para murid-muridnya. Syeh Siti Jenar berkata,”Manusia harus berpegang pada akal, meyakini pula dua puluh sifat yang dimiliki Allah”. Antara lain yakni; wujud, tak berawal, tak berakhir, berlainan dengan barang baru, berkuasa, berkehendak, berpengetahuan, memiliki ilmu secara hakikat dan sebagainya. Para santri mengajukan pertanyaan- pertanyaan sebagai berikut;
Tentang Ketuhanan
M (murid) ; Apakah wujud dari Tuhan itu dapat dimiliki oleh manusia ?”
S (Syeh Jenar) ; Memang, sifat wujud itu bisa dimiliki manusia dan itulah inti dari ajaran ini. Selama manusia mampu menjernihkan kalbunya, maka ia akan mempunyai sifat-sifat itu. Sifat tersebut pun sudah kumiliki. Kalian bisa melakukannya dengan mengamalkan apa yang hendak kuajarkan. Allah adalah satu-satunya yang wajib disembah. Dia tidak tampak dan tidak berbentuk. Tidak terlihat oleh mata. Sedangkan alam dan segala isinya merupakan cerminan dari wujud Allah yang tampak. Seseorang bisa meyakini adanya Allah karena ia melihat pancaran wujudNya melalui jagad raya ini. Allah tidak berawal dan berakhir, memiliki sifat langgeng, tak mengalami perubahan sedikitpun. Allah berada di mana-mana, bukan ini dan bukan itu. Dia berbeda dengan segala wujud barang baru yang ada di dunia.
M ; Wahai Kanjeng Syeh, jelaskan kepada kami tentang hakikat kodrat !”
S ; Kodrat adalah kekuasaan pribadi Tuhan. Tak ada yang menyamainya. KekuatanNya tanpa sarana. kehadiranNya berasal dari ketiadaan, luar dan dalam tiada berbeda. Tak dapat ditafsirkan. Jika engkau menghendaki sesuatu maka pasti kalian rencanakan matang-matang dan pasti pikirkan berulang-ulang. Itupun masih sering meleset. Namun Allah tidak demikian, bila menghendaki sesuatu tak perlu dipersoalkan terlebih dahulu.
M ; Kalau begitu Allah tidak memerlukan sesuatu ?
S ; Benar Allah tidak memerlukan sesuatu. Karena itu jika kalian hidup tanpa memerlukan sesuatu, tanpa butuh harta benda, tanpa butuh jabatan, tanpa butuh pujian, maka kalian akan merasakan hidup yang sesungguhnya. Kalian akan memiliki sifat Allah tersebut.
M ; Kalau manusia menghindari sesuatu dan merasa tidak memerlukan apapun, apakah akhirnya dapat disamakan dengan Allah ?
S ; Tidak ! walaupun manusia hidup tanpa bergantung sama sekali kepada duniawi, namun ia tetap berbeda dengan Allah. Tidak bisa disamakan dengan Tuhan. Allah adalah pencipta dan kalian adalah yang diciptakan. Allah berdiri sendiri, tanpa memerlukan bantuan. Hidupnya tanpa roh, tidak merasa sakit dan kesedihan, Allah muncul sekehendaknya.
M ; Jika Allah berkehendak, maka apakah kehendak seseorang itu karena kemauan Allah ?
S ; Untuk sampai pada jawaban itu, kita harus membedakan seseorang mana. Manusia itu dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Ada yang awam, ada yang khowash. Orang awam hanya beribadah secara syariat, tanpa dapat memelihara kalbu, maka ia masih jauh bisa berhubungan dengan Allah. Sedangkan orang-orang khowash, termasuk para nabi, rasul, dan waliyullah, mereka beribadah secara utuh. Bahkan sampai pula pada tingkatan hakikat. Kalau kalbunya sudah bersih dari duniawi dan menyatu dengan cahaya Ilahi, maka kehendak dan kemauannya itu berasal dari Allah. Perbuatannya adalah perbuatan Allah. Maka jangan heran jika ada orang yang diberi karomah sehingga segala ucapannya menjadi bertuah.
