BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM
WASSOLATU WASSALAMU ALA ASROFIL MURSALIN SAYYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALLIHI WASOHBIHI WASSALAM A’MA BA’DU
Adapun pasal menyatakan bicara hakikat dan ma’rifat menyembah Allah Ta’ala dengan memelihara segala hukum syareat yang zahir yang diperintahkan oleh Rasulullah, yaitu: yang dimaksudkan oleh Allah Ta’ala, ilmu dan amal, dan menjalankan akan jalan segala nabi-nabi dan wali-wali Allah.
Yaitu memandang Allah Ta’ala itu dengan hati yang normal. Bahwasannya Allah Ta’ala wujud sendirinya, yaitu memandang dan mengetahui, mengenal satu-satunya paham dan putih bersih, dan nugrahanya haq Allah Ta’ala serta dalil aqal dan naqal. Maka tiada hasil hakikat itu, melainkan dibaiki syareat. Hasil ketiganya itu menghasilkan ma’rifat.
Pasal pada menyatakan hal dan limpahan segala ahli tasawuf yang diperbuat tiap-tiap hari siang dan malam ketika mengerjakan segala yang difardukan Allah Ta’ala dengan sekira-kiranya memadai kuatnya jasad pada mengerjakan dia yang disuruhnya atau disuruh oleh Allah Ta’ala. dan menjauhkan segala yang dilarang. Dan disuruh oleh Allah ta’ala memeliharakan segala rahasia-rahasia kehati dan melazimkan segala maqam yang 11 (sebelas); seperti Taubat, sakit, sabar, syukur, tawwakal, ridha, wara, suci, ajam, murakabah dan lainnya.
Pertama-tama orang yang mengerjakan jalan ini mulai dengan taubat karena taubat itu bersuci dari pada najis. Demikianlah ha ahli tasawuf.
Bermula setengah dari rahasia ketuhanan itu IMAN DAN KAMIL. Yaitu keluarlah engkau dari pada Allah ta’ala seperti bahwasannya, jangan engkau sekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu dari segala sifatnya yang tertentu dengan DIA :
Dan “YAKIN KAMIL” Yaitu keluar engkau dari diriku, artinya keluar dari pada dayamu dan kuatmu dan wujudmu. Jangan engkau sekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu dari segala sifatnya yang tertentu dengan dia yang yakin kamil, yaitu ada pada mukamu, karena ujudmu dan dayamu itu majas., dan bayang-bayang jua. Karena sekalian yang dijadikan Allah Ta’ala hanya ujud hakiki, dan kuat daya upaya yang hakikatnya hanya Allah Ta’ala jua.
Maka hendaklah engkau nafikan ujud dirimu dan sekalian yang lain daripada ujud Allah Ta’ala itu. Supaya sempurnalah dari pada syirik khafi dan supaya engkau pandang kesempurnaan Allah Ta’ala dan daya upayanya dan kuatnya pada temat ujud dan lemahnya/lemahmu dan daifmu itu.
Setengah dari pada rahasia, ketahuilah olehmu akan bahwasannya kita pandang, kita I’tiqadkan, bahwa sesungguhnya akan kita ini tetap selama-lamanya dalam ilmu Allah Ta’ala.
Pertama : Penglihat, pendengar, kelakuan dan kehendaknya.
Sekianlah pada sebenarnya I’tiqad segala nabi-nabi dan wali-wali Allah serta Ulama-ulama yang saleh-saleh, janganlah kita berubah I’tiqad ini supaya kita sampai kepada jalan FANA BILLAH – BAQA BILLAH. Yaitu lenyapkanlah kita ke dalam Allah Ta’ala supaya kekal dalam keadaan Allah ta’ala.
Bermula dikehendaki lenyap dan hapus itu, tiada lagi kita atau diri kita, hanya yang kelihatan ZAT ALLAH TA’ALA jua semata-mata tetap dengan penglihatannya mata hati dan mata zahir harus menyatu dalam rahasianya.
Dan tilik hakikat adalah isyarat umpama besi di dalam api, maka tatkala merah besi, tidak kelihatan besi, hanyalah keadaan api jua yang kelihatan itu semata-mata. Maka ZAT ALLAH TA’ALA – SIFAT ALLAH TA’ALA – AF’AL ALLAH TA’ALA semata-mata.
Maka apabila tetap dikarenakan sukuan didalam keadaan kita niscaya kita ini hilang. Maka tiada tinggal lagi baginya bekam. Maka kita sampailah kepada jalan fana billah dan baqa billah. Adapun dalil akal, apabila kita tidur lihatlah pada dirimu, adakah kekuasaan, dan kehendak, pengetahuan, penglihatan, pendengaran dan perkataan dan gerakan. Maka dalilnya yang menunjukkan akan tiada mempunyai, hanya daripada menerima sifat jua.
Dan empunya sifat itulah Allah Ta’ala jua semata-mata.
Maka jadi dalil tahliklah kita dengan pengajaran guru yang kamil adanya.
SABDA NABI MUHAMMAD SAW pada menyatakan :
Bermula Syareat itu seperti tanah
Tharekat itu seperti air
Hakikat itu seperti angin
Ma’rifat itu seperti api
Maka sembahlah sayidina Ali, ya, junjunganku
Adapun Syareat itu seperti tanah, tanah yang mana? Tharekat itu seperti air, air yang mana?
Hakikat itu seperti angin, angin yang mana? Ma’rifat itu seperti api, api yang mana?
Jawab Rasulullah s.a.w:
Hai ALI dengarlah pengajaranku, yaitu :
Syareat itu seperti tanah, yaitu badanku
Tharekat itu seperti air, yaitu Nur Muhammad
Hakikat itu seperti angin, yaitu nafasku
Ma’rifat itu seperti api, yaitu penglihatanku
Maka sembah Sayyidina ALI, ya junjunganku sebenar-benarnyalah
Maka jikalau mati orang syareat apakah kejadiannya?
Mati orang tharekat apakah kejadiannya?
Mati orang hakikat apakah kejadiannya?
Mati orang ma’rifat apakah kejadiannya?
RASULULLAH MENJAWAB :
Mati orang syareat hancur luluh
Mati orang tharekat kurus kering
Mati orang hakikat lemak gemuk putih kuning
Mati orang ma’rifat hilang lenyap
Sembah sayidina ALI, ya Rasuullah sebenar-benarnyalah
Jawab Rasulullah, barang siapa mengetahui ilmu ini maka sempurnalah serta selamatlah dunia akherat, imannya lagi tiada kurang NUGRAHA Allah Ta’ala akan rezeki. Inaya Allah Ta’ala. Maka barang siapa yang tidak mengetahui ilmu ini yaitu terlebih atau dulu daripada binatang, sebab belum mengetahui akan tubuhnya sendiri, wallahu alam bisawab.
SYAHADA SYAHIDI

BAB I
HAKIKAT PENGENALAN DIRI.
Assalamu Alaikum Warohmartullohi wabarokatuh (semoga
keselamatan, rohmah/welas asih kasih saying dan cinta berserta berkah-NYA kan
berlaku pada kalian…………………….)
Tema pada saat ini yg saya mau saya uraikan adalah SANGAT2
RAHASIA, Beruntunglah, Berbahagialah & Bersyukurlah kpd ALLAH SWT, Karena
penjelasannya TIDAK ADA DI BUKU2 LAINNYA, Dan ilmu2 AgamaNYA ALLAH SWT
tidak gampang ditemukan & tidak sebanding dengan harta & Material yang
ada di muka bumi ini, maka tunduk sujud syukurlah KepadaNYA semoga penjelasan
ini menjadi HIDAYAH bagi anda,……..AMIN
ini adalah kekuatan cahaya Dzikir yg ada pada diri manusia dgn 4
tingkatan ingatan fokus pada ALLAH SWT Sang Maha Bercahaya.
Makin dalam & fana (hampa) suatu fokus dzikir maka makin
terlenalah Sang Hamba oleh fenomena kegaiban alam Nur Ilahiah. karena jika
ingin mengenali ALLAH pahamilah tentang Gaib sesungguhnya ALLAH pun sifatNYA
GAIB & Perkenalanmu KepadaNYA Takkkan habis sampai seumur hidupmu di dunia
ini.
Seorang Hamba terkadang tidak menyadari bahwa ia sebenarnya
masih di dunia sehingga menerawang melintasi alam kegaiban nur Ilahiah yang tak
ada batas akhirnya membutuhkan power energi cahaya dzikir yg kuat.
Jika sang Hamba berpikir bijak ia pasti kembali ke dunia ibarat
orang yang lagi menyelam melihat cakrawala keindahan bawah laut tidak terlalu
lama lalu ia kembali ke permukaaan dasar laut untuk persiapan oksigennya
kembali.
Begitulah tehnik berzikir yang bijaksana saudara……………………………
Ketahuilah Brothers secara realita banyak saudara2 kita
yang ERROR oleh fenomena alam kegaiban ALLAH SWT ketika mengosongkan pikiran
& masuk dalam alam kefanaan (hampa) melalui dzikir 4 tingkatan
Syariat-Tarekat-Hakikat-Ma’rifat.
Padahal kalau ditelaah secara hakikat Alam fenomena visual
kegaiban ALLAH SWT Takkan Habis oleh masa, batas, ruang & waktu ibaratnya
kalo menghitung ilmu2-NYA ALLAH SWT takkan habis biarpun laut dijadikan tinta
untuk menulis ayat2 ilmu ALLAH SWT Yang Maha Luas PengetahuanNYA Di Alam Jagat
Raya (Q.s Al Kahfi : 109). Pohon dijadikan pena utk menulis ilmu2 Allah takkan
pernah habis ilmu-Nya (Lukman:27)
Berikut ini adalah tuntunan2 dzikir:
·
Dzikir Syariat : “La Ilaha Illallah” diucapkan
berulang2 dgn lisan sampai masuk kedalam hati sehingga lisan/mulut tak berucap
lagi, rahasia dzikir ini terdiri dari 12 huruf yg sama maknanya dengan Waktu 12
jam, dzikir ini selalu dikumandangkan oleh para malaikat bumi (Malaikatul
Ahyar) ketika ALLAH SWT menciptakan setiap makhlukNYA di muka bumi.
·
Dzikir Tarekat : “ALLAH”ALLAH”ALLAH” diucapkan
berulang2 di dalam hati saja dengan pengosongan pikiran fana (hampa) lalu fokus
pada nama tadi sehingga nama ALLAH tadi membuat & menciptakan alam bayangan
hidup didepan mata anda sendiri, jangan kaget & takut oleh fenomena
tersebut karena para jin syetan selalu mengintai anda tetapi berlindunglah
Kepada ALLAH SWT yang Maha Menjaga Orang Beriman dgn ayat & doa : audzu
billahi minas syathanir rajim…………… La ilaha illallah anta subhanaka inni kuntu
minaz zhalimin……….lalu lafazkan… ALLAHU SALAMUN HAFIZHUN WALIYYUN WA MUHAIMIN (
Allah Yang Maha sejahtera, Maha Memelihara, Maha Melindungi lagi Maha Menjaga
Hambanya yg beriman).
·
Dzikir Hakikat : “HU”HU”HU (DIA ALLAH)
diucapkan dalam hati saja dengan keadaan fana (hampa) melalui perantaraan
tarikan Nafas ke dalam sampai ke perut, usahakan perut tetap keras biarpun
nafas telah keluar, dalam bahasa ilmu tenaga dalam ini adalah metode pemusatan
power lahiriah dari perut, dalam istilah cina yin & yang ini adalah
penyembuhan/pengobatan pada diri secara bathiniah dan kesemuanya itu benar
adanya karena pusat perut adalah sumber daya energi kekuatan manusia secara
lahiriah & bathiniah serta secara hakikat dzikir”HU” sebenarnaya tempatnya
pada pusat perut dengan perantaraan cahaya nafas yg sangat berharga pada
manusia.
·
Dzikir Ma’rifat : ” HU”AH”-“HU”AH”-HU”AH” atau
HU-WAH” (Dia ALLAH Bersamaku”) sebenarnya bunyi dzikir ini sudah perpaduan
antara hakikat & ma’rifat, dzikir tersebut dilantunkan dalam hati saja
dengan gerakan nafas “HU” masuk kedalam “AH” keluar nafas, pada para sufi (wali
Allah) ini adalah dzikir kenikmatan, kecintaan ( Mahabbatullah) yang sangat
luas faedah hidayahnya & karomahnya sehinngga dapat menyingkap tabir
rahasia2 Allah Swt pada gerakan kehidupan ini.
·
Dzikir rahasia ma’rifat : ” Hu”wallahu
Ahad (Allah Maha Tunggal)
Pada penjelasan diatas tentang dzikir sebenarnya kalau bicara
tentang tingkatan pemahaman Agama dengan ilmun2NYA ALLAH SWT terdiri 7 fase
tingkatan :
1. Syariat
: mentaati segala perintahnya dan menjauhi segala larangan-NYA
2. Tarekat
: Jalan spritual (kebatinan) menuju kepada-NYA
3. Hakikat
: Mengetahui arti makna sesuatu pada kehidupan TAPI hamba itu diam pada orang
awam KARENA itulah ikatan janjinya kepada ALLAH SWT.
4. Ma’rifat
: Mengetahui pengenalan dirinya kepada ALLAH SWT. seperti
yang dikatakan para Ahli Sufi Waliyullah “Man Arafa Nafsahu Fakade Arafa
Rabbahu” Brgsiapa mengenal dirinya, niscaya pasti mengenali Tuhan-Nya,
jadi maknanya kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenali ALLAH setelah engkau
Mengenali-Nya maka bersatulah wujud hakikimu BERSAMANYA… “Subhanallah
Wabihamdihi”.
5. Musyahadah
: Penyaksian fenomena kegaiban NUR ALLAH SWT Di langit & di bumi, ia
menyaksikan-NYA bersama para wali2 ALLAH & nabi2 ALLAH & Khususnya
Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW
6. Mukasyaf
: Terbukanya Hijab Tabir rahasia2 Allah seluruhnya di langit & di bumi,
para mukasyaf saat ini hanya terdiri dari 111 orang saja di seluruh
dunia & setiap ada wafat ada yang menggantikan Wali tersebut, jadi
berbahagialah hamba yang telah menemukannya & menemuinya. karena mereka
biasanya gak terkenal dan gak diketahui, gak sama dgn ustad2 yg “kondang”
terkenal.
7. Mahabbah
: Kecintaan kepada ALLAH SWT dengan penglihatan pada setiap gerakan nafas &
hidupnya ada kasih sayang TuhanNYA Yang Maha Pemberi Nan Maha pemurah,
tingkatan ini hanya ALLAH SWT saja yang tahu tentang kedudukan hambanya, karena
Maqom Kecintaan sendiri itu ada pada ke ikhlasan, kesabaran, istiqomah,
Tawakkal, Keyakinan, Ketakwaan, tapi ketahuilah saudara Wali-NYA saat ini yang
mencapai tingkatan MAHABBAH cuma berjumlah 11(sebelas) orang saja Di dunia ini
& setiap ada yg kembali kehadirat-NYA akan ada yg menggantikannya (sama
para Mukasyaf), maka sangat Berbahagialah di dunia & Akherat orang2 yang
telah menjumpainya.
BAB II.
Ini adalah sambungan dari BAB I. yg baru saya jelaskan lagi
tentang arti makna Dzikir Syariat-Tarekat-Hakikat-Makrifat.
ALHAMDULILLAH dengan adanya tulisan2 saya ini sangat banyak
sekali peminat nya yg mau berkunjung & berkomentar di dalam blog ini. Itu
TANDA bahwa masih banyak dr saudara2ku yg MENCINTAI tentang hakikat pemahaman
ISLAM.
Dzikir diatas hanya untuk sebagai pengantar “Keyakinan” bagi
org2 yg berjalan di jalan Tasawuf & Yg sudah mengenali hakikat dirinya dan
Allah Subhanahu Wa Ta’Ala.
Karena Di zaman sekarang ini banyak sekali perbedaan2 antar umat
Islam dgn pemahaman2 ISLAM yg radikal, Bid’ah, menambah2 Ayat Al-quran &
Al-hadist, dan yg saling meng-klaim bahwa “Alirannya lah yg terbaik”
dimata Allah, padahal Firman Allah: “Inna Dina Indallahil Islam” Agama yg
diridhoi-diterima Allah adalah agama ISLAM.
Apakah ISLAM itu ? maksudnya (Ingin Selamat Laksanakan
Ajaran Muhammad) yg gak diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW jangan di
ikuti. Dan semua Ajaran2 Baginda Nabi Muhammad SAW sudah tertera di dalam
Al-Quran & Al-Hadist sebagai petunjuk & pedoman kehidupan di dunia
sampai di akherat kelak.
ISLAM adalah agama perdamaian, saling memberikan rasa cinta
& kasih kepada sesama muslim yg beriman & seluruh manusia, Agama
FITRAH, dan dengan tidak ada pemaksaan masuk ke dalam agama ISLAM, kecuali org
tersebut sdh ikhlas & Ridha bahwa Allah SWT sebagai Tuhan nya & Baginda
Rasulullah sebagai Nabinya.
Dalam Uraian Pemahaman dzikir diatas saya telah bercerita
panjangggg.. tentang Rahasia2 sesuatu, tapi YAKINLAH itu semua KHUSUS bagi
saudara2ku yg berbudi baik nan pekerti luhur & beriman, bertaqwa yg
mau memegang TEGUH SYAHADAT & ISLAM (Ingin Selamat Lakukan Ajaran Muhammad)
Memang Pemahaman2 Dzikir diatas KHUSUS bagi org2 BENAR2 YAKIN
& SUNGGUH2 ingin “MENGENAL DIRINYA” & “MENGENAL ALLAH SWT” Al Khaliq-
Pencipta Alam semesta jagad raya. & pencipta lahir dan batin kita,
jasmani-ruhani kita, Nampak dan Tiada Nampak, NYATA & GAIB, Logika dan Non
Logika.
Karena org beriman selalu memandang TAJALLI kekuasaan Allah Swt
secara NYATA pada AINUL YAKIN (Pandangan keyakinan) yg bergerak pd alam semesta
& kekuasaan HAQQUL YAKIN (Pandangan mata hati) yg bernuansa secara GAIB yg
bergerak dlm batin dan pd unsur Bayang2 kekuasaan ALLAH.
Diatasnya HAQQUL YAKIN masih ada lagi KAMALUL YAKIN
(kesempurnaan keyakinan) dan keyakinan ini bisa dirasakan setelah kita telah
BERJUMPA dgn ALLAH di akherat nanti, Namun ada juga bagi org2 khusus
Dicintai-NYA yg telah diberi hidayah KAROMAH-NYA & yg telah dibukakan
hijab-NYA pada “KAMALUL YAKIN” di dlm dunia.
Dan Dialah orang2 yg mau ber-makrifat kepada ALLAH SWT
& Orang2 tersebut selalu memandang pada kefanaan (hampa) bahwa dimuka bumi
ini semua Fana “tidak ada” yg ADA cuma “WAJAH ALLAH & GERAK ALLAH SEMATA
(LAA ILAHA ILLALLAH) & ini di abadikan dlm surah Ar-Rahman:26-27.
“Kullu Man Alaiha Fanin, Wa Yabqa Wajhu Rabbika Dzal Jalali Wal
Ikram”.
Semua pasti binasa (TIADA), yg kekal hanya WAJAH TUHANMU yg Maha
memiliki keagungan & kemuliaan.
Karena Semua punya akhir & Masanya Masing-masing……………………..
Adapun Tentang Makrifat:
1. AWALUDIN MA’RIFATULLAH Artinya :Awal agama adalah mengenal
Allah.
2. LAYASUL SHALAT ILLA BIN MA’RIFAT Artinya :Tidak syah shalat
tanpa mengenal Allah.
3. MAN ARAFA NAFSAHU FAKADE ARAFA RABBAHU Artinya
:Barang siapa mengenal dirinya niscaya dia pasti akan mengenal Tuhannya.
4. ALASTUBIRABBIKUM QOLU BALA SYAHIDNA Artinya :Bukankah aku ini
Tuhanmu ? Betul engkau Tuhan kami,kami menjadi saksi.(QS.AL-ARAF 172)
5. AL INSANNU SIRRI WA ANNALLAHU SIRRUHU Artinya :Manusia itu
rahasiaKU dan akupun ALLAH rahasia baginya.
6. WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN Artinya :Aku ALLAH ada didalam
Jiwamu mengapa kamu sendiri tidak dpt melihat (Q.s. Adz-Dzariyat:21)
7. WANAHNU AKRABI MIN HABIL WARIZ Artinya :Aku ALLAH lebih dekat
dari urat nadi lehermu.
8. LAA TAK BUDU RABBANA LAM YARAH Artinya :Aku tidak akan
menyembah Allah bila aku tidak melihatnya lebih dahulu.
9. INNAHU ALIMUN BIZATISH SHUDUR Artinya: Sesungguhnya AKU ALLAH
maha mengetahui segala isi hati (Q.s AL MULK:13).
10. WA HUWA MA AKUM AINAMA KUNTUM Artinya: AKU ALLAH berada
dimana saja kamu berada. (Q.s AL HADID:4).
11. “KEMANAPUN ENGKAU HADAPKAN WAJAHMU DISITULAH WAJAH ALLAH”
(Al-baqarah : 115).
BAB III.
HAKIKAT NUR MUHAMMAD.
Alimul Fadhil H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari (Guru
Sekumpul) pernah menyinggung dan menguraikan pembahasan tentang salah satu tema
yang selalu aktual diperbincangkan dalam dunia tasawuf, yakni wacana tentang
‘Nur Muhammad’ dalam salah satu pengajian beliau di Komplek al-Raudah Sekumpul
Martapura. Untuk membutiri kembali pandangan tentang Nur Muhammad dimaksud
seiring dengan peringatan haul beliau yang ke-5 tahun ini (5 Rajab 1431 H ─ 17
Juni 2010 M) berikut tulisan ini dihadirkan guna pencerahan. Apakah yang
dimaksud dengan Nur Muhammad tersebut?
Dalam kitab Hikayat Nur Muhammad diceritakan bahwa tubuh manusia
(anak Adam) mengandungi tiga unsur, yakni jasad, hati dan roh. Di dalam roh
terdapat hakikat, di dalam hakikat tersimpan rahasia, rahasia itulah yang
dinamakan makrifah Allah. Di dalam makrifah pula ada zat yang tidak menyerupai
sesuatu pun.
Rahasia atau makrifah Allah ini dinamakan Insan Kamil. Insan
Kamil dijadikan dari Nur yang melimpah dari zat Haqq Ta’ala.
Menurut riwayat, sumber cerita tentang kejadian Nur Muhammad ini
bermula dari biografi Nabi Muhammad yang ditulis oleh Ibnu Ishaq (sejarawan
Islam). Dalam biografi tersebut, Ibnu Ishaq ada mencatat riwayat yang
menyatakan bahwa Allah telah menciptakan Nur Muhammad dan Nur itu telah diwarisi
melalui generasi nabi-nabi hingga ia sampai kepada Abdullah bin Abdul Muthalib
dan turun kepada Nabi Muhammad Saw.
Kemudian terdapat sejumlah hadis yang menerangkan tentang Nur
tersebut, antaranya, “sesungguhnya yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah
cahaya-ku (Nur Muhammad)………”.
Beragam pandangan terhadap hadis ini, ada yang menyatakan
maudhu’ (tertolak), dhaif (lemah), bersumber dari falsafah Yunani, tetapi ada
pula yang menyatakan bahwa riwayat tersebut boleh diterima karenanya sanadnya
bersambung.
Hadis tersebut cukup panjang matannya dan diringkas sebagai berikut: “Dan telah meriwayatkan oleh Abdul Razak dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah ra, beliau berkata: “Ya Rasulullah, demi bapaku, engkau dan ibuku, khabarkanlah daku berkenaan awal-awal sesuatu yang Allah telah ciptakan sebelum sesuatu! Bersabda Nabi Saw: “Ya Jabir, sesungguhnya Allah menciptakan sebelum sesuatu, Nur Nabi-mu daripada Nur-Nya’.
Hadis tersebut cukup panjang matannya dan diringkas sebagai berikut: “Dan telah meriwayatkan oleh Abdul Razak dengan sanadnya dari Jabir bin Abdullah ra, beliau berkata: “Ya Rasulullah, demi bapaku, engkau dan ibuku, khabarkanlah daku berkenaan awal-awal sesuatu yang Allah telah ciptakan sebelum sesuatu! Bersabda Nabi Saw: “Ya Jabir, sesungguhnya Allah menciptakan sebelum sesuatu, Nur Nabi-mu daripada Nur-Nya’.
Maka jadilah Nur tersebut berkeliling dengan Qudrat-Nya
sekira-kira yang dihendaki Allah. Padahal tiada pada waktu itu lagi sesuatu
pun; tidak ada lauh mahfuzh, qalam, sorga, neraka, Malaikat, langit, bumi,
matahari, bulan, jin dan manusia; tiada apa-apa yang diciptakan, kecuali Nur
ini.
Dari nur inilah kemudian diciptakan-Nya qalam, lauh mahfuzh dan
Arsy. Allah kemudian memerintahkan qalam untuk menulis, dan qalam bertanya, “Ya
Allah, apa yang harus saya tulis?” Allah berfirman: “Tulislah La ilaha illallah
Muhammad Rasulullah.” Atas perintah itu qalam berseru: “Oh, betapa sebuah nama
yang indah dan agung Muhammad itu, bahwa dia disebut bersama Asma-Mu yang Suci,
ya Allah.” Allah kemudian berkata, “Wahai qalam, jagalah kelakuanmu ! Nama ini
adalah nama kekasih-Ku, dari Nur-nya Aku menciptakan arsy, qalam dan lauh
mahfuzh; kamu, juga diciptakan dari Nur-nya. Jika bukan karena dia, Aku tidak
akan menciptakan apa pun.”
Ketika Allah telah mengatakan kalimat tersebut, qalam itu
terbelah dua karena takutnya akan Allah dan tempat dari mana kata-katanya tadi
keluar menjadi tertutup, sehingga sampai dengan hari ini ujung nya tetap
terbelah dua dan tersumbat, sehingga dia tidak menulis, sebagai tanda dari
rahasia ilahiah yang agung.
Maka, jangan seorangpun gagal dalam memuliakan dan menghormati
Nabi Suci, atau menjadi lalai dalam mengikuti contohnya (Nabi) yang cemerlang,
atau membangkang dan meninggalkan kebiasaan mulia yang diajarkannya kepada
kita.………dan seterusnya.
Bagaimana penjelasan Guru Sekumpul tentang Nur Muhammad tersebut? Secara ringkas penjelasan beliau sebagaimana konten materi pengajian yang bertemakan tentang ‘Kesempurnaan’ (penjelasan ini bahkan beliau ulang-ulang tidak kurang dari tiga kali) boleh diringkaskan sebagai berikut:
Bagaimana penjelasan Guru Sekumpul tentang Nur Muhammad tersebut? Secara ringkas penjelasan beliau sebagaimana konten materi pengajian yang bertemakan tentang ‘Kesempurnaan’ (penjelasan ini bahkan beliau ulang-ulang tidak kurang dari tiga kali) boleh diringkaskan sebagai berikut:
Beliau memulai penjelasannya dengan ungkapan yang sangat dikenal
dalam dunia tasawuf, di mana untuk mengenal Tuhan seseorang harus terlebih
dahulu mengenal akan dirinya.
Maksudnya, untuk sampai kepada pengenalan terhadap Tuhan,
menurut Guru Sekumpul haruslah terlebih dahulu dipahami dua hal. Pertama, ia
harus terlebih dahulu mengenal asal mula akan kejadian dirinya sendiri, dari
mana, di mana dan bagaimana ia dijadikan? Kedua, ia harus terlebih dahulu
mengetahui apa sesuatu yang mula-mula dijadikan oleh Allah Swt. Kedua perkara
di atas menjadi prasyarat kesempurnaan bagi para penuntut (salik) dalam
mengenal (makrifah) kepada Allah.
Adapun yang mula-mula dijadikan oleh Allah adalah Nur Muhammad
Saw yang kemudiannya dari Nur Muhammad inilah Allah jadikan roh dan jasad alam
semesta.
Bermula dari Nur Muhammad inilah maka sekalian roh (dan roh
manusia) diciptakan Allah sedangkan jasad manusia diciptakan mengikut kepada
dan dari jasad Nabi Adam as. Karena itu, Nabi Muhammad Saw adalah ‘nenek moyang
roh’ sedangkan Nabi Adam as adalah ‘nenek moyang jasad’.
Hakikat dari penciptaan Adam as sendiri adalah berasal dari
tanah (Nur Turab), tanah berasal dari air, air berasal dari angin, angin
berasal dari api, dan api itu sendiri berasal dari Nur Muhammad.
Sehingga pada prinsipnya roh manusia diciptakan berasal dari Nur
Muhammad dan jasad atau tubuh manusia pun hakikatnya berasal dari Nur Muhammad.
Jadilah kemudian ‘cahaya di atas cahaya’ (QS. An-Nuur 35), di mana roh yang
mengandung Nur Muhammad ditiupkan kepada jasad yang juga mengandung Nur
Muhammad.
Bertemu dan meleburlah kemudian roh dan jasad yang berisikan Nur
Muhammad ke dalam hakikat Nur Muhammad yang sebenarnya. Tersebab bersumber pada
satu wujud dan nama yang sama, maka roh dan jasad tersebut haruslah disatukan
dengan mesra menuju kepada pengenalan Yang Maha Mutlak, Zat Wajibul Wujud yang
memberi cahaya kepada langit dan bumi, dan yang semula menciptakan, sebagaimana
mesranya hubungan antara air dan tumbuhan, di mana ada air di situ ada
tumbuhan, dan dengan airlah segala makhluk dihidupkan (QS. Al-Anbiya 30).
Pengenalan terhadap hakikat Nur Muhammad inilah maqam atau
stasiun yang terakhir dari pencarian akan makrifah kepada Allah, Martabat Nur
Muhammad inilah martabat yang paling tinggi, dan pengenalan akan Nur Muhammad
inilah yang menjadi ‘kesempurnaan ilmu atau ilmu yang sempurna’.
Menarik untuk mengkaji ulang penjelasan Guru Sekumpul di atas
dengan membandingkannya kepada penjelasan tokoh-tokoh tasawuf yang juga
membahas dan menyinggung tentang wacana ini.
Al-Hallaj yang mencetuskan teori hulul misalnya menyatakan bahwa Nur Muhammad mempunyai dua bentuk, yakni Nabi Muhammad yang dilahirkan dan menjadi cahaya rahmat bagi alam “tidaklah engkau diutus wahai (Muhammad Rasulullah Saw) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (martabat al-a’yanu’l Kharijiyyah) dan yang berbentuk Nur (martabat a’yanu’l Thabitah).
Al-Hallaj yang mencetuskan teori hulul misalnya menyatakan bahwa Nur Muhammad mempunyai dua bentuk, yakni Nabi Muhammad yang dilahirkan dan menjadi cahaya rahmat bagi alam “tidaklah engkau diutus wahai (Muhammad Rasulullah Saw) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (martabat al-a’yanu’l Kharijiyyah) dan yang berbentuk Nur (martabat a’yanu’l Thabitah).
Nur Muhammad adalah cahaya semula yang melewati dari Nabi Adam
ke nabi yang lain bahkan berlanjut kepada para imam maupun wali; cahaya
melindungi mereka dari perbuatan dosa (maksum); dan mengaruniai mereka dengan
pengetahuan tentang rahasia-rahasia Illahi.
Allah telah menciptakan Nur Muhammad jauh sebelum diciptakan
Adam as. Lalu, Allah menunjukkan kepada para malaikat dan makhluk lainnya,
bahwa: “Inilah makhluk Allah yang paling mulia”. Oleh itu, harus dibedakan
antara konsep Nur (Muhammad) sebagai manusia biasa (seorang Nabi) dan Nur
Muhammad secara dimensi spiritual yang tidak dapat digambarkan dalam dimensi
fisik dan realiti.
Menurut sufi, Muhyiddin Ibn Arabi, Nur Muhammad sebagai prinsip
aktif di dalam semua pewahyuan dan inspirasi. Melalui Nur ini pengetahuan yang
kudus itu diturunkan kepada semua nabi, tetapi hanya kepada Ruh Muhammad saja
diberikan jawami al-qalim (firman universal).
Sedangkan menurut pencetus teori ‘insan kamil’, Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428 M) dalam karyanya, al-Insan al-Kamil fî Ma’rifat al-Awakhir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Mengetahui Allah Sejak Awal hingga Akhirnya), menyatakan bahwa Nur Muhammad memiliki banyak nama sebanyak aspek yang dimilikinya. Ia disebut ruh dan malak apabila dikaitkan dengan ketinggiannya.
Sedangkan menurut pencetus teori ‘insan kamil’, Abdul Karim bin Ibrahim al-Jili (1365-1428 M) dalam karyanya, al-Insan al-Kamil fî Ma’rifat al-Awakhir wa al-Awa’il (Manusia Sempurna dalam Mengetahui Allah Sejak Awal hingga Akhirnya), menyatakan bahwa Nur Muhammad memiliki banyak nama sebanyak aspek yang dimilikinya. Ia disebut ruh dan malak apabila dikaitkan dengan ketinggiannya.
Tidak ada kekuasaan makhluk yang melebihinya, semuanya tunduk
mengitarinya, karena ia kutub dari segenap malak. Ia disebut al-Haqq al Makhluq
bih, (al-Haqq sebagai alat pencipta), hanya Allah yang tahu hakikatnya secara
pasti. Dia disebut al-Qalam al-A’la (pena tertinggi) dan al-Aql al-Awal (akal
pertama) karena wadah pengetahuan Tuhan terhadap alam maujud, dan Tuhanlah yang
menuangkan sebagian pengetahuannya kepada makhluk.
Adapun disebut al-Ruh al-Ilahi (ruh ketuhanan) karena ada
kaitannya dengan ruh al-Quds (ruh Tuhan), al-Amin (ruh yang jujur) adalah
karena ia adalah perbendaharaan ilmu tuhan dan dapat dipercayai-Nya. Oleh itu,
menurut Al-Jili, lokus tajalli al-Haq yang paling sempurna adalah Nur Muhammad.
Nur Muhammad ini telah ada sejak sebelum alam ini ada, ia bersifat qadim lagi
azali. Nur Muhammad itu berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya
dalam berbagai bentuk para nabi, yakni Adam, Nuh, Ibrahim, Musa hingga dalam
bentuk nabi penutup (khatamun nabiyyin), Muhammad Saw.
Banyak lagi penjelasan dan pembahasan tentang Nur Muhammad
dimaksud. Karena, memang sejak awal kedatangan dan perkembangan Islam di ‘Bumi
Nusantara’, wacana Nur Muhammad dalam berbagai konteksnya sehingga sekarang,
telah menarik perhatian umat Islam. Hal ini paling tidak didukung oleh tiga
faktor.
Pertama, terlihat dari banyaknya salinan yang beredar pada masa itu berkenaan dengan ‘Hikayat Nur Muhammad’ Misalnya, Hikayat Nur Muhammad naskah Betawi yang disalin pada tahun 1668 M oleh Ahmad Syamsuddin Syah. Menurut Ali Ahmad (2005) sehingga sekarang, sekurang-kurangnya terdapat tujuh versi Hikayat Nur Muhammad.
Pertama, terlihat dari banyaknya salinan yang beredar pada masa itu berkenaan dengan ‘Hikayat Nur Muhammad’ Misalnya, Hikayat Nur Muhammad naskah Betawi yang disalin pada tahun 1668 M oleh Ahmad Syamsuddin Syah. Menurut Ali Ahmad (2005) sehingga sekarang, sekurang-kurangnya terdapat tujuh versi Hikayat Nur Muhammad.
Kedua, apresiasi terhadap konsep Nur Muhammad telah mendorong
lahirnya karya klasik ulama Nusantara yang secara khusus berisikan pembahasan
tentang teori ini. Antaranya adalah kitab Asrar al-Insan fi Makrifah al-Ruh wa
al-Rahman karya Nuruddin al-Raniri (Aceh), tiga kitab karangan Hamzah Fansuri
(Barus-Aceh); Asrar al-‘Arifin, Syarab al-‘Asyiqin, dan al-Muntahi, serta Nur
al-Daqa’iq oleh Syamsuddin al-Sumaterani (Pasai).