M ; Kalau begitu, ibadahnya orang yang sudah khowash itu merupakan kehendak Allah ?
S ; Benar ! mereka mempunyai kejernihan akal budi. Memiliki kebersihan jiwa dan ilmu. Shalat lima waktu dan berzikir merupakan kehendak yang sangat dalam. Bukan kehendak nafsunya, namun kehendak Allah. Semangatnya sedemikian besar. Mereka shalat tidak mengharapkan pahala, tetapi merupakan suatu kewajiban (diri) dan pengabdian. Badan haluslah yang mendorong untuk menjalankan.
M ; Banyak orang melakukan shalat tetapi tidak menyentuh kepada Yang Disembah. Ini bagaimana ?
S ; Memang banyak orang yang secara lahiriah tampak khusuk shalatnya. Bibirnya sibuk mengucapkan zikir dan doa-doa, namun hatinya ramai oleh urusan duniawi mereka. Islam yang demikian ini ibarat kelapa, mereka hanya makan serabutnya. Padahal yang paling nikmat adalah buah/daging kelapa dan air kelapanya. Mereka sembahyang lima waktu sebatas lahiriah saja. Tidak berpengaruh sama sekali kepada akal budinya. Padahal sembahyang itu diharapkan dapat mencegah keji dan munkar namun mereka tak mampu melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Kalaupun hakikat shalatnya itu membekas pada budinya itupun hanya sedikit. Buat apa sembahyang lima kali jika perangainya buruk ? masih suka mencuri dan berbohong. Untuk apa bibir lelah berzikir menyebut asma Allah, jika masih berwatak suka mengingkari asma. Kadang-kadang pula mereka berharap pahala. Shalatnya saja belum tentu dihargai oleh Allah, tetapi buru-buru meminta balasan,…..aneh!
M ; Wahai Syeh, ada hadits Rasulullah yang menyebutkan bahwa amal hamba yang pertama kali diperhitungkan adalah sembahyang. Jika sembahyangnya baik, maka semua dianggap baik. Ini bagaimana ?
S ; Itu perlu ditafsirkan. Tidak boleh dipahami secara dangkal makna dari hadits tersebut. Hadits itu mengandung logika sebagai berikut; Orang yang tekun mengerjakan sembahyang dengan sempurna, maka perilaku, budi pekerti dan kalbunya juga harus terpengaruh menjadi baik. Sebab sembahyang yang dilakukan dengan jiwa yang bersih akan berpengaruh pula bagi cabang kehidupan lainnya. Lebih lanjut Syeh Siti Jenar mengatakan; sebaliknya hadits itu tidak berlaku bagi orang yang tekun mengerjakan sembahyang tetapi hatinya masih kotor, tersimpan keinginan-keinginan nafsu misalnya ingin dipuji orang lain, terdapat ujub dan sombong, serta budinya menyimpang dan menabrak tatanan yang dilarang.
M ; Apakah ada tuntunan mengenai pakaian seseorang yang sedang melakukan sembahyang ?
S ; Sesungguhnya aku (Syeh Siti Jenar) tidak sependapat jika ada orang yang mengenakan pakaian gamis dan meniru-niru pakaian orang Arab dalam melakukan shalat. Jika selesai shalat, jubah atau gamis itu dilepaskan. Sedangkan shalat orang tersebut tidaklah menyentuh hatinya. Meskipun berlama-lama merunduk di masjid, namun masih mencintai duniawi. Sembahyang yang pakaiannya kedombrangan, merunduk di masjid berlama-lama sampai lupa anak istri. Sedangkan ia masih menyintai duniawi dan mengumbar nafsu manusiawinya. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, ia seringkali menyusahkan orang lain. Maka orang yang demikian itu tidak terpengaruh oleh sembahyang yang dilakukan. Biasanya tipe orang seperti itu sibuk menghitung pahala. Dia sangat keliru dan bodoh. Pahala yang masih jauh tetapi diperhitungkan. Sungguh, sedikit pun tak akan dapat dicapainya.