Dalam kitab Asrar al-Insan dijelaskan bahwa Allah menjadikan Nur
Muhammad dari tajalli (manifestasi) sifat Jamal-Nya dan Jalal-Nya, maka jadilah
Nur Muhammad itu khalifah di langit dan di bumi; Nur Muhammad adalah asal
segala kejadian di langit dan di bumi. Di dalam kitab Asrar al-’Arifin
dibincangkan teori wahdah al-wujud yang semula diperkenalkan oleh Abdullah Arif
dalam Bahr al-Lahut dan Ibnu Arabi, kemudian dikembangkan lagi oleh Muhammad
bin Fadhlullah al-Burhanpuri melalui teori Martabat Tujuh dalam kitab Tuhfah
al-Mursalah ila Ruh al-Nabi. Kemudian, dalam al-Muntahi, Hamzah menyatakan
bahwa wujud itu satu yaitu wujud Allah yang mutlak. Wujud itu bertajalli dalam
dua martabat; ahadiyah dan wahidiyah. Dalam kitab Nur al-Daqa’iq juga dibahas
tentang wujudiyah dan martabat tujuh.
Variasi teori Nur Muhammad dalam bentuk martabat tujuh boleh
didapati pembahasannya dalam beberapa kitab yang ditulis oleh ulama Melayu
Nusantara, antaranya adalah dibahas dalam kitab Siyarus Salikin yang dikarang
oleh Syekh Abdul Shamad al-Palimbani; kitab Manhalus Syafi (Uthman
el-Muhammady, 2003) yang dikarang oleh Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani;
Pengenalan terhadap Ajaran Martabat Tujuh yang dikarang atau dinukilkan kepada
Syekh Abdul Muhyi Pamijahan; dan kitab al-Durr al-Nafis yang di karang oleh
Syekh Muhammad Nafis al-Banjari. Oleh itu, Syekh Muhammad Nafis al-Banjari
dengan kitabnya Al-Durr al-Nafis ditegaskan oleh Wan Mohd Shagir Abdullah
(2000) sebagai salah seorang ulama Banjar penganjur ajaran tasawuf Martabat
Tujuh di Nusantara.
Dalam teori martabat tujuh dipahami bahwa dunia manusia
merupakan dunia perubahan dan pergantian, tidak ada sesuatu yang tetap di
dalamnya. Segalanya akan selalu berubah, memudar, dan setelah itu akan mati.
Oleh karena itulah, manusia ingin berusaha mengungkap hakikat dirinya agar
dapat hidup kekal seperti Yang Menciptakannya. Untuk mengungkap hakikat
dirinya, manusia memerlukan seperangkat pengetahuan batin yang hanya dapat
dilihat dengan mata hati yang ada dalam sanubarinya. Seperangkat pengetahuan
yang dimaksud adalah ilmu ma‘rifatullah.
Ilmu ma’rifatullah merupakan suatu pengetahuan yang dapat
dijadikan pedoman bagi manusia untuk mengenal dan mengetahui Allah. Ilmu
ma‘rifatullah terbahagi menjadi dua macam, yaitu ilmu ‘makrifat tanzih’
(transeden) dan ‘ilmu makrifat tasybih’ (imanen). Tuhan menyatakan diri-Nya
dalam Tujuh Martabat, yaitu martabat pertama disebut martabat tanzih (la
ta‘ayyun atau martabat tidak nyata, tak terinderawi) dan martabat kedua sampai
dengan martabat ketujuh disebut martabat tasybih (ta‘ayyun atau martabat nyata,
terinderawi).
Yakni, martabat Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat
Ahadiyyah (ke-’ada’-an Zat yang Esa); martabat Wahidiyyah (ke-’ada’-an asma
yang meliputi hakikat realitas keesaan); Keempat, martabat Alam Arwah; martabat
Alam Mitsal; martabat Alam Ajsam (alam benda); dan martabat Alam Insan.
Ketujuh proses perwujudan di atas, keberadaannya terjadi bukan
melalui penciptaan, tetapi melalui emanasi (pancaran). Untuk itulah, antara
martabat tanzih (transenden atau la ta‘ayyun atau martabat tidak nyata) dengan
martabat tasybih (imanen atau ta‘ayyun atau martabat nyata) secara lahiriah keduanya
berbeda, tetapi pada hakikatnya keduanya sama.
Seorang Sâlik yang telah mengetahui kedua ilmu ma‘rifatullah,
baik Ma‘rifah Tanzih (ilmu yang tak terinderawi) maupun Ma‘rifah Tasybih (ilmu
yang terinderawi), ia akan sampai pada tataran tertinggi, yaitu tataran rasa
bersatunya manusia dengan Tuhan atau dikenal dengan sebutan Wahdatul-Wujûd.
Uraian tersebut dapat dianalogikan dengan air laut dan ombak.
Air laut dan ombak secara lahiriah merupakan dua hal yang berbeda, tetapi pada
hakikatnya ombak itu berasal dari air laut sehingga keduanya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat terpisah.
Ketiga, di Nusantara, Hikayat Nur Muhammad merupakan teks yang populer sekitar abad ke-14 M. Ini dibuktikan dengan tersebar luasnya kitab yang berjudul Tarjamah Maulid al-Mustafa bertahun 1351 M (Ali Ahmad, 2005), dan disinggungnya wacana ini dalam kitab Taj al-Muluk, Qishah al-Anbiya, Bustan al-Salatin, atau Hikayat Ali Hanafiah.
Ketiga, di Nusantara, Hikayat Nur Muhammad merupakan teks yang populer sekitar abad ke-14 M. Ini dibuktikan dengan tersebar luasnya kitab yang berjudul Tarjamah Maulid al-Mustafa bertahun 1351 M (Ali Ahmad, 2005), dan disinggungnya wacana ini dalam kitab Taj al-Muluk, Qishah al-Anbiya, Bustan al-Salatin, atau Hikayat Ali Hanafiah.
Membandingkan apa-apa yang digambarkan oleh Guru Sekumpul
berkenaan dengan Nur Muhammad dengan uraian-uraian ulama terdahulu tampaknya
tidak jauh berbeda sebagaimana pandangan umum para sufi dalam melihat Nur
Muhammad sebagai yang terawal diciptakan dan kemudiannya menjadi sumber dari
segala penciptaan.
Di samping itu, menurut Guru Sekumpul maqam Nur Muhammad adalah
maqam paling tinggi dari pencarian dan pendakian sufi menuju makrifah kepada
Allah, tiada lagi maqam atau stasiun paling tinggi sesudah ini. Kesimpulannya,
berbahagialah orang-orang yang dapat menyandingkan penyatuan sumber asal mula
penciptaannya dalam satu harmoni, yakni Nur Muhammad, sebab ia berada pada satu
kedudukan yang tinggi dan terbukanya segala hijab yang membatasinya.
Penciptaan Ruh Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Saat Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkan keputusan Ilahiah
untuk mewujudkan makhluq, Ia pun menciptakan Haqiqat Muhammadaniyyah (Realitas
Muhammad –Nuur Muhammad) dari Cahaya-Nya. Ia Subhanahu wa Ta’ala kemudian
menciptakan dari Haqiqat ini keseluruhan alam, baik alam atas maupun bawah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian memberitahu Muhammad akan Kenabiannya,
sementara saat itu Adam masih belum berbentuk apa-apa kecuali berupa ruh dan
badan. Kemudian darinya (dari Muhammad) keluar tercipta sumber-sumber dari ruh,
yang membuat beliau lebih luhur dibandingkan seluruh makhluq ciptaan lainnya,
dan menjadikannya pula ayah dari semua makhluq yang wujud.
Dalam Sahih Muslim, Nabi (SAW) bersabda bahwa Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah menulis Taqdir seluruh makhluq lima puluh ribu tahun (dan tahun di
sisi Allah adalah berbeda dari tahun manusia, peny.) sebelum Ia menciptakan
Langit dan Bumi, dan `Arasy-Nya berada di atas Air, dan di antara hal-hal yang
telah tertulis dalam ad-Dzikir, yang merupakan Umm al-Kitab (induk Kitab),
adalah bahwa Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam adalah Penutup para Nabi. Al
Irbadh ibn Sariya, berkata bahwa Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam bersabda,
“Menurut Allah, aku sudah menjadi Penutup Para Nabi, ketika Adam masih dalam
bentuk tanah liat.”
Maysara al-Dhabbi (ra) berkata bahwa ia bertanya pada Nabi
sall-Allahu ‘alayhi wasallam, “Ya RasulAllah, kapankah Anda menjadi seorang
Nabi?” Beliau sall-Allahu ‘alayhi wasallam menjawab, “Ketika Adam masih di
antara ruh dan badannya.”
Suhail bin Salih Al-Hamadani berkata, “Aku bertanya pada Abu
Ja’far Muhammad ibn `Ali radiy-Allahu ‘anhu, `Bagaimanakah Nabi Muhammad
sall-Allahu ‘alayhi wasallam bisa mendahului nabi-nabi lain sedangkan beliau
akan diutus paling akhir?” Abu Ja’far radiy-Allahu ‘anhu menjawab bahwa ketika
Allah menciptakan anak-anak Adam (manusia) dan menyuruh mereka bersaksi tentang
Diri-Nya (menjawab pertanyaan-Nya, `Bukankah Aku ini Tuhanmu?’), Muhammad
sall-Allahu ‘alayhi wasallam-lah yang pertama menjawab `Ya!’ Karena itu, beliau
mendahului seluruh nabi-nabi, sekalipun beliau diutus paling akhir.”
Al-Syaikh Taqiyu d-Diin Al-Subki mengomentari hadits ini dengan
mengatakan bahwa karena Allah Ta’ala menciptakan arwah (jamak dari ruh) sebelum
tubuh fisik, perkataan Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam “Aku adalah
seorang Nabi,” ini mengacu pada ruh suci beliau, mengacu pada hakikat beliau;
dan akal pikiran kita tak mampu memahami hakikat-hakikat ini. Tak seorang pun
memahaminya kecuali Dia yang menciptakannya, dan mereka yang telah Allah dukung
dengan Nur Ilahiah.
Jadi, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengaruniakan kenabian
pada ruh Nabi sall-Allahu ‘alayhi wasallam bahkan sebelum penciptaan Adam; yang
Ia telah ciptakan ruh itu, dan Ia limpahkan barakah tak berhingga atas ciptaan
ini, dengan menuliskan nama Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam pada `Arasy
Ilahiah, dan memberitahu para Malaikat dan lainnya akan penghargaan-Nya yang
tinggi bagi beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam). Dus, Haqiqat Nabi Muhammad
sall-Allahu ‘alayhi wasallam telah wujud sejak saat itu, meski tubuh ragawinya
baru diciptakan kemudian. Al Syi’bi meriwayatkan bahwa seorang laki-laki
bertanya, “Ya RasulAllah, kapankah Anda menjadi seorang Nabi?” Beliau menjawab,
“ketika Adam masih di antara ruh dan badannya, ketika janji dibuat atasku.”
Karena itulah, beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah yang pertama
diciptakan di antara para Nabi, dan yang terakhir diutus.
Diriwayatkan bahwa Nabi (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah
satu-satunya yang diciptakan keluar dari sulbi Adam sebelum ruh Adam ditiupkan
pada badannya, karena beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah sebab dari
diciptakannya manusia, beliau (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah junjungan
mereka, substansi mereka, ekstraksi mereka, dan mahkota dari kalung mereka.
`Ali ibn Abi Thalib karram-Allahu wajhahu dan Ibn `Abbas
radiy-Allahu ‘anhu keduanya meriwayatkan bahwa Nabi (sall-Allahu ‘alayhi
wasallam) bersabda, “Allah tak pernah mengutus seorang nabi, dari Adam dan
seterusnya, melainkan sang Nabi itu harus melakukan perjanjian dengan-Nya
berkenaan dengan Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam): seandainya Muhammad
(SAW) diutus di masa hidup sang Nabi itu, maka ia harus beriman pada beliau
(sall-Allahu ‘alayhi wasallam) dan mendukung beliau (sall-Allahu ‘alayhi
wasallam), dan Nabi itu pun harus mengambil janji yang serupa dari ummatnya.
Diriwayatkan bahwa ketika Allah SWT menciptakan Nur Nabi kita
Muhammad sall-Allahu ‘alayhi wasallam, Ia Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan
padanya untuk memandang pada nur-nur dari Nabi-nabi lainnya. Cahaya beliau
melingkupi cahaya mereka semua, dan Allah SWT membuat mereka berbicara, dan
mereka pun berkata, “Wahai, Tuhan kami, siapakah yang meliputi diri kami dengan
cahayanya?” Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab, “Ini adalah cahaya dari
Muhammad ibn `Abdullah; jika kalian beriman padanya akan Kujadikan kalian
sebagai nabi-nabi.” Mereka menjawab, “Kami beriman padanya dan pada
kenabiannya.” Allah berfirman, “Apakah Aku menjadi saksimu?” Mereka menjawab,
“Ya.” Allah berfirman, “Apakah kalian setuju, dan mengambil perjanjian
dengan-Ku ini sebagai mengikat dirimu?” Mereka menjawab, “Kami setuju.” Allah
berfirman, “Maka saksikanlah (hai para Nabi), dan Aku menjadi saksi (pula)
bersamamu.”(QS 3:81).
Inilah makna dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: `Sungguh, apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hukmah, kemudian datang
kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan
sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.’” (QS 3:81).
Syaikh Taqiyyud Diin al-Subki mengatakan, “Dalam ayat mulia ini,
tampak jelas penghormatan kepada Nabi (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) dan pujian
atas kemuliaannya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa seandainya beliau diutus di
zaman Nabi-nabi lain itu, maka risalah da’wah beliau pun harus diikuti oleh
mereka. Karena itulah, kenabiannya dan risalahnya adalah universal dan umum
bagi seluruh ciptaan dari masa Adam hingga hari Pembalasan, dan seluruh Nabi
beserta ummat mereka adalah termasuk pula dalam ummat beliau sall-Allahu
‘alayhi wasallam. Jadi, sabda sayyidina Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi
wasallam), “Aku telah diutus bagi seluruh ummat manusia,” bukan hanya ditujukan
bagi orang-orang di zaman beliau hingga Hari Pembalasan, tapi juga meliputi
mereka yang hidup sebelumnya. Hal ini menjelaskan lebih jauh perkataan beliau,
“Aku adalah seorang Nabi ketika Adam masih di antara ruh dan badannya.”
Berpijak dari hal ini, Muhammad (sall-Allahu ‘alayhi wasallam) adalah Nabi dari
para nabi, sebagaimana telah pula jelas saat malam Isra’ Mi’raj, saat mana para
Nabi melakukan salat berjama’ah di belakang beliau (yang bertindak selaku
Imam). Keunggulan beliau ini akan menjadi jelas nanti di Akhirat, saat seluruh
Nabi akan berkumpul di bawah bendera beliau.
Barokallah.
HAKIKAT SAHADAT & HAKIKAT SOLAT (MAKRIFATULLAH)...اشهدان
لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
Sesungguhnya sahadat adalah merupakan rukun islam yang pertama dimana seseorang itu ingin menjadikan islam sebagai cara hidupnya haruslah terlebih dahulu mengucap dua kalimah sahadat i itu:-
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
Jadi sesungguhnya selagi sesorang itu tidak melafazkan dua kalimah sahadat maka selama itulah dia tidak boleh di iktiraf sebagai seorang islam.
Dalam pengertian syariat,dua kalimah sahadat itu ialah "aku menaik saksi bahawa tiada tuhan yang disembah melainkan Allah dan aku menaik saksi bahwa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah.
Sesungguhnya ramai diantara kita hanya pandai melafazkan ucapan dua kalimah sahadat itu tetapi jarang benar dikalangan kita cuba mengkaji atau sekurang2nya menyoal diri sendiri tentang hakikat pengertian hujung jatuhnya sahadat itu sendiri,kita lihat ibu bapa kita melafazkan sahadat maka kita pun turut berbuat demikian,namun begitu tak pernah bertanya kenapa kita
harus melafazkanya.??
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
Dan kenapa kita pula tidak boleh melafazkan
satu bentuk penyaksian yang lain daripada dua kalimah sahadat.
Disamping itu tidak kurang pula dikalangan kita bertanya kenapa LA ILA HA IL LAALLAH itu boleh membawa pengertian "tiada tuhan yang di sembah melainkan Allah" sedangkan di dalam kalimah tersebut tidak pernah terdapat perkataan tuhan (RABB) dan tidak pula terdapat perkataan sembah (PAK BUDUU HU) tetapi di dalam pentafsiran erti baik bahasa oleh para ulama syariat ada perkataan "tuhan" dan "sembah" dan kenapa pula sahadat tersebut tidak boleh dikatakan begini......
Disamping itu tidak kurang pula dikalangan kita bertanya kenapa LA ILA HA IL LAALLAH itu boleh membawa pengertian "tiada tuhan yang di sembah melainkan Allah" sedangkan di dalam kalimah tersebut tidak pernah terdapat perkataan tuhan (RABB) dan tidak pula terdapat perkataan sembah (PAK BUDUU HU) tetapi di dalam pentafsiran erti baik bahasa oleh para ulama syariat ada perkataan "tuhan" dan "sembah" dan kenapa pula sahadat tersebut tidak boleh dikatakan begini......
لاربي فاعبدوني الا الله
yang mungkin lebih sesuai untuk diberi arti
"tiada tuhan yang disembah melainkan Allah" tetapi islam tetap
mengunakan lafaz sahadat dengan..لااله الاالله
yang membawa pengertian kepada tiada yang nyata hanya Allah. لا اله الا الله
TIADA NYATA HANYA ALLAH
Jadi boleh disimpulkan di sini bahawa pengertian yang dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh,tidak menepti daripada matlamat sebenar yang hendak dinyatakan oleh sahadat itu sendiri disamping itu soalnya apakah perkataan Allah di dalam sahadat itu boleh di samakan kepada tuhan dan apakah sebenarnya begitu..??
Begitu juga apabila kita melafazkan ..محمدارسول الله
itu apakah benar membawa satu pengertian kepada "Nabi Muhammad itu persuruh Allah" jika benar begitu kenapa Nabi Adam Alaihimusallam bapa sekalian manusia juga mengucap sahadatnya dengan mengkhabarkan sahadatnya itu dengan lafaz Muhammad Rasulullah dan seterusnya Nabi Ibrahim,Nabi Ismail dan rasul2,wali2 Allah sebelum zahir Nabi Muhammad saw mengucap dengan ucapan yang sama atau dalam hal yang lain ada dikalangan kita akan berkata nabi2 sebelum zahirnya Nabi Muhammad mengucap dengan cara lain, jika benar begitu apakah mereka difahamkan bahawa islam itu hanya baru ujud pada zaman Muhammad saw dan benarkah islam tidak pernah ujud sebelumnya,dan jika benar ucapan Muhammad RasuluLlah itu fahaman kepada Nabi Muhammad,kenapa pula Nabi Muhammad juga mengucap seperti kita mengucap sekarang,dan kenapa pula RasuluLlah tidak mengucap begini...
yang membawa pengertian kepada tiada yang nyata hanya Allah. لا اله الا الله
TIADA NYATA HANYA ALLAH
Jadi boleh disimpulkan di sini bahawa pengertian yang dibuat oleh para alim ulama syariat adalah jauh,tidak menepti daripada matlamat sebenar yang hendak dinyatakan oleh sahadat itu sendiri disamping itu soalnya apakah perkataan Allah di dalam sahadat itu boleh di samakan kepada tuhan dan apakah sebenarnya begitu..??
Begitu juga apabila kita melafazkan ..محمدارسول الله
itu apakah benar membawa satu pengertian kepada "Nabi Muhammad itu persuruh Allah" jika benar begitu kenapa Nabi Adam Alaihimusallam bapa sekalian manusia juga mengucap sahadatnya dengan mengkhabarkan sahadatnya itu dengan lafaz Muhammad Rasulullah dan seterusnya Nabi Ibrahim,Nabi Ismail dan rasul2,wali2 Allah sebelum zahir Nabi Muhammad saw mengucap dengan ucapan yang sama atau dalam hal yang lain ada dikalangan kita akan berkata nabi2 sebelum zahirnya Nabi Muhammad mengucap dengan cara lain, jika benar begitu apakah mereka difahamkan bahawa islam itu hanya baru ujud pada zaman Muhammad saw dan benarkah islam tidak pernah ujud sebelumnya,dan jika benar ucapan Muhammad RasuluLlah itu fahaman kepada Nabi Muhammad,kenapa pula Nabi Muhammad juga mengucap seperti kita mengucap sekarang,dan kenapa pula RasuluLlah tidak mengucap begini...
واشهدن لاربى فاعبدوني الا الله واشهدانا رسول الله
yang lebih sesuai membawa kepada pengerian
"aku naik saksi tiada tuhan yang disembah melainkan Allah dan aku naik
saksi bahawa akulah persuruh Allah"
Pendek kata banyaklah lagi persoalan2 yang harus ditanya oleh kita apabila kita melangkah dan berusaha mencari dan menggali pengertian sahadat yang benar,justeru itu marilah kita membincangkan bersama2 akan hakikat sahadat mengikut pandangan hakikat dan makrifat dan marilah kita sama2 menggali makna hujung jatuh sahadat itu sendiri agar kita sama2 dapat memahaminya dengan mendalam dan dapat pula berpegang dengan pemahaman kita itu.
Adapun kalimah sahadat itu adalah:-
Pendek kata banyaklah lagi persoalan2 yang harus ditanya oleh kita apabila kita melangkah dan berusaha mencari dan menggali pengertian sahadat yang benar,justeru itu marilah kita membincangkan bersama2 akan hakikat sahadat mengikut pandangan hakikat dan makrifat dan marilah kita sama2 menggali makna hujung jatuh sahadat itu sendiri agar kita sama2 dapat memahaminya dengan mendalam dan dapat pula berpegang dengan pemahaman kita itu.
Adapun kalimah sahadat itu adalah:-
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
dan sesungguhnya اشهدان لااله الاالله
adalah dinamakan sahadat tauhid dan..
adalah dinamakan sahadat tauhid dan..
واشهدان محمدارسول الله
adalah pula sahadat rasul.
Sebab kalimah..LAILAHAILLALLAH.. dinamakan sahadat tauhid adalah didalam kalimah tersebut kita bersaksi dengan penuh rasa bahawa tiada yang lain hanya Allah semata2 tiada bersekutu baginya dalam segala2 hal dan tiada sesuatu pun yang bercampur aduk denganya kecuali DIA sendiri,oleh itu kita bersaksi dengan diri kita sendiri tiada yang nyata pada kita hanya Allah semata2,kita nafi tubuh kita dan kita isbatkannya kepada Allah semata2 (diri batin kita)
Adapun kalimah واشهدان محمدارسول الله
itu dinamakan sahadat rasul,sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bahawa yang menyampaikan dan menanggung diri rahsia Allah adalah Muhammad iaitu diri zahir kita,dan dengan melafazkan kalimah tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dengan diri kita sendiri bahawa diri zahir kita tetap akan menanggung rahsia Allah dan akan menjaganya buat selama2nya.
Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri batin kita (ruhani),
dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (jasmani)
Diri batin adalah sebenar2 diri yang menyatakan rahsia tuhan dan untuk menyatakan diri rahsia Allah tersebut adalah diri zahir kita...jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahsia ketuhanan Allah Taala,oleh yang demikian diri zahir kita digelar HAKIKAT RASUL.
APABILA KITA MELAFAZKAN:-
Sebab kalimah..LAILAHAILLALLAH.. dinamakan sahadat tauhid adalah didalam kalimah tersebut kita bersaksi dengan penuh rasa bahawa tiada yang lain hanya Allah semata2 tiada bersekutu baginya dalam segala2 hal dan tiada sesuatu pun yang bercampur aduk denganya kecuali DIA sendiri,oleh itu kita bersaksi dengan diri kita sendiri tiada yang nyata pada kita hanya Allah semata2,kita nafi tubuh kita dan kita isbatkannya kepada Allah semata2 (diri batin kita)
Adapun kalimah واشهدان محمدارسول الله
itu dinamakan sahadat rasul,sebab pada kalimah ini kita melafazkan bersaksi bahawa yang menyampaikan dan menanggung diri rahsia Allah adalah Muhammad iaitu diri zahir kita,dan dengan melafazkan kalimah tersebut maka berikrar dan bersaksilah kita dengan diri kita sendiri bahawa diri zahir kita tetap akan menanggung rahsia Allah dan akan menjaganya buat selama2nya.
Adapun hakikat ketuhanan itu adalah diri batin kita (ruhani),
dan hakikat kerasulan itu adalah diri zahir kita (jasmani)
Diri batin adalah sebenar2 diri yang menyatakan rahsia tuhan dan untuk menyatakan diri rahsia Allah tersebut adalah diri zahir kita...jadi diri zahir kitalah yang menyatakan rahsia ketuhanan Allah Taala,oleh yang demikian diri zahir kita digelar HAKIKAT RASUL.
APABILA KITA MELAFAZKAN:-
لا
اله
الا
الله
TIADA NYATA HANYA ALLAH
MAKNANYA: tiada nyata hanya Allah....dari sini jelaslah kalimah LAILAHALILLAH itu sudah terang diri batin kita,bila saja kita melafazkan kalimah tersebut dengan jelas kita memperakui dengan sesungguhnya bahawasanya tiada nyata hanya DIAlah Allah yang dikandung oleh tubuh zahir kita.
ADAPUN KALIMAH: MUHAMMADRASUL ALLAH pula menyatakan diri kasar kita kerana hakikat bentuk manusia itu berhakikat dengan huruf M U H A M M A D ,
justeru itu menakala kita melafazkan kalimah.
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
Maka kalimah yang telah dilafazkan itu adalah
meliputi pada menyatakan diri batin dan diri zahir kita (ruhani dan jasmani)
iaitu kita menyaksikan bahawa yang dikandung oleh diri kasar ini adalah diri
rahsia Allah Taala dan diri kasar inilah merupakan sarung, seperti firman Allah
yang bermakna :MANUSIA ITU ADALAH RAHSIAKU DAN AKULAH RAHSIANYA"
Allah Taala telah mengurniakan manusia untuk memegang dan bertanggungjawab terhadap rahsia yang ditanggung oleh manusia itulah Allah Taala memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia...seperti firman-Nya....
Allah Taala telah mengurniakan manusia untuk memegang dan bertanggungjawab terhadap rahsia yang ditanggung oleh manusia itulah Allah Taala memberi satu penghormatan besar terhadap kejadian manusia...seperti firman-Nya....
لقدخلقنا الانسان في احسن تقويم
sesungguhnya Aku kurniakan akan manusia itu satu kejadian yang
sebaik2nya.
Kejadian manusia adalah satu2 kejadian yang paling rapi,elok tersusun pada zahir dan batin,duduknya kemuliaan manusia adalah kerana manusia sahajalah kejadian Allah yang sanggup memegang rahsianya,sedangkan sebelumnya Allah sendiri pernah menawarkan rahsia ini kepada langit,bulan,bukit untuk menanggungnya tetapi semuanya makhluk kejadian tersebut tidak mempunyai kesanggupan untuk menanggungnya:- seperti firman Allah yang bermaksud:" sesungguhnya rahsia aku ini pernah aku taruhkan kepada langit,bumi,gunung-ganang tetapi mereka enggan menerimanya kerana takut mengabaikannya,tetapi yang sanggup menerima adalah manusia".
Dari itu apabila kita mengucap akan kalimah
Kejadian manusia adalah satu2 kejadian yang paling rapi,elok tersusun pada zahir dan batin,duduknya kemuliaan manusia adalah kerana manusia sahajalah kejadian Allah yang sanggup memegang rahsianya,sedangkan sebelumnya Allah sendiri pernah menawarkan rahsia ini kepada langit,bulan,bukit untuk menanggungnya tetapi semuanya makhluk kejadian tersebut tidak mempunyai kesanggupan untuk menanggungnya:- seperti firman Allah yang bermaksud:" sesungguhnya rahsia aku ini pernah aku taruhkan kepada langit,bumi,gunung-ganang tetapi mereka enggan menerimanya kerana takut mengabaikannya,tetapi yang sanggup menerima adalah manusia".
Dari itu apabila kita mengucap akan kalimah
اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله
maka bererti kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahawa tiada yang nyata pada diri kita hanya Allah semata2 dan tubuh zahir kita ini adalah tukang penyata rahsia Allah semata2.
Adapun solat itu adalah berdiri menyaksikan diri kita sendiri,kita menyaksikan bahawa diri kitalah yang membawa dan menanggung rahsia Allah Taala dan tiada sesuatu pada diri kita hanya rahsia Allah semata2,tiada satu jua pun yang kita punya kecuali hak Allah semata2,jika diibaratkan kita ini hanya sebagai sebuah kotak radio yang hidup dengan mengharapkan siaran dari stastion besar semata2,dan perlu di ingat bahawa berfungsinya radio tersebut kerana dapat menerima gelombang siaran dari station besar,yang demikian jika habislah siaran atau rosaknya penerimaan siaran maka sudah tentu kotak radio tersebut akan dibuang menjadi sampah,maka begitulah kita.
Kita akan berguna di sisi Allah jika kita dapat menanggung amanah rahsia itu serta dapat berfungsi dan bertindak mengenal diri kita sendiri,kerana apabila kita berjaya dapat mengenal diri kita,maka dengan itulah pula kita dapat mengenal diri Allah itu sendiri...firman Allah dalam hadis qudsi.....
من عرف نفسه فقد عرف ربه
ertinya,barangsiapa mengenal dirinya maka kenallah tuhannya.
Oleh itu jika kita tidak mengenal diri kita,maka kita adalah lebih hina daripada sampah di sisi Allah.
Adapun sembahyang/solat itu bukanlah sekali ertinya menyembah kerana apabila disebut sembah,maka sudah tentu membawa pengertian bahawa ada yang menyembah dan ada pula yang kena sembah dan tiap tiap yang disembah sudah pasti ada di hadapan yang menyembah.
Justeru itu bagaimana halnya dengan Allah yang bersifat bersalahan dengan segala yang baharu, benda-benda itu ujud,ujud dihadapan untuk di sembah,dan jikalau Allah di hadapanya maka ertinya Allah bertempat,jika ini iktikad kita maka kafirlah kita jadinya.Lagi pun bagaimana boleh dikatakan sembahyang itu boleh disifatkan menyembah sedangkan manusia itu sendiri pun adalah diri rahsia Allah seperti
firman Allah dalam Hadis Qudsi;
الانسان سري وانا سره
ertinya : manusia itu adalah rahsiaKu dan diri Akulah rahsianya".
Oleh itu dapatlah disimpulkan bahawa solat/sembahyang itu sebenarnya adalah satu istiadat menyaksikan diri sendiri dan sesungguhnya diri kita itu adalah kepunyaan Allah semata-mata.Dan sayugia di ingatkan bahawa keadaan yang dinyatakan di atas bukanlah sekali kita boleh beriktikad bahawa Allah itu duduk di dalam diri kita,jika kita beranggapan begitu maka kafirlah jadinya dan keadaan yang diterangkan di atas juga bukan sekali-kali boleh beriktikad bahawa diri batin kita (ROH) itu tuhan dan bertuhankan diri,maka berbuat demikian kafir pula jadinya.
Perlu di ingatkan bahawa kita adalah sebagai kotak radio yang menerima gelombang radio dan rahsia radio,maka untuk menyatakan rahsia radio tersebut adalah station yang memancar siaranya ke kotak radio,maka berbunyilah radio seperti mana asalnya di station besar.Bergitu dengan Allah,Dia memuji diriNya dengan diri rahsiaNya yang dikandung oleh manusia.Seperti firman Allah didalam Hadis Qudsi yang bermaksud:
AKU SUKA MENGENAL DIRIKU SENDIRI,
LALU AKU JADIKAN MAKHLUK INI,
LALU AKU PERKENALKAN DIRI AKU,
KEPADA MEREKA DAN LALU MEREKA,
PUN MENGENAL AKU.
Bermula yang dimaksudkan dengan makhluk di dalam hadis qudsi di atas adalah manusia.
Adapun yang dikatakan sembahyang itu berdiri menyaksikan diri kerana semasa sembahyang kita wajib berkata :
"اشهدان لااله الاالله واشهدان محمدارسول الله ".
ertinya bersaksilah aku bahawa tiada yang nyata kecuali Allah (diri batin) dan bersaksilah aku bahawa Muhammad (diri zahir) itu adalah penyaksian Allah (diri batin).
Di sini terang dan jelaslah bahawa kalimah penting itu di lafazkan oleh kita bagi tujuan supaya menilik diri kita dengan matahati kita, bahawa akulah yang membawa rahsia Allah,dan kita menilik dengan mata zahir dan batin kita bahawa kita adalah Allah semata-mata tiada sesuatu pada kita hanya Allah semata-mata.
Ucapan penyaksian ini bukanlah sahaja dilafazkan oleh lidah malahan dikatakan bersama oleh semua anggota zahir dan batin kita,masing-masing serentak berdiri menyaksikan diri ini adalah Allah semata-mata,(بالحق الاالله )
Maka di saat melafazkan syahadah tersebut maka gementarlah seluruh tubuh jiwa raga orang arifin billah,maka disaat itu terasalah oleh mereka satu kelazatan yang amat sangat,tiada bahasa yang boleh diterangkan di sini kecuali diketahuilah sendiri oleh mereka yang mengalami dan sampai pula ke martabatnya.
Untuk menegaskan hal di atas Allah telah berfirman di dalam Al-Quran :
إنماالموءمنون الذين إذاذكرالله وجلت قلوبهم وإذاتليت عليهم ابته زادتهم
ايماناوعلى ربهم يتوكلون :
ertinya "sesungguhnya bagi mereka yang beriman apabila sahaja disebut Allah nescaya gementarlah hati mereka dan apabila dibaca ayat-ayatNya bertambah iman mereka kepada Allah mereka bertawakal.
Adapun اشهدان لااله الاالله ertinya bersaksilah aku tiada yang nyata hanya Allah,iaitu bersaksilah aku dengan telingaku,mataku,otakku,kulitku,dagingku,kakiku, dan seluruh tubuhku yang zahir dan batin aku,tiada yang nyata kecuali Allah jua.Aku melihat dan mendengar dengan penglihatan Allah dan pendengaran Allah,tiada aku merasa ,Allah lah merasa,tiada aku berkehendak,Allah lah yang berkehendak, tidak aku berkuasa,Allah lah yang berkuasa...tidak....tidak...tidakkkk...HANYA ALLAH SEMATA-MATA.
Seperti firman Allah; فاءينما تولوا فثم وجه الله ..."Dimana sahaja kamu berhadap di situlah wajah Allah".
Cara ini adalah dengan kita menafikan diri kita yang zahir ini dan mengisbatkan diri kita yang batin (Allah).
Adapun واشهدان محمدارسول الله ertinya "dan bersaksilah aku bahawa diriku yang zahir ini adalah menanggung diri rahsia Allah semata-mata.
Di dalam kalimah ini kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahawa diri kita jasmani inilah yang menanggung dan membawa rahsia Allah (diri batin) dan diri kita yang zahir inilah juga yang menjadi dalil awal akan ujudnya Allah Tuhan semesta alam.
Dengan yang demikian fahamlah kita bahawa kalimah sahadat itu adalah kalimah hakikat yang menyatakan penyambungan diantara badan jasmani dengan badan ruhani kita,ianya tidak boleh dipisahkan dan diceraikan diantara satu dengan lain.
Oleh kerana kita faham dengan hujung jatuhnya kalimah sahadah itu adalah hakikat penyambungan diantara ruhani dengan jasmani,maka setengah ulama' berpendapat bahawa tidak wajar bagi kita untuk melafazkan kalimah sahadah tersebut secara mewakafkan bacaan dimana-mana bahagian kalimah dua kalimah sahadah tersebut,adalah tidak kita mewakafkan di kalimah ALLAH seperti yang diamalkan oleh kebanyakan orang jahil di dalam hakikat dua kalimah sahadah,kerana pada hakikatnya kita telah mengetahui bahawa tubuh kalimah dua sahadah tersebut adalah gabungan ruhani dan jasmani kita.
Adapun ucapan dua kalimah sahadah yang hanya disebut dilafazkan dimulut tanpa mengerti apakah sebenar hakikat sahadah tersebut adalah dinamakan sahadah tanda,hujung jatuh akan hakikat sahadah tanda ini adalah bertujuan supaya satu-satu masyarakat yang mengaku diri mereka islam,turut sama mengiktiraf bahawa manusia yang mengucap dua kalimah sahadah semacam tadi adalah berugama islam seperti mereka juga. tetapi sebenarnya sahadah sedemikian itu adalah kosong dan tidak memberi erti apa-apa serta tidak bermaya, ertinya jika di ibaratkan besi maka besi seperti inilah besi tawar yang tidak pernah mengerti apa makna tajam,ia hanya bergelar besi tetapi tidak berguna untuk apa-apa jua pun kerana perlu di tegaskan bergunanya besi bagi sebilah pisau adalah kerana tajamnya.Tajam itulah sebenar benar tubuh pisau itu,oleh sebab itu bagi mereka yang hanya mengerti melafazkan dua kalimah sahadah tetapi jahil daripada mengerti hakikat sahadah maka manusia begini adalah manusia islam minannas dan ianya bukan sekali kali islam minallah,oleh itu untuk menjadi islam minallah maka seseorang itu haruslah mengerti dan mengetahui dan memahami serta dapat duduk pada hakikat sahadah sebenarnya.