M ; Dzat Yang Luhur dan Sejati itu sesungguhnya siapa, wahai Syekh ?
S ; Gusti Allah. Gusti Allah adalah Dzat yang tinggi dan terhormat. Ia memiliki dua puluh sifat, semua timbul atas kehendakNya. Ia mampu mencurahkan ilmu kebesaran, kasampurnan, kebaikan, keramahan, kekebalan dalam segala bentuk, memerintah umat. Dapat muncul di segala tempat dan sakti sekali. Aku (Syekh Siti Jenar) merasa wajib dan menuruti kehendakNya. Sebagaimana ajaran jabariyah, dengan kesungguhan dan konsekuen, selalu kuat cita-citanya, kokoh tak tergoyahkan terhadap sesuatu yang tidak suci, berpegang teguh kepadaNya selama hidup, tak akan menyembah terhadap ciptaanNya, baik dalam wujud maupun dalam pengertian.
M ; Mengapa Kanjeng Syekh dianggap oleh para wali sebagai wali murtad ?
S ; Karena ajaranku tidak mudah dipahami orang awam.
M ; Bagaimana ajaran Kanjeng Syeh yang dianggap sesat ?
S ; Aku adalah penjelmaan dari Dzat Luhur, yang memiliki semangat, sakti, dan kekal akan kematian. Dengan hilangnya dunia Gusti Allah telah memberi kekuasaan kepadaku dapat manunggal denganNya, dapat langgeng mengembara melebihi kecepatan peluru. Bukannya akal, bukannya nyawa, bukan penghidupan yang tanpa penjelasan dari mana asalnya dan kemana tujuannya.
M ; Apa hubungannya antara kanjeng Syeh Siti Jenar dengan Allah, yang kau sebut sebagai Dzat sejati ?
S ; Dzat yang sejati menguasai wujud penampilanku. Karena kehendakNya maka wajarlah jika aku tidak mendapat kesulitan. Aku bisa berkelana ke mana-mana. Tidak merasa haus dan lelah, tanpa sakit dan lapar, karena ilmu kelepasan diri, tanpa suatu daya kekuatan. Semua itu disebabkan jiwaku tiada bandingannya. Secara lahiriah memang tidak berbuat sesuatu, tetapi tiba-tiba sudah berada di tempat lain. Gusti Kang Murbeng Dumadi (Allah) yang kuikuti, kutaati siang malam, yang kuturut segala perintahNya. Tiada menyembah Tuhan lain, kecuali setia terhadap suara hati nuraniku. Allah Mahasuci.
M ; Wahai Syeh jelaskan apa yang di maksud bahwa Allah itu Maha Suci ?
S ; Allah Mahasuci itu hanyalah sebatas istilah saja. Merupakan nama saja. Sebenarnya hal itu dapat disamakan dengan bentuk penampilanku. Jika kalian melihatku, maka tampak dari luar sebagai warangka (kerangka), sedangkan di dalamnya adalah kerisnya (intinya) Hyang Agung, yang tak ada bedanya dengan kerangka. Tuhan itu wujud yang tidak dapat dilihat dengan mata, tetapi dilambangkan seperti bintang yang bersinar cemerlang. Sifat-sifatNya berwujud samar-samar bila dilihat, warnanya indah sekali seperti cahaya.
M ; Di manakah Tuhan berada ? kami membayangkan Dia ada di langit ke 7 dan bersemayam di atas singgasana layaknya raja.