HURUF2 KALIMAT SAHADAT 24 HURUF MELAMBANGKAN 24 JAM SEHARI SEMALAM.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
لااله الأالله محمد رسول الله
ل ا ا ل ه ا ل ا ا ل ل ه م ح م د ر س و ل ا ل ل ه
Adapun kalimah sahadat ini hendaklah dijadikan darah daging kita pada siang malam selama 24 jam ertinya hidup kita,mati kita,bangkit kita dihari kiamat nanti adalah dengan kalimah sahadat :
لااله الأالله محمد رسول الله
لااله نحي وعليها,وعليا نموت وعليها نبعث ان شاء الله كان من الامنين
ertinya:hidupku didalam dunia ini,matiku dan bangkitku dihari akhir nanti didalam kalimah (sahadat) dan insallah aku menjadi orang yang amin.
disamping itu diingatkan bahawa didalam kalimah tauhid jiga mengandungi 24 huruf semuanya bagi menandakan kehidupan manusia 24 jam dalam sehari semalam sebagaimana yang dinyatakan dalam bab yang lalu bahawa kalimah sahadat itu adalah pada menyatakan perihal diri ruhani dan jasmani kita.Kalimah ini adalah tersangat penting didalam penghidupan kita untuk menuju kepada Allah Subhanahu wataala.
Oleh itu janganlah dipisahkan manusia samasekali dua kalimah sahadat didalam kehidupan kita,jika ingin menjadi manusia yang diredhai di dunia dan diakhirat dan jangan sekali2 kita mati tampa kalimah sahadat.
لااله الأالله محمد رسول الله
ل ا ا ل ه ا ل ا ا ل ل ه م ح م د ر س و ل ا ل ل ه
( 24 huruf)
(bagi mengisyaratkan kehidupan/penghidupan manusia 24 jam sehari semalam.)
Ahli Makrifat itu tidak mempunyai makrifat jika ia tidak mengenal Allah dari segala sudut dan dari segala arah mana saja ia menghadap. Ahli Hakikat hanya ada satu arah iaitu ke arah Yang Hakiki itu sendiri.
"Ke mana saja kamu memandang, di situ ada Wajah Allah" (Al-Qur-an)
"Ke mana saja kamu memandang", sama ada dengan deria atau akal atau khayalan, maka di situ ada Wajah Allah". Oleh itu dalam tiap-tiap ain [di mana] ada ain (Zat Ilahi) dan semuanya adalah "La ilaha illalLah" (TIADA NYATA HANYA ALLAH).
Dalam "La ilaha illalLah" semua wujud ada terkandung, iaitu Wujud Semesta Raya dan Wujud secara khusus; atau Wujud atau apa yang dianggap Wujud; atau wujud Hakiki dan Wujud makhluk.
Wujud makhluk tertakluk kepada kepada "La ilaha" yang bererti bahawa segala-galanya kecuali Allah adalah kosong(batil), iaitu dinafikan bukan diisbatkan. Wujud Hakiki termasuk dalam "illaLlah". Oleh itu semua kejahatan tertakluk di bawah "La ilaha" dan semua yang dipuji tertakluk di bawah "illaLlah".
Semua wujud terkandung dalam mengisbatkan Keesaan (La ilaha illaLlah) dan anda mesti memasukkkannya juga dalam menamakan hamba yang paling mulia (dalam mengatakan Muhammadun RasuluLlah).
"Muhammadun RasuluLlah" ini mengandungi tiga alam.
Muhammad itu menunjukkan Alam Nyata(Alam Nasut); iaitu alam yang boleh dipandang dengan deria(senses).
Rasul itu menunjukkan Alam Perintah(Alam Malakut); iaitu Alam batin berkenaan rahsia-rahsia tanggapan yang mujarad; dan ini terletak antara yang muhaddas dengan Yang Qadim.
Nama Ilahi(Allah) itu menunjukkan Alam Pertuanan(Alam Jabarut). Lautan darinya terpancar pengertian dan tanggapan.
"Rasul" itu sebenarnya pengantara yang muhaddas dengan Yang Qadim; kerana tanpa dia tidak akan ada wujud, kerana jika yang muhaddas bertemu dengan yang Qadim, maka binasalah yang muhaddas dan tinggallah Yang Qadim.
Apabila Rasul diletakkan pada tempatnya yang wajar pada kedua itu, maka barulah alam ini diperintahkan, kerana pada zhohirnya ia adalah hanyalah seketul tanah liat, tetapi batinnya ia adalah khalifah Allah.
Pendeknya, maksud mengisbatkan Tauhid itu tidaklah sempurna dan tidaklah meliputi tanpa diisbatkan Keesaan atau Tauhid Zat, Sifat dan Lakuan. Pengisbatan itu difahami dari "Muhammadun RasuluLlah".
Apabila seorang ahli Makrifat berkata "La-ilaha illaLlah" maka ia ketahui pada hakikatnya bukan hanya pada majazi sahaja, iaitu tidak ada jalan lain melainkan Allah. Oleh itu wahai saudaraku, janganlah hanya mengucapkan dengan mulut saja syahadah yang mulia ini, kerana dengan itu mulut sajalah yang akan mendapat manfaatnya. Dan ini bukanlah matlamat yang hendak dituju. Yang pentingnya ialah Mengenal Allah sebagaimana Ia sebenarnya.
"Allah itu dahulu seperti Ia sekarang jua tanpa sekutu, dan Ia sekarang seperti Ia dahulu jua".
Fahamilah ini, dan anda tidak akan dibebankan lagi dengan penafian, dan tidak ada yang tinggal bagi anda lagi melainkan pengisbatan agar apabila anda berkata anda akan berkata; "Allah, Allah, Allah". Tetapi kini hati anda dibebankan dan pandangannya lemah. Semenjak anda dijadikan anda hanya berkata; La-ilaha........ tetapi bilakah penafian itu akan berkesan?. Bahkan ia tidak berkesan kerana penafian itu hanya dengan lidah sahaja. Jika anda nafikan dengan Akal iaitu dengan Hati anda dan rahsia anda yang paling dalam, maka seluruh alam ini akan lenyap dari pandangan anda dan anda akan lihat Allah sendiri, bukannya diri anda sendiri dan juga makhluk-makhluk lain. Kaum Sufi menafikan wujud yang lain kecuali Allah. Maka mereka mencapai kedamaian dan kerehatan dan terus memasuki KalamNya. Mereka tidak akan keluar lagi. Tetapi penafian anda tidak ada langsung hujungnya............
Ghairullah(selain Allah) tidak akan lenyap dengan hanya mengatakan "tidak" dengan lidah sahaja; dan belum sempurna juga lagi dengan mata keimanan dan keyakinan, tetapi akan lenyap dengan pandangan secara langsung dan berhadapan muka.
"Sesungguhnya Allah itulah matlamat anda yang terakhir" (Al-Qur'an).
Dialah sumber segala-galanya. Maka anda tidak perlu lagi nafi dan tidak perlu isbat. Ini adalah kerana Yang Wajib itu telah memangnya isbat walaupun belum anda isbatkan, dan yang ghairullah itu sememangnya nafi walaupun sebelum anda nafikan.
Tidakkah anda ingin menemui guru yang dapat mengajar anda bagaimana menafikan ghairullah dan membawa anda kepada kedamaian di mana anda dapati tidak ada yang lain kecuali Allah?. Maka barulah anda hidup dengan Allah dan dapat menjadi penghuni "Dalam tempat tinggal orang-orang yang ikhlas di Majlis Tuhan Yang Maha Agung", dan ini adalah semuanya hasil daripada ingat anda dan makrifat anda bahawa "Tiada Tuhan selain Allah".
Anda tahu kata-kata Syahadah itu sahaja dan yang paling dalam yang anda tahu ialah berkata; "Tidak ada yang patut disembah melainkan Allah". Ini adalah pengetahuan orang-orang awam(biasa) tetapi apakah kaitannya dengan pengetahuan atau ilmu orang-orang Sufi?.
Pengetahuan anda yang sekarang itulah yang menghalang anda memahami pengetahuan orang-orang pilihan(Sufi). Masihkan anda menafikan pengetahuan yang didapati dari bimbingan guru menuju Hakikat, padahal mereka yang dipimpin itu memandang tidak yang wujud kecuali Allah? Mereka bukan sahaja mengenal Allah dengan Iman dan keyakinan saja, tetapi mereka memandang dengan cara pandangan yang terus tanpa halangan. Omong kosong tidak sama dengan melihat, bertemu muka.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Adapun yang dinamakan : PAHAM AL-FATIHAH, itu sebagai berikut
ALHAMDULILLAH : Artinya, Ya Muhammad, sembahyangmu itu aku jua memuji diriku.
RABBIL – ALAMIN : Artinya, Ya Muhammad, aku tahu lahir bathinmu.
ARRACHMANIRRACHIM : Artinya, Ya Muhammad, yang membaca fatihah itu,aku jua memuji diriku.
MALIKIYYAUMIDDIN : Artinya, Ya Muhammad, engkau jua ganti pekerjaanku,karena engkau tiada lain Aku.
IYAKANA’BUDU WAIYYA – : Artinya, Ya Muhammad, tiada yang sembahyang hanya aku dan yang ghaib Aku jua kerja sendirian.
KANASTAIN
IHDINASSYIROTOL – : Artinya, Ya Muhammad, tiada yang mengetahui akan daku,hanya
MUSTAQIM engkau jua.
SYIROTOLLAZINA AN’AMTA : Artinya, Ya Muhammad, sesungguhnya karenamu sekalian yang ada.
ALAIHIM
GHOIRILMAGDHUBI’ALAIHIM : Artinya, Ya Muhammad, tiada aku marah Aku kasih padamu dan
Sekalian umatmu. Aku mengatakan Rahasiaku padamu, dan engkau
Katakan rahasiamu pada sekalian umatmu.
WALADHOLLIN : Artinya, Ya Muhammad, jika tiada engkau kekasihku, maka tiada
RahasiaKU sekaliannya padamu.
AMIN : Artinya, Ya Muhammad, engkau ganti Rahasiaku, Allah nama bagi zat
Tuhan yang qadim
—ooOoo–
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
ADAPUN YANG DINAMAKAN ‘DINDING ASAL DIRI’ ITU ADALAH SEPERTI DISEBUT DIBAWAH INI :
AKU ALIF ALLAH.MASUKKU KEPADA LAM DJALALLAH. LENYAPKU DI GHOIRULLAH. HILANGKU KEPADA LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADARRASULULLAH.
———
PERPINDAHAN KEDUDUKAN NYAWA DITIAP-TIAP WAKTU
SUBUH berada di SULBI Nabinya ADAM Warnanya PUTIH.
ZOHOR berada di PUSAT Nabinya IBRAHIM warnanya KUNING.
ASHAR berada di JANTUNG Nabinya YUSUF warna MERAH.
MAGRIB berada di DADA Nabinya ISA warnanya BIRU.
ISYA berada di OTAK Nabinya MUSA Warnanya HITAM.
UNTUK DIBACA SEBELUM TAKBIRATUL IHRAM SEBELUM MEMBACA DOA PERTAMA
BAITULLAH,HU ALLAH, HU BAINA ALLAH, RAHASIA ALLAH.
Caranya kita hendak mengangkat TAKBIRATULIHRAM, Yaitu kita tarik napas dengan HU, hakikat kita AKU masuk kedalam.
— Tatkala kita mengangkat TAKBIR ingat ZAT – ALIF
— Tatkala kita RUKU ingat SIFAT – SIFAT
— Tatkala kita I’TIDAL ingat akan ASMA – LAM
— Tatkala kita SUJUD ingat akan AF’AL – HA
Yaitu sampai salam jangan lupa ;
ZAT – ALIF SIFAT – LAM ASMA – LAM AF’AL – HA
LA ILAHA ILLA ALLAH
1. Adapun ALIF itu ibarat SIFAT ALLAH, menjadi Rahasia kepada MUHAMMAD, menjadi CAHAYA kepada kita.
2. Adapun LAM AWAL itu ibarat SIFAT ALLAH, menjadi RUPA kepada MUHAMMAD, menjadi CAHAYANYA kepada kita.
3. Adapun LAM ACHIR itu ibarat ASMA ALLAH, menjadi ILMU kepada MUHAMMAD, menjadi IMAN kepada kita.
4. Adapun HA itu ibarat AF’AL ALLAH, menjadi KELAKUAN kepada MUHAMMAD, menjadi HATI kepada kita. Maka HU itu AKULAH ALLAH.
Leburnya MUHAMMAD kepada ALLAH. LA itu AKULAH Raja Dunia dan Akhirat.
ZAT – MA’RIFAT SIFAT – HAKIKAT ASMA – THARIKAT AF’AL – SYARIAT
Adapun ZATnya Adapun SIFATnya Adapun ASMAnya Adapun AF’ALnya
Nyata kepada nyata kepada nyata kepada nyata kepada
MA’RIFAT. HAKIKAT. THARIKAT. SYARIAT.
— Adapun SYARIAT nyata kepada kelakuan TUBUH INSAN.
— Adapun THARIKAT nyata kepada kelakuan HATI INSAN.
— Adapun HAKIKAT nyata kepada kelakuan NYAWA INSAN.
— Adapun MA’RIFAAT nyata kepada kelakuan FUAD INSAN.
Inilah rupa yang 4 perkara ini, jangan tidak diketahui risalah tersebut dibawah ini.
ZAT SIFAT ASMA AF’AL
MA’RIFAT HAKIKAT THARIKAT SYARIAT
RAHASIA NYAWA HATI TUBUH
MIM HA MIM DAL
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Adapun asal tubuh ( lembaga ) terdiri dari 4 ( empat ) nasar ialah :
1). TANAH 2). AIR 3). ANGIN 4). API
Kesemuanya ini daripada NUR MUHAMMAD ( Muhammad Al – qur’an ).
Adapun asal kejadian diri terdiri dari 3 perkara ialah :
1. BAPAK 2. IBU 3. TUHAN
- Urat besar – Rambut – Penglihat
- Urat kecil – Kulit – Pendengar
- Tulang – Daging – Pengrasa
- Otak – Darah – Pencium
-Nyawa
Ketiga perkara ini jumlahnya 13 ( tigabelas ) dan ini terhimpun dalam rukun 13 ( tigabelas – Rukun Sembahyang ( Hadist).
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
1. Bismillah 1. Kepala kita.
2. Arrachman 2. Mata kita.
3. Arrachim 3. Antara kedua mata kita.
4. Alhamdulillah 4. Muka kita.
5. Rabbil’alamin 5. Telinga kanan kita.
6. Arrachman 6. Telinga kiri kita.
7. Arrachim 7. Tangan kanan dan kiri.
8. Malikiyyaumiddin 8. Belakang kita.
9. Iyyakana’budu 9. Kulipak ( kulit ) kita.
10. Waiyyakanasta’in 10. Dada kita.
11. Ihdinasyirotol mustaqim 11. Urat lidah kita.
12. Syirotollazina an’amtaalaihim 12. Pusat kita.
13. Ghoirilmagdhubi alaihim 13. Empedu kita, Hati kita.
14. Waladdollin 14. Hati kura ( paru – paru ) kita.
15. Amin 15. Jantung kita.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
1. SYARIAT 2. THARIKAT 3. HAKIKAT 4. MA’RIFAT
Syariat tubuh Af’al Allah (diri terperiksa – Syariat Ilmu yaqin).
Tharikat hati Asma Allah (diri terperi – Tharikat Ainul yaqin).
Hakikat roh Sifat Allah (diri tadjali – Hakikat Hakkul yaqin).
Ma’rifat Rahasia Zat Allah (diri tadjali – Ma’rifat malul yaqin).
LA – ILAHA – ILLA – ALLAH – LAILAHAILLALLAH
LA : Jasmani yakni syariat tubuh ( Syariat itu perbuatan – Djalla ).
ILAHA : Rochani yakni tharikat hati ( Tharikat itu kataku – Jamal ).
ILLA : Hakikat nyawa ( Hakikat itu kediamanku – Qahar ).
ALLAH : Ma’rifat atau rahasia ( Ma’rifat itu rahasiaku – Kamal ).
LA : Menjadi ALCHAMDU atau ZAT Hayat.
BISMILLAHIRRACHMANIRRACHIM
Apabila kita hendak mancari/mengenal diri,maka hendaknya terlebih dahulu kita ketahui/kita kenal akan RAHASIA NUR MUHAMMAD karena rahasia Nur Muhammad itulah sebenar-benar diri.
“ RAHASIA NUR MUHAMMAD “ : Adapun yang bernama diri itu terbagi 2(dua) bagian, pertama diri yang lahir, kedua diri yang bathin. Adapun yang lahir berasal daripada ANAMIR ADAM yakni 4(empat) perkara:
1. API 2. ANGIN 3.AIR 4.BUMI
a. Adapun API itu terbit daripada yang bathin berhuruf ALIF, bernama ZAT, menjadi RAHASIA, hurufnya DARAH pada kita.
b. Adapun ANGIN itu terbit daripada yang bathin berhuruf LAM AWAL, bernama SIFAT menjadi NYAWA, hurufnya NAFAS pada kita.
c. Adapun AIR itu terbit daripada yang bathin berhuruf LAM ACHIR, bernama ASMA menjadi HATI, hurufnya MANI pada kita.
d. Adapun BUMI itu terbit daripada yang bathin berhuruf HA, bernama AF’AL menjadi KELAKUAN, hurufnya TUBUH pada kita.
Jadi jika demikian Diri kita yang lahir itu terbit daripada bayang-bayang diri kita yang bathin jua,yang berhuruf atau berkalimah ALLAH,dan jangan kiranya kita syak dan waham lagi.
Kemudian daripada itu hendaklah kita fikirkan pula diri kita yang sudah berhuruf atau berkalimat ALLAH itu,bagaimana hendaknya supaya jangan sampai tersalah sangka. Kemudian sesudah kita ketahui diri yang lahir itu,hendaknya kita ketahui pula diri yang bathin,siapa dan yang mana. Karena diri yang bathin itulah yang mengenal Tuhannya,seperti sabda Nabi Muhammad MAN ARAFA NAFSAHU FAQOD ARAFA RABBAHU : Artinya, barang siapa yang mengenal akan dirinya, maka dikenalnya akan Tuhannya.
Tetapi sebelum kita mengenal diri yang bathin,maka hendaknya lebih dahulu diri kita yang lahir itu,yang berwujud nama ALLAH itu. Kita matikan sebelum daripada mati,seperti firman Allah didalam Qur’an ; ANTAL MAUTU QOBBAL MAUTU, Artinya engkau matikan dirimu sebelum kamu mati.
Maka jikalau sudah kita matikan diri kita yang lahir,barulah nyata diri kita yang bathin,yang bernama sebenar-benarnya diri.
Adapun mematikan diri yang berhuruf atau berkalimah nama Allah itu demikian caranya : pertama manafikan hurufnya ALIF-LAM-LAM-HA.
1. ALIF – ALLAHUSSAMAWATUWAL ARD.
2. LAM – LILLAHISSAMAWATIWAL ARD.
3. LAM – LAHULMULQUSSAMAWATIWAL ARD.
4. HA – HUWAL AWALU WAL ACHIRU WAL ZAHIRU WAL BATHINU.
Jadi kalau diri kita yang lahir itu nyata sudah FANA,artinya berkali-kali tiada mempunyai apa lagi,seperti kata lafat :
“ MIN ADAMIN ILLA UJUDIN WAMIN UJUDINILLA ADAMIN “ Artinya, Daripada tiada menjadi ada dan daripada ada kembali kepada tiada.
Jadi maksudnya kita ini ( diri kita yang lahir ini ) sudah fana kepada diri yang bathin,artinya yang lahir ini sehelai rambutpun tiada mempunyai apa lagi,dan tiada boleh dikatakan ada lagi. Pada ILMUnya hanya diri yang bathin jua,ialah yang bernama MUHAMMAD. Seperti firman Allah didalam hadist qudsyi : CHALAQAL ASYIA LIAZLIKA WAHA OTUHALILAZLI, Artinya ; kujadikan engkau karenaku ya Muhammad.
Jadi jelaslah bahwa yang bernama MUHAMMAD itulah sebenar-benarnya diri yang bathin,dan hendaknya janganlah kita syak dan waham lagi,karena MUHAMMAD itulah yang ada mempunyai :
TUBUH, HATI, NYAWA, dan RAHASIA.
1. Adapun TUBUH MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM IHSAN yakni SYARIAT.
2. Adapun HATI MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM DJITSIH yakni THARIKAT.
3. Adapun NYAWA MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM MISAL yakni HAKIKAT.
4. Adapun RAHASIA MUHAMMAD itulah yang bernama ALAM ROH yakni MA’RIFAT.
Maka sesudah demikian itu hendaklah MUHAMMAD itu pula yang mengenal TUHANNYA,tetapi belum lagi MUHAMMAD bisa mengenal Tuhannya,jika belum lagi fana TUBUHNYA, HATINYA, NYAWANYA, RAHASIANYA, ZATNYA, SIFATNYA, ASMANYA dan AF’ALNYA. Seperti firman Allah didalam Qur’an :
QUL HUALLAHU AHAD,Artinya ; Katakan olehmu Ya Muhammad,bahwasanya Allah Ta’ala ESA. ESA pada ZATNYA, ESA pada SIFATNYA, ESA pada ASMANYA, dan ESA pada AF’ALNYA.
Dan lagi firman Allah didalam Al – Qur’an :
“ WATAWAKKAL ALAL HAYYIL LAZILA YAMUTU “ Artinya,serahkan dirimu Ya Muhammad kepada Tuhanmu yang hidup dan tiada mati.
Maka keterangan MUHAMMAD meng – Esakan dan menyerahkan diri kepada Allah seperti tersebut dibawah ini,dan jangan syak dan waham lagi pada perkataan ini.
1. Adapun BATHIN MUHAMMAD,ZAT kepada Allah, RAHASIA kepada hamba.
2. Adapun AWAL MUHAMMAD, SIFAT kepada Allah, NYAWA kepada hamba.
3. Adapun ACHIR MUHAMMAD, ASMA kepada Allah, HATI kepada hamba.
4. Adapun ZAHIR MUHAMMAD, AF’AL kepada Allah, TUBUH kepada hamba.
Adapun yang disebut / dinamakan HAMBA itu tiada lain ialah MUHAMMAD jua dan jangan disangka bahwa yang disebut HAMBA itu KITA, itu salah karena kita ini pada ilmunya sudah tidak ada lagi.
Jadi RAHASIA, NYAWA, HATI dan TUBUH MUHAMMAD itupun tiada jua karena tubuh fana kepada Zatnya, Sifatnya, Asmanya, Af’alnya, yakni Allah jua,seperti firman Allah “ HUWAL AWWALU WAL AHIRU, WAL ZAHIRU WAL BATHINU “ Artinya ia jua Tuhan yang awal,tiada baginya berpermulaan dan ia jua achir yang tiada baginya berkesudahan dan ia jua yang Zahir serta ia jua yang Bathin.
Jadi Muhammad itu hanya sekedar nama jua. Adapun keterangan yang lebih jelas lagi yang lebih menentukan bahwasanya itu tiada mempunyai sesuatu melainkan hanya sekedar nama jua,adalah seperti tersebut dibawah ini :
1. Seperti yang dikatakan RAHASIA MUHAMMAD itu,yang sebenar-benarnya tiada lain daripada kezahiran Lima SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ Qala ” yaitu ; WJUD, QIDAM, BAQA, MUCHALAFATUHULILHAWADDIS, QIYAMUHU TA’ALA BINAFSIH.
2. Adapun yang dikatakan NYAWA MUHAMMAD itu,yang sebenar-benarnya tiada lain daripada kezahiran Enam SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ILAHA “ yaitu ; SAMA, BASAR, QALAM, SA’MIUN, BASHIRUN, MUTAKALLIMUN.
3. Adapun yang dikatakan HATI MUHAMMAD itu,yang sebenar-benarnya tiada lain daripada kezahiran Empat SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ILLA “ yaitu ; QODRAT, IRADAT, ILMU, HAYAT.
4. Adapun yang dikatakan TUBUH MUHAMMAD itu,ang sebenar-benarnya tiada lain daripada kezahiran Lima SIFAT ALLAH jua yang dinamakan kalimah “ ALLAH “ yaitu ; QADIRUN, MURIDUN, ALIMUN, RAJAUN, WAHDANIAT.
Jadi yang bernama MUHAMMAD itu sebenar-benarnya adalah SIFAT TUHAN jua,yaitu SIFAT KEBESARAN, KEELOKAN dan KESEMPURNAAN, ialah yang dinamakan KALIMAH TAUHID yang mulia yaitu LAILAHAILLALLAH artinya tiada yang terdahulu hai MUHAMMAD dan tiaa yang terkemudian Ya MUHAMMAD.
Kemudian daripada itu hendaklah diketahui pula maksudnya Kalimah yang mulia itu supaya jangan syak dan waham lagi pada pengetahuan TAUHID dan MA’RIFAT.
Adapun kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH itu terbagi ddua bagian :
Pertama, LA ILAHA. Dan yang Kedua, ILLA ALLAH. Adapun LA ILAHA ialah SIFAT KEKAYAAN yang tiada ada kekurangannya,yaitu Allah Ta’ala. Dan ILLA ALLAH itu ialah SIFAT KEKURANGAN yang masih berkahendak,yaitu Muhammad.
Kemudian hendaklah diketahui pula yang bernama MUHAMMAD itu apa oleh ALLAH TA’ALA dan yang bernama ALLAH TA’ALA itu apa oleh MUHAMMAD supaya benar-benar bisa menjai TAUHID pada Kalimah yang mulia ini. Adapun MUHAMMAD ITU HAMBA. Artinya, Rahasianya oleh Allah Ta’ala,karena Allah itu adalah nama bagi ZAT yang wajibul wujud dan mutlak,yakni BATHIN MUHAMMAD.
TA’ALA itu adalah nama bagi SIFAT,yakni ZAHIR MUHAMMAD. Jadi ZAHIR dan BATHIN MUHAMMAD itulah yang bernama ALLAH TA’ALA. Dengan demikian maka patutlah kalimah yang mulia itu dinamakan Kalimah Tauhid artinya Kalimah ESA. Yaitu :
LAILAHAILLALLAH
Maka pada kalimah yang mulia inilah pertemuan HAMBA dengan TUHANNYA. Lagi pula kalimah yang mulia ini diumpamakan sebesar-besar gedung perhimpunan segala RAHASIA,segala ROH,segala NYAWA, segala ILMU dan segala ISINYA,segala ISLAM, segala IMAN,segala TAUHID dan MA’RIFAT,yang kesemuanya terhimpun didalam kalimah yang mulia ini.
Dan hendaklah diamalkan supaya mahir,seperti :
JAUMUN RASA JAUMUL MESRA. Artinya, Mesrakan pada siang dan malam yang terutama sekali didalam atau diwaktu sembahyang Lima Waktu. Karena diwaktu itulah Tuhan menurunkan petunjuk yang dinamakan WAHYU ( bagi para Nabi-Nabi dan Rasul-Rasulnya atau yang dinamakan ILHAM untuk manusia biasa seperti kita ). Dan jikalau kita sudah faham betul maksud bicaranya tentulah kita gemar dan rajin mengamalkannya Kalimah yang mulia ini.Karena sudah tahu betul dan terang betul bahwasanya kita ini tiada ada mempunyai sesuatu.
Jadi tiada boleh lagi dikatakan yang berkata-kata ini kita,karena apabila dikatakan yang berkata-kata ini adalah kita,berarti Tuhan fana kepada kita bukan kita fana kepada Tuhan. Maka yang demikian ini mustahil dan yang sebenar-benarnya kita jua yang fana kepada Tuhan ( ALLAH ).
Rupa niat Kanitah itu ialah niat dalam hati serta selamanya daripada takbirnya menyusun lafadz serta maknanya dan niat Tawasijah itu membagikan niat itu daripada suku-suku takbir daripada asal hingga Allahu akbar. Itulah niat yang batal keduanya.
Adapun niat Arifiyah itu ialah bahwa menghadirkan. Ialah yang pertama-tama sembahyang dengan Qasat, tha’arat, tha’ain. Terdahulu sedikit daripada Takbir,maka dimulai niat itu daripada Allahu dan disudahi dengan Akbar. Jangan terdahulu dan terkemudian.
Adapun niat Kamaliyah itu ialah masuk ia pada niat Arifiyah jua,karena niat Arifiyah itu 3(tiga) derajat didalamnya ialah :
1. DUNI,artinya segala yang wajib pada syara’ dikerjakan memadai akan dia.
2. WASTA’I,artinya yang sempurna.
3. QAAWI,artinya terlebih sempurna daripada yang amat sempurna,yaitu niat Nabi-Nabi dan Wali-Wali yang memakainya
HAKIKAT SOLAT & RAHSIA MA'ARIFAT
Di sini penulis persembahkan pula bicara berkenaan Rahsia Ma’rifat. Sebahagian daripada ilmu “petunjuk” daripada Allah Ta'ala kepada hambanya yang terpilih. Pegangilah dan hayatilah ianya di dalam setiap amalan. Sebagai panduan dan persediaan menghadapi-Nya. Insya-Allah….
Adapun Rahsia Ma’rifat itu adalah rahsia bagi diri, tiada siapa pun boleh menghuraikan di atas rahsia diri masing-masing melainkan orang-orang ahli Sufi dan Wali sahaja yang boleh menghuraikan.
Seperti kata Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. sesudah beliau menunaikan solat sunnat hajat, lalu ia berkata :
“Ya Tuhanku! Di manakah maqam yang yang lima itu di dalam diri hamba? Iaitu yang pertama Subuh, kedua Dzohor, ketiga ‘Asar, keempat Maghrib dan kelima Isya'.”
Maka tatkala itu bergerak-geraklah seluruh anggotanya maka diketahuilah beliau tentang kedudukan maqam yang lima itu. Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti daripada satu waktu kepada satu waktu.
1. Pada waktu Subuh maka bergerak-geraklah perumahan hatinya maka berkatalah ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya Subuh itu bermaqam di hati hamba.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah pada waktu Dzohor.
2. Apabila sampai pada waktu Dzohor, maka berdenyut lagi hatinya. Tatkala itu terasalah ia suatu benda yang pahit mengalir di batang lehernya. Maka berkatalah ia, “Ya Tuhanku! Telah nyatalah aku bahawasanya waktu Dzohor itu bermaqamnya pada hempedu ku.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sampailah ia pada waktu ‘Asar.
3. Apabila sampai pada waktu ‘Asar maka bergeraklah berhampiran dadanya sebelah kiri. Maka katanya lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Ketahuilah hamba bahawasanya waktu ‘Asar itu bermaqamnya pada paru-paru hamba.” Maka berzikirlah lagi ia sampailah pada waktu Maghrib tiada ia berhenti-henti.
4. Setelah sampai pada waktu Maghrib berdenyut-denyutlah di dalam dadanya. Setelah diperhatikan denyutan itu, maka ia berkata lagi, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Telah nyatalah hamba bahawasanya waktu Maghrib itu bermaqam pada jantung hamba.” Maka berzikirlah ia daripada Maghrib sampailah ia pada waktu Isya’.
5. Setelah sampai pada waktu Isya’, maka berdenyut-denyutlah dadanya di sebelah kanan. Tatkala itu maka nyatalah ia waktu Isya’ itu pada limpanya. Maka bersyukurlah ia ke Hadhrat Allah Ta’ala. Katanya, “Ya Allah! Ya Tuhanku! Dengan kerana Mu aku mengetahui akan segala-galanya.” Maka berzikirlah ia tiada berhenti-henti sehingga sampai pada waktu Subuh. Maka kedengaranlah pada telinganya, “Ya Abdul Qadir! Di dalam lima waktu itu bahawasanya terhimpun ia di dalam waktu Subuh.”
Maka telah nyata kedudukan maqam lima waktu itu pada diri kita oleh itu tiada boleh dinafikan tiap-tiap sesuatu itu. Bukannya kehendak ilmu yang luas tiada suatu pun yang boleh mengisbatkan kepada kita. Hanya pada diri kita sahaja yang boleh menandakan suatu itu di alam ini.
Maka berkata seorang ahli Sufi (Syeikh Kiryani r.a.) kepada sahabat-sahabatnya bahawasanya, “Hamba dapat mengetahui akan maqam yang lima ini adalah wujudnya pada lima haqiqat. Yang dinamai ia pada tiap-tiap waktu ini.”
1. Waktu Subuh menyatakan wujudnya Allah.
2. Waktu Dzohor menyatakan wujudnya Af'al Allah.
3. Waktu ‘Asar menyatakan wujudnya Qauli.
4. Waktu Maghrib menyatakan wujudnya Insani.
5. Waktu Isya’ menyatakan wujudnya Rasuli.
Maka berkata sahabat-sahabatnya kepada Syeikh Kiryani r.a., “Ya tuan hamba! Bolehkah tuan hamba terangkan lagi bagaimana cerita lagi di atas maqam yang lima itu? Kerana tidak sekali-kali hamba memahami dengan kata-kata tuan hamba itu!”
Maka berkatalah Syeikh Kiryani r.a. kepada sahabatnya, “Ya sahabat ku! Tiliklah keadaan diri mu senyata dahulu agar kamu dapat ketahui akan maqam yang lima itu.”
Adapun tatkala asalnya maqam yang lima waktu itu adalah diambil daripada cerita baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu. Tertulis di dalam kitabnya yang bernama “Darul ulum addeen”. Bahawasanya datang seorang hamba Allah mengadap baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu dengan berkata, “Ya Khalifah Amirul Mu’minin! Kenapakah waktu subuh itu tidak disamakan lima rakaat tiap-tiap waktu? Mengapakah waktu Subuh dua rakaat sahaja dan Maghrib tiga rakaat, sedangkan waktu lainnya empat rakaat?”
Maka jawab oleh baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan hamba Sa’idah! Sebab-sebabnya waktu itu tidak sama akan rakaatnya, kerana mengikut kejadian alam ini. Tiada ia dijadikan oleh Tuhan dengan serentak. Melainkan dengan berperingkat-peringkat.”
Seperti sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku, mafhumnya :
“Ya Ali! Ketahuilah oleh mu bahawasanya tatkala asal waktu itu, diibaratkan tatkala embun tunggal setitik gugur ke bumi menandakan adanya satu waktu dua rakaat yakni Subuh. Maka tatkala asal manusia pun daripada satu yakni Adam. Inilah sebabnya Subuh itu dua rakaat. Menyatakan ia rakaat pertama itu kalimah Tauhid, yang kedua kalimah Rasul. Kalimah Tauhid itu asal daripada ibu sekalian amalan dan kalimah Tauhid juga asal daripada bapa, yakni bapa sekalian ilmu Laduni.”
“Inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku”! Maka bertanya lagi hamba Allah itu kepada baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya tuan hamba Amirul Mu’minin! Apakah terkandungnya di dalam kalimah Tauhid dan kalimah Rasul?” Maka jawab baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun kalimah Tauhid itu nyata ia adanya Nur Muhammad iaitu Dzat Wajibal Wujud Kholiqul’alam.”