S ; Siti Jenar mendadak tertawa. Setelah tertawanya reda, ia berkata, “Itu salah besar, itu kebodohan. Sesungguhnya Tuhan tidak berada di langit ketujuh dan tidak bertahta di singgasana atau arsy (Kursi). Bila kalian membayangkan demikian, maka hati kalian sudah musyrik. Berdosa besar. Karena kalian menyamakan Dia dengan raja atau dengan penguasa.
M ; Kami jadi bingung, Kanjeng Syekh, lantas Tuhan itu ada di mana ?
S ; Kalau kalian bertanya demikian, maka jawabnya mudah. Gusti Allah itu tidak kemana-mana, tetapi ada di mana-mana.
M ; Kami semakin tak mengerti. Bisakah Kanjeng Syeh memberi penjelasan yang lebih gamblang ?
S ; Gusti Allah itu berada pada dzat yang tempatnya tidak jauh. Dia bersemayam di dalam tubuh kita. Tetapi hanya orang yang khowash, orang yang terpilih dapat melihat. Tentunya dengan mata batin. Hanya mereka yang dapat merasakannya.
M ; Apakah Allah itu berupa roh atau sukma ?
S ; Bukan roh dan bukan sukma. Allah adalah wujud yang tak dapat dilihat oleh mata, tetapi dilambangkan seperti bintang-bintang bersinar cemerlang. Sudah kukatakan tadi, warnanya indah sekali. Ia memiliki dua puluh sifat seperti; sifat ada, tak berawal, tak berakhir, berbeda dengan barang-barang yang baru, hidup sendiri dan tidak memerlukan bantuan dari sesuatu, berkuasa, berkehendak, mendengar, melihat, berilmu, hidup dan berbicara. Sifat Gusti Allah yang duapuluh itu terkumpul menjadi satu wujud mutlak yang disebut dengan Dzat. Sifat duapuluh itu juga menjelma pada diriku. Karena itu aku yakin tidak akan mengalami sakit dan sehat, punya budi kebenaran, kesempurnaan, kebaikan dan keramahan. Roh ku memiliki sifat duapuluh itu, sedangkan ragaku yang lahiriah memiliki sifat nur Muhammad.
M ; Wahai Syekh, bukankah Muhammad SAW itu seorang nabi. Apakah Syekh mengaku sebagai Nabi ? Sedangkan dikatakan bahwa setelah nabi Muhammad, di dunia ini tidak ada kenabian lagi ?
S ; Jangan salah menafsirkan kata-kataku. Jika salah, maka kau akan sesat dan timbul fitnah. Tentu saja memfitnah diriku. Begini, bahwa rohku adalah roh Ilahi. Karena aku pun memiliki sifat duapuluh. Sedangkan badan wadag ku, jasadku ini, adalah jasad Muhammad. Dari segi lahiriah Muhammad adalah manusia. Namun manusia Muhammad berbeda dengan orang kebanyakan. Muhammad memiliki jasad yang kudus, yang suci. Aku dan dia sama-sama merasakan kehidupan, merasakan manfaat panca indera. Dan panca indra itu hanyalah meminjam. Jika sudah diminta kembali oleh Pemiliknya akan berubah menjadi tanah yang busuk, berbau, hancur dan najis. Nabi atau wali, jika sesudah kematian jasadnya menjadi tak bermanfaat. Bahkan berbau, kotor, najis, busuk dan hancur. Warangka jika sudah ditinggalkan kerisnya maka tiada guna.
M ; Jika seseorang sudah mati, berarti selesai sudah kehidupannya ?
S ; Siapa bilang begitu ? Tidak ! meskipun jasadnya mati, tetapi sebenarnya ia tidaklah mati. Karena itu, kalian semua harus mengerti bahwa dunia ini sesungguhnya bukanlah kehidupan. Buktinya ada mati. Di dunia ini, kehidupan disebut kematian. Coba rasakan ! Aku mengajarkan kepada kalian untuk tidak menyintai dunia ini dan tidak terpesona terhadap keindahannya. Carilah kebenaran dan kebahagiaan sejati demi kehidupan mendatang, kehidupan setelah kematian. Kalian akan berarti jika telah menemui kematian dan hidup sesudah itu. Engkau harus memilih hidup yang tak bisa mati. Dan hidup yang tak bisa mati itu hanya kalian rasakan setelah nyawa terlepas dari badan. Kehidupan itu akan dapat dirasakan dengan tanpa gangguan seperti sekarang ini. Ketahuilah, hidup yang sesungguhnya adalah setelah nyawa lenyap dari badan.
M ; Agar dapat meraih kehidupan dalam kemuliaan sejati kelak, dalam kehidupan di dunia ini dibutuhkan kebenaran dan kebahagian sejati. Bagaimanakah cara mendapatkannya Kanjeng Syekh ?
S ; Jiwa manusia adalah suara hati nurani. suara hati nurani merupakan ungkapan Dzat Allah yang harus ditaati perintahnya. Maka ikutilah hati nuranimu.
M ; Bagaimana caranya meyakinkan bahwa suatu bisikan adalah suara hati nurani yang sesungguhnya ?
S ; Kalian harus cermat, karena hati nurani berbeda dengan akal budi, jiwa itu milik Allah, sedangkan akal milik manusia. Akal bersifat manusiawi, karena itu kadang-kadang akal tak mampu menemukan keajaiban Allah. Kehendak, angan-angan, ingatan, merupakan suatu akal yang tak kebal atas kegilaan. Suatu ketika akal bisa menjadi bingung sehingga membuat seseorang lupa diri. Akal seringkali tidak jujur. Siang malam membuat kepalsuan demi memakmurkan kepentingan pribadi.
M ; Bukankah manusia menjadi lebih mulia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia diberi akal oleh Allah ?
S ; Ya, itulah yang membedakan. Tapi jangan lupa bahwa akal seringkali tidak jujur. Sering bersifat dengki, suka memaksa, melanggar aturan, jahat, suka disanjung-sanjung, sombong, yang ahirnya membuat manusia justru tidak berharga samasekali. Lebih hina dari makhluk lainnya.
M ; Jadi kita harus menggunakan akal sesuai dengan jiwa atau kehendak Allah ?
S ; Ya, benar. Jika seseorang mampu mengendalikan akalnya dengan ajaran Allah, dengan kebenaran, dan dengan jiwa yang bersih, maka ia bermanfaat. Menjadikan diri lebih mulia.
M ; Apa yang menghalangi seseorang sehingga gagal dalam dalam menempuh manunggaling kawula-Gusti ?
S ; Jangan mementingkan kehidupan duniawi. Sebab kehidupan duniawi yang kalian jalani penuh kotoran. Akal kalian mudah tercemar dengan kotoran sifat dan mudah dikuasai oleh nafsu, sehingga menghalangi kalian untuk bisa menuju pada tahap manunggaling kawula-Gusti.
M ; Di dunia ini ada yang cantik, tampan dan gagah. Bagaimana kedudukan orang-orang tersebut jika kelak telah terlepas rohnya ?
S ; Kalian jangan menyintai dan mengagumi bentuk yang cantik, tampan atau gagah. Sebab sebenarnya badan wadag (jasad) laksana sangkar yang mengurung jiwa. Badan wadag merupakan beban yang memberatkan dan menyakitkan roh kalian.
M ; Wahai Syekh, benarkah sesudah kematian ada surga neraka ?
S ; Para wali memang mengajarkan demikian. Inilah ajaran yang justru menurutku menyesatkan karena terlalu dangkal. Para wali hanya mengajarkan “serabut” atau kulitnya, tidak sampai pada isinya; tidak sampai pada hakikat yang sebenarnya. Para wali mengajarkan bahwa surga dan neraka hanya dijumpai kelak setelah kiamat. Adanya di akherat. Dan orang-orang awam menelan mentah-mentah keterangan itu. Siksa kubur hanya dijumpai dan dirasakan badan wadag ketika di tanam di kuburan. Para wali memang bertujuan baik, tetapi diputus sampai di situ. Mereka enggan menjelaskan lebih dalam dan lebih sampai pada makna yang hakiki.
M ; Kalau menurut Syekh bagaimana ?
S ; Begini, untuk menemui dan merasakan surga dan neraka maka seseorang tidak harus menunggu sampai mati atau sampai datangnya kiamat. Di dunia ini saja kita sudah dapat merasakan surga dan siksa neraka. Karena sesungguhnya surga dan neraka itu berada di dalam jiwa kalian. Berada di dalam jiwa setiap manusia yang bernafas. Jika jiwa manusia telah bersih dari gangguan hawa nafsu dan dapat menyatu dengan Gusti Allah, maka di dunia ini ia akan merasakan suatu kenikmatan surga. Jika budi kalian, misalnya menolong orang lemah, lalu hati menjadi ikhlas dan puas, maka itulah yang disebut surga. Sedangkan neraka, perwujudannya adalah jika hawa nafsu telah menguasai diri seseorang. Kemudian jiwanya meronta dan merasa bersalah. Maka dia tentu tersiksa. Ia tidak bisa tidur, gelisah pikirannya, sedih dan bermacam-macam rasa tak enak. Itulah yang dinamakan neraka.
M ; Jadi surga dan neraka di akherat tidak berlaku ? maksud kami tidak ada ?
S ; Surga dan neraka di hari kiamat, di akherat kelak, sudah diterangkan dalam Al Quran. Itu perkara gaib dan erat kaitannya dengan iman. Kalian harus meyakininya.
M ; Untuk apa meyakini ? bukankah jika di dunia berbudi baik dan beriman kepada Allah sudah merasakan surga. Sedangkan surga dan neraka di akhirat hanyalah bersifat menakut-nakuti manusia agar tidak berbuat buruk ?
S ; Pendapatmu memang cerdas dan kritis. Namun kalian tidak usah mempertanyakan, apakah kelak di akhirat ada surga dan neraka. Itu urusan Gusti Allah. Kalian harus meyakini. Karena meyakini hari akhir merupakan rukun iman. Sekali lagi, untuk mendapatkan surga pun kalian tak perlu menunggu datangnya hari akhir. Meskipun seseorang sembahyang seribu kali setiap hari, toh akhirnya mati juga. Walaupun badanmu kau tutupi dengan kain surban dan jubah, namun akhirnya menjadi debu juga. Maka jiwalah yang paling penting. Jika keadaan jiwa seperti Tuhan, maka surga akan didapatkannya. Kenikmatan luar biasa akan dirasakan.
M ; Wahai Syeh, sesungguhnya yang menjadi pikiranku adalah sebelum ada dunia ini, apakah sudah ada dunia lainnya. Atau setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru lagi seperti sekarang ?
S ; Sebelum dunia ada, apakah ada dunia lain, itu hanya Allah yang tahu. Tetapi sekarang kita berada di dunia ini menempati ruang dan waktu. Dunia ini asalnya adalah baru. Kemudian mengalami kerusakan dan kelak akhirnya menjadi hancur. Lenyap tak berharga. Setelah kiamat, apakah Tuhan membuat dunia baru untuk keduakalinya ? Tidak !
M ; Wahai Syekh, kalau begitu dunia erat kaitannya dengan raga kita, sedangkan jiwa erat kaitannya dengan alam akhirat ?
S ; Benar, dunia itu erat kaitannya dengan raga. Raga mempunyai sifat seperti alam semesta, yang semula baru kemudian rusak. Sedangkan jiwa tidak akan mengenal kerusakan karena jiwa merupakan penjelmaan Dzat Allah. Ketahuilah bahwa raga adalah barang pinjaman yang suatu saat akan diminta oleh Pemiliknya. Ketahuilah wahai murid-muridku. Raga ini sesungguhnya sangkar yang membelenggu dan menyulitkan jiwa. Agar jiwa menjadi bebas, maka suatu saat kelak, kalian akan kuajarai bagaimana cara melepas jiwa dari raga. Ilmu melepas jiwa artinya bahwa kematian adalah titik awal kehidupan yang sebenarnya. Jika seseorang raganya mati, maka jiwanya menjadi merdeka, bebas dan tidak terkungkung lagi. Sebab raga berhubungan erat dengan alam semesta. Sedangkan jiwa berhubungan erat dengan Dzat Tuhan. selamanya jiwa tak akan bisa mati atau rusak.
M ; Apakah yang dimaksud jalan kehidupan, wahai Syekh ?
S ; Jalan kehidupan adalah jalan menuju kepada hidup yang sebenar-benarnya, setelah engkau mengalami kematian. Jika seorang bayi lahir, maka bukanlah awal kehidupan, namun merupakan awal “kehidupan palsu” seperti yang kalian rasakan saat ini. Inilah yang sesungguhnya kematian sejati.
M ; Jika demikian badan ini tidak bisa merasakan kehidupan yang sebenar-benarnya ?
S ; Ya, tidak bisa. Kehidupan sejati tidak dapat dirasakan oleh raga, karena jika raga mati akan tetapi dapat dirasakan oleh jiwa. Membusuk menjadi tanah.
M ; Bagaimana jika sekarang ini seseorang berbuat dosa. Apakah jiwanya ikut bertanggungjawab. Sedangkan yang melakukan dosanya adalah raga.
S ; Tetap ikut bertanggungjawab, karena jiwa yang menyatu ke dalam raga tidak bisa mencegah hawa nafsunya serta akal yang suka berbuat buruk.
M ; Maaf saya belum paham Syekh.
S ; Ketahuilah, setiap orang yang lahir di dunia ini maka jiwanya menyatu dengan akal. Selain akal dalam diri manusia juga ada hawa nafsu. Ketika seseorang berbuat buruk, berarti raganya didorong dan dipengaruhi oleh hawa nafsu dan akalnya. Akal dan nafsu memang suka berbuat buruk. Apabila jiwa mencegah (melalui hati nurani), maka raga tidak akan berbuat buruk. Akan tetapi jika jiwa membiarkannya, maka raga tetap melakukannya. Karena itu bagaimanapun juga jiwalah yang akan mempertanggungjawabkan perbuatan baik dan buruk raganya.
M ; Tadi Syekh mengatakan jiwa adalah penjelmaan dzat Tuhan. Mengapa kadang-kadang jiwa mau mencegah dan kadang membiarkannya ?
S ; Perlu kalian semua ingat, bahwa di dalam raga ini terdapat nafsu-nafsu. Jika nafsu kuat menguasai, maka jiwa menjadi terbelenggu. Karena itulah mengapa aku katakan bahwa kehidupan sekarang ini adalah kematian. Sedangkan setelah ajal merupakan awal kehidupan. Sesudah kematian maka seseorang akan mencapai kebebasan jiwanya.
Ajaran Syekh Siti Jenar memang agak beda dengan ajaran para wali sanga. Siti Jenar mengajarkan bahwa Tuhan adalah Zat yang mendasari adanya manusia, hewan, tumbuhan dan segala yang ada. Keberadaan segala di dunia ini tergantung pada adanya Zat. Tanpa ada Zat Yang Mahakuasa, maka mustahil sesuatu yang wujud itu ada.
Ajaran ini tidak pernah disampaikan oleh para Wali Sanga. Mereka menyadari bahwa umatnya masih terlalu awam terhadap Islam, sehingga memberi materi yang ringan dan praktis saja.
Oleh: M. SYAHIDI (PRAP/BRAM/BRAMA/MAD)
Kita butuh zat besi di besakih untuk membuka unggas
BalasHapus