“Maka inilah sabda Rasulullah s.a.w. kepada ku!” Maka bertanya lagi Sa’idah, “Ya Amirul Mu’minin! Bagaimana pula dengan waktu-waktu yang lain itu?” Maka berkatalah baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Adapun waktu-waktu yang lain itu mengikut cerita Rasulullah s.a.w. kepada ku adalah seperti berikut ini :
Waktu Dzohor 4 rakaat :
1. Rakaat pertama menandakan wujudnya Dzat Allah.
2. Rakaat kedua menandakan wujudnya Sifat Allah.
3. Rakaat ketiga menandakan wujudnya Asma’ Allah.
4. Rakaat yang keempat menandakan wujudnya Af'al Allah.
Waktu ‘Asar 4 rakaat, menyatakan kepada 4 alam :
1. Rakaat pertama menyatakan kedudukan di Alam Roh.
2. Rakaat kedua menyatakan kedudukan di Alam Mithal.
3. Rakaat ketiga menyatakan kedudukan di Alam Ajsam.
4. Rakaat keempat menyatakan kedudukan di Alam Insan.
Waktu Maghrib 3 rakaat, menyatakan kepada 3 diri :
1. Rakaat pertama menyatakan hal keadaan Diri Azali.
2. Rakaat kedua menyatakan hal keadaan Diri Terperi.
3. Rakaat ketiga menyatakan hal keadaan diri terdiri.
Waktu Isya’ 4 rakaat, menandakan 4 nama bagi diri yang batin :
1. Rakaat pertama menyatakan bersifat Wujud, mengesakan Dzat Allah.
2. Rakaat kedua menyatakan bersifat Ilmu, mengetahui akan Sifat Allah.
3. Rakaat ketiga menyatakan bersifat Nur, menyatakan ia akan Asma’ Allah.
4. Rakaat keempat menyatakan bersifat Syuhud, ma’rifat akan Af'al Allah.
Maka inilah yang dinamakan Rahsia Ma’rifat. Maka bertanya lagi hamba Allah itu kepada Baginda Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Amirul Mu’minin! Sekiranya jikalau hamba beramal dengan tiada ketahui jalan ini, apa hukumnya?”
Maka jawab Saiyidina Ali Karamallahu wajhahu, “Ya Sa’idah! Siapa yang mengerjakan amalan dengan tiada mengetahui akan amalan itu adalah syirik semata-mata. Dan mereka ini dijatuhkan di dalam golongan orang yang fasiq. Walau bagaimana ‘alim sekalipun, fasiq jua hukumnya. Tiadalah ia berbau akan Syurga idaman.”
Rujuklah mereka yang arif billah...
Kejauhan itu lupa hati.
Kedekatan itu ingat hati.
Kejauhan itu hijab (tertutup).
Kedekatan itu kasyaf (terbuka).
Hijab itu gelap, Kasyaf itu Nur.
Gelap itu jahil, Nur itu Ma'rifat.
Rasulullah SAW bersabda: "Firman Allah Ta'ala, aku ini sebagaimana yang disangka oleh hambaku, Aku bersama dia apabila ia ingat kepadaKu, apabila ia mengingatKu dalam dirinya, Akupun ingat padanya dalam diriKu, dan apabila ia mengingatKu dalam ruang yang luas, aku pun ingat padanya dalam ruang yang lebih baik." (Hadis Qudtsi diriwayatkan oleh Bukhari).
"Guru Sufi berkata: "Hatimu sekarang bersama Tuhanmu dan Tuhanmu bersama engkau, tidak jauh dari engkau, Ia mendekatkan engkau kepadaNya, dan mengenalkan engkau denganNya.".
MENGENAL RASUL & ISLAM SIAPAKAH YANG MENGISLAMKAN KITA ? Sebelum sasaorang menjalani Amal Ibadat Agama Islam, maka pernahkah terlintas difikirannya soalan begini :- Kalau orang kafir masuk Agama Islam bergelar Muallaf, ada Imam yang mengislamkannya. Tetapi siapa pula yang mengislamkan diri aku ini ? Apakah yang dikatakan ISLAM itu ? Siapa pula yang membuat RUKUN ISLAM 5 PERKARA itu ? Maka umum mengetahui Agama Islam adalah Agama Allah yang disebarkan oleh RASUL AKHIR ZAMAN, Junjungan kita Nabi MUHAMMAD SAW. Tiada lagi Rasul selepas baginda. Jikalau tiada lagi Rasul selepas baginda kenapakah manusia Islam mengucap KALIMAH RASUL yang berbunyi :- Wa Ashhadu Anna Muhammadur Rasullullah. Dan aku bersaksi bahawa AKU MUHAMMAD Rasul Allah. Fikirkan baik baik istilah Arab AN-NA itu bermaksud AKU dalam Bahasa Melayu kita. Ulamak Syariat mengertikan AN-NA sebagai SESUNGGUHNYA. Aku katakan maksudnya ialah AKU atau SAYA. Bukankah Allah Berfirman : Tiada Rasul selepas Muhammad saw dan kenapa pula manusia menyatakan dirinya MUHAMMAD RASUL ALLAH ? Adapun tiap tiap soalan ada jawapannya jika difikirkan. Kalau difikirkan betul ..maka ikutlah, jika sebaliknya ..maka janganlah ikut jalan Wahdaniatullah ini kerana Allah telah Berfirman bermaksud :- Laisa alai la huda hum wa laa kin nallah hu adii mai ya sya’ Bukanlah kewajipanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah Yang Memberi Petunjuk Kerana itulah apa yang hendak diherankan kalau manusia TIDAK DIBERI PETUNJUK oleh Allah SWT. Guru yang turun dari langit pun tidak akan dapat berbuat apa apa untuk menyatakan yang ajaran ini dan itu salah dan yang ini betul dan yang itu salah. Pokok pangkalnya KEIMANAN sasaorang. IMAN itu YAKIN. Kalau yakin 100% Iman namanya. Jikalau 99% was was dan waham namanya. Maka untuk mendapatkan JALAN WAHDANIATULLAH kenalah yakin dan berilah tumpuan sepenuhnya dan minta Allah bukakan PINTU MAKRIFAH kita. Firman Allah bermaksud :- Allah Pelindung orang orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada CahayaNya. Yang menyampaikan Firman Allah adalah RASUL. Kalau Firman Allah tidak disampaikan oleh Rasul maka TIDAK ZAHIRLAH KALIMAH yang berjumlah 6,666 ayat menjadi 30 juzuk Al-Quran sebagai PANDUAN ORANG ISLAM yang beriman. Berbalik kepada soalan yang pertama tadi : SIAPAKAH YANG MENGISLAMKAN KITA ? Apakah jawapan anda ? Emak andakah, bapa andakah , kadhikah atau guru andakah ? Yang kita tahu lahir sahaja kita, ibu bapa kita daftarkan kelahiran kita di Balai Polis, Hospital, Pejabat Pendaftaran dsbnye... Masih bayi lagi SUDAH TERCATIT dalam Surat Beranak bahawa agama kita ialah Agama Islam….keturunan Melayu & dsbnye Maka nyatalah sekarang bahawa ISLAM KITA ialah ISLAM BERCATIT…… Jadi kita ialah ISLAM ZURIAT atau ISLAM KETURUNAN daripada keturunan kedua ibu bapa yang Islam. Maka untuk mengingatkan kembali SIAPA yang mengislamkan diri kita, maka Firman Allah kita baca 5 Kali sehari semalam ketika kita Solat dengan sedikit PINDAAN ULAMAK FEQAH kerana mereka TIDAK SETUJU dengan SATU KALIMAH didalam Al-Quran. Kerana itu maka GELAP GULITA lah manusia Syariat tentang SIAPA yang mengislamkan mereka. Firman Allah : Al – An’aam : 162 – 63 : Doa Iftitah Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk ( kerana ) Allah ( semata-mata ) ( iaiitu ) Tuhan Semesta Alam. Tiada sekutu bagiNya dan demikianlah yang diperentahkan kepadaku dan AKU ADALAH ORANG YANG AWAL ( Pertama ) ISLAM. Ini adalah DALIL NAQLI bahawa sebelum kita dilahirkan dari setitis air mani kita TELAHPUN ISLAM ( atau di-Islamkan ) Namun Ulamak Syariat yang tidak diberi ilham ( oleh Allah ) tetapi mendapat ganjaran saperti gaji, elaun dsb ( dari manusia ) untuk mengajar dan bersyarah agama TELAH PERASAN bahawa ayat diatas lebih sesuai maknanya, jika dibuang kalimah AWALUL ( aku telah awal awal Islam ) dan DIGANTI dengan kalimah MINAL sahaja yang membawa maksud Aku adalah orang orang Islam. Soalnya ialah jika kita tidak percaya kepada satu Kalimah atau makna satu ayat Al-Quran maka ianya seumpama kita tidak percaya kepada seluruh Al-Quran itu. Kalau tidak percaya kepada AlQuran, maka jadilah kita golongan Kafir Laknatullah. Maka inilah jawapan kepada soalan : SIAPAKAH YANG MENGISLAMKAN KITA ? Jawapannya ialah : ALLAH – LAH YANG MENGISLAMKAN KITA…bukan ibu bapa, bukan kadhi, atau imam atau guru kita. Alangkah bertuahnya kita. Memang Bertuah. BILAKAH KITA DI-ISLAMKAN ? Jawapannya ialah : SEBELUM MENJADI MANUSIA….bahkan sebelum menjadi air mani bapa kita lagi..KITA SUDAH AWAL AWAL ISLAM. ( Kita telah di-Islamkan oleh Allah semasa kita masih bertahap RUH belum lagi menjadi bayi atau manusia ) APAKAH ITU ISLAM – APA MAKNANYA KALIMAH ISLAM ? Alif – Shin – Lam Alif – Mim. HURUF HURUF UNTUK EJAAN KALIMAH ISLAM = Jawi ALIF = Allah SHIN = Salamun LAM ALIF = Laa Ilaha Illallah MIM = Muhammadur Rasullullah Yang Bermaksud :- Allah Mengucapkan SEJAHTERA kepada manusia yang menyatakan :- TIADA NYATA HANYA ALLAH dan MUHAMMAD itu MENYAMPAIKAN SIFAT BAGI DIRI ALLAH ( menyampaikan Haq Allah kepada Badan ) Nyata Islam itu terbahagi kepada 2 ( Dua ) Kalimah iaitu :- KALIMAH TAUHID dan KALIMAH RASUL TAUHID itu MENGESAKAN ALLAH dan Rasul pula menyampaikan CARA MANA HENDAK MENGESAKAN ALLAH. Rasul inilah INDUK segala Ilmu Ketuhanan. Manusia tidak Mengenal Allah, tetapi RASUL ( manusia itu ) KENAL SIAPA ALLAH. Maka Rasul inilah yang perlu dikaji dan dikenali terlebih dahulu kerana kenalnya manusia tentang erti bahawa Allah itu Tuhannya kerana Rasul yang memberitahu. SIAPAKAH RASUL ANDA ITU ? Firman Allah : Yunus : 47 bermaksud :- Dan tiap tiap umat mempunyai Rasul ( nya ) Firman Allah : Al-Baqarah : 213 yang bermaksud :- Manusia itu umat yang satu. Firman Allah : Ali-Imran : 144 yang bermaksud :- Muhammad itu tidak lain hanyalah saorang Rasul. Firman Allah yang terdapat didalam Al-Quran telah menerangkan bahawa tiap tiap umat yang dalam ertikata lebih jelas TIAP TIAP ORANG mempunyai Rasulnya sendiri. Maka Firman Allah ini manusia percaya . TETAPI ulamak Syariat tetap tidak menerimanya. Kerana apa ? Mereka kata itu DAHULU, sekarang mana ada lagi Rasul ? Bukankah Rasul sudah wafat ? Maka janganlah kita pertikaikan pendapat mereka itu. Ini adalah kerana bagi orang yang belajar SEJARAH NABI sememangnya Nabi Muhammad ibni Abdullah itu sudah wafat tetapi bagi orang YANG MENGKAJI AL-QURAN dari aspek KEIMANAN akan mendapat Petunjuk HAQ untuk mengenal akan NABI MUHAMMAD yang dikatakan telah wafat itu. Maka setiap yang Allah wujudkan dimuka bumi ini siap BERPASANGAN. Ada Dunia ada Akhirat. Pahala pasangannya Dosa, Loh pasangannya Kalam, Syurga pasangannya Neraka dan sebagainya. SIAPA PULA PASANGAN NABI MUHAMMAD ibni ABDULLAH ? Isterinyakah ? Ya kata Ilmu Syariat. BUKAN kata Ilmu Hakikat. Adapun yang disebut PASANGAN itu adalah KEMBARNYA seperti Dosa & Pahala. Maka jika dikatakan pasangan Nabi Muhammad adalah SITI KHADIJAH, maka ini amatlah tidak adil kepada isteri isteri baginda yang lain. JAWAPAN SEBENAR ialah :- RASUL ZAHIR = Nabi Muhammad ibni Abdullah RASUL BATIN = Nabi Muhammad Mustaffa Rasullullah Diatas Kebijaksanaan Allah Yang Maha Mengetahui, jika dihidupkan Nabi Muhammad tanpa wafat, nescaya umatnya TIDAK AKAN MENGENAL DIRINYA ALLAH itu. Maka Amanat Allah kepada rasul agar Rasul mengajar umatnya MENGESAKAN ALLAH semata-mata dalam segala Amal Ibadahnya. Firman Allah : Saba’ : 46 yang bermaksud :- Katakanlah sesungguhnya Aku hendak memperingati kepadamu SUATU HAL SAHAJA iaitu SUPAYA KAMU MENGADAP ALLAH berdua-dua atau SENDIRI SENDIRI. Kemudian kamu fikirkan ( lah ) Allah Berfirman kepada Rasul, maka Rasul sampaikan kepada umatnya. Bagi umat YANG MAHU BERFIKIR dalam Hal Ketuhanan akan dapat jawapannya. Bagi umat PAK TURUT yang hanya mengikut-ngikut akan dalam KERUGIAN. Kerugian bagaimanakah itu ? Pertama : Ikut Hukum Allah tetapi TIDAK KENAL siapakah Allah itu !. Kenal atau tidak dengan Allah ? ENTAH jawabnya, guru kata berfikir dalam dalam tentang Allah itu hukumnya HARAM. Maka haramlah Ilmu Ketuhanan itu. Kenapakah berfikir tentang Allah itu dikatakan haram ? Kalau kita tidak tahu akan Allah maka nyatalah hanya takut pada Hukum tetapi tidak takut akan Allah. Kalau kita takut akan Allah kenapakah kita tidak merapatkan diri kita kepada RasulNya dan bertanya kepada Rasul itu siapa itu Allah ? Tentu Syariat akan menjawab : Bukankah Rasul sudah wafat ? Balik balik wafat, wafat, wafat. Apakah wafat itu ? Wafai itu mati. Apakah mati itu ? Entah. Kalau hendak juga jawapannya akan aku terangkan tetapi dengarkanlah lafaz kita ikut Firman Allah :- Al-An Am : 163 yang bermaksud :- Tiada sekutu bagiNya dan demikianlah Yang Diperentahkan Kepadaku Manusia tahu bahawa Allah itu tidak boleh dipersekutukan, tetapi mereka tidak sedar bangun sahaja dari tidur mereka mulalah sekutukan Allah , ambil wudhu ( subuh ) sekutukan Allah, berjalan sekutukan Allah dan yang lebih berat bila Sembahyang, Puasa, Berzakat dan Menunaikan Fardhu Haji pun sekutukan Allah. Subhanallah !!! Ikut Hukum, tunaikan Rukun Islam tetapi semuanya MENYENGUTUKAN ALLAH. Bagaimnakah ini boleh terjadi ? ZAHIRnya manusia ikut hukum dan menunaikan Rukun Islam. Tetapi BATIN-nya bergelar SYIRIK HOPPI. Kerana apa ? Kerana manusia yang MENGATAKAN MEREKA-lah YANG BERBUAT segala Ibadah itu….kerana mengharapkan balasan PAHALA dan ganjaran SYURGA. Bukankah Allah telah Berfirman : Yang bermaksud :- Sesungguhnya AKU BESERTA KAMU Semua orang tahu bahawa : Allah Beserta kita. Tetapi kita tetap mahu MENDUAKAN ALLAH. Yaitu Allah dan kita. Untuk mengelakkan diri dari menduakan Allah, maka Allah telah mengutus Rasul didalam DIRI anda sendiri …diadalam Diri manusia itu. Tidak percaya bahawa Rasul itu kini berada didalam DIRI anda sendiri ????
HAKIKAT SHALAT
Adapun kemudian daripada itu, yakni daripada memuji Allah dan mengucapkan shalawat kepada Rasulullah SAW, maka inilah suatu kitab yang sudah dipindahkan dari bahasa Arab ke bahasa Indonesia, supaya mudah bagi orang yang baru belajar menginginkan Allah. Bahwasanya diceritakan dari Abdullah Bin Umar r.a, katanya adalah kamu berduduk pada suatu orang kelak ke hadapan Rasulullah SAW, minta belajar ilmu Jibril a.s, daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu membiasakan dari hakikat didalam shalat lima waktu yaitu wajib bagi kita untuk mengetahuinya.
Yang harus mereka ketahui pertama kali hakikat shalat ini supaya sempurna kamu menyembah Allah, bermula hakikatnya didalam shalat itu atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya :
1. BERDIRI ( IHRAM)
itu karena huruf ALIF asalnya dari API, bukan api pelita dan bukan pula api bara. Adapun artinya API itu bersifat JALALULLAH, yang artinya sifat KEBESARAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• KUAT.
• LEMAH.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga, karena hamba itu tidak mempunyai KUAT dan LEMAH karena hamba itu di-KUAT-kan dan di-LEMAH-kan oleh ALLAH, bukannya kudrat dan iradat Allah itu lemah. Adapun kepada hakikatnya yang sifat lemah itu shalat pada sifat kita yang baharu ini. Adapun yang dihilangkan tatkala BERDIRI itu adalah pada segala AP’AL (perbuatan) hamba yang baharu.
2. RUKU’ (MUNAJAH)
itu karena huruf LAM Awal, asalnya dari ANGIN, bukannya angin barat dan bukan pula angin timur. Adapun artinya ANGIN itu bersifat JAMALULLAH yang artinya sifat KEELOKAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• TUA.
• MUDA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak mempunyai TUA dan MUDA. Adapun yang dihilangkan tatkala RUKU’ itu adalah pada segala ASMA (nama) hamba yang baharu.
3. SUJUD (MI’RAJ)
itu karena huruf LAM Akhir, asalnya dari AIR, bukannya air laut dan bukan pula air sungai. Adapun artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang artinya sifat KEKERASAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• HIDUP.
• MATI.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak pun mempunyai HIDUP dan MATI. Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu adalah pada segala NYAWA (sifat) hamba yang baharu.
4. DUDUK (TABDIL)
itu karena huruf HA, asalnya dari TANAH, bukannya pasir dan bukan pula tanah lumpur. Adapun artinya TANAH itu bersifat KAMALULLAH yang artinya sifat KESEMPURNAAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
• ADA.
• TIADA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak ADA dan TIADA. Adapun yang dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada segala WUJUD/ZAT hamba yang baharu, karena hamba itu wujudnya ADAM yang artinya hamba tiada mempunyai wujud apapun karena hamba itu diadakan/maujud, hidupnya hamba itu di-hidupkan, matinya hamba itu di-matikan dan kuatnya hamba itu di-kuatkan.
Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak tahu akan hakikat yang empat tersebut diatas, shalatnya hukumnya KAFIR JIN dan NASRANI, artinya KAFIR KEPADA ALLAH, ISLAM KEPADA MANUSIA, yang berarti KAFIR BATHIN, ISLAM ZHAHIR, hidup separuh HEWAN, bukannya hewan kerbau atau sapi. Tuntutan mereka berbicara ini wajib atas kamu. Jangan shalat itu menyembah berhala !!!.
INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya orang TAKBIRATUL IHRAM, iaitu hendaklah tahu akan MAQARINAHNYA.
Bermula MAQARINAH shalat itu terdiri atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya :
Adapun hakikatnya BERDIRI (IHRAM) itu adalah TERCENGANG, artinya : tiada akan tahu dirinya lagi, lupa jika sedang menghadap Allah Ta’ala, siapa yang menyembah?, dan siapa yang disembah?.
Adapun hakikatnya RUKU’ (MUNAJAH) itu adalah BERKATA-KATA, artinya : karena didalam TAKBIRATUL IHRAM itu tiada akan menyebut dirinya (asma/namanya), yaitu berkata hamba itu dengan Allah. Separuh bacaan yang dibaca didalam shalat itu adalah KALAMULLAH.
Adapun hakikatnya SUJUD (MI’RAJ) itu adalah TIADA INGAT YANG LAIN TATKALA SHALAT MELAINKAN ALLAH SEMATA.q
Adapun hakikatnya DUDUK (TABDIL) itu adalah SUDAH BERGANTI WUJUD HAMBA DENGAN TUHANNYA.
Sah dan maqarinahnya shalat itu terdiri atas 3 (tiga) perkara :
1. QASHAD.
2. TA’ARADH.
3. TA’IN.
Adapun QASHAD itu adalah menyegerakan akan berbuat shalat, barang yang dishalatkan itu fardhu itu sunnah.
Adapun artinya TA’ARRADH itu adalah menentukan pada fardhunya empat, tiga atau dua.
Adapun TA’IN itu adalah menyatakan pada waktunya, zhuhur, ashar, maghrib, isya atau subuh.
INILAH FASAL Masalah yang menyatakan sempurnanya didalam shalat :
Adapun sempurnanya BERDIRI (IHRAM) itu hakikatnya :
Nyata kepada AF’AL Allah.
Hurufnya ALIF.
Alamnya NASUWAT.
Tempatnya TUBUH, karena tubuh itu kenyataan SYARIAT.
Adapun sempurnanya RUKU’ (MUNAJAH) itu hakikatnya :q
Nyata kepada ASMA Allah.
Hurufnya LAM Awal.
Alamnya MALAKUT.
Tempatnya HATI, karena hati itu kenyataan THARIQAT.
Adapun sempurnanya SUJUD (MI’RAJ) itu hakikatnya :q
Nyata kepada SIFAT Allah.
Hurufnya LAM Akhir.
Alamnya JABARUT.
Tempatnya NYAWA, karena Nyawa itu kenyataan HAKIKAT.
Adapun sempurnanya DUDUK (TABDIL) itu hakikatnya :q
Nyata kepada ZAT Allah.
Hurufnya HA.
Alamnya LAHUT.
Tempatnya ROHANI, karena ROHANI itu kenyataan MA’RIFAT.
Adapun BERDIRI (IHRAM) itu kepada SYARIAT Allah.q
Hurufnya DAL.
Nyatanya kepada KAKI kita.
Adapun RUKU’ (MUNAJAH) itu kepada THARIQAT Allah.q
Hurufnya MIM.
Nyatanya kepada PUSAT (PUSER) kita.
Adapun SUJUD (MI’RAJ) itu kepada HAKIKAT Allah.q
Hurufnya HA.
Nyatanya kepada DADA kita.
Adapun DUDUK (TABDIL) itu kepada MA’RIFAT Allah.q
Hurufnya MIM Awal.
Nyata kepada KEPALA (ARASY) kita.
Jadi Orang Shalat membentuk huruf AHMAD / MUHAMMAD.
INILAH FASAL Asal TUBUH kita (jasmaniah) kita dijadikan oleh Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. API.
2. ANGIN.
3. AIR.
4. TANAH.
Adapun NYAWA kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. WUJUD.
2. NUR ILMU.
3. NUR.
4. SUHUD.
Adapun MARTABAT Tuhan itu ada 3 (tiga) perkara :
1. AHADIYYAH.
2. WAHDAH.
3. WAHIDIYYAH.
Adapun TUBUH kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. WADIY.
2. MADIY.
3. MANIY.
4. MANIKAM.
INILAH PASAL
Masalah yang menyatakan jalan kepada Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. SYARIAT. = AF’AL. = BATANG TUBUH.
2. THARIQAT. = ASMA. = HATI. DIRI
3. HAKIKAT. = SIFAT. = NYAWA. KITA
4. MA’RIFAT. = RAHASIA. = SIR.
Adapun hakikatnya :
SYARIAT itu adalah KELAKUAN TUBUH.ü
THARIQAT itu adalah KELAKUAN HATI.ü
HAKIKAT itu adalah KELAKUAN NYAWA.ü
MA’RIFAT itu adalah KELAKUAN ROHANI.ü
Adapun yang tersebut diatas itu nyata atas penghulu kita Nabi MUHAMMAD. Karena lafadz MUHAMMAD itu 4 (empat) hurufnya yaitu :
1. MIM Awal.
2. HA.
3. MIM Akhir.
4. DAL.
Adapun huruf MIM Awal itu ibarat KEPALA.
Adapun huruf HA itu ibarat DADA.
Adapun huruf MIM Akhir itu ibarat PUSAT (PUSER).
Adapun huruf DAL itu ibarat KAKI.
Adapun huruf MIM Awal itu MAQAM-nya kepada alam LAHUT.
Adapun huruf HA itu MAQAM-nya kepada alam JABARUT.
Adapun huruf MIM Akhir itu MAQAM-nya kepada alam MALAKUT.
Adapun huruf DAL itu MAQAM-nya kepada alam NASUWAT.
Sah dan lagi lafadz ALLAH terdiri dari 4 (empat) huruf :
1. ALIF.
2. LAM Awal.
3. LAM Akhir.
4. HA.
Adapun huruf ALIF itu nyatanya kepada AP’AL Allah.
Adapun huruf LAM Awal itu nyatanya kepada ASMA Allah.
Adapun huruf LAM Akhir itu nyatanya kepada SIFAT Allah.
Adapun huruf HA itu nyatanya kepada ZAT Allah.
Adapun AP’AL itu nyata kepada TUBUH kita.
Adapun ASMA itu nyata kepada HATI kita.
Adapun SIFAT itu nyata kepada NYAWA kita.
Adapun ZAT itu nyata kepada ROHANI kita.
INILAH FASAL Masalah yang menyatakan ALAM. Adapun ALAM itu atas 2 (dua) perkara :
1. ALAM KABIR (ALAM BESAR/ALAM NYATA).
2. ALAM SYAQIR (ALAM KECIL/ALAM DIRI KITA).
Adapun ALAM KABIR itu adalah alam yang NYATA INI.
Adapun ALAM SYAQIR itu adalah alam DIRI KITA INI.
ALAM KABIR (ALAM BESAR) itu sudah terkandung didalam ALAM SYAQIR karena
ALAM SYAQIR itu bersamaan tiada kurang dan tiada lebih, lengkap dengan segala isinya bumi dan langit, arasy dan kursy, syurga, neraka, lauhun (tinta) dan qolam (pena), matahari, bulan dan bintang.
Adapun BUMI / JASMANI didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis yaitu :
1. BULU.
2. KULIT.
3. DAGING.
4. URAT.
5. DARAH.
6. TULANG.
7. LEMAK (SUM-SUM).
Adapun LANGIT / ROHANI (OTAK/ARASY) didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis pula :
1. DIMAK (LAPISAN BERPIKIR/RUH NABATI).
2. MANIK (LAPISAN PANDANGAN/RUH HEWANI).
3. NAFSU (RUH JASMANI).
4. BUDI (RUH NAFASANI).
5. SUKMA (RUH ROHANI).
6. RASA (RUH NURANI).
7. RAHASIA (RUH IDHAFI).
Adapun MATAHARI didalam tubuh kita yaitu NYAWA kita.
Adapun BULAN didalam tubuh kita yaitu AKAL kita.
Adapun BINTANG didalam tubuh kita yaitu ILMU kita (ada yang banyak dan ada pula yang sedikit).
Adapun SYURGA didalam tubuh kita yaitu AMAL SHALEH kita.
Adapun NERAKA didalam tubuh kita yaitu DOSA-DOSA kita.
Adapun LAUT didalam tubuh kita ada 2 (dua) yaitu :
1. LAUT ASIN.
2. LAUT TAWAR.
Adapun LAUT ASIN didalam tubuh kita yaitu AIR MATA kita.
Adapun LAUT TAWAR didalam tubuh kita yaitu AIR LUDAH kita.
Adapun MAHLIGAI didalam tubuh kita ada 7 (tujuh) pula yaitu :
1. DADA.
2. QALBUN.
3. BUDI.
4. JINEM.
5. NYAWA.
6. RASA.
7. RAHASIA.
Didalam DADA itu QALBUN dan didalam QALBUN itu BUDI dan didalam BUDI itu JINEM dan didalam JINEM itu NYAWA dan didalam NYAWA itu RASA dan didalam RASA itu RAHASIA (SIR).
BAB “ SHOLAT “
Dalam agama Islam tidak dikenal istilah sembahyang.Yang ada ialah Sholat.Kata sholat ini kita temukan dalam kitab Suci AL QUR’AN dengan kata sholat/sholati.Sedangkan kata sholat menurut ilmu nahu terjamahan kedalam bahas Indonesia ialah Sholeh.
Sholat Agama Islam ialah berkiblat ke Baitullah,Berkiblat disini yang tersirat disini ialah
Menghadap ke Baitullah bukannya yang ada bengunannya dinegara Arab,melainkan Baitullah yang ada pada diri manusia .Yang letaknya diatas perut,diujung jantung
( QOLBU ).
Bila masjid terdapat bedug yang dahulunya dibuat dari kulit sapi betina,itu mengikuti bedug yang ada di Baitullah (qolbu )kita.Itu pula sebabnya maka orang jawa mengatakan kulit itu dengan kata kalep.Berasal dari kata QOLB (qolbu )
Mengapa masjid dinamakan Masjidil Haram?sehingga ada pertanyaan mengapa kalau haram dimasuki bukan dijauhi?
Riwayatnya : Para sahabat Nabi Muhammad SAW,sangat kasihan bila melihat Nabi
Besholat dengan kepanasan .Oleh sebab itu lalu dibuatkan sebuah bangunan.
Ketika hendak sholat,para sahabat lalu mempersilahkan untuk mempergunakan bangunan itu,sekalian diberi nama.
Setelah melakukan sholat dibangunan hasil karya para sahabat itu,Rosulullah lalu memberinya nama : Masjidil Haram.Maksudnya agar umat Islam tidak mengutamakan atau menilai bahwa dengan bersholat dibangunan semacam itu,pasti sholatnya diterima aleh ALLAH.Tetapi maksud ini tidak dapat dibaca oleh para sahabat.Dan para sahabatpun tidak ada yang menanyakan mengapa Rosulullah menamakannya Masjidil Haram.
Itulah sebabnya maka setiap bangunan yang dipergunakan untuk sholat umat Islam lalu meniru bentuk Masjidil Haram yang dibangun oleh para sahabat Nabi.Sudah barang tentu bangunan yang sekarang ini sudah beberapa kali mengalami perbaikan.Baik dalam bentuk maupun bahannya.
Dalam AL QUR’AN ada perintah ALLAH bahwa umat Islam bila melaksanakan sholat yang fardhu wajib melakukannya di BAITULLAH ( rumah ALLAH ).Dan dalam sebuah sabda Rosulullah dalam Hadist mengatakan :
“SESUNGGUHNYA SEAMPUH-AMPUHNYA SHOLAT BILA DILAKUKAN DENGAN TIDAK DIKETAHUI OLEH ORANG LAIN “
Kalau kita pikirkan selintas antara firman ALLAH dengan Hadist diatas sangat berlawanan.Sebab sholat fardhu di BAITULLAH ( kalau diartikan masjid )
tentunya dengan sholat berjamaah.Tetapi Hadist mengatakan Sholat yang ampuh bilatidak diketahui oleh orang lain.Tidak diketahui bukan berarti tidak dilihat,Bukan !
Dalam kebingungan ini maka sebagian orang Syari’at menuduh Hadist itu adalah Dho’if ( palsu ).Padahal sebenarnya Hadist itu benar adanya.
Sesungguhnya Sholat Nabi Muhammad SAW itu sendiri terdiri dari 3 macam dan kita sebagian umat Islam juga wajib melakukannya.
1.Sholat Syari’at : Dilakukan 5 kali sehari dengan 17 Roka’at
2.Sholat Tauhid : Dilakukan 24 jam ( 5waktu )di BAITULLAH
3.Sholat Dha’im : dilakukan sewaktu-waktu bila diperlukan untuk berhubungan
langsung dengan Sang Pencipta ( ALLAHU AKBAR ).
1.SHOLAT SYARI’AT
Sholat ini sesungguhnya biasa dilakukan oleh mereka dari golongan Syari’at.Mereka
Melakukan 5 kali sehari semalam.iaitu waktu SUBUH, DHUHUR,AS’HAR, MAGRIB, ISYA.
Yang tersirat dari perintah ALLAH disini ialah :
1.Sholat Subuh: 2 rokaat,dan dapat dilakukan secara berjamaah.Sholat ini
memperingati saat kita dilahirkan kea lam fana ini.Kita lahir terdiri dari
2 bagian : lahir dan batin.Lagi pula kita lahir tidak sendirian.Disaksikan
oleh Bidan/Dokter/Dukun bayi,Bapak,Ibu.itu sebabnya maka sholat
subuh ini biasa dilakukan secara berjamaah
2.Sholat Dhuhur :4 rokaat.Tujuannya ialah untuk mencari nafkah (Lahir maupun Batin)
Dalam mencari nafkah,maka memerlukan ke 4 hawa nafsu :nafsu
amarah,luamah supiyah,mutmainah
Bisa dilakukan berjamaah bila sholat Jum’at : dilakukan hanya 2
roka’at,karena yang 2 roka’at pertama sudah dipergunakan untuk
khotbah.Dan khotbah itu wajib diikuti,karena merupakan rejeki batin
( Santapan rokhani )
3.Sholat as’har : 4 Roka’at .Tujuannya untuk berbuat amal.Dalam berbuat amal lahir
dan amal batin,maka dipergunakan jasad,nyawa,rokh,dan rokhani
4.Sholat maghrib : 3 roka’at.Tujuannya untuk mati.Tiga roka’at karena orang mati itu
melepaskan :Dzad,Nur dan Sir
5.Sholat Isya :4 roka’at.Karena Tujuannya untuk hijrah ( pindah dari Alam Fana ke Alam
Akherat ), maka jasad harus membawa roh jasmani/hewani,roh
nabati,dan roh rewani
-nyawa harus membawa Roh Rahmani dan Roh Nurani
-Roh harus membawa Roh Kudus
-Rokhani harus membawa Roh Rabbani dan Roh Burhani
2.SHOLAT TAUHID
Sholat Tauhid ini dipergunakan sebagai pengisi waktu luang antara ke 5 sholat sayari’at.Hal ini untuk memenuhi persyaratan Firman Allah :
“ BARANG SIAPA SELALU INGAT KEPADAKU,MAKA AKU AKAN SELALU INGAT KEPADANYA “
Maka para penganut ilmu MA’RIFAT mengutamakan sholat Tauhid dari pada sholat
Syari’at
Padahal Sholat syari’at itu jaga termasuk sholat Muhammad SAW.Dan ada maksud dan tujuannya .Dikarenakan kebanyakan mereka tidak mengerti maksud dan tujuannya,maka sholat syari’at banyak ditinggalkan oleh orang Mari’fat.
Sholat Tauhid dilakukan dengan melakukan ( Dzikir Qolbu ).Dengan Dzikir Qolbu
Ini,maka senua nafsu diimami oleh Rosul/Nur Muhammad dan juga semua Alif Mutakalimun Arif melakukan sholat di Baitullah.Ini adalah sholat fardu yang dilakukan berjamaah di Baitullah.Dan ini pula yang dimaksud dengan sholat paling ampuh yang tidak diketahui oleh orang lain !
Keterangan : Mula-mula mereka sholat di Baitul Muharam (Tenggorokan ),lalu pindah ke Baitul Muqadis ( Puser ) terus ke Baitul Ma’mur ( kening ),lalu pindah lagi ke Baitul Muqadas ( Kemaluan ) dan akhirnya sholat di Baitullah ( Ulu Hati )
Oleh karena adanya sholat ini,maka baik bayi lahir maupun orang mati tidak pernah tepat jamnya.Kalau tidak lebih sekian detik atau menit,ya kurang sekian detik atau menit.Yang hanya Sholat di Baitullah,Tidak berpindah-pindah ialah ke4 nafsu yang diimami oleh Rosul/Nur Muhammad.
3. SHOLAT DHA’IM
Sewaktu di Gua Rahim,semua umat manusia pernah melakukan sholat.Dan sholatnya adalah Dha’im Mul Haq.Oleh sebab itu tidak benar bahwa masih ada orang kafir hidup dialam Fana ini.
Karena ketika lahir kita ini kehilangan HAQ,maka lalu LAHAULA WALA QUWATA ILLA BILLAHIL ALIYIL’ADHIM ( Tiada daya apa-apa kecuali ALLAH yang punya kuasa ),tidak bias lagi KUNFAYAKUN.Maka selama hidup ini kita ikhtiar untuk mandapatkan HAQ yang hilang itu.Agar kita dapat berbuat amal dengan sempurna.
HAQ ini adanya di Alam Akbar/LAUHUL MAHFUZ.Sarananya sudah ada dan dalam diri kita.
The best casinos with slots and casino games
BalasHapusPlay all your favourite casino games 태백 출장안마 including 논산 출장샵 blackjack, slots, roulette, 밀양 출장마사지 and video poker on 대전광역 출장마사지 your mobile 양산 출장안마 device. Get up to 200% casino bonuses